DIPLOMASI
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Universitas Padjadjaran
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat dari berbagai bukti tertulis yang menunjukan bahwa kegiatan diplomatik telah
berlangsung dan berkembang sejak lama di India. Hal ini ditunjukan dari ditemukannya
referensi mengenai berbagai tipe utusan seperti duta, prahita, palgala, suta dan
sebagainya. Duta sebutkan sejak masa Regweda dan sesudahnya, Istilah prahita
digunakan pertama kali di kitab Yajurweda. Duta adalah ahli dalam hal pengumpulan
informasi mengenai kekuaan musuh, prahita merupakan utusan yang dikirim oleh
rajanya. Dalam hal ini terlihat bahwa fungsi pada duta, yang dulunya berkerja sebagai
pesan dan utusan, telah diperluas pada periode Yajurweda dan telah dibebani tanggung
jawab baru.
Negara Indonesia sebagai negara yang sudah merdeka dan berdaulat sangat berhak
untuk menentukan nasibnya sendiri serta kebijakan kebijakan luar negerinya. Kita
menyadari bahwa suatu bangsa dan negara tidak mungkin sanggup memenuhi semua
kebutuhan warga negaranya. Sehingga kerjasama dengan bangsa lain dalam bentuk
hubungan internasional mutlak diperlukan, baik yang menyangkut di bidang politik,
ekonomi maupun sosial dan budaya. Hubungan internasional Indonesia dengan negara
lain dilandasi oleh prinsip persamaan derajat dan didasarkan pada politik luar negeri
bebas aktif.
3
Mengenai pentingnya hubungan internasional bahwa setiap negara memiliki
sumber kekuatan yang berbeda beda. Ada negara yang kuat akan sumber daya alam,
ada juga yang banyak penduduknya, sementara ada negara lain yang mengandalkan
berlimpahnya jumlah ilmuwan. Kekurangan yang ada dapat diatasi dengan saling
berhubungan denga yang lain. Hal inilah yang melahirkan hubungan internasional antar
bangsa antar negara.
Kartasasmita dalam Suprapto (2005) menyatakan bahwa Hubungan Internasional
dimaksudkan untuk :
Diplomasi mempunyai peran yang sangat beragam dan banyak untuk bermain di
dalam hubungan internasional. Dalam menjalankan hubungan antara masyarakat yang
terorganisasi, diplomasi, dengan penerapan metode negosiasi, persuasi, tukar pikiran,
dan sebagainya, mengurangi kemungkinan penggunaan kekuatan yang sering
tersembunyi. Diplomasi merupakan salah satu bagian penting dalam pemeliharaan
perdamaian. Pentingnya diplomasi sebagai pemelihara keseimbangan dan kedamaian
tatanan internasional.
4
I.1.C Berbagai Masalah Mengenai Diplomasi
5
Hal itu diungkapkannya bersamaan dengan adanya pertemuan Foreign Policy
Breakfast di tempat yang sama. Forum ini dihadiri Presiden Megawati Soekarnoputri,
Menko Perekonomian Dorodjatun Kutjoro-Jakti, Menko Kesra Yusuf Kalla. Dari luar
kabinet hadir lima bekas Menteri Luar Negeri, yakni Subandrio, Roeslan Abdul Gani,
Mochtar Kusumaatmaja, Ali Alatas, dan Alwi Shihab. Menlu mengungkapkan,
banyaknya tudingan akan lemahnya diplomasi Deplu juga banyak dipengaruhi
kekurangpahaman publik akan makna diplomasi sendiri. Dalam diplomasi, kata dia,
tidak semua hal bisa diutarakan kepada publik. “Banyak yang bersifat secret-nya,” kata
bekas Direktur Jenderal Politik di era Menteri Luar Negeri Alwi Shihab ini.
Dia mencontohkan kasus pemulangan TKI dari Malaysia dan penahanan Agus
Dwikarna di Filipina. Dari kedua kasus itu, kata Hassan, pemerintah dianggap lambat
mengantisipasi dan menanganinya. Padahal, kasus terjadi karena Indonesia tidak bisa
mencampuri hukum di negeri tersebut.
Untuk kasus TKI pun, Hassan melanjutkan, pihaknya telah berusaha untuk
memuluskan proses pemulangan mereka. Hanya saja, penumpukan TKI ilegal yang
memutuskan pulang di akhir masa tenggang yang diberikan Malaysia memang
menimbulkan masalah lain. “Tiap hari dikeluarkan 2.000 paspor. Kita juga sudah
upayakan agar TKI yang telah memiliki dokumen bisa kembali bekerja jika pengusaha
atau majikannya menginginkan mereka kembali,” paparnya.”
6
BAB II
PEMBAHASAN
INSTRUMEN DIPLOMASI
7
ix. Melakukan hubungan
kerjasama Bilateral, Regional, Multilateral dan Organisasi internasional
Tugas dan fungsi setjen bervariasi antar kementerian. Namun pada umumnya,
sekretariat jenderal menyelenggarakan fungsi koordinasi kegiatan, penyelenggaraan
pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaraan pelaksanaan tugas dan
fungsi, serta penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan lembaga
terkait.
Saat ini, dipimpin oleh Robert Matheus Michael Tene. Biro Administrasi Menteri
atau yang sering disingkat sebagai BAM mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugasSekretariat Jenderal dalam mengkoordinasikan penghimpunan dan penyajian
naskah dan informasi, pelaksanaan kebijakan Menteri Luar Negeri, hubungan kerja
dengan lembaga pemerintah dan nonpemerintah serta penyelenggaraan acara, kegiatan,
protokol, keamanan, tata usaha dan kerumahtanggaan Menteri Luar Negeri.
Biro ini dipimpin oleh Anita Lidya Luhulima, yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Sekretariat Jenderal di bidang pelayanan administrasi
bagi Sekretariat Jenderal, Staf Ahli Menteri, Pejabat Khusus, Kepala Perwakilan RI,
dan Konsul Kehormatan, dan melaksanakan koordinasi hubungan kerja antarlembaga,
penyusunan naskah peraturan perundang-ndangan, dan pelaksanaan ketatausahaan
kementerian.
8
Biro ini yang juga sering dikenal sebagai BPO, dipimpin oleh Hersindaru Arwityo
Ibnu Wiwoho Wahyutomo. Biro ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat Jenderal untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan Kementerian
Luar Negeri, penyusunan rencana dan program kerja, anggaran, kelembagaan, dan
ketatalaksanaan, serta evaluasi kinerja Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.
2. Inspektorat jenderal
Tugas dan fungsi itjen bervariasi antar kementerian. Namun pada umumnya,
inspektorat jenderal menyelenggarakan fungsi pengawasan dan pemeriksaan atas
pelaksanaan kegiatan administrasi umum, keuangan, dan kinerja; pelaporan hasil
pengawasan dan pemeriksaan, serta pemberian usulan tindak lanjut temuan pengawasan
dan pemeriksaan; pemantauan dan evaluasi atas tindak lanjut temuan pengawasan dan
pemeriksaan; serta pengembangan dan penyempurnaan sistem pengawasan.
Pengawasan tersebut dilakukan terhadap semua pelaksanaan tugas unsur kementerian
agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berdasarkan kebijakan menteri dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat rutin maupun tugas
pembangunan.
a) Inspektorat Wilayah I
b) Inspektorat Wilayah II
c) Inspektorat Wilayah III
d) Inspektorat Wilayah IV
3. Direktorat Jendral
10
Direktorat Konsuler
Direktorat Fasilitas Diplomatik
Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum
Indonesia
4. Badan
11
c. Kuasa Usaha (Charge d'affaires).
- Perwakilan konsuler
Dalam arti non politis, hubungan RI dengan negara lain diwakili oleh korps
konsuler. Menurut Konvensi Wina tahun 1963, tata urutan kepangkatan perwakilan
konsuler adalah sebagai berikut:
a. perwakilan diplomatik
12
3) Memelihara dan melindungi kepentingan negara dan warga negaranya di negara
penerima
b. Perwakilan Konsuler
13
BAB III
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
Fungsi PBB sebagai sebuah lembaga internasional dapat dilihat dari seberapa
besar guna atau manfaat yang telah diberikan kepada masyarakat internasional.
14
Sebagaimanasejarah kelahirannya, PBB diharapkan dapat menjalankan fungsinya, yaitu
sebagai berikut.
1. Majelis Umum
15
Sidang pertama diadakan pada tanggal 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall di
London dan dihadiri oleh wakil dari 51 negara.
2. Dewan Keamanan
Dewan Keamanan terdiri dari 15 negara anggota, yang terdiri dari 5 anggota tetap
—Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat—dan 10 anggota tidak tetap,
saat ini, Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Kolombia, Gabon, Jepang, India, Lebanon,
Nigeria, Portugal, dan Afrika Selatan
Lima anggota tetap memegang hak veto terhadap resolusi substantif tetapi tidak
prosedural, dan memungkinkan anggota tetap untuk memblokir adopsi tetapi tidak
berkuasa untuk memblokir perdebatan resolusi tidak dapat diterima untuk itu. Sepuluh
kursi sementara diadakan selama dua tahun masa jabatan dengan negara-negara
anggota dipilih oleh Majelis Umum secara regional. Presiden Dewan Keamanan diputar
secara abjad setiap bulan.
3. Sekretariat
Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal PBB, dibantu oleh suatu
staf pegawai sipil internasional dari seluruh dunia. Tugas utama seorang Sekretaris-
16
Jenderal adalah menyediakan penelitian, informasi, dan fasilitas yang diperlukan oleh
badan-badan PBB untuk pertemuan mereka. Dia juga membawa tugas seperti yang
diperintahkan oleh Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB, Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB, dan badan PBB lainnya. Piagam PBB menjelaskan bahwa staf yang akan
dipilih oleh penerapan "standar tertinggi efisiensi, kompetensi, dan integritas," dengan
memperhatikan pentingnya merekrut luas secara geografis.
4. Sekretaris Jendral
5. Mahmakah Internasional
Pengadilan Internasional (ICJ), yang terletak di Den Haag, Belanda, adalah badan
peradilan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikan pada tahun 1945 oleh Piagam
PBB, Pengadilan mulai bekerja pada tahun 1946 sebagai penerus ke Mahkamah Tetap
17
Kehakiman Internasional. Statuta Mahkamah Internasional, mirip dengan
pendahulunya, adalah dokumen utama yang merupakan konstitusional dan mengatur
Pengadilan.
7. Lembaga Khusus
Ada banyak organisasi dan badan-badan PBB yang berfungsi untuk bekerja pada
isu-isu tertentu. Beberapa lembaga yang paling terkenal adalah Badan Energi Atom
Internasional, Organisasi Pangan dan Pertanian, UNESCO (Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), Bank Dunia dan
Organisasi Kesehatan Dunia.
18
Hal ini melalui badan-badan PBB yang melakukan sebagian besar pekerjaan
kemanusiaan. Contohnya termasuk program vaksinasi massal (melalui WHO),
menghindari kelaparan dan gizi buruk (melalui karya WFP) dan perlindungan
masyarakat rentan dan pengungsi (misalnya, oleh UNHCR).
Piagam PBB menyatakan bahwa setiap organ utama PBB dapat membangun
berbagai badan khusus untuk memenuhi tugasnya.
19
12 UPU Kesatuan Pos Sedunia
BAB IV
DIPLOMASI BUDAYA
Konsep diplomasi kebudayaan berasal dari dua kata yakni diplomasi dan kebudayaan.
Diplomasi merupakan instrumen yang digunakan dalam hubungan internasional untuk
mencapai kepentingan nasional. Secara konvensional, diplomasi adalah usaha suatu
bangsa untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam masyarakat
internasional. Dalam hal ini diplomasi diartikan bukan hanya perundingan, tapi semua
upaya hubungan luar negeri. Menurut Harold Nicholson, diplomasi adalah hal-hal yang
mencakup politik luar negeri, negosiasi, mekanisme pelaksanaan negosiasi, dan suatu
cabang dinas luar negeri.
Kegiatan diplomasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau lembaga negara, tetapi
juga non-negara, misalnya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok, dan
individu. Intinya, kegiatan diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Dalam kegiatan diplomasi yang dimaksud disini adalah kegiatan diplomasi kebudayaan
20
dalam artian makro, yaitu yang termanifestasikan dalam pariwisata, pendidikan,
kebudayaan, kesenian, olahraga, dan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi pada dasarnya ada dua hal penting dalam diplomasi kebudayaan.Pertama,
bahwa diplomasi kebudayaan hanya menyangkut pe-manfaatan kebudayaan untuk
mendukung pelaksanaan politik luar negeri. Dalam garis itu diplomasi kebudayaan
harus dibe-dakan dari pemanfaatan kebudayaan di luar kerangka politik luar negeri,
misalnya untuk kepentingan pariwisata. Kedua, pada saat ia mengatakan bahwa
diplomasi kebudayaan harus melibatkan kekuatan dan kewibawaan politik, ekonomi,
dan militer, dan semua itu dimiliki oleh negara maju, maka efektivi-tas diplomasi
kebudayaan dipengaruhi oleh ketidaksetaraan hubungan di antara negara-negara yang
terlibat dalam diplomasi kebudayaan itu. Dengan kata lain, diplomasi kebudayaan dapat
mencapai hasil seperti yang diharapkan jika berlangsung dalam pola hubungan
dominatif-subordinatif, dan insiatif untuk menjalankan diplomasi itu diambil oleh
negara maju (dominan) dalam hubungannya dengan negara berkembang (subordinat),
dan bukan sebaliknya.
21
adalah dengan merubah realitas, namun diplomasi kebudayaan juga menjadi salah satu
sarana yang efektif untuk mencapai kepentingan bangsa, agar bangsa lain dapat
memahami, mendapat informasi dan dapat dipengaruhi untuk kepentingan-kepentingan
berbagai hal dari bangsa kita. Dengan dilakukannya diplomasi kebudayaan, dapat
meningkatkan apresiasi dan pemahaman untuk peningkatan citra positif, membangun
saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa.
Diplomasi kebudayaan tidak hanya berurusan dengan perkara politik, khususnya politik
luar negeri, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain seperti pariwisata dan perdagangan
ekspor. Oleh karena itu, ukuran-ukuran untuk menilai keberhasilan diplomasi ini juga
menca-kup lebih banyak variabel. Misalnya indonesia sebagai negara berkembang,
dengan Perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dan angka ekspor
produk non-migas dari Indonesia ke Luar Negeri hanyalah dua contoh dari sejumlah
kriteria yang diperlukan untuk menilai efektivitas diplomasi kebudayaan.
22
BAB V
Menyadari bahwa tujuan-tujuan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum tidaklah untuk
keuntungan individu akan tetapi untuk menjamin pelaksanaan yang efisien fungsi-
fungsi misi-misi diplomatik dalam mewakili Negara-Negara.
Pasal 1
Untuk tujuan Konvensi ini, istilah-istilah berikut akan mempunyai arti yang disebutkan
di bawah ini untuk istilah-istilah tersebut :
(a). “Kepala misi” adalah orang yang diberi tugas oleh Negara pengirim dengan tegas
untuk bertindak di dalam kapasitas sebagai kepala misi.
(b). “Anggota misi” adalah kepala misi dan anggota-anggota staf misi.
23
(d). “Anggota staf diplomatik” adalah anggota-anggota staf daripada misi yang
mempunyai tingkatan diplomatik.
(e). “Agen diplomatik” adalah kepala misi atau seorang anggota staf diplomatik dari
misi.
(f). “Anggota staf teknik dan administratif” adalah anggota-anggota staf misi yang
dipekerjakan di dalam pelayanan teknik dan administratif dari misi.
(g). “Anggota staf pelayan” adalah anggota-anggota staf misi di dalam pelayanan
domestik daripada misi.
(h). “Pelayan pribadi” adalah orang yang di dalam pelayanan domestik dari seorang
anggota misi dan yang bukan pegawai Negara pengirim misi.
(i). “Gedung misi” adalah bangunan atau bagian dari bangunan dan tanah yang
menyokongnya, tak memandang pemilikannya, dipergunakan untuk tujuan-tujuan misi
termasuk tempat kediaman kepala misi.
Pasal 9
1. Negara penerima boleh setiap saat dan tanpa harus menerangkan keputusannya,
memberitahu Negara pengirim bahwa kepala misinya atau seseorang anggota staf
diplomatiknya adalah persona non grata atau bahwa anggota lainnya dari staf misi
tidak dapat diterima. Dalam hal seperti ini, Negara pengirim, sesuai dengan mana yang
layak, harus memanggil orang tersebut atau mengakhiri fungsi-fungsinya di dalam
misi. Seseorang dapat dinyatakan non grata atau tidak dapat diterima sebelum sampai
di dalam teritorial Negara penerima .........
Pasal 22
1. Gedung misi tidak dapat diganggu gugat (inviolabel). Pejabat-pejabat dari Negara
penerima tidak boleh memasukinya, kecuali dengan persetujuan kepala misi.
2. Negara penerima di bawah kewajiban khusus untuk mengambil semua langkah yang
perlu untuk melindungi gedung misi terhadap penerobosan atau perusakan dan untuk
mencegah setiap gangguan perdamaian misi atau perusakan martabatnya.
24
3. Gedung misi, perlengkapannya dan barang-barang lainnya di sana serta alat-alat
transport misi kebal terhadap penyelidikan, pengambilalihan, penglengkapan atau eksekusi.
Pasal 23
Pasal 24
Arsip-arsip dan dokumen-dokumen misi tidak dapat diganggu gugat (inviolabel) kapan
pun dan dimana pun benda-benda itu berada.
Pasal 25
Negara penerima harus memberikan kemudahan yang penuh untuk pelaksanaan fungsi-
fungsi misi.
Pasal 26
Tunduk pada hukum dan peraturan mengenai larangan masuk pada daerah tertentu atau
yang diatur karena alasan-alasan keamanan nasional.Negara penerima harus menjamin
semua anggota misi kebebasan bergerak dan bepergian di dalam wilayahnya.
Pasal 27
2. Korespondensi resmi daripada misi tidak dapat diganggu gugat. Korespondensi resmi adalah
semua korespondensi yang berhubungan dengan misi dan fungsi-fungsinya.
25
4. Paket yang ada di dalam tas diplomatik harus memperlihatkan tanda yang jelas dapat
terlihat dari luar yang menunjukkan sifatnya dan hanya boleh berisi dokumen-dokumen
diplomatik atau barang-barang yang diperuntukkan bagi kegunaan resmi daripada
misi .......
Pasal 29
Orang agen diplomatik tidak dapat diganggu gugat (inviolabel). Ia tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam bentuk apapun dari penahanan atau penangkapan.
Negara penerima harus memperlakukannya dengan hormat dan harus mengambil
semua langkah yang tepat untuk mencegah setiap serangan terhadap badannya,
kebebasannya atau martabatnya.
Pasal 30
Pasal 31
1. Seorang agen diplomatik kebal dari yurisdiksi kriminil Negara penerima. Dia juga
kebal dari yurisdiksi sipil dan administratif kecuali dalam hal :
(a) Suatu perkara yang berhubungan dengan barang-barang tetap yang terletak di dalam
wilayah Negara penerima, tanpa ia memegangnya itu untuk pihak Negara pengirim
untuk tujuan-tujuan misi;
(b) Suatu perkara yang berhubungan dengan suksesi di mana agen diplomatik termasuk
sebagai eksekutor, administrator, ahli waris atau legate sebagai orang privat dan tidak
untuk pihak Negara Pengirim;
(c) Suatu perkara yang berhubungan dengan setiap kegiatan professional atau dagang
yang dijalankan oleh agen diplomatik di dalam Negara penerima dan diluar fungsi
resminya.
26
2. Seorang agen diplomatik tidak berkewajiban menjadi saksi untuk memberikan bukti.
3. Tiada tindakan eksekusi boleh diambil terhadap agen diplomatik kecuali di dalam
hal-hal yang masuk di dalam sub ayat (a), (b) dan (c) dari ayat 1 pasal ini, dan dengan
syarat bahwa tindakan itu dapat diambil tanpa melanggar inviolabilitas orangnya atau
tempat kediamannya.
Pasal 32
3. Pemulaian sidang oleh agen diplomatik atau oleh seseorang yang mendapat
kekebalan terhadap yurisdiksi menurut Pasal 37 akan menghalanginya untuk pengajuan
kekebalan terhadap yurisdiksi dalam hal tuntutan balik yang secara langsung
berhubungan dengan gugatan pokok.
Pasal 34
Pembebasandaripajakagendiplomatik
Pasal 36
Pembebasan dari bea cukai untuk misi diplomatik dan agen-agen dan keluarga mereka.
27
Pasal 37
2. Anggota staf administratif dan teknik daripada misi, bersama-sama dengan anggota
keluarga mereka yang membentuk rumah tangga mereka masing-masing, jika mereka
itu bukan warga negara dari atau tidak menetap secara permanen di Negara penerima,
mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum yang ditentukan di dalam Pasal 29
sampai 35, kecuali bahwa kekebalan terhadap yurisdiksi administratif dan sipil Negara
penerima di dalam ayat 1 Pasal 31 tidak akan meluas sampai ke perbuatan-perbuatan
yang dilakukan diluar pelaksanaan tugas mereka. Mereka juga mendapat hak-hak
istimewa di dalam Pasal 36 ayat 1, atas barang-barang yang dimasukkan pada saat
pertama kali penempatan mereka.
3. Anggota staf pelayan misi yang bukan warga negara dari atau tidak berdiam menetap
di Negara penerima mendapat kekebalan atas perbuatan yang dilakukan di dalam tugas-
tugas mereka, pembebasan dari iuran dan pajak atas pembayaran yang diterimanya dari
pekerjaannya itu serta pembebasan yang ada di dalam Pasal 33.
4. Pelayan pribadi daripada misi, jika mereka itu bukan warga negara atau tidak
berdiam menetap di Negara penerima, mendapat pembebasan dari iuran dan pajak atas
pembayaran yang diterimanya dari kerjanya itu. Di dalam hal lain, mereka hanya
mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum seluas yang diakui oleh Negara
penerima. Namun demikian, Negara penerima harus melakukan yurisdiksinya atas
orang-orang itu sedemikian rupa sehingga tidak mencampuri secara tidak sah
pelaksanaan fungsi-fungsi misi.
Pasal 38
1. Kecuali sejauh hak-hak istimewa dan kekebalan hukum tambahan dapat diberikan oleh
Negara penerima, seorang agen diplomatik yang berkewarganegaraan dari atau yang secara
permanen menetap di dalam Negara penerima mendapat hanya kekebalan terhadap
28
yurisdiksi, dan inviolabilitas, atas perbuatan resmi yang dilakukan dalam fungsi-
fungsinya.
Pasal 39
1. Setiap orang yang berhak akan kekebalan hukum dan hak-hak istimewa akan
mendapatnya sejak saat ia memasuki wilayah Negara penerima dalam proses
menempati posnya, atau jika ia sudah di dalam wilayahnya, sejak saat pengangkatannya
itu diberitahukan kepada Kementerian Luar Negeri atau kementerian lainnya yang
disetujui.
2. Kalau fungsi-fungsi dari orang yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan
hukum itu berakhir, hak-hak istimewa dan kekebalan hukum itu akan berakhir secara
normal pada saat ia meninggalkan Negara itu, atau pada saat berakhirnya suatu periode
yang layak untuk demikian, namun akan tetap ada sampai saat tersebut, bahkan di dalam
keadaan terjadinya konflik bersenjata. Meskipun begitu, terhadap perbuatan-perbuatan
yang dilakukan orang ini di dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya sebagai seorang
anggota misi, kekebalan akan terus ada .........
Pasal 40
1. Jika seorang agen diplomatik melewati atau berada di dalam teritorial suatu Negara
ketiga, yang telah memberinya visa paspor jika visa demikian ini perlu, untuk menuju
ke posnya atau kembali ke posnya, atau pada saat kembali ke negaranya, Negara ketiga
harus memberinya inviolabilitas dan kekebalan lainnya yang diperlukan untuk
menjamin transitnya atau perjalanan pulangnya. Hal yang sama berlaku pula dalam hal
seorang anggota keluarganya yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum
29
menyertai agen diplomatik tersebut, atau bepergian secara terpisah untuk mengikutinya
atau untuk kembali ke Negara mereka.
2. Dalam hal-hal yang sama dengan yang disebutkan di dalam ayat 1 pasal ini, Negara
ketiga tidak boleh mengganggu lewatnya staf administratif dan teknik atau staf pelayan
daripada misi, dan anggota-anggota keluarganya, melalui wilayahnya.
4. Kewajiban Negara ketiga di bawah ayat 1, 2 dan 3 pasal ini juga berlaku untuk
orang-orang yang disebutkan masing-masing di dalam ayat-ayat itu, dan untuk
komunikasi resmi serta tas-tas diplomatic yang keberadaannya di dalam wilayah
Negara ketiga itu disebabkan karena force majeure.
Pasal 41
1. Tanpa merugikan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum mereka itu, adalah
menjadi kewajiban semua orang yang menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan
hukum itu untuk menghormati hukum dan peraturan Negara penerima. Mereka juga
berkewajiban tidak mencampuri masalah dalam negeri Negara penerima
tersebut ..............
3. Gedung misi tidak boleh dipergunakan dalam cara yang tidak selaras dengan fungsi
misi sebagaimana yang dituangkan di dalam Konvensi ini atau oleh aturan-aturan
umum hukum internasional atau oleh perjanjian khusus yang berlaku di antara Negara
pengirim dan Negara penerima.
30
Pasal 45
Jika hubungan diplomatik terputus di antara dua Negara, atau jika suatu misi dipanggil
kembali untuk sementara atau seterusnya :
(a). Negara penerima harus, bahkan pada saat terjadinya konflik bersenjata,
menghormati dan melindungi misi, bersama-sama dengan barang-barangnya dan arsip-
arsipnya;
Pasal 47
(a) Di mana Negara penerima menerapkan sesuatu ketentuan Konvensi ini secara
terbatas disebabkan oleh penerapan yang terbatas ketentuan-ketentuan tersebut terhadap
misinya di dalam Negara pengirim;
Catatan :
1. Konvensi telah diadopsi pada Konferensi PBB mengenai hubungan diplomatik dan
immunitas di Viena Tahun 1961.
31
2. Yurisdiksi kekebalan. Pada tahun 1985, terdapat 45.000 agen diplomatik di London, 15.000
diantaranya yang berhak atas kekebalan yurisdiksi. Pasal 37 (2) dari konvensi,
immunitas dari staff administratif dan teknik. Merupakan subjek dari kesepakatan di
Vienna. Beberapa negara telah membuat beberapa negara telah membuat persyaratan
setuju untuk mengizinkan kekebalan hanya diberikan dengan syarat timbal-balik dan
beberapa negara telah membuat persyaratan tidak menerima sama sekali.
4. Misi dari alasan yang tidak dapat diganggu gugat. Suatu amandemen terhadap
Konvensi untuk permintaan atasan pada misi untuk bekerja sama dengan kewenangan
lokal dalam kasus kebakaran, epidemic atau keadaan darurat ekstrim lainnya, yang
tidak diadopsi pada Vienna. Dalam Komisi Hukum Internasional telah disarankan
bahwa lebih susah yang dipikirkan yaitu suatu misi atasan yang ingin menjatuhkan
untuk kerjasama pada keadaan darurat dan bahwa ada sanksi yang pernyataannya
persona non grata akan tersedia jika dia melakukannya.
5. Perlindungan dari tempat misi, "kewajiban khusus" untuk melindungi bangunan dari misi
yang ditetapkan dalam Pasal 22 dari konvensi sudah terbentuk dengan baik dalam
kebiasaan dan hukum internasional sangat penting saat ini ketika membuktikan tempat
nyaman pengaturan untuk demonstrasi politik.
6. Kebebasan komunikasi. Sebelum Konvensi Tahun 1961, "itu sudah secara pasti
diterima praktek internasional, dan mungkin Hukum Internasional, bahwa dalam kasus-
kasus luar biasa di mana negara penerima memiliki alasan untuk mencurigai
penyalahgunaan" dia memiliki hak bertentangan sehubungan dengan Kantong Diplomatik.
32
a.Termasuk teori-teori yang sudah memanfaatkan pengaruhnya pada perkembangan
diplomatik dan immunitas, komisi menyebutnya teori ‘exterritorialitas’ berdasarkan
bangunan misi yang mewakili sedikit perluasan wilayah pengiriman negara.
b.Sekarang ada tiga teori muncul terkenal di masa-masa modern, namanya, teori
‘kebutuhan fungsional’ yang membenarkan hak istimewa dan hak immunitas yang
memungkinkan misi itu untuk menjalankan fungsinya.
c.Komisi diarahkan oleh tiga teori ini dalam menyelesaikan masalahnya dimana praktik
tidak memberikan petunjuk yang jelas, ketika membawa pemikiran-pemikiran karakter
representative pada kepala misi itu dan pada misi itu sendiri.
U.S vs IRAN
Pada tanggal 4 Nopember 1979, ratusan pelajar Iran dan para pendemo lain mengambil
alih Kedutaan Besar AS di Teheran secara paksa. Mereka memprotes ijin persaksian Shah
Iran ke AS atas perlakuan medisnya. Para pendemo tidak dihalang-halangi oleh petugas
keamanan Iran yang “sederhananya tidak muncul pada kejadian itu”......
33
Iran melalui udara dan mendarat di wilayah padang pasir terpencil dalam perjalanan
dari upaya untuk menyelamatkan para sandera. Usaha ini ditinggalkan karena
kegagalan peralatan. Personil militer AS tewas dalam tabrakan udara dan sebagian unit
mundur. Tidak ada kerusakan maupun cedera atas fasilitas umum di Iran.
Putusan Pengadilan
Kejadian-kejadian yang merupakan subjek klaim Amerika Serikat jatuh ke dalam dua
fase ....
57. Pertama .... mencakup serangan bersenjata di Kedutaan Besar Amerika oleh
militan pada 4 November 1979 …..
69. Tahap kedua peristiwa ... terdiri dari seluruh rangkaian fakta-fakta yang terjadi
setelah selesainya pendudukan Kedutaan Besar Amerika Serikat oleh kaum militan, dan
penyitaan dari Konsulat di Tabriz dan Shiraz. Pendudukan telah terjadi dan personel
diplomatik dan konsuler dari misi Amerika Serikat yang telah disandera, diperlukan
tindakan dari pemerintah Iran dengan Konvensi Wina dan oleh hukum umum
internasional yang nyata.
70. Demikianlah tidak ada langkah yang diambil oleh pemerintahan rakyat Iran.
……
Catatan :
Pengadilan juga memutuskan (i)dengan suara bulat, bahwa Iran harus dengan segera
mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan situasi hasil dari kejadian 4
November 1979 termasuk melepaskan sandera-sandera dan mengembalikan gedung beserta
halamannya, dokumen-dokumen dan lain-lain kepada AS (ii)dengan 3 dari 12 suara bahwa
Iran berkewajiban untuk membuat persiapan kepada AS. Iran, yang mana berperan
34
dalam kemunduran laporan kerja, tidak mematuhi Putusan Pengadilan dengan rasa
hormat. Sandera-sandera akhirnya dilepaskan pada Januari 1981 sebagai hasil penyelesaian
yang dinegosiasikan dengan AS.
1. ......
7. ...... (1) Di mana perjanjian khusus atau susunan antara Pemerintah Negara manapun
dan Pemerintah Kerajaan Inggris yang berlaku pada saat dimulainya Undang-Undang
ini menyediakan untuk perpanjangan ….
(a) Kekebalan dari yurisdiksi dan dari penangkapan atau penahanan, dan tidak dapat
diganggu gugat dalam hal tempat tinggal, seperti yang diberikan oleh UU ini pada agen
diplomatik atau
(b) pembebasan dari bea cukai, pajak, dan biaya terkait seperti yang diberikan oleh
Undang-Undang ini sehubungan dengan untuk penggunaan pribadi agen diplomatik;
Untuk beberapa kelas person, atau untuk ketentuan penggunaan pribadi kelas person,
dihubungkan dengan misi Negara, bahwa kekebalan dan tidak dapat diganggu gugat
atau pengecualian akan begitu luas, asalkan perjanjian atau pengaturan terus berlaku.
EMPSON v SMITH
Tahun 1963, penggugat membawa perkara ke pengadilan negara terhadap tergugat atas
pelanggaran dari sebuah perjanjian sewa-menyewa. Tindakan itu dipertahankan setelah
Departemen Hubungan Persemakmuran menyatakan bahwa tergugat adalah seorang
pegawai administrasi yang dipekerjakan oleh Komisaris Tinggi untuk Kanada. Pada
Desember 1964, pengajuan oleh penggugat, yang dibuat pada Agustus 1964, untuk
penundaan dikabulkan oleh Pengadilan Negeri, bersama-sama dengan pengajuan oleh
tergugat untuk memiliki surat perintah, yang dibuat pada bulan November 1964, ditolak
sebagai suatu pembatalan. Pada waktu itu Undang-Undang Perlindungan Diplomatik
35
telah mulai berlaku, pada tanggal 1 Oktober 1964. Pengadilan Negeri mengabulkan
permohonan tergugat. Penggugat ke Pengadilan Tinggi.
Ketika perbuatan itu dimulai pada bulan Maret 1963, tergugat berhak di bawah bagian
1 (1) (a) dari Undang-Undang tahun 1952 "kekebalan dari pengajuan gugatan dan
proses hukum seperti yang diberikan kepada anggota staf resmi seorang utusan dari
kekuasaan kedaulatan asing”. Dengan demikian, dia berhak selama ia tetap en poste
untuk menyelesaikan immunitas dari gugatan perdata di Kerajaan Inggris, baik sebagai
tindakan yang dilakukan dalam kapasitas atas nama pejabat pemerintah maupun
menghormati tindakan yang dilakukan dalam kapasitas pribadi ......
Ini adalah hukum dasar bahwa kekebalan diplomatik tidak kebal dari tanggung jawab
hukum tetapi kebal dari gugatan. Jika otoritas yang diperlukan untuk hal ini, dapat
ditemukan dalam Dickinson v. Del Solar ... Statuta yang berkaitan dengan kekebalan
diplomatik dari prosedural perdata adalah prosedural statuta.
Peraturan tentang Hak-Hak Pribadi (Hak Privat) tahun 1964, berlaku untuk tuntutan
setelah tanggal undang-undang yang diberlakukan sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan sebelum tanggal tersebut. Karena itu, jika penggugat telah mengeluarkan
keluhannya setelah 1 Oktober 1964, bukan sebelumnya, tindakan itu tidak dapat ditolak
atas dasar hak istimewa diplomatik kecuali dan sampai pengadilan telah memutuskan
masalah : “apakah tindakan tergugat tentang dugaan oleh penggugat yang merupakan
penyebab dilakukan tindakan di luar tugasnya sah”. Hal tersebut seyogyanya dapat
diperdebatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh tergugat dalam hubungan dengan
36
sewa-menyewa tempat tinggal pribadinya di London yang dilakukan oleh dia di luar tugas.
Namun ini merupakan salah satu yang dapat diputuskan hanya kepada bukti.
Hakim pengadilan merasa tidak perlu untuk memahaminya secara mendalam. Dia
menolak tindakan penggugat atas alasan-alasan lain. Ia mengambil pandangan bahwa
"adalah proses pembatalan pada saat memulai, mereka tidak terpengaruh oleh peraturan
tahun 1964 yang mulai berlaku kemudian".
Maka karena itu, sampai langkah-langkah yang diambil untuk menyisihkan atau untuk
mengabaikan tindakan pengaduan penggugat bukan ketidaksahan : itu adalah
pengaduan yang valid. Jika tergugat itu, dengan izin dari Komisaris Tinggi, tampaknya
sebelum 1 Oktober 1964, prosedural penghalang untuk sidang akan dihapus.
Catatan :
37
seorang eksekutif bisa ditangani dan yang di atasnya seperti sertifikat akan meyakinkan
di bawah bagian 4 dari Undang-Undang Hak Istimewa Diplomatik ?
2. Empson V Smith menunjukkan satu hal di mana perubahan UU tahun 1964 hukum
Inggris sebelumnya dalam kekebalan diplomatik. Memiliki aturan berikut pra-1964
juga telah berubah :
• Bahwa seorang agen diplomatik dapat mengklaim kekebalan dalam tindakan sipil
untuk pembayaran bunga pada penduduk pribadinya.
• Bahwa seorang agen diplomatik dapat mengklaim kekebalan dalam aksi sipil
mengenai pribadinya kegiatan komersialnya.
• Bahwa negara Inggris diakreditasi sebagai agen diplomatik untuk sebuah misi asing di
Inggris Raya memiliki kekebalan dari barang pembayaran non tarif kecuali sebaliknya
telah ditunjukkan oleh Pemerintah Inggris ketika dia diterima.
• Kekebalan itu dapat dianggap telah dibebaskan oleh masuknya penampakan dalam
suatu tindakan
38
BAB VI
PENUTUP
Daftar Pustaka
Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Depdikbud.
2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Kaelan. 2003. Pendidikan
pancasila. Yogyakarta. Paradigma Manan, Bagir. 2003. Teori dan Politik Konstitusi.
FH UII Press Muchson AR. 2000. Dasar-dasar Pendidikan Moral, Jurusan Pancasila
Pengantar Hukum Internasional. Bandung. PT. Alumni Retno Listyarti, Setiadi. 2008.
Pendidikan Kewarganegaraan, untuk SMK dan MAK Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Soehardi. 2005. Kamus Populer Kepolisian. Jakarta: Koperasi Wira Raharja Suprapto,
dkk. 2005. Kewarganegaraan untuk SMA kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara Surbakti,
Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo A. Hakim. 2005. Intisari
39