Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

DIPLOMASI

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Syarief Hidayat, M.S.

Disusun Oleh:

Dinda Oktaviani 180910120003

Jurusan Sastra Arab

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Padjadjaran

2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

I.1.A Sejarah Diplomasi

Perkembangan Diplomasi di India Kuno.

Melihat dari berbagai bukti tertulis yang menunjukan bahwa kegiatan diplomatik telah
berlangsung dan berkembang sejak lama di India. Hal ini ditunjukan dari ditemukannya
referensi mengenai berbagai tipe utusan seperti duta, prahita, palgala, suta dan
sebagainya. Duta sebutkan sejak masa Regweda dan sesudahnya, Istilah prahita
digunakan pertama kali di kitab Yajurweda. Duta adalah ahli dalam hal pengumpulan
informasi mengenai kekuaan musuh, prahita merupakan utusan yang dikirim oleh
rajanya.  Dalam hal ini terlihat bahwa fungsi pada duta, yang dulunya berkerja sebagai
pesan dan utusan, telah diperluas pada periode Yajurweda dan telah dibebani tanggung
jawab baru.

Pada masa setelah Yajurweda, muncul berbagai contoh penunjukan wakil-wakil


diplomatik oleh para penguasa untuk mewakili mereka di istana satu sama lain, baik
dalam waktu damai maupun perang.  Palgala dan Suta merupakan pejabat-pejabat
tinggi yang memiliki pengaruh dalam pemilihan raja, mereka juga ditugaskan untuk
membawa misi-misi diplomatik penting ke negara-negara lain. Palgala terutama
berfungsi sebagai pembawa pesan politik ke negara-negara tetangga. Suta menjalankan
sejumlah tugas seperti charioteer, penyebarluasan informasi dan lain-lain. Dimana
dibawah suta-lah institusionaliasai diplomasi terwujud dalam sebuah departemen
diplomasi dalam kerajaan kuno di India.

Perkembangan Diplomasi di Yunani Kuno

Thucydides memberikan gambaran tentang praktek-praktek diplomatik di Yunani Kuno


sebagai berikut: Sejak abad ke-6 S.M. dan selanjutnya para warga kota Yunani
melakukan praktek memilih ahli pidato mereka yang terbaik (biasanya beberapa)
2
sebagai utusan mereka. Utusan-utusan ini dipercayai dengan tugas membela kasus
mereka di depan majelis rakyat dari liga atau kota-kota lain dimana mereka dikirim
untuk berunding. Mereka diharapkan mengajukan proposal dalam sebuah pidato.
Perundingan atau negosiasi dilakukan secara lisan dan dimuka umum. Apabila
negosiasi berhasil dan menghasilkan perjanjian, perjanjian diukir pada loteng suci agar
bisa dilihat umum. Penandatanganan perjanjian dilakukan secara terbuka dan khidmat.

Perkembangan di Romawi Kuno

Tradisi diplomasi dan metode-metode diplomasi serta praktek-prakteknya ini


disebarkan dari bangsa Yunani kepada bangsa Romawi. Romawi punya “practical
sense” yang baik dan kapasitas administrasi yang mengagumkan. Tetapi mereka tidak
membuat kontribusi yang penting pada perkembangan seni negosiasi yang sangat
penting dalam diplomasi. Mereka lebih suka memaksakan kehendaknya daripada
melakukan perundingan atas dasar timbal balik. Mereka menyerbu lawannya yang
keras kepala dan hanya mengecualikan mereka yang mau tunduk pada kehendak
Romawi; Dalam pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional, mereka
menciptakan beberapa ungkapan seperti:
ius civile (hukum yang diterapkan pada warganegara Romawi);
ius gentium (hukum yang diterapkan pada warganegara Romawi dengan orang asing);
ius naturale (hukum yang umum bagi seluruh umat manusia).

I.1.B Pentingnya Diplomasi dalam Hubungan Internasional

Negara Indonesia sebagai negara yang sudah merdeka dan berdaulat sangat berhak
untuk menentukan nasibnya sendiri serta kebijakan kebijakan luar negerinya. Kita
menyadari bahwa suatu bangsa dan negara tidak mungkin sanggup memenuhi semua
kebutuhan warga negaranya. Sehingga kerjasama dengan bangsa lain dalam bentuk
hubungan internasional mutlak diperlukan, baik yang menyangkut di bidang politik,
ekonomi maupun sosial dan budaya. Hubungan internasional Indonesia dengan negara
lain dilandasi oleh prinsip persamaan derajat dan didasarkan pada politik luar negeri
bebas aktif.

3
Mengenai pentingnya hubungan internasional bahwa setiap negara memiliki
sumber kekuatan yang berbeda beda. Ada negara yang kuat akan sumber daya alam,
ada juga yang banyak penduduknya, sementara ada negara lain yang mengandalkan
berlimpahnya jumlah ilmuwan. Kekurangan yang ada dapat diatasi dengan saling
berhubungan denga yang lain. Hal inilah yang melahirkan hubungan internasional antar
bangsa antar negara.
Kartasasmita dalam Suprapto (2005) menyatakan bahwa Hubungan Internasional
dimaksudkan untuk :

 Mempererat hubungan antar negara yang satu dengan yang lain


 Mengadakan kerjasama dalam rangka saling membantu
 Menjelaskan dan menegakkan kedaulatan dan batas-batas wilayah
 Mengadakan perdamaian dan perundingan pakta non agresi
 Mengadakan hubungan dagang atau ekonomi sesuai dengan kepentingan
masing-masing

Diplomasi mempunyai peran yang sangat beragam dan banyak untuk bermain di
dalam hubungan internasional. Dalam menjalankan hubungan antara masyarakat yang
terorganisasi, diplomasi, dengan penerapan metode negosiasi, persuasi, tukar pikiran,
dan sebagainya, mengurangi kemungkinan penggunaan kekuatan yang sering
tersembunyi. Diplomasi merupakan salah satu bagian penting dalam pemeliharaan
perdamaian. Pentingnya diplomasi sebagai pemelihara keseimbangan dan kedamaian
tatanan internasional.

Diplomasi telah memainkan peranan besar dalam mengatur kebijakan-kebijakan


internasional. Banyak masalah yang nyata bisa diselesaikan melalui diplomasi.
Sehubungan dengan ini penelitian Richard W. Sterling mengatakan, “sungguh,
diplomasi adalah politik hubungan internasional, politik internsional bagi arti yang
paling tepat bagi istilah itu.” Pada intinya, pentingnya diplomasi sebagai suatu
instrument tatanan internasional yang damai tak bisa dipungkiri dan mengoptimalkan
aktivitas komunikasi internasional.

4
I.1.C Berbagai Masalah Mengenai Diplomasi

Bill Scott (1990) mengatakan dalam proses komunikasi terdapat hambatan-


hambatan, sebagai berikut:

i. Apa yang dikatakan belum tentu didengar


ii. Apa yang didengar belum tentu dimengerti
iii. Apa yang dimengerti belum tentu diterima
iv. Pembicara mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah
didengar/dimengerti/diterima oleh pendengar.

Blake dan Haroldsen juga menyimpulkan beberapa sumber gangguan semantik,


antara lain:

 Kata-kata yang dipergunakan terlalu sukar dimengerti atau dipahami


komunikan.
 Perbedaan dalam memberikan arti kata denotatif pada kata-kata yang
dipergunakan saat berkomunikasi.
 Perbedaan dalam memberikan arti kata konotatif pada kata-kata yang
dipergunakan saat berkomunikasi.
 Pola kalimat yang dipergunakan komunikator membingungkan komunikan.
 Terdapat perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan.

Berikut merupakan kasus permasalahan mengenai diplomasi yang dialami oleh


menteri luar negeri tahun 2002,

“TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda mengakui


banyaknya hambatan di Deplu untuk menjalankan diplomasi dan politik luar negeri
Indonesia. “Adanya perubahan besar dan mendasar di dalam negeri, khususnya
reformasi, yang memungkinkan polarisasi pendapat dan fragmentasi,” katanya saat
ditemui di sela-sela peringatan hari ulang tahun ke-57 Departemen Luar Negeri di
kantornya, Senin (19/8) siang.

5
Hal itu diungkapkannya bersamaan dengan adanya pertemuan Foreign Policy
Breakfast di tempat yang sama. Forum ini dihadiri Presiden Megawati Soekarnoputri,
Menko Perekonomian Dorodjatun Kutjoro-Jakti, Menko Kesra Yusuf Kalla. Dari luar
kabinet hadir lima bekas Menteri Luar Negeri, yakni Subandrio, Roeslan Abdul Gani,
Mochtar Kusumaatmaja, Ali Alatas, dan Alwi Shihab. Menlu mengungkapkan,
banyaknya tudingan akan lemahnya diplomasi Deplu juga banyak dipengaruhi
kekurangpahaman publik akan makna diplomasi sendiri. Dalam diplomasi, kata dia,
tidak semua hal bisa diutarakan kepada publik. “Banyak yang bersifat secret-nya,” kata
bekas Direktur Jenderal Politik di era Menteri Luar Negeri Alwi Shihab ini. 
Dia mencontohkan kasus pemulangan TKI dari Malaysia dan penahanan Agus
Dwikarna di Filipina. Dari kedua kasus itu, kata Hassan, pemerintah dianggap lambat
mengantisipasi dan menanganinya. Padahal, kasus terjadi karena Indonesia tidak bisa
mencampuri hukum di negeri tersebut. 
Untuk kasus TKI pun, Hassan melanjutkan, pihaknya telah berusaha untuk
memuluskan proses pemulangan mereka. Hanya saja, penumpukan TKI ilegal yang
memutuskan pulang di akhir masa tenggang yang diberikan Malaysia memang
menimbulkan masalah lain. “Tiap hari dikeluarkan 2.000 paspor. Kita juga sudah
upayakan agar TKI yang telah memiliki dokumen bisa kembali bekerja jika pengusaha
atau majikannya menginginkan mereka kembali,” paparnya.”

6
BAB II
PEMBAHASAN

INSTRUMEN DIPLOMASI

II.1 Kementrian Luar Negeri


- Pengertian Kementrian Luar Negeri

Kementerian Luar Negeri, disingkat Kemlu, (dahulu Departemen Luar Negeri,


disingkat Deplu) adalah kementerian dalamPemerintah Indonesia yang membidangi
urusan luar negeri. Kementerian Luar Negeri dipimpin oleh seorang Menteri Luar
Negeri(Menlu) yang sejak tanggal 27 Oktober 2009 dijabat oleh Retno Marsudi dan
Wakil Menteri yang dijabat oleh Abdurrahman Mohammad Fachir yang dilantik oleh
Presiden Joko Widodo sejak 27 Oktober 2014 bersamaan dengan pelantikan
menteri Kabinet Kerja.

Kementerian Luar Negeri merupakan salah satu dari tiga kementerian


(bersama Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertahanan) yang disebutkan
secara eksplisit dalam UUD 1945. Kementerian Luar Negeri tidak dapat diubah atau
dibubarkan olehpresiden.

Menteri Luar Negeri secara bersama-sama dengan Menteri Dalam


Negeri dan Menteri Pertahanan bertindak sebagai pelaksana tugas kepresidenan jika
Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan

- Fungsi Kementrian Luar Negeri


Kementrian Luar Negeri mempunyai beberapa fungsi, diantara lain:

v. Memagari potensi disintegrasi bangsa


vi. Upaya membantu pemulihan ekonomi
vii. Upaya peningkatan citra Indonesia
viii. Meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan Warga
negara Indonesia /WNI dan kepentingan Indonesia

7
ix. Melakukan hubungan
kerjasama Bilateral, Regional, Multilateral dan Organisasi internasional

- Struktur dan Tugas Kementrian Luar Negeri


1. Sekretariat Jendral

Sekretariat jenderal (disingkat Setjen) adalah unsur pembantu pemimpin


dalam kementerian yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi perencanaan,
pembinaan, dan pengendalian terhadap program, kegiatan, administrasi, dan sumber
daya di lingkungan kementeriannya. Sekretariat jenderal dipimpin oleh
seorang sekretaris jenderal.

Tugas dan fungsi setjen bervariasi antar kementerian. Namun pada umumnya,
sekretariat jenderal menyelenggarakan fungsi koordinasi kegiatan, penyelenggaraan
pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaraan pelaksanaan tugas dan
fungsi, serta penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan lembaga
terkait.

Beberapa biro yang dibawai oleh Sekretariat Jendral, adalah:

a) Biro Administrasi Menteri

Saat ini, dipimpin oleh Robert Matheus Michael Tene. Biro Administrasi Menteri
atau yang sering disingkat sebagai BAM mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugasSekretariat Jenderal dalam mengkoordinasikan penghimpunan dan penyajian
naskah dan informasi, pelaksanaan kebijakan Menteri Luar Negeri, hubungan kerja
dengan lembaga pemerintah dan nonpemerintah serta penyelenggaraan acara, kegiatan,
protokol, keamanan, tata usaha dan kerumahtanggaan Menteri Luar Negeri.

b) Biro Administrasi Kementerian dan Perwakilan

Biro ini dipimpin oleh Anita Lidya Luhulima, yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Sekretariat Jenderal di bidang pelayanan administrasi
bagi Sekretariat Jenderal, Staf Ahli Menteri, Pejabat Khusus, Kepala Perwakilan RI,
dan Konsul Kehormatan, dan melaksanakan koordinasi hubungan kerja antarlembaga,
penyusunan naskah peraturan perundang-ndangan, dan pelaksanaan ketatausahaan
kementerian.

c) Biro Perencanaan dan Organisasi

8
Biro ini yang juga sering dikenal sebagai BPO, dipimpin oleh Hersindaru Arwityo
Ibnu Wiwoho Wahyutomo. Biro ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat Jenderal untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan Kementerian
Luar Negeri, penyusunan rencana dan program kerja, anggaran, kelembagaan, dan
ketatalaksanaan, serta evaluasi kinerja Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.

2. Inspektorat jenderal

Inspektorat jenderal (disingkat Itjen) adalah unsur pengawas pada kementerian yang


mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan
kementeriannya. Inspektorat jenderal dipimpin oleh seorang inspektur jenderal.

Tugas dan fungsi itjen bervariasi antar kementerian. Namun pada umumnya,
inspektorat jenderal menyelenggarakan fungsi pengawasan dan pemeriksaan atas
pelaksanaan kegiatan administrasi umum, keuangan, dan kinerja; pelaporan hasil
pengawasan dan pemeriksaan, serta pemberian usulan tindak lanjut temuan pengawasan
dan pemeriksaan; pemantauan dan evaluasi atas tindak lanjut temuan pengawasan dan
pemeriksaan; serta pengembangan dan penyempurnaan sistem pengawasan.
Pengawasan tersebut dilakukan terhadap semua pelaksanaan tugas unsur kementerian
agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan berdasarkan kebijakan menteri dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat rutin maupun tugas
pembangunan.

Inspektorat jendral terbagi atas:

a) Inspektorat Wilayah I
b) Inspektorat Wilayah II
c) Inspektorat Wilayah III
d) Inspektorat Wilayah IV

3. Direktorat Jendral

Direktorat Jenderal (disingkat Ditjen) adalah unsur pelaksana


pada kementerian yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidangnya. Direktorat jenderal dipimpin oleh direktur
jenderal (disingkat dirjen) yang berada dalam Kementerian di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.

Direktorat Jendral terbagi atas:


9
a) Asia Pasifik dan Afrika
 Direktorat Asia Timur dan Pasifik
 Direktorat Asia Selatan dan Tengah
 Direktorat Afrika Kementerian Luar Negeri
 Direktorat Timur Tengah
 Direktorat Kerjasama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
b) Amerika dan Eropa
 Direktorat Amerika Utara dan Tengah
 Direktorat Amerika Selatan dan Karibia
 Direktorat Eropa Barat
 Direktorat Eropa Tengah dan Timur
 Direktorat Kerjasama Intra Kawasan Amerika dan Eropa
c) Kerjasama ASEAN
 Direktorat Politik dan Keamanan ASEAN
 Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN
 Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
 Direktorat Mitra Wicara dan Antar Kawasan
d) Multilateral
 Direktorat Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata
 Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan
 Direktorat Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup
 Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan Hak Kekayaan
Intelektual
 Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara
Berkembang
e) Informasi dan Diplomasi Publik
 Direktorat Informasi dan Media
 Direktorat Diplomasi Publik
 Direktorat Keamanan Diplomatik
 Direktorat Kerjasama Teknik
f) Hukum dan Perjanjian Internasional
 Direktorat Hukum
 Direktorat Perjanjian Politik, Keamanan, dan Kewilayahan
 Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya
g) Protokol dan Konsuler
 Direktorat Protokol

10
 Direktorat Konsuler
 Direktorat Fasilitas Diplomatik
 Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum
Indonesia

4. Badan

 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK)


 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik
dan Afrika
 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan
Eropa
 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan pada Organisasi
Internasional

II. 2 Perwakilan Diplomatik di Luar Negeri


Bagi Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presi den Republik Indonesia Nomor 51
tahun 1976, tugas pokok Perwakilan Diplomatik adalah:

a.     Mewakili Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan hubungan diplomatik


dengan negarapenerima atau organisasi internasional.
b.    Melindungi kepentigan negara dan warga negara Republik Indonesia dengan penerima
sesuai dengankebijaksanaan pemerintahan yang ditetapkan dengan berdasarkan
perundangan-undangan yangberlaku.

- Tingkatan perwakilan diplomatik

Perwakilan Diplomatik suatu negara dipimpin oleh seorang diplomat. Jabatan


Kepala Perwakilan Diplomatik yang tertinggi ialah Duta Besar (Ambassador).
Ambassador mewakili negara dalam mengurusi kepentingan publik yang disebut dalam
kualitas sebagai negara.
Berdasarkan keputusan Konggres di Wina, 1961 disepakati adanya tiga tingkat Kepala
Perwakilan Diplomatik, yaitu:
a. Duta Besar (Ambassador)
b. Duta Berkuasa Penuh (Minister Plenipotentiary)

11
c. Kuasa Usaha (Charge d'affaires).

- Perwakilan konsuler

Dalam arti non politis, hubungan RI dengan negara lain diwakili oleh korps
konsuler. Menurut Konvensi Wina tahun 1963, tata urutan kepangkatan perwakilan
konsuler adalah sebagai berikut:

a.     Konsul Jenderal, membawahi beberapa konsul yang ditempatkan di ibu kota


negara tempat is bertugas.
b.     Konsul dan Wakil Konsul, mengepalai satu kekonsulan yang kadang-kadang
diperbantukan kepada konsul jenderal. Wald' konsul diperbantukan kepada konsul
atau konsul jenderal yang kadang diserahi pimpinan kantor konsuler.
c.    Agen Konsul, diangkat oleh konsul jenderal dengan tugas untuk mengurus hal-hal
yang bersifat terbatas dan berhubungan dengan kekonsulan. Agen konsul
ditugaskan di kota-kota yang termasuk kekonsulan

- Fungsi dan tugas perwakilan diplomatik dan konsuler

a. perwakilan diplomatik

Fungsi perwakilan diplomatik menurut Konvensi Wina 1961 adalah mewakili


negara pengirim di negara penerima untuk hal-hal berikut:

1) Melindungi segala kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara


penerima dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.
2) Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima
3) Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima dengan
cara yang diizinkan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara
pengirim.
4) Memelihara hubungan persahabatan antara negara pengirim dan negara penerima
dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaah, dan ilmu pengetahuan.

Secara umum, tugas perwakilan diplomatik adalah sebagai berikut:

1)    Menjamin efisiensi dari perwakilan asing di suatu Negara


2)    Menciptakan pengertian bersama (good will)

12
3)    Memelihara dan melindungi kepentingan negara dan warga negaranya di negara
penerima

b. Perwakilan Konsuler

Perwakilan konsuler memiliki fungsi sebagai berikut:

1)      Melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan negara penerima di bidang


perekonotnian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.
2)      Melindungi kepentingan nasional negara dan warga negara yang berada dalam
wilayah kerjanya.
3)      Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan.
4)      Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan'terhadap warga negara di wilayah
kerjanya.
5)      Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler protokol dan
komunikasi.
6)      Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan
urusan rumah tangga perwakilan konsuler.

Adapun tugas-tugas yang berhubungan dengan kekonsulan antara lain mencakup


bidang berikut.

1)    Bidang Ekonomi, menciptakan tata ekonomi dunia ban' dengan menggalakkan


ekspor komoditas nonmigas, promosi perdagangan, mengawasi pelayanan,
pelaksanaan perjanjian perdagangan dan lain-lain.
2)    Bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, seperti tukar-menukar pelajar,
mahasiswa, dan lain-lain
3)    Bidang-bidang lain seperti hal berikut.
a)    Memberikan paspor dan dokumen perjalanan kepada warga pengirim dan visa atau
dokumen kepada orang yang ingin mengunjungi negara pengirim.
b)    Bertindak sebagai notaris dan pencatat sipil serta menyelenggarakan fungsi
administrasi lainnya.
c)     Bertindak sebagai subjek hukum dalam praktek dan prosedur pengadilan atau
badan lain di negara penerima.

13
BAB III

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, bahasa Inggris: United Nations,


disingkat UN) adalah organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober
1945 untuk mendorong kerjasama internasional. Badan ini merupakan pengganti Liga
Bangsa-Bangsa dan didirikan setelah Perang Dunia II untuk mencegah terjadinya
konflik serupa. Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota; saat ini terdapat
193 anggota. Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi
antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di
Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai
pengamat. Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan
termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB,
sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB)

Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa terletak di Manhattan, New York City, dan


memiliki hak ekstrateritorialitas. Kantor utama lain terletak di Jenewa, Nairobi,
dan Wina. Organisasi ini didanai dari sumbangan yang ditaksir dan sukarela dari
negara-negara anggotanya. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga perdamaian dan
keamanan dunia, memajukan dan mendorong penghormatan hak asasi manusia,
membina pembangunan ekonomi dan sosial, melindungi lingkungan, dan menyediakan
bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata.
PBB memiliki enam bahasa resmi, yaituArab, Tionghoa, Inggris, Perancis, Rusia,
dan Spanyol.

- Fungsi Perserikatan Bangsa-bangsa

Fungsi PBB sebagai sebuah lembaga internasional dapat dilihat dari seberapa
besar guna atau manfaat yang telah diberikan kepada masyarakat internasional.

14
Sebagaimanasejarah kelahirannya, PBB diharapkan dapat menjalankan fungsinya, yaitu
sebagai berikut.

1. Fungsi proteksi, yaitu PBB berusaha memberikan perlindungan kepada


seluruhanggota.
2. Fungsi integrasi, yaitu PBB sebagai wadah atau forum untuk
membina persahabatan dan persaudaraan bangsa – bangsa.
3. Fungsi sosialisasi, yaitru PBB sebagai sarana untuk menyampaikan nilai – nilaidan
norma kepada semua anggota.
4. Fungsi pengendali konflik , yaitu PBB sebagai lembaga internasional
diharapkandapat mengendalikan konflik – konflik yang muncul dari sesame
anggotasehingga tidak sampai menimbulkan ketegangan dan peperangan sesame
anggota PBB.
5. Fungsi kooperatif , yaitu PBB sebagai lembaga internasional diharapkan
mampumembina / mendorong kerja sama di segala bidang antar bangsa di dunia.
6. Fungsi negoisasi, yaitu PBB diharapkan dapat memfasilitasi perundingan
–  perundingan antarnegara untuk membentuk hukum, baik yang bersifat umum
maupun khusus.
7. Fungsi arbitrase, yaitu PBB hendaknya dapat menyelesaikan masalah –
masalahsecara hokum yang timbul dari sesame anggota sehingga tidak menjadi
masalahyang berkepanjangan yang dapat mengganggu perdamaian dunia.
Peran yang dimainkan oleh PBB, sejak berdirinya sampai sekarang, dapat kitalihat
pada bidang – bidang yang telah dilakukan sesuai dengan tugas danfungsinya,
sebagai berikut.

- Struktur dan Tugas Perserikatan Bangsa-Bangsa

1. Majelis Umum

Majelis Umum adalah majelis permusyawaratan utama Perserikatan Bangsa-


Bangsa. Terdiri dari semua negara anggota PBB, majelis bertemu setiap tahun di bawah
pimpinan yang dipilih dari negara-negara anggota. Selama periode dua minggu awal
setiap sesi, semua anggota memiliki kesempatan untuk berpidato di hadapan majelis.
Biasanya Sekretaris Jenderal melakukan pidato pertama, diikuti oleh pimpinan dewan.

15
Sidang pertama diadakan pada tanggal 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall di
London dan dihadiri oleh wakil dari 51 negara.

Ketika Majelis Umum mengadakan pemilihan pada masalah-masalah penting,


minimal diperlukan dua pertiga suara dari seluruh anggota yang hadir. Contoh masalah
penting ini termasuk: rekomendasi tentang perdamaian dan keamanan; pemilihan
anggota untuk badan PBB; pemasukan, suspensi, dan pengusiran anggota; dan hal-hal
anggaran. Sedang masalah-masalah lain yang ditentukan cukup oleh suara mayoritas.
Setiap negara anggota memiliki satu suara. Selain hal-hal persetujuan anggaran,
resolusi tidak mengikat pada anggota. Majelis dapat membuat rekomendasi mengenai
setiap masalah dalam lingkup PBB, kecuali masalah perdamaian dan keamanan yang
berada di bawah pertimbangan Dewan Keamanan.

2. Dewan Keamanan

Dewan Keamanan ditugaskan untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar


Negara. Jika organ-organ lain dari PBB hanya bisa membuat 'rekomendasi' untuk
pemerintah negara anggota, Dewan Keamanan memiliki kekuatan untuk membuat
keputusan yang mengikat bahwa pemerintah negara anggota telah sepakat untuk
melaksanakan, menurut ketentuan Piagam Pasal 25. Keputusan Dewan dikenal sebagai
Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Dewan Keamanan terdiri dari 15 negara anggota, yang terdiri dari 5 anggota tetap
—Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat—dan 10 anggota tidak tetap,
saat ini, Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Kolombia, Gabon, Jepang, India, Lebanon,
Nigeria, Portugal, dan Afrika Selatan

Lima anggota tetap memegang hak veto terhadap resolusi substantif tetapi tidak
prosedural, dan memungkinkan anggota tetap untuk memblokir adopsi tetapi tidak
berkuasa untuk memblokir perdebatan resolusi tidak dapat diterima untuk itu. Sepuluh
kursi sementara diadakan selama dua tahun masa jabatan dengan negara-negara
anggota dipilih oleh Majelis Umum secara regional. Presiden Dewan Keamanan diputar
secara abjad setiap bulan.

3. Sekretariat

Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal PBB, dibantu oleh suatu
staf pegawai sipil internasional dari seluruh dunia. Tugas utama seorang Sekretaris-

16
Jenderal adalah menyediakan penelitian, informasi, dan fasilitas yang diperlukan oleh
badan-badan PBB untuk pertemuan mereka. Dia juga membawa tugas seperti yang
diperintahkan oleh Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB, Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB, dan badan PBB lainnya. Piagam PBB menjelaskan bahwa staf yang akan
dipilih oleh penerapan "standar tertinggi efisiensi, kompetensi, dan integritas," dengan
memperhatikan pentingnya merekrut luas secara geografis.

Tugas Sekretaris-Jenderal termasuk membantu menyelesaikan sengketa


internasional, administrasi operasi penjaga perdamaian, menyelenggarakan konperensi
internasional, mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan keputusan Dewan
Keamanan, dan konsultasi dengan pemerintah anggota mengenai berbagai inisiatif.
Sekretariat kunci kantor di daerah ini termasuk Kantor Koordinator Urusan
Kemanusiaan dan Departemen Operasi Penjaga Perdamaian. Sekretaris-Jenderal dapat
membawa kepada perhatian Dewan Keamanan setiap masalah yang, menurut nya, bisa
mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

4. Sekretaris Jendral

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB, yang bertindak sebagai juru


bicara de facto dan pemimpin PBB. Sekretaris Jenderal saat ini Ban Ki-moon, yang
mengambil alih dari Kofi Annan pada tahun 2007 dan akan memenuhi syarat untuk
pengangkatan kembali ketika masa jabatan pertamanya berakhir pada tahun 2011.

Dibayangkan oleh Franklin D. Roosevelt sebagai "moderator dunia", posisi ini


ditetapkan dalam Piagam PBB sebagai "kepala pegawai administrasi" organisasi, tetapi
Piagam juga menyatakan bahwa Sekretaris Jenderal dapat membawa ke perhatian
Dewan Keamanan "setiap masalah yang menurut pendapatnya dapat mengancam
pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional”, memberikan ruang lingkup
yang lebih besar untuk posisi aksi di panggung dunia. Posisi ini telah berkembang
menjadi peran ganda dari administrator organisasi PBB, dan seorang diplomat dan
mediator menangani yang sengketa antara negara-negara anggota dan menemukan
konsensus dalam menangani isu-isu global.

5. Mahmakah Internasional

Pengadilan Internasional (ICJ), yang terletak di Den Haag, Belanda, adalah badan
peradilan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikan pada tahun 1945 oleh Piagam
PBB, Pengadilan mulai bekerja pada tahun 1946 sebagai penerus ke Mahkamah Tetap

17
Kehakiman Internasional. Statuta Mahkamah Internasional, mirip dengan
pendahulunya, adalah dokumen utama yang merupakan konstitusional dan mengatur
Pengadilan.

Sebuah pengadilan yang terkait, Mahkamah Pidana Internasional (ICC), mulai


beroperasi pada tahun 2002 melalui diskusi internasional yang diprakarsai oleh Majelis
Umum. Ini adalah pengadilan internasional pertama tetap dikenakan dengan mencoba
mereka yang melakukan kejahatan yang paling serius di bawah hukum internasional,
termasuk kejahatan perang dan genosida. ICC secara fungsional independen dari PBB
dalam hal personel dan pendanaan, tetapi beberapa pertemuan badan ICC yang
mengatur, Majelis Negara Pihak pada Statuta Roma, diadakan di PBB. Ada "hubungan
perjanjian" antara ICC dan PBB yang mengatur bagaimana kedua lembaga
menganggap satu sama lain secara sah.

6. Dewan Ekonomi dan Sosial

Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) membantu Majelis Umum dalam


mempromosikan kerjasama ekonomi dan sosial internasional dan pembangunan.
ECOSOC memiliki 54 anggota, yang semuanya dipilih oleh Majelis Umum untuk masa
jabatan tiga tahun. Presiden dipilih untuk jangka waktu satu tahun dan dipilah di antara
kekuatan kecil atau menengah yang berada di ECOSOC. ECOSOC bertemu sekali
setahun pada bulan Juli untuk sesi empat minggu. Sejak tahun 1998, ia telah
mengadakan pertemuan lain setiap bulan April dengan menteri keuangan yang
menduduki komite kunci dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Dilihat terpisah dari badan-badan khusus yang ia koordinasi, fungsi ECOSOC
mencakup pengumpulan informasi, menasihati negara anggota, dan membuat
rekomendasi. Selain itu, ECOSOC mempunyai posisi yang baik untuk memberikan
koherensi kebijakan dan mengkoordinasikan fungsi tumpang tindih dari badan anak
PBB dan dalam peran-peran inilah ECOSOC yang paling aktif.

7. Lembaga Khusus

Ada banyak organisasi dan badan-badan PBB yang berfungsi untuk bekerja pada
isu-isu tertentu. Beberapa lembaga yang paling terkenal adalah Badan Energi Atom
Internasional, Organisasi Pangan dan Pertanian, UNESCO (Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), Bank Dunia dan
Organisasi Kesehatan Dunia.

18
Hal ini melalui badan-badan PBB yang melakukan sebagian besar pekerjaan
kemanusiaan. Contohnya termasuk program vaksinasi massal (melalui WHO),
menghindari kelaparan dan gizi buruk (melalui karya WFP) dan perlindungan
masyarakat rentan dan pengungsi (misalnya, oleh UNHCR).

Piagam PBB menyatakan bahwa setiap organ utama PBB dapat membangun
berbagai badan khusus untuk memenuhi tugasnya.

Lembaga khusus PBB

No Akronim Bender Lembaga


. a

1 FAO Organisasi Pangan dan Pertanian

2 IAEA Badan Tenaga Atom Internasional

3 ICAO Organisasi Penerbangan Sipil Internasional

4 IFAD Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian

5 ILO Organisasi Buruh Internasional

6 IMO Organisasi Maritim Internasional

7 IMF Dana Moneter Internasional

8 ITU Uni Telekomunikasi Internasional

9 UNESCO Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB

10 UNIDO Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-


Bangsa

11 UNWTO Organisasi Pariwisata Dunia

19
12 UPU Kesatuan Pos Sedunia

BAB IV

DIPLOMASI BUDAYA

Konsep diplomasi kebudayaan berasal dari dua kata yakni diplomasi dan kebudayaan.
Diplomasi merupakan instrumen yang digunakan dalam hubungan internasional untuk
mencapai kepentingan nasional. Secara konvensional, diplomasi adalah usaha suatu
bangsa untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam masyarakat
internasional. Dalam hal ini diplomasi diartikan bukan hanya perundingan, tapi semua
upaya hubungan luar negeri. Menurut Harold Nicholson, diplomasi adalah hal-hal yang
mencakup politik luar negeri, negosiasi, mekanisme pelaksanaan negosiasi, dan suatu
cabang dinas luar negeri.

Sementara definisi kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi


adalah “Semua hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia. Karya menghasilkan
teknologi kebendaan atau (material culture) yang diperlukan manusia untuk enguasai
sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk kehidupan masyarakat.”
Sehingga jika definisi ini disatukan, maka dapat diperoleh gambarab bahwa diplomasi
kebudayaan adalah diplomasi yang memanfaatkan aspek kebudayaan untuk
memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam percaturan masyarakat internasional.
Diplomasi kebudayaan juga dianggap sebagai alat untuk memperlihatkan tingkat
peradaban suatu bangsa. Selain itu definisi lain mengenai diplomasi kebudayaan adalah
suatu teknik pemanfaatan dimensi kekayaan dalam percaturan hubungan antar 
bangsa.”

Kegiatan diplomasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau lembaga negara, tetapi
juga non-negara, misalnya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok, dan
individu. Intinya, kegiatan diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Dalam kegiatan diplomasi yang dimaksud disini adalah kegiatan diplomasi kebudayaan

20
dalam artian makro, yaitu yang termanifestasikan dalam pariwisata, pendidikan,
kebudayaan, kesenian, olahraga, dan ilmu pengetahuan.

Diplomasi kebudayaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan di bidang budaya yang


diintegrasikan ke dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara dan pelaksanaannya
dikoordinasikan sepenuhnya oleh Departemen Luar Negeri (Deplu).Diplomasi
kebudayaan juga harus didukung dengan kekuatan dan kewi-bawaan ekonomi, politik,
dan militer. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan pada umumnya efektif dijalankan
oleh negara-negara maju

Akan tetapi pada dasarnya ada dua hal penting dalam diplomasi kebudayaan.Pertama,
bahwa diplomasi kebudayaan hanya menyangkut pe-manfaatan kebudayaan untuk
mendukung pelaksanaan politik luar negeri. Dalam garis itu diplomasi kebudayaan
harus dibe-dakan dari pemanfaatan kebudayaan di luar kerangka politik luar negeri,
misalnya untuk kepentingan pariwisata. Kedua, pada saat ia mengatakan bahwa
diplomasi kebudayaan harus melibatkan kekuatan dan kewibawaan politik, ekonomi,
dan militer, dan semua itu dimiliki oleh negara maju, maka efektivi-tas diplomasi
kebudayaan dipengaruhi oleh ketidaksetaraan hubungan di antara negara-negara yang
terlibat dalam diplomasi kebudayaan itu. Dengan kata lain, diplomasi kebudayaan dapat
mencapai hasil seperti yang diharapkan jika berlangsung dalam pola hubungan
dominatif-subordinatif, dan insiatif untuk menjalankan diplomasi itu diambil oleh
negara maju (dominan) dalam hubungannya dengan negara berkembang (subordinat),
dan bukan sebaliknya.

Kedua istilah diplomasi kebudayaan digunakan untuk menyebut pemanfaatan


kebudayaan baik dalam rangka praktik politik luar negeri maupun untuk kepentingan
pariwisata atau dengan cara lain dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan bagian
dari diplomasi kebudayaan. Dengan pemahaman itu pula kedua penulis tersebut
menunjukkan bahwa diplomasi kebudayaan ternyata dapat diterapkan secara baik dan
berhasil oleh negara negara berkembang seperti Indonesia dengan cara menjalin kerja
sama dengan negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).

Diplomasi Kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa


dalam memahami, menginformasikan dan mempengaruhi (membangun citra) bangsa
lain lewat kebudayaan. Sebenarnya tindakan yang paling efektif untuk merubah citra

21
adalah dengan merubah realitas, namun diplomasi kebudayaan juga menjadi salah satu
sarana yang efektif untuk mencapai kepentingan bangsa, agar bangsa lain dapat
memahami, mendapat informasi dan dapat dipengaruhi untuk kepentingan-kepentingan
berbagai hal dari bangsa kita. Dengan dilakukannya diplomasi kebudayaan, dapat
meningkatkan apresiasi dan pemahaman untuk peningkatan citra positif, membangun
saling pengertian dan memperbaiki citra bangsa.

Diplomasi kebudayaan tidak hanya berurusan dengan perkara politik, khususnya politik
luar negeri, tetapi juga berkaitan dengan bidang lain seperti pariwisata dan perdagangan
ekspor. Oleh karena itu, ukuran-ukuran untuk menilai keberhasilan diplomasi ini juga
menca-kup lebih banyak variabel. Misalnya indonesia sebagai negara berkembang,
dengan Perkembangan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dan angka ekspor
produk non-migas dari Indonesia ke Luar Negeri hanyalah dua contoh dari sejumlah
kriteria yang diperlukan untuk menilai efektivitas diplomasi kebudayaan.

22
BAB V

KONVENSI WINA 1961

MENGENAI HUBUNGAN DIPLOMATIK

Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, ......

Menyadari bahwa tujuan-tujuan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum tidaklah untuk
keuntungan individu akan tetapi untuk menjamin pelaksanaan yang efisien fungsi-
fungsi misi-misi diplomatik dalam mewakili Negara-Negara.

Menegaskan bahwa aturan hukum kebiasaan internasional tetap terus mengatur


masalah-masalah yang tidak secara tegas diatur oleh ketentuan-ketentuan Konvensi ini.

Telah menyetujui sebagai berikut :

Pasal 1

Untuk tujuan Konvensi ini, istilah-istilah berikut akan mempunyai arti yang disebutkan
di bawah ini untuk istilah-istilah tersebut :

(a). “Kepala misi” adalah orang yang diberi tugas oleh Negara pengirim dengan tegas
untuk bertindak di dalam kapasitas sebagai kepala misi.

(b). “Anggota misi” adalah kepala misi dan anggota-anggota staf misi.

(c). “Anggota-anggota staf misi” adalah anggota-anggota staf diplomatik, anggota-


anggota staf administratif dan teknik dan anggota staf pelayan dari misi.

23
(d). “Anggota staf diplomatik” adalah anggota-anggota staf daripada misi yang
mempunyai tingkatan diplomatik.

(e). “Agen diplomatik” adalah kepala misi atau seorang anggota staf diplomatik dari
misi.

(f). “Anggota staf teknik dan administratif” adalah anggota-anggota staf misi yang
dipekerjakan di dalam pelayanan teknik dan administratif dari misi.

(g). “Anggota staf pelayan” adalah anggota-anggota staf misi di dalam pelayanan
domestik daripada misi.

(h). “Pelayan pribadi” adalah orang yang di dalam pelayanan domestik dari seorang
anggota misi dan yang bukan pegawai Negara pengirim misi.

(i). “Gedung misi” adalah bangunan atau bagian dari bangunan dan tanah yang
menyokongnya, tak memandang pemilikannya, dipergunakan untuk tujuan-tujuan misi
termasuk tempat kediaman kepala misi.

Pasal 9

1. Negara penerima boleh setiap saat dan tanpa harus menerangkan keputusannya,
memberitahu Negara pengirim bahwa kepala misinya atau seseorang anggota staf
diplomatiknya adalah persona non grata atau bahwa anggota lainnya dari staf misi
tidak dapat diterima. Dalam hal seperti ini, Negara pengirim, sesuai dengan mana yang
layak, harus memanggil orang tersebut atau mengakhiri fungsi-fungsinya di dalam
misi. Seseorang dapat dinyatakan non grata atau tidak dapat diterima sebelum sampai
di dalam teritorial Negara penerima .........

Pasal 22

1. Gedung misi tidak dapat diganggu gugat (inviolabel). Pejabat-pejabat dari Negara
penerima tidak boleh memasukinya, kecuali dengan persetujuan kepala misi.

2. Negara penerima di bawah kewajiban khusus untuk mengambil semua langkah yang
perlu untuk melindungi gedung misi terhadap penerobosan atau perusakan dan untuk
mencegah setiap gangguan perdamaian misi atau perusakan martabatnya.

24
3. Gedung misi, perlengkapannya dan barang-barang lainnya di sana serta alat-alat
transport misi kebal terhadap penyelidikan, pengambilalihan, penglengkapan atau eksekusi.

Pasal 23

Pengecualian dari pajak di tempat misi

Pasal 24

Arsip-arsip dan dokumen-dokumen misi tidak dapat diganggu gugat (inviolabel) kapan
pun dan dimana pun benda-benda itu berada.

Pasal 25

Negara penerima harus memberikan kemudahan yang penuh untuk pelaksanaan fungsi-
fungsi misi.

Pasal 26

Tunduk pada hukum dan peraturan mengenai larangan masuk pada daerah tertentu atau
yang diatur karena alasan-alasan keamanan nasional.Negara penerima harus menjamin
semua anggota misi kebebasan bergerak dan bepergian di dalam wilayahnya.

Pasal 27

1. Negara penerima harus mengijinkan dan melindungi kemerdekaan berkomunikasi pada


pihak misi untuk tujuan-tujuan resminya. Di dalam berkomunikasi dengan Pemerintah,
misi-misi dan konsulat-konsulat, dari Negara pengirim, dimanapun beradanya, misi
boleh menggunakan semua sarana yang pantas, termasuk kurir diplomatik dan pesan-
pesan dengan sandi atau kode. Namun demikian, misi boleh menggunakan dan
memasang pemancar radio hanya dengan persetujuan dari Negara penerima.

2. Korespondensi resmi daripada misi tidak dapat diganggu gugat. Korespondensi resmi adalah
semua korespondensi yang berhubungan dengan misi dan fungsi-fungsinya.

3. Tas diplomatik tidak boleh dibuka atau ditahan.

25
4. Paket yang ada di dalam tas diplomatik harus memperlihatkan tanda yang jelas dapat
terlihat dari luar yang menunjukkan sifatnya dan hanya boleh berisi dokumen-dokumen
diplomatik atau barang-barang yang diperuntukkan bagi kegunaan resmi daripada
misi .......

Pasal 29

Orang agen diplomatik tidak dapat diganggu gugat (inviolabel). Ia tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam bentuk apapun dari penahanan atau penangkapan.
Negara penerima harus memperlakukannya dengan hormat dan harus mengambil
semua langkah yang tepat untuk mencegah setiap serangan terhadap badannya,
kebebasannya atau martabatnya.

Pasal 30

1. Tempat kediaman pribadi agen diplomatik menikmati inviolabilitas dan


perlindungan yang sama seperti gedung misi.

2. Kertasnya, korespondensinya, dan kecuali ditentukan di dalam ayat 3 Pasal 31,


barang-barangnya, juga menikmati inviolabilitas.

Pasal 31

1. Seorang agen diplomatik kebal dari yurisdiksi kriminil Negara penerima. Dia juga
kebal dari yurisdiksi sipil dan administratif kecuali dalam hal :

(a) Suatu perkara yang berhubungan dengan barang-barang tetap yang terletak di dalam
wilayah Negara penerima, tanpa ia memegangnya itu untuk pihak Negara pengirim
untuk tujuan-tujuan misi;

(b) Suatu perkara yang berhubungan dengan suksesi di mana agen diplomatik termasuk
sebagai eksekutor, administrator, ahli waris atau legate sebagai orang privat dan tidak
untuk pihak Negara Pengirim;

(c) Suatu perkara yang berhubungan dengan setiap kegiatan professional atau dagang
yang dijalankan oleh agen diplomatik di dalam Negara penerima dan diluar fungsi
resminya.

26
2. Seorang agen diplomatik tidak berkewajiban menjadi saksi untuk memberikan bukti.

3. Tiada tindakan eksekusi boleh diambil terhadap agen diplomatik kecuali di dalam
hal-hal yang masuk di dalam sub ayat (a), (b) dan (c) dari ayat 1 pasal ini, dan dengan
syarat bahwa tindakan itu dapat diambil tanpa melanggar inviolabilitas orangnya atau
tempat kediamannya.

4. Kekebalan agen diplomatik dari yurisdiksi Negara penerima tidak membebaskannya


dari yurisdiksi Negara pengirim.

Pasal 32

1. Kekebalan dari yurisdiksi bagi agen-agen diplomatik dan orang-orang yang


menikmati kekebalan di dalam Pasal 37 dapat ditanggalkan oleh Negara pengirim.

2. Pelepasan kekebalan haruslah dinyatakan dengan tegas.

3. Pemulaian sidang oleh agen diplomatik atau oleh seseorang yang mendapat
kekebalan terhadap yurisdiksi menurut Pasal 37 akan menghalanginya untuk pengajuan
kekebalan terhadap yurisdiksi dalam hal tuntutan balik yang secara langsung
berhubungan dengan gugatan pokok.

4. Penanggalan kekebalan dari yurisdiksi dalam hal sidang-sidang sipil atau


administratif tidak dapat dipegang untuk menyatakan secara tak langsung adanya
penanggalan kekebalan dalam hal eksekusi keputusan, yang untuk mana suatu
penanggalan terpisah diperlukan.

Pasal 34

Pembebasandaripajakagendiplomatik

Pasal 36

Pembebasan dari bea cukai untuk misi diplomatik dan agen-agen dan keluarga mereka.

27
Pasal 37

1. Anggota-anggota keluarga agen diplomatik yang membentuk rumah tangganya, jika


mereka ini bukan warga negara Negara penerima, mendapat hak-hak istimewa dan
kekebalan hukum yang disebutkan di dalam Pasal 29 sampai 36.

2. Anggota staf administratif dan teknik daripada misi, bersama-sama dengan anggota
keluarga mereka yang membentuk rumah tangga mereka masing-masing, jika mereka
itu bukan warga negara dari atau tidak menetap secara permanen di Negara penerima,
mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum yang ditentukan di dalam Pasal 29
sampai 35, kecuali bahwa kekebalan terhadap yurisdiksi administratif dan sipil Negara
penerima di dalam ayat 1 Pasal 31 tidak akan meluas sampai ke perbuatan-perbuatan
yang dilakukan diluar pelaksanaan tugas mereka. Mereka juga mendapat hak-hak
istimewa di dalam Pasal 36 ayat 1, atas barang-barang yang dimasukkan pada saat
pertama kali penempatan mereka.

3. Anggota staf pelayan misi yang bukan warga negara dari atau tidak berdiam menetap
di Negara penerima mendapat kekebalan atas perbuatan yang dilakukan di dalam tugas-
tugas mereka, pembebasan dari iuran dan pajak atas pembayaran yang diterimanya dari
pekerjaannya itu serta pembebasan yang ada di dalam Pasal 33.

4. Pelayan pribadi daripada misi, jika mereka itu bukan warga negara atau tidak
berdiam menetap di Negara penerima, mendapat pembebasan dari iuran dan pajak atas
pembayaran yang diterimanya dari kerjanya itu. Di dalam hal lain, mereka hanya
mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum seluas yang diakui oleh Negara
penerima. Namun demikian, Negara penerima harus melakukan yurisdiksinya atas
orang-orang itu sedemikian rupa sehingga tidak mencampuri secara tidak sah
pelaksanaan fungsi-fungsi misi.

Pasal 38

1. Kecuali sejauh hak-hak istimewa dan kekebalan hukum tambahan dapat diberikan oleh
Negara penerima, seorang agen diplomatik yang berkewarganegaraan dari atau yang secara
permanen menetap di dalam Negara penerima mendapat hanya kekebalan terhadap

28
yurisdiksi, dan inviolabilitas, atas perbuatan resmi yang dilakukan dalam fungsi-
fungsinya.

2. Anggota lainnya dari staf misi dan pelayan-pelayan pribadi yang


berkewarganegaraan dari atau berdiam menetap di Negara penerima mendapat hak-hak
istimewa dan kekebalan hukum hanya sejauh yang diakui oleh Negara penerima.
Namun demikian Negara penerima harus melakukan yurisdiksi atas orang-orang
tersebut sedemikian rupa sehingga tidak akan mencampuri secara tidak sah pelaksanaan
fungsi-fungsi misi.

Pasal 39

1. Setiap orang yang berhak akan kekebalan hukum dan hak-hak istimewa akan
mendapatnya sejak saat ia memasuki wilayah Negara penerima dalam proses
menempati posnya, atau jika ia sudah di dalam wilayahnya, sejak saat pengangkatannya
itu diberitahukan kepada Kementerian Luar Negeri atau kementerian lainnya yang
disetujui.

2. Kalau fungsi-fungsi dari orang yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan
hukum itu berakhir, hak-hak istimewa dan kekebalan hukum itu akan berakhir secara
normal pada saat ia meninggalkan Negara itu, atau pada saat berakhirnya suatu periode
yang layak untuk demikian, namun akan tetap ada sampai saat tersebut, bahkan di dalam
keadaan terjadinya konflik bersenjata. Meskipun begitu, terhadap perbuatan-perbuatan
yang dilakukan orang ini di dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya sebagai seorang
anggota misi, kekebalan akan terus ada .........

Pasal 40

1. Jika seorang agen diplomatik melewati atau berada di dalam teritorial suatu Negara
ketiga, yang telah memberinya visa paspor jika visa demikian ini perlu, untuk menuju
ke posnya atau kembali ke posnya, atau pada saat kembali ke negaranya, Negara ketiga
harus memberinya inviolabilitas dan kekebalan lainnya yang diperlukan untuk
menjamin transitnya atau perjalanan pulangnya. Hal yang sama berlaku pula dalam hal
seorang anggota keluarganya yang mendapat hak-hak istimewa dan kekebalan hukum

29
menyertai agen diplomatik tersebut, atau bepergian secara terpisah untuk mengikutinya
atau untuk kembali ke Negara mereka.

2. Dalam hal-hal yang sama dengan yang disebutkan di dalam ayat 1 pasal ini, Negara
ketiga tidak boleh mengganggu lewatnya staf administratif dan teknik atau staf pelayan
daripada misi, dan anggota-anggota keluarganya, melalui wilayahnya.

3. Terhadap korespondensi resmi dan komunikasi resmi lainnya di dalam transit,


termasuk pula pesan-pesan dengan kode atau sandi, Negara ketiga harus memberikan
kemerdekaan dan perlindungan yang sama seperti yang diberikan oleh Negara
penerima. Kepada kurir diplomatik yang telah diberikan visa paspor jika visa demikian
diperlukan, dan tas-tas diplomatik di dalam transit itu, Negara ketiga memberikan
inviolabilitas dan perlindungan seperti yang Negara penerima misi itu terikat untuk
memberikannya.

4. Kewajiban Negara ketiga di bawah ayat 1, 2 dan 3 pasal ini juga berlaku untuk
orang-orang yang disebutkan masing-masing di dalam ayat-ayat itu, dan untuk
komunikasi resmi serta tas-tas diplomatic yang keberadaannya di dalam wilayah
Negara ketiga itu disebabkan karena force majeure.

Pasal 41

1. Tanpa merugikan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum mereka itu, adalah
menjadi kewajiban semua orang yang menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan
hukum itu untuk menghormati hukum dan peraturan Negara penerima. Mereka juga
berkewajiban tidak mencampuri masalah dalam negeri Negara penerima
tersebut ..............

3. Gedung misi tidak boleh dipergunakan dalam cara yang tidak selaras dengan fungsi
misi sebagaimana yang dituangkan di dalam Konvensi ini atau oleh aturan-aturan
umum hukum internasional atau oleh perjanjian khusus yang berlaku di antara Negara
pengirim dan Negara penerima.

30
Pasal 45

Jika hubungan diplomatik terputus di antara dua Negara, atau jika suatu misi dipanggil
kembali untuk sementara atau seterusnya :

(a). Negara penerima harus, bahkan pada saat terjadinya konflik bersenjata,
menghormati dan melindungi misi, bersama-sama dengan barang-barangnya dan arsip-
arsipnya;

(b). Negara pengirim boleh mempercayakan pemeliharaan gedung misi, bersama-sama


dengan barang-barang dan arsip-arsipnya, kepada suatu Negara ketiga yang dapat
diterima oleh Negara penerima;

(c). Negara pengirim boleh mempercayakan perlindungan atas kepentingan-kepentingannya dan


kepentingan-kepentingan warganegara-warganegaranya kepada suatu Negara ketiga yang dapat
diterima oleh Negara pengirim.

Pasal 47

1. Di dalam penerapan ketentuan-ketentuan Konvensi ini, Negara penerima tidak boleh


mendiskriminasikan antara Negara-negara :

2. Namun demikian, diskriminasi tidak akan dianggap terjadi :

(a) Di mana Negara penerima menerapkan sesuatu ketentuan Konvensi ini secara
terbatas disebabkan oleh penerapan yang terbatas ketentuan-ketentuan tersebut terhadap
misinya di dalam Negara pengirim;

(b) Di mana karena kebiasaan atau karena perjanjian Negara-negara memperluas


kepada mereka satu sama lainnya suatu perlakuan yang lebih mengutamakan
(menguntungkan daripada yang disyaratkan oleh ketentuan-ketentuan Konvensi ini).

Catatan :

1. Konvensi telah diadopsi pada Konferensi PBB mengenai hubungan diplomatik dan
immunitas di Viena Tahun 1961.

31
2. Yurisdiksi kekebalan. Pada tahun 1985, terdapat 45.000 agen diplomatik di London, 15.000
diantaranya yang berhak atas kekebalan yurisdiksi. Pasal 37 (2) dari konvensi,
immunitas dari staff administratif dan teknik. Merupakan subjek dari kesepakatan di
Vienna. Beberapa negara telah membuat beberapa negara telah membuat persyaratan
setuju untuk mengizinkan kekebalan hanya diberikan dengan syarat timbal-balik dan
beberapa negara telah membuat persyaratan tidak menerima sama sekali.

3. Pembatalan kekebalan. Sebuah resolusi yang diadopsi di Vienna merekomendasikan :

“Negara pengirim harus membatalkan kekebalan anggota misi diplomatiknya terkait


dengan klaim perdata atas orang-orang di negara penerima ketika ini bisa dilakukan
tanpa menghambat dijalankannya fungsi misi itu, dan bahwa ketika kekebalan tidak
dibatalkan, negara pengirim harus melakukan upaya terbaik untuk menyelesaikan
secara adil permasalahan klaim itu”.

4. Misi dari alasan yang tidak dapat diganggu gugat. Suatu amandemen terhadap
Konvensi untuk permintaan atasan pada misi untuk bekerja sama dengan kewenangan
lokal dalam kasus kebakaran, epidemic atau keadaan darurat ekstrim lainnya, yang
tidak diadopsi pada Vienna. Dalam Komisi Hukum Internasional telah disarankan
bahwa lebih susah yang dipikirkan yaitu suatu misi atasan yang ingin menjatuhkan
untuk kerjasama pada keadaan darurat dan bahwa ada sanksi yang pernyataannya
persona non grata akan tersedia jika dia melakukannya.

5. Perlindungan dari tempat misi, "kewajiban khusus" untuk melindungi bangunan dari misi
yang ditetapkan dalam Pasal 22 dari konvensi sudah terbentuk dengan baik dalam
kebiasaan dan hukum internasional sangat penting saat ini ketika membuktikan tempat
nyaman pengaturan untuk demonstrasi politik.

6. Kebebasan komunikasi. Sebelum Konvensi Tahun 1961, "itu sudah secara pasti
diterima praktek internasional, dan mungkin Hukum Internasional, bahwa dalam kasus-
kasus luar biasa di mana negara penerima memiliki alasan untuk mencurigai
penyalahgunaan" dia memiliki hak bertentangan sehubungan dengan Kantong Diplomatik.

7. Dasar keistimewaan diplomatik.Dalam komentar itu Draft Pasal Komisi Hukum


Internasional, menyatakan :

32
a.Termasuk teori-teori yang sudah memanfaatkan pengaruhnya pada perkembangan
diplomatik dan immunitas, komisi menyebutnya teori ‘exterritorialitas’ berdasarkan
bangunan misi yang mewakili sedikit perluasan wilayah pengiriman negara.

b.Sekarang ada tiga teori muncul terkenal di masa-masa modern, namanya, teori
‘kebutuhan fungsional’ yang membenarkan hak istimewa dan hak immunitas yang
memungkinkan misi itu untuk menjalankan fungsinya.

c.Komisi diarahkan oleh tiga teori ini dalam menyelesaikan masalahnya dimana praktik
tidak memberikan petunjuk yang jelas, ketika membawa pemikiran-pemikiran karakter
representative pada kepala misi itu dan pada misi itu sendiri.

DIPLOMATIK AS DAN STAF KONSULER DALAM KASUS TEHERAN

U.S vs IRAN

Laporan ICJ 1980

Pada tanggal 4 Nopember 1979, ratusan pelajar Iran dan para pendemo lain mengambil
alih Kedutaan Besar AS di Teheran secara paksa. Mereka memprotes ijin persaksian Shah
Iran ke AS atas perlakuan medisnya. Para pendemo tidak dihalang-halangi oleh petugas
keamanan Iran yang “sederhananya tidak muncul pada kejadian itu”......

Konsulat AS diberbagai tempat di Iran semuanya sibuk. Para demonstran masih


melakukan pendudukan dan menghakimi/memprotes Konsulat AS atas dasar suatu
putusan. Mereka telah merebut arsip dan dokumen-dokumen dan terus menahan 52
warga negara Amerika Serikat (perempuan dan orang kulit hitam telah dibebaskan) 50
orang staf diplomatik atau konsuler, dua orang warga negara sipil.

Dalam putusan sebelumnya, pengadilan telah menunjukkan langkah-langkah sementara


atas permintaan AS dalam putusan, pengadilan memutuskan pada permintaan AS bagi
sebuah deklarasi bahwa Iran melanggar sejumlah perjanjian, termasuk tahun 1961 dan
1963 Konvensi Wina tentang diplomatik dan hubungan konsuler. Hal ini juga meminta
pernyataan menyerukan pembebasan para sandera, evakuasi kedutaan dan konsulat,
hukuman dari orang yang bertanggung jawab dan pembayaran ganti rugi kerusakan.
Pada April 1980, untuk sementara kasus itu tertunda, pasukan militer AS memasuki

33
Iran melalui udara dan mendarat di wilayah padang pasir terpencil dalam perjalanan
dari upaya untuk menyelamatkan para sandera. Usaha ini ditinggalkan karena
kegagalan peralatan. Personil militer AS tewas dalam tabrakan udara dan sebagian unit
mundur. Tidak ada kerusakan maupun cedera atas fasilitas umum di Iran.

Putusan Pengadilan

Kejadian-kejadian yang merupakan subjek klaim Amerika Serikat jatuh ke dalam dua
fase ....

57. Pertama .... mencakup serangan bersenjata di Kedutaan Besar Amerika oleh
militan pada 4 November 1979 …..

69. Tahap kedua peristiwa ... terdiri dari seluruh rangkaian fakta-fakta yang terjadi
setelah selesainya pendudukan Kedutaan Besar Amerika Serikat oleh kaum militan, dan
penyitaan dari Konsulat di Tabriz dan Shiraz. Pendudukan telah terjadi dan personel
diplomatik dan konsuler dari misi Amerika Serikat yang telah disandera, diperlukan
tindakan dari pemerintah Iran dengan Konvensi Wina dan oleh hukum umum
internasional yang nyata.

70. Demikianlah tidak ada langkah yang diambil oleh pemerintahan rakyat Iran.

……

95. Untuk alasan-alasan ini, Pengadilan 2 berbanding 13 suara

Memutuskan bahwa Republik Islam Iran telah melanggar kewajiban-kewajibannya kepada


Amerika Serikat dibawah konvensi-konvensi internasional yang berlaku diantara dua negara,
serta dibawah aturan-aturan umum hukum internasional yang telah lama dilaksanakan.

Catatan :

Pengadilan juga memutuskan (i)dengan suara bulat, bahwa Iran harus dengan segera
mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan situasi hasil dari kejadian 4
November 1979 termasuk melepaskan sandera-sandera dan mengembalikan gedung beserta
halamannya, dokumen-dokumen dan lain-lain kepada AS (ii)dengan 3 dari 12 suara bahwa
Iran berkewajiban untuk membuat persiapan kepada AS. Iran, yang mana berperan

34
dalam kemunduran laporan kerja, tidak mematuhi Putusan Pengadilan dengan rasa
hormat. Sandera-sandera akhirnya dilepaskan pada Januari 1981 sebagai hasil penyelesaian
yang dinegosiasikan dengan AS.

UU HAK-HAK ISTIMEWA DIPLOMATIK 1964

1. ......

7. ...... (1) Di mana perjanjian khusus atau susunan antara Pemerintah Negara manapun
dan Pemerintah Kerajaan Inggris yang berlaku pada saat dimulainya Undang-Undang
ini menyediakan untuk perpanjangan ….

(a) Kekebalan dari yurisdiksi dan dari penangkapan atau penahanan, dan tidak dapat
diganggu gugat dalam hal tempat tinggal, seperti yang diberikan oleh UU ini pada agen
diplomatik atau

(b) pembebasan dari bea cukai, pajak, dan biaya terkait seperti yang diberikan oleh
Undang-Undang ini sehubungan dengan untuk penggunaan pribadi agen diplomatik;

Untuk beberapa kelas person, atau untuk ketentuan penggunaan pribadi kelas person,
dihubungkan dengan misi Negara, bahwa kekebalan dan tidak dapat diganggu gugat
atau pengecualian akan begitu luas, asalkan perjanjian atau pengaturan terus berlaku.

EMPSON v SMITH

(1966) 1 T. B. 426. Pengadilan Banding

Tahun 1963, penggugat membawa perkara ke pengadilan negara terhadap tergugat atas
pelanggaran dari sebuah perjanjian sewa-menyewa. Tindakan itu dipertahankan setelah
Departemen Hubungan Persemakmuran menyatakan bahwa tergugat adalah seorang
pegawai administrasi yang dipekerjakan oleh Komisaris Tinggi untuk Kanada. Pada
Desember 1964, pengajuan oleh penggugat, yang dibuat pada Agustus 1964, untuk
penundaan dikabulkan oleh Pengadilan Negeri, bersama-sama dengan pengajuan oleh
tergugat untuk memiliki surat perintah, yang dibuat pada bulan November 1964, ditolak
sebagai suatu pembatalan. Pada waktu itu Undang-Undang Perlindungan Diplomatik

35
telah mulai berlaku, pada tanggal 1 Oktober 1964. Pengadilan Negeri mengabulkan
permohonan tergugat. Penggugat ke Pengadilan Tinggi.

Ketika perbuatan itu dimulai pada bulan Maret 1963, tergugat berhak di bawah bagian
1 (1) (a) dari Undang-Undang tahun 1952 "kekebalan dari pengajuan gugatan dan
proses hukum seperti yang diberikan kepada anggota staf resmi seorang utusan dari
kekuasaan kedaulatan asing”. Dengan demikian, dia berhak selama ia tetap en poste
untuk menyelesaikan immunitas dari gugatan perdata di Kerajaan Inggris, baik sebagai
tindakan yang dilakukan dalam kapasitas atas nama pejabat pemerintah maupun
menghormati tindakan yang dilakukan dalam kapasitas pribadi ......

Jika tergugat diberlakukan sebelum berlakunya Undang-Undang Perlindungan


Diplomatik tahun 1964, tindakan penggugat diberhentikan di sana karena tidak ada
jawaban atas permohonannya. Tapi dia menunda hingga November 1964. Pada tanggal
itu hak kekebalannya dari perdata telah dibatasi oleh UU yang berlaku di Kerajaan
Inggris berdasarkan ketentuan-ketentuan Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik
1961, terdapat dalam UU. Akibat dari penggabungan Pasal 31 dan 37 Konvensi dalam
kekebalan misi anggota staf administratif dan staf teknis dari yurisdiksi pengadilan
Kerajaan Inggris tidak mencakup tindakan yang dilakukan di luar saja dari tugasnya.
Apakah ia berhak untuk immunitas dalam gugatan tertentu tidak lagi tergantung hanya
pada statusnya, tetapi juga pada subjek masalah gugatan.

Ini adalah hukum dasar bahwa kekebalan diplomatik tidak kebal dari tanggung jawab
hukum tetapi kebal dari gugatan. Jika otoritas yang diperlukan untuk hal ini, dapat
ditemukan dalam Dickinson v. Del Solar ... Statuta yang berkaitan dengan kekebalan
diplomatik dari prosedural perdata adalah prosedural statuta.

Peraturan tentang Hak-Hak Pribadi (Hak Privat) tahun 1964, berlaku untuk tuntutan
setelah tanggal undang-undang yang diberlakukan sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan sebelum tanggal tersebut. Karena itu, jika penggugat telah mengeluarkan
keluhannya setelah 1 Oktober 1964, bukan sebelumnya, tindakan itu tidak dapat ditolak
atas dasar hak istimewa diplomatik kecuali dan sampai pengadilan telah memutuskan
masalah : “apakah tindakan tergugat tentang dugaan oleh penggugat yang merupakan
penyebab dilakukan tindakan di luar tugasnya sah”. Hal tersebut seyogyanya dapat
diperdebatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh tergugat dalam hubungan dengan

36
sewa-menyewa tempat tinggal pribadinya di London yang dilakukan oleh dia di luar tugas.
Namun ini merupakan salah satu yang dapat diputuskan hanya kepada bukti.

Hakim pengadilan merasa tidak perlu untuk memahaminya secara mendalam. Dia
menolak tindakan penggugat atas alasan-alasan lain. Ia mengambil pandangan bahwa
"adalah proses pembatalan pada saat memulai, mereka tidak terpengaruh oleh peraturan
tahun 1964 yang mulai berlaku kemudian".

Hakim pengadilan tidak mengacu pada bagian 3 dari tindakan Keistimewaan


Diplomatik, tapi pengacara tergugat di pengadilan sangat bergantung pada hal itu untuk
mendukung dalil bahwa pengaduan Mrs Empson's itu batal ab initio. Tindakan Anne ....
Telah berulang kali dianggap menerangkan hukum yang umum terjadi, dan oleh karena
itu harus ditafsirkan sesuai dengan hukum umum yang dan hukum negara harus
dianggap sebagai bagian lain. Diputuskan dalam Re Suarez bahwa terlepas bahwa
tindakan surat perintah yang dikeluarkan di Pengadilan Tinggi terhadap seorang Duta
Besar tidak batal ab initio. Kalau begitu, memang, mungkin bagi yang pernah hak
untuk dibebaskan, seperti yang memutuskan dalam Kahan Federasi Pakistan tidak
boleh ada surat pernyataan efektif sampai pengadilan benar-benar melakukan proses.
Pembatalan adalah suatu usaha tidak diberikan kepada pihak lainnya dalam
persidangan, tetapi ke pengadilan itu sendiri dapat efektif diberikan hanya setelah
proses telah dimulai. Kasus Kahan adalah salah satu immunitas negara, tetapi
diselesaikan dengan baik kekebalan diplomatik yang diatur oleh prinsip-prinsip yang
sama ini diklaim oleh kepala misi atas nama negara.

Maka karena itu, sampai langkah-langkah yang diambil untuk menyisihkan atau untuk
mengabaikan tindakan pengaduan penggugat bukan ketidaksahan : itu adalah
pengaduan yang valid. Jika tergugat itu, dengan izin dari Komisaris Tinggi, tampaknya
sebelum 1 Oktober 1964, prosedural penghalang untuk sidang akan dihapus.

Catatan :

1. Pertanyaan apakah pelanggaran dari perjanjian sewa-menyewa oleh tergugat adalah


sebuah tindakan "yang dilakukan di luar tugas" soal fakta dengan sertifikat yang

37
seorang eksekutif bisa ditangani dan yang di atasnya seperti sertifikat akan meyakinkan
di bawah bagian 4 dari Undang-Undang Hak Istimewa Diplomatik ?

2. Empson V Smith menunjukkan satu hal di mana perubahan UU tahun 1964 hukum
Inggris sebelumnya dalam kekebalan diplomatik. Memiliki aturan berikut pra-1964
juga telah berubah :

• Bahwa seorang agen diplomatik dapat mengklaim kekebalan dalam tindakan sipil
untuk pembayaran bunga pada penduduk pribadinya.

• Bahwa seorang agen diplomatik dapat mengklaim kekebalan dalam aksi sipil
mengenai pribadinya kegiatan komersialnya.

• Bahwa negara Inggris diakreditasi sebagai agen diplomatik untuk sebuah misi asing di
Inggris Raya memiliki kekebalan dari barang pembayaran non tarif kecuali sebaliknya
telah ditunjukkan oleh Pemerintah Inggris ketika dia diterima.

• Kekebalan itu dapat dianggap telah dibebaskan oleh masuknya penampakan dalam
suatu tindakan

38
BAB VI

PENUTUP

Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Depdikbud.

2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Kaelan. 2003. Pendidikan

pancasila. Yogyakarta. Paradigma Manan, Bagir. 2003. Teori dan Politik Konstitusi.

FH UII Press Muchson AR. 2000. Dasar-dasar Pendidikan Moral, Jurusan Pancasila

dan Kewarganegaraan. FIS UNY Moctar Kusumaatmadja, Etti R. Agoes. 2001.

Pengantar Hukum Internasional. Bandung. PT. Alumni Retno Listyarti, Setiadi. 2008.

Pendidikan Kewarganegaraan, untuk SMK dan MAK Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Soehardi. 2005. Kamus Populer Kepolisian. Jakarta: Koperasi Wira Raharja Suprapto,

dkk. 2005. Kewarganegaraan untuk SMA kelas 2. Jakarta: Bumi Aksara Surbakti,

Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo A. Hakim. 2005. Intisari

Kewarganegaraan untuk SMA. Bandung: CV Pustaka Setia

39

Anda mungkin juga menyukai