Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUBUNGAN INTERNASIONAL

INSTRUMEN DAN TEKNIK HI

Dosen Pengampu

Prof.Dr. AzwarAnanda,M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok5

1. HESTI AJENG IRANI ( 19052057 )

2. NORA SEPTIANA GITA ( 19052026 )

3. NADILA RAMADHANI ( 19052024 )

4. ISMI SEPTI YOANDA ( 19052017 )

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAANJURUSAN


ILMU SOSIAL POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITASNEGERI
PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini, Saya pribadi banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Prof. DR.
Azwar Ananda, M.A,selaku dosen Hubungan Internasional atas bimbingan, pengarahan, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada saya dalam pengerjaan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca sekalian. Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, 27 September 2021

Kelompok Penyaji
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ………………...

DAFTAR ISI.................................................................................................... ………………...

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... ………………...

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... ………………...

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………

2.1 Instrumen dan teknik HI .....................................................................................

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan Internasional adalah sebagai sebuah studi mengenai semua bentuk pertukaran,
transaksi, hubungan, arus informasi, serta berbagai respon perlaku yang muncul diantara dan
antar masyarakat yang terorganisir secara terpisah, termasuk komponen-komponennya
(McClelland,dalam Anda, 2000: 54). Menurut Robert Jackson & George Sorenson dalam buku
“Pengantar Studi Hubungan Internasional”, mengemukakan bahwa: “Alasan utama mengapa
kita harus mempelajari hubungan interasional adalah adanya fakta bahwa seluruh penduduk
dunia terbagi kedalam wilayah komunitas politik yang terpisah, atau negara-negara merdeka,
yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia. Secara bersama-sama negara-negara tersebut
membentuk sistem internasional yang akhirnya menjadi sistem global” (2005:3). Adanya
hubungan antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya antara negara
yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi akibat saling ketergantungan
(interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan antara suatu negara dengan negara lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu Instrumen dan Teknik Hubungan Internasional

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Instrumen dan Teknik Hubungan Internasional
BAB II

PEMBHASAN

Instrumen dan Teknik HI

A. Hubungan Internasional
Hubungan Internasional dipahami sebagai interaksi yang terjadi antar aktor-aktor tertentu,
dimana interaksi tersebut telah melampaui batas yurisdiksi nasional sebuah negara. Sementara,
sebagai sebuah disiplin ilmu, Hubungan Internasional dipahami sebagai kajian akademis yang
berusaha memahami interaksi antar aktor-aktor tertentu yang telah melampaui batas yurisdiksi
nasional negara.
Adanya hubungan antar negara dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya antara
negara yang berbeda. Hubungan atau kerjasama juga dapat terjadi akibat saling ketergantungan
(interdepensi) untuk dapat saling memenuhi kebutuhan antara suatu negara dengan negara lain.

B. Kebijakan Luar Negeri


Kebijakan luar negeri adalah aksi dari suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya yang
diformulasikan dari kepentingan internasional, kapabilitas, pembuat kebijakan, kebutuhan, dan
aspirasi dari masyarkat (Holsti dalam Jervis 2005:19). Dalam mempelajari kebijakan luar
negeri pengertian dasar yang harus kita ketahui yaitu kebijakan luar negeri itu pada dasarnya
adalah “action theory” atau kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan negara lain untuk
mencapai suatu kepentingan tertentu.
Plano mengatakan bahwa ada beberapa langkah yang ditempuh dalam proses pembuatan
kebijakan luar negeri, yaitu:
1. Menjabarkan pertimbangan kepentingan nasional kedalam bentuk tujuan sasaran yang
spesifik.
2. Menetapkan faktor-faktor situasional di lingkungan domestik dan internasional yang
berkaitan dengan kebjakan luar negeri.
3. Menganalisis kapabilitas nasional untuk mencapai hasil yang dikehendaki.
4. Mengembangkan perencanaan atau strategi untuk memakai kapabilitas nasional dalam
menanggulangi variabel tertentu sehingga mencapai tujuan yang ditetapkan.
5. Melaksanakan tindakan yang dianggap perlu.
6. Secara periodik meninjau dam melakukan evaluasi perkembangan yang telah berlangsung
dalam menjangkau tujuan hasil yang dikehendaki (2000:48).
Substansi kebijakan luar negeri merupakan pendekatan analitis dan dihadapkan pada
situasi kontemporer. Substansi kebijakan luar negeri (Macridis, 2005 : 7-8).
1. Kebijakan luar negeri Ekonomi
• Tarif
• Pengendalian perdagangan
• Investasi
• Bantuan luar negeri
2. Kebijakan luar negeri Kultural dan Ideologi
• Ikatan Budaya
• Hubungan bahasa dan komunikasi
• Aktivitas Ideologi internasional
3. Kebijakan luar negeri Keamanan
• Tujuan diplomatik termasuk peranan PBB
• Kapasitas militer, masalah, tujuan

Dalam melakukan kebijakan luar negeri suatu negara dihadapkan pada pilihan-pilihan
mengenai instrumen yang akan digunakan. Holsti membagi instrumen kebijakan luar negeri
menjadi lima, yaitu: diplomasi, propaganda, ekonomi, intervensi, dan tindakan militer
terselubung, dan persenjataan, perang dan pengaruh politik (Holsti, dalam Jervis 2005).

C. Kepentingan Nasional
Setiap negara pasti memiliki kepentingan nasional. kepentingan adalah tujuan-tujuan yang
telah diatur sedemikian hingga benar-benar sesuai dan secara adil mengakomodasi semua
orang. Jadi kepentingan negara adalah merupaka cerminan dari keinginan rakyatnya.
1. Kepentingan nasional juga dibagi berdasarkan tingkatan-tingkatan sebagai berikut, ya
itu: Primary interest (kepentingan primer/utama), termasuk didalamnya perlindungan
terhadap fisik negara, politik, dan identitas budaya dan keselamatan dari ancaman luar.
Kepentingan primer tidak dapat dikompromikan atau ditukar, semua negara-negara di
dunia memiliki kepentingan ini dan harus mempertahankannya sebisa mungkin.
2. Secondary interest (kepentingan sekunder), merupakan kepentingan dimana diarahkan
keluar negara tersebut, sebagai contoh: melindungi asetaset negara di luar negeri,
melindungi warga negara lain, dan member kekebalan bagi warga negara seorang
diplomat merupakan kepentingan sekunder.
3. Permanent interest (Kepentingan permanen), merupakan kepentingan yang cenderung
konstan dalam jangka panjang, kepentingan ini bervariasi seiring dengan jalannya waktu,
tapi cenderung berubah secara lambat, sebagai contoh Australia selama berabad-abad
memiliki kepentingan untuk tetap memiliki ketertarikan politik dengan Inggris Raya
sampai saat ini.
4. Variable interest (Kepentingan tidak tetap), kepentingan ini merupakan fungsi
berdasarkan personalitas, opini publik, kepentingan-kepentingan yang bersifat parsial,
partisan politik dan moral yang berlaku pada saat ini. Dengan kata lain dengan variabel-
variabel inilah yang lebih sering disebut sebagai kepentingan nasional karena berubah
dalam waktu yang sangat cepat.
5. General Interest (Kepentingan-kepentingan umum), adalah kepentingan dimana negara
dapat menerapkannya dalam bentuk yang tepat dan umum di sebuah daerah geografis
yang luas pada sejumlah besar negara, atau pada beberapa lapangan yang bersifat khusus
(seperti ekonomi, perdagangan, diplomatik, hukum internasional, dan sebagainya).
6. Specific interest (Kepentingan–kepentingan khusus), adalah kepentingan yang
cenderung lebih mendekati kepada waktu dan atau tempat dan sering hasil yang logis
dari kepentingan-kepentingan umum.

D. Diplomasi
Saow Barston mendefinisikan diplomasi sebagai menejemen hubungan angtar negara dengan
aktor-aktor hubungan internasional lainnya. Negara melalui perwakilan resmi dan aktor-aktor
lain berusaha untuk menyampaikan, mengkoordinasikan dan mengamankan kepentingan
nasional khusu atau yang lebih luas yang dilkukan melalui korespondensi, pembicaraan tidak
resmi, saling menyampaikan cara pandang, lobby, kunjungan dan aktivitasaktivitas, lainnya
yang terkait (Djelantik, 2008 : 4).
1. Diplomasi Bilateral
Bilateralisme atau diplomasi bilateral mengacu pada hubungan politik dan budaya yang
melibatkan dua negara (Berridge, 2002 : 132). Pada berbagai bentuk hubungan bilateral
terdapat situasi ketika keberadaan dan fungsi Kedutaan Besar tidak bisa dipertahankan.
Keputusan formal untuk menutup Kedutaan Besar terjadi ketika timbul masalah dengan satu
atau lebih negara.
Pemutusan hubungan diplomatik merupakan bagian dari masalah politik dan kekerasan
misalnya dalam bentuk penolakan untuk memberikan pengakuan negara, atau lebih sering lagi
menolak pengakuan terhadap pemerintahan suatu negara yang sah. Fungsi-fungsi diplomatik
mungkin akan melakukan tugasnya dengan lebih baik dalam skala yang lebih terbatas melalui
empat alternatif utama misi diplomatik.

2. Diplomasi Multilateral
Peran Duta besar pada abad ke-20 telah banyak berubah. Perubahan tersebut antara lain
disebabkan mulai maraknya penyelenggaraan diplomasi melalui konferensi yang diikuti oleh
paling sedikit tiga negara atau lebih sehingga muncul istilah diplomasi multilateral (Berridge
dalam Djelantik, 2008 : 133). Pada konferensi-konferensi seperti ini lebih banyak terjadi
komunikasi lisan/tatap muka daripada diplomasi tulisan seperti dalam diplomasi bilateral.
Selain itu masalahmasalah yang dibahas mempunyai cakupan, jangkauan, ukuran, tingkat
kehadiran, massa berlangsungnya serta birokrasi yang lebih luas daripada dalam diplomasi
bilateral.
Diplomasi konferensi berlangsung dalam beberapa bentuk; misalnya konferensi ad-hoc yang
tidak signifikan seperti konferensi enam negara tentang pengawasan lalu lintas udara, yang
berlangsung selama satu minggu dan hanya diikuti ahli-ahli dan pejabat tertentu. Bentuk lain
adalah diplomasi permanen yang diikuti banyak negara atau organisasi antar-negara (IGO)
seperti dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (Djelantik, 2008 :133-134).

3. Diplomasi Preventif
Prinsip Diplomasi Preventif adalah membuat jarak dengan kepentingan langsung sebuah
negara untuk memberikan bantuan moril maupun materil. Diplomasi preventif lebih dari
sekedar menyelamatkan dunia tetapi untuk mencegah agar tidak terisolasi dari masyarakat
internasional. Diplomasi ini memiliki tiga tujuan, yaitu:
➢ Mencegah konflik antar-negara atau antara pemerintah dengan kelompok minoritas di
dalam negara.
➢ Untuk mencegah perselisihan menjadi konflik terbuka.
➢ Jika konflik pecah, memastikan penyebarannya sekecil mungkin

4. Diplomasi Publik
Diplomasi publik merupakan suatu upaya terencana untuk membentuk persepsi positf
dikalangan publik negara lain melalui penyebaran informasi, perluasan informasi dan bentuk-
bentuk kegiatan yang langsung menyentuh kegiatan aktor-aktor non-pemerintah. Diplomasi
publik bertujuan menumbuhkan opini masyarakat yang positif di negara lain melalui interaksi
kelompok-kelompok kepentingan. Oleh karena itu diplomasi publik mensyaratkan kemampuan
komunikasi antar budaya karena terkait dengan berubahnya sikap masyarakat, saling
pengertian dalam melihat persoalanpersoalan kebijakan luar negeri.
Secara sederhana diplomasi publik mempunyai tiga tujuan utama :
➢ Untuk menghindarkan atau menyelesaikan konflik antara kelompok atau negara
dengan cara membangun komunikasi, saling pengertian dan meninkatkan kualitas
hubungan pribadi.
➢ Untuk mengurangi ketegangan, kemarahan, ketakutan, kesalahpahaman dengan cara
memanusiakan “wajah musuh” dan memeberikan individu-individu pengalaman
khusus ketika saling berinteraksi.
➢ Sebagai jembatan antara kegiatan jalur diplomasi jalur pertama yang dilakukan oleh
pemerintah dengan masyarakat. Caranya dengan menjelaskan pokok permasalahan
dari sudut pandang masing-masing, berbagi perasaan dan kebutuhan melalui
komunikasi intensif tanpa prasangka. Diplomasi publik kemudian menjadi landasan
untuk melakukan negosiasi yang lebih formal atau membingkai sebuah kebijkan
(Diamond dan McDonald, 2003:2).
Diplomasi publik dipercaya sebagai instrumen yang paling efektif untuk melibatkan negara-
negara tersebut. Dimana diplomasi publik mencakup penyiaran internasional, pertukaran
kebudayaan dan jangkauan jasa-jasa informasi, bersama dengan program-program lain dan
fungsi-fungsi yang dilakukan oleh sejumlah besar agen. Penggunaan diplomasi publik
dalanjutkan yang lebih luas dimaksudkan untuk berbicara langsung dengan masyarakat di
seluruh dunia dan mendaftarkan mereka pada usaha jangka panjang Amerika Serikat
untukmendorong kemerdekaan, kesejahteraan, dan stabilitas di seluruh dunia. (US. Foreign
Policy Agenda, Volume 7, Number 4, Desember 2002).

E. Komunikasi Internasional
Menurut Onong Uchjana EffendyKomunikasi internasional adalah komunikasi yang dilakukan
komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan pesanpesan yang berkaitan
dengan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili negara lain dengan
tujuan untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan kerjasama, melalui berbagai media
komunikasi atau media internasional. Komunikasi internasional lanjut Effendy, adalah
komunikasi interaksi dan ruang lingkupnya bersifat lintas negara serta berlangsung pada orang-
orang yang berbeda kebangsaan atau lembagalembaga dari negara yang berbeda-beda dan
memiliki jangkauan penyampaian pesan melintasi batas-batas wilayah suatu negara” (Effendy
dalam Shoelhi, 2009 : 26-27)
Unsur-Unsur yang Membentuk Proses Komunikasi:
• Sumber, semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri satu orang
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi, lembaga atau
negara. Sumber sering disebut sebagai pengirim, komunikator atau dalam bahasa
inggris dikenal dengan sebutan, source, sender, atau enconder.
• Pesan, dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim pada
penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka, atau media komunikasi.
Isinya dapat berupa ilmu pengetahuan, informasi, nasehat, atau propaganda. Dalam
bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan messege, content, atau information.
• Media, media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran antarperibadi, media
kelompok, dan ada pula dalam bentuk media massa. Istilah media banyak digunakan
dengan sebutan berbeda misalnya saluran, alat, arena, sarana atau dalam bahasa
inggris disebut channel atau medium.

Komunikasi internasional dapat dipandang dari persfektif diplomasi. Dalam hal ini komunikasi
internasional biasanya dikukan secara interpersonal atau kelompok kecil, digunakan untuk
memperluas pengaruh, meniangatasi ketidaksepakatan, atau salah pengertian dan juga untuk
memperteguh keyakinan, menghindarkan konflik. Dengan demikian komunikasi internasional
diplomatik ditempuh untuk mengembangkan dan memelihara hubungan bilateral dan
multilateral, disamping untuk memperkuat posisi tawar-menawar atau untuk meningkatkan
reputasi (Bakrie dalam Shoelhi, 2005 : 45).

F. Peran Media Media Massa dalam Komunikasi Internasional

Media massa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Media sebagai alat komunikasi dengan salah satu fungsi klasik media massa adalah menjadi
wacana pembentuk pendapat umum. Melalui berita, komentar, editorial dan artikel yang
dimuat dalam surat kabar, serta wawancara yang dilakukan dalam media televisi dan radio
dapat menimbulkan beberapa macam tafsiran dan pendapat yang berbeda-beda dari kalangan
pembaca dan pemirsa. Media massa dalam kemampuannya dapat membuat agenda, dapat
memancing perhatian khalayaknya untuk menyatakan apakah ia setuju atau tidak terhadap
gagasan yang dilemparkan oleh omedia massa. Oleh karena itu media massa tidak bisa hanya
dilihat dari aspek sebagai industri hiburan dan informasi, tetapi juga sebagai sarana pembentuk
pendapat umum.

Media massa merupakan media yang paling intens menyiarkan pesanpesan komunikasi
internasional. Setiap hari begitu banyak peristiwa internasional yang terjadi di seluruh dunia
diberitakan media massa. Hal ini selaras dengan fungsi media massa sebagai lembaga siaran
yang berkepentingan dengan penyebaran informasi dan bisnis serta upaya mempengaruhi opini
publik internasional.

❖ Konsep media masa

Menurut Cangara pengertian media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa
sendiri adalah alat yang digunakan sebagai penyamapaian pesan dari sumber kepada khlayak
(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat kabar, film, radio
dan televisi (2003:134). Dari penyampaian tersebut dapat disimpulkan bila media massa adalah
media yang digunakan dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada khalayak yang
berjumlah besar secara serempak. Menurut Cangara karakteristik media massa itu sendiri
adalah:

• Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media teridiri dari banyak orang
yakni dari proses pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi;
• Bersifat satu arah, artinya informasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya
dialog antara pengirim dan penerima. Kalau terjadi reaksi dan umpan balik biasanya
memerlukan waktu dan tertunda;
• Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena ia
memiliki kecepatan. Bergerak secara luas, dan simultan dimana informasi yang
disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama;
• Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan
semacamnya
• Bersifat terbuka, artinya bisa diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal
usia, jenis, kelamin dan suku bangsa (Cangara, 2003:134).
❖ Media masa sebagai ruang publik

Menurut Habermas Ruang Publik adalah:

“Wahana di mana setiap kepentingan terungkap secara gamblang, setiap warga masyarakat
memliki akses yang sama untuk berpartisipasi, kemudian mereka terdorong untuk
mendahulukan kepentingan bersama dan mencapai konsensus mengenai arah masyarakat
tersebut ke depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan maasalah-masalah yang
mereka hadapi. Ruang Publik hanya dapat mencapai fungsinya ketika telah tercipta situasi
berbicara yang ideal. Situasi yang ideal ini, adalah keadaan di mana klaim-klaim yang
diperdebatkan dapat dibicarakan dan diargumentasikan secara rasional. Dalam situasi ideal ini,
kebenaran tidak menjadi objek dari kepentingan tersembunyi dan permainan, melainkan
muncul lewat argumentasi” (Habermas dalam Edkins dan William, 2009: 202-213)

G. Propaganda

Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya degan persuasi.
Propaganda diartikan sebagai proses diseminasi informasi untuk mempengaruhi sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan motif indoktrinasi ideologi (Cangara,
2007:332). Propaganda sekarang merupakan suatu bagian politik rutin yang normal dan dapat
diterima, dan tidak hanya terbatas pada pesan-pesan yang dibuat selama perayaan politik,
kampanye, krisis atau perang. Penggunaan propaganda sebagai senajata persuasi bukan barang
baru dalam komunikasi sebab kegiatan propaganda sudah ada sejak manusia ada di bumi ini,
meskipun istilah propaganda baru dikenal pada pertengahan abad ke-17.

Propaganda tidak jarang mendapat stigma negatif, seperti yang disampaikan oleh Dr.
Joseph Gobbels Menteri Propaganda Jerman yakni “propaganda tidak mengenal aturan dan
etika. Tujuannya adalah membelenggu rakyat dengan segala cara dengan mencapai tujuan yang
diinginkan”. Salah satu taktik propaganda Gobbel adalah “bisikan” (gossip, desas-desus).
Berbeda dengan pandangan pakar public relations Edward Bernays, justru Ia melihat bahwa
propaganda bukan usaha yang patut dicela dalam meracuni pikiran orang dengan penuh
kebohongan melainkan lebih dari itu, yakni suatu usaha yang terkelola untuk menyebarluaskan
sesuatu untuk mendapatkan kepercayaan atau opini. Propaganda menurut Barnays sangat
dibutuhkan bagi peradaban manusia (Bernays dalam Cangara, 2007:334). Jadi propaganda
tidak selalu diidentikan dengan sesuatu yang negatif tetapi juga bisa menjadi kegiatan positif
yang bermanfaat.

❖ Jenis-jenis prpoganda

Ada beberapa jenis propaganda yang dikemukakan beberapa pengamat. Sehubungan dengan
cara yang dilakukannya dalam isi pesan ada propaganda yang tersembunyi dan terbuka (Dobb
dalam Nurudin, 2002:28)

Menurut Cangara tipe atau jenis propaganda bisa dijabarkan sebagai berikut;

 Propaganda putih, yaitu propaganda yang menyebarkan informasi ideologi dengan


menyebutkan sumbernya.
 Propaganda kelabu, yaitu propaganda yang dilakukan oleh kelompok yang tidak jelas.
Biasanya ditujukan untuk mengacaukan pikiran orang lain, seperti adu domba, intrik
dan gosip.
 Propaganda hitam adalah propaganda yang menyebarkan informasi palsu untuk
menjatuhkan moral lawan, tidak mengenal etika dan cenderung sepihak. Misalnya CIA,
dan KGB saling menyebarkan berita palsu yaitu sekadar menggertak dan menakut-
nakuti pihak lawannya (Cangara, 2009:334).

H. Terorisme Dalam Kajian Hubungan Internasional

Dalam Hubungan Internasional, terorisme masuk dalam isu nonkonvensional, yaitu isu yang
merujuk pada isu kelas kedua, yang kurang dianggap penting makna dan pengaruhnya dalam
keamanan internasional. Namun perkembangannya, isu nonkonvensional kemudian
menempati tempat yang sama penting dengan hard issue, yang memberi ancaman langsung
atas keamanan internasional. Isu Non konvensional dihubungkan sifatnya dengan high politics,
karena kini telah mendapatkan perhatian penting dari banyak pihak (Nainggolan,

2003 : 50).

Terorisme muncul sebagai ancaman “baru” keamanan. Konsep keamanan memiliki lima
dimensi utama, yaitu: (a) the origin of threats (ancaman yang sebenarnya); (b) the nature of
threats (sifat dari ancaman); (c) changing response (perubahan respon); (d) changing
responsibility of security (perubahan tanggung jawab terhadap keamanan); (e) core values of
security (nilainilai nti keamanan). Dalam perkembangannya dimensi tersebut mengalami
perubahan sesuai perkembangan interaksi sosial manusia, terutama pada masa Perang dingin
dan pasca persitiwa 11 September 2001. ( Buzan dalam Perwita, 2003 : 70).

❖ Konsep terorisme

Terorisme merupakan aktifitas ilegal yang sangat mempengaruhi stabilitas politik


internationsional, dan teroris adalah pihak yang melakukan tindakan terorisme. Terorisme
hadir sebagai usaha untuk mengancam keamanan nasional maupun internasional, dalam hal ini
untuk menciptakan kondisi ketidakamanan nasional maupun internasional (national or
international security). Untuk mengetahui lebih jauh mengenai terorisme sebaiknya kita
menjelaskan terlebih dahulu apa itu terorisme, bagaimana orang-orang melakukannya, dan
mengapa mereka melakukannya. Terorisme merupakan perilaku rasional, memiliki tujuan
tujuan tertentu, mengkalkulasikan berbagai tindakan untuk menghasilkan efek politik.

Perilaku rasional adalah perilaku yang dapat diprediksi, tidak seperti perang atau bahkan
revolusi, terorisme tidak memiliki sanksi legal maupun aturan. Oleh karena kebanyakan
tindakan terorisme secara langsung melawan pemerintah, maka tidak ada pemerintah yang
memberikan status legal padanya. Dan ketika pemerintah menggunakan terorisme sebagai alat
seringkali disebut sebagai “statesponsored terrorism” atau “regim terrorism”, maka Ia
menggunakan kekerasan untuk tujuan dan kepentingannya sendiri. Seluruh negara secara resmi
memperlakukan terorisme sebagai suatu tindakan kriminal, walaupun dalam

beberapa konteks tertentu seperti Uni Soviet, Amerika Serikat, Iran, Syiria, Israel, Libya dan
yang lainnya telah menggunakan terorisme sebagai sebuah kebijkan luar negerinya beberapa
waktu yang lalu (Rosin dan Berry dalam Nainggolan 2003 : 127 -134).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan internasional secara umum adalah kerjasama antar negara, yaitu unit politik yang
didefinisikan secara global untuk menyelesaikan berbagai masalah. Hubungan Internasional
adalah kegiatan yang menyangkut aspek regional dan Internasional yang dilakukan oleh
pemerintah ditingkat pusat dan daerah, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik,
organisasi masyarakat, dan warga Negara.

DAFTAR PUSTAKA

1. S.L , Roy, 1995, Diplomasi, Jakarta Utara, PT Raja Grafindo persada. hlm. 35
2. Watson Adam, , 1984, The Dialogues Between States, London, Methuem. hlm. 1.
3. S. L. Roy, op. cit, hlm. 15
4. Repository UMY, Skripsi Ika Hanis Tyasanti, 21310233, Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. hlm 16.
5. Shoelhi Mohammad, 2011, DIPLOMASI: Praktek Komunikasi Internasional,
Bandung, Sembiosa Rekatama Media. hlm. 7

Anda mungkin juga menyukai