Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM

MENJALIN KERJA SAMA DENGAN EROPA DALAM PENYELESAIAN


KONFLIK BOSNIA
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Politik Luar Negeri
Dosen Pengampu :
Drs. Iing Nurdin, M.Si., Ph.D.

Disusun Oleh kelompok 6 :


Nama : Regita Julya Anugrah - 6211211152
Rizki Agustian Pramudiyanto - 6211211153
Raihan Arumi - 6211211154
Putri Chalisa - 6211211155
Kelas : D

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
Daftar Isi
A. Pendahuluan........................................................................................................................3
1. Latar Belakang.................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah............................................................................................................3
3. Kerangka Teori.................................................................................................................3
B. Isi...........................................................................................................................................3
1. Pembahasan......................................................................................................................3
C. Penutup................................................................................................................................3
1. Kesimpulan.......................................................................................................................3
2. Daftar Pustaka..................................................................................................................3
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam mempelajari Politik Luar negeri kita harus mengetahui pengertian dasar dari
politik luar negeri itu sendiri. Politik luar negeri adalah “Action Theory”, atau kebijakan
suatu negara yang ditunjukkan kepada negara lain untuk mencapai suatu kepentingan
tertentu. Dalam pengertian secara umum Politik Luar Negeri (foreign Policy) merupakan
suatu perangkat formula nilai, sikap, arah untuk memperthankan, mengamankan, dan
memajukan kepentingan nasional didalam dunia Internasional. 1

Salah satu cara untuk memahami konsep politik luar negeri adalah dengan
memisahkannya menjadi dua komponen: politik dan luar nageri. Politik (Policy) adalah satu
set keputusan yang memandu tindakan, atau satu set tindakan ditujukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Kebijakan itu sendiri berakar pada konsep
“choices”: memilih suatu tindakan atau membuat keputusan untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan ide mengenai kedaulatan dan konsep “wilayah” akan membantu upaya untuk
memahami konsep luar negeri (foreign). Kedaulatan berarti penguasaan atas (dalam) wilayah
yang dimiliki oleh negara. Jadi, politik luar negeri (foreign policy) berarti seperangkat
pedoman untuk memilih tindakan diarahkan di luar wilayah suatu negara.2

Pemahaman tentang konsep ini diperlukan agar kita dapat membedakan antara politik
luar negara dan politik dalam negeri (domestik). Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa
pembuatan kebijakan luar negeri selalu terkait dengan konsekuensi konsekuensi domestik.
Meminjam istilah dari Henry Kissinger, akademisi serta praktisi kebijakan luar negeri AS,
menyatakan bahwa “politik luar negeri dimulai ketika politik dalam negeri berakhir”. 3

Dengan kata lain studi politik luar negeri berada pada intersection antara aspek dalam negeri
suatu negara (domestik) dan aspek internasional (eksternal) dari kehidupan suatu negara.
Karena ini adalah studi tentang politik luar negeri negara tidak dapat berhubungan dengan
struktur dan proses yang baik dari sistem internasional (lingkungan eksternal) maupun dari
sistem politik dalam negeri. Dari pernyataan di atas sulit bagi kita untuk memisahkan politik

1
Disampaikan pada acara Ceramah Sistem Politik Luar Negeri bagi Perwira Siswa Sekolah Sekolah Staf dan
Komando Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Sesko TNI AU) Angkatan ke-44 TP 2007, Bandung, 16
Mei 2007.
2
Dosen Senior pada Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran (UNPAD).
3
Wolfram F. Hanrieder. 1971. Comparative Foreign Policy: Theoretical Essays. New York: David McKay Co., hal.
22.
luar negeri dari politik dalam negeri. Pemisahan ini hanya dimungkinkan untuk keperluan
analisis atau penelitian mendalam Hubungan Internasional.

Kebijakan luar negeri adalah salah satu bidang studi Ilmu Hubungan Internasional.
Kebijakan Luar Negeri adalah studi yang kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek
eksternal tetapi juga aspek internal sesuatu negara. 4 Negara, sebagai aktor yang menjalankan
politik luar negeri, tetap merupakan satu kesatuan aktor politik utama dalam sistem hubungan
internasional, meskipun mereka adalah aktor non-negara semakin memainkan peran penting
dalam hubungan internasional. Dalam kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem,
rangsangan berasal dari lingkungan eksternal dan domestik sebagai input yang
mempengaruhi kebijakan luar negeri negara dirasakan oleh pembuat keputusan dalam proses
konversi menjadi “Output”. Proses konversi yang terjadi dalam perumusan kebijakan luar
negeri suatu negara Ini mengacu pada makna situasi, apakah itu terjadi di lingkungan
eksternal dan internal dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai juga fasilitas dan
kemampuan yang dimilikinya5

Kebijakan luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh pengambil
keputusan negara dalam berhubungan dengan negara atau unit politik lain organisasi
internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional tertentu dinyatakan
dalam terminologi kepentingan nasional.6 Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh
pemerintah suatu negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional
masyarakat yang diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu
ditentutakan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu. 7 Untuk memenuhi kepentingan
nasional ini, negara dan aktor dari negara Perseroan melakukan berbagai jenis kerjasama
antara lain kerjasama bilateral, trilateral, regional dan multilateral.

Menurut Rosenau, pengertian politik luar negeri adalah usaha-usaha yang dilakukan
suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitas yang harus diatasi dan diuntungkan
lingkungan eksternalnya .8 Kebijakan luar negeri menurutnya ditujukan menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara. 9
Selanjutnya, menurut Rosenau, ketika

4
James N.Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The
Free Press, hal. 15
5
James N. Rosenau, 1980. The Scientific Study of Foreign Policy. New York: The Free Press, hal. 171, 173.
6
Jack C. Plano dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin, hal. 5.
7
Mochtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES, hal. 184.
8
James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The
Free Press, hal. 27.
9
Ibid, hal. 32
kita mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara, kita akan masuk ke dalam fenomena yang
luas dan kompleks, meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan lahiriah
(external needs) yang termasuk di dalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti
aspirasi, atribut kebangsaan, budaya, konflik, kapabilitas, institusi dan kegiatan rutin yang
ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara
sebagai bangsa-bangsa10.

Langkah pertama dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri meliputi:

 Mendeskripsikan pertimbangan kepentingan nasional dalam bentuk tujuan dan


sasaran tertentu;
 membangun faktor situasional di lingkungan domestik dan internasional berkaitan
dengan tujuan kebijakan luar negeri;
 menganalisis kemampuan nasional untuk mencapai hasil yang diinginkan;
 mengembangkan rencana atau strategi untuk menggunakan kemampuan nasional
dalam menanggulangi variabel tertentu sehingga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan mengatur;
 melakukan tindakan yang diperlukan.
 secara periodik meninjau dan melakukan evaluasi perkembangan yang telah
berlangsung dalam menjangjau tujuan atau hasil yang dikehendaki.11
Sementara menurut Holsti, lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan

serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh


keuntungan dari lingkungan tersebut, serta hirau akan berbagai kondisi internal yang
menopang formulasi tindakan tersebut.12

Tujuan kebijakan luar negeri sebenarnya merupakan fungsi dari proses yang
dilaluinya tujuan negara ditetapkan. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh tujuan yang dilihat dari
massa lalu dan aspirasi untuk masa depan. tujuan kebijakan luar negeri dibagi menjadi tujuan
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Pada dasarnya tujuan jangka panjang
dari kebijakan luar negeri adalah untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan kekuasaan.13

10
Ibid, hal. 15
11
Jack C. Plano dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin, hal. 5.
12
K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta, hal. 21.
13
James N. Rosenau. 1969. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New
York: The Free Press, hal. 167
Sementara Plano berpendapat bahwa setiap kebijakan luar negeri dirancang untuk
mencapai tujuan nasional. Tujuan nasional yang ingin dicapai melalui politik luar negeri
merupakan rumusan yang konkrit dan dirancang dengan penuh kepentingan-kepentingan
nasional dalam situasi internasional yang sedang berlangsung juga power yang dimiliki
untuk mencapainya. Tujuan dirancang, dipilih, dan ditetapkan oleh pengambil keputusan dan
dikendalikan untuk mengubah kebijakan (revisionist policy) atau mempertahankan kebijakan
(status quo policy) ihwal kenegaraan tertentu di lingkungan internasional.14

Tujuan politik luar negeri dapat dikatakan sebagai citra negara dan kondisi masa
depan suatu negara dimana pemerintah melalui para perumus kebijakan nasional mampu
memperluas pengaruhnya kepada negara-negara lain dengan mengubah atau membela
tindakan negara lain. Dilihat dari sifatnya, tujuan kebijakan luar negeri dapat bersifat konkret
dan abstrak. Sedangkan dari segi waktu, tujuan politik luar negeri dapat bertahan lama dalam
jangka waktu tertentu kondisi tertentu dan bisa juga bersifat sementara, berubah sesuai
dengan kondisi waktu tertentu.

K.J. Holsti memberikan tiga kriteria untuk mengklasifikasikan tujuan politik

luar negeri, yaitu:

 Nilai (values) adalah tujuan dari pembuat keputusan.


 Jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, ada tujuan jangka pendek (Short term), jangka menengah (Middle
term), dan jangka Panjang (Long term)
 Jenis tuntutan yang diajukan oleh suatu negara terhadap negara lain. 15
Konsep lain yang melekat pada tujuan politik luar negeri adalah kepentingan nasional
(kepentingan nasional) yang diartikan sebagai konsep abstrak yang meliputi berbagai
kategori/keinginan negara berdaulat. Kepentingan nasional dibagi menjadi beberapa
jenis :
 Core/basic/vital interests; kepentingan yang begitu tinggi nilainya sehingga suatu
negara-negara bersedia berperang untuk mencapainya. Lindungi area
mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh suatu
negara adalah beberapa contoh dari kepentingan inti/dasar/vital ini.

14
Jack C. Plano dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin, hal. 6.
15
Bruce Russet dan Harvey Starr. 1988. World Politics: The Menu for Choice. 2nd ed. New York: W.H. Freeman
and Co., hal. 190-193.
 Kepentingan sekunder, meliputi segala macam keinginan yang ingin dicapai oleh
masing-masing negara, tetapi mereka tidak mau berperang dalam situasi yang masih
ada kemungkinan lain untuk mencapainya. melalui negosiasi, misalnya.

Kebijakan luar negeri memiliki tiga konsep untuk menjelaskan suatu hubungan negara
dengan peristiwa dan situasi di luar negaranya, yaitu:

1. Kebijakan luar negeri sebagai kelompok orientasi (as a cluster of orientation).

Politik luar negeri sebagai seperangkat orientasi merupakan pedoman bagi pengambil
keputusan untuk menghadapi tuntutan kondisi eksternal pengambilan keputusan dan
tindakan berdasarkan orientasi itu. Orientasi ini terdiri dari sikap, persepsi, dan nilai-
nilai yang diterjemahkan dari pengalaman sejarah, dan keadaan strategis yang
menentukan posisi negara dalam politik internasional. Karena itu politik luar negeri
dipandang sebagai seperangkat orientasi mengacu pada prinsip-prinsip umum dan
kecenderungan yang mendasari tindakan negara di di dunia internasional, misalnya
UUD'45 dan Pancasila yang dimiliki oleh Indonesia.

2. Kebijakan luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak
(sebagai a set komitmen dan rencana tindakan). Dalam hal ini, politik luar negeri
adalah rencana konkrit dan komitmen yang dikembangkan oleh pengambil keputusan
untuk menetapkan dan memelihara situasi lingkungan eksternal yang konsisten
dengan orientasi kebijakan luar negeri. Rencana tindakan ini mencakup tujuan khusus
serta alat atau cara untuk mencapainya yang dianggap cukup untuk menjawab peluang
dan tantangan dari luar negeri.

Pada kenyataannya, rencana aksi ini merupakan terjemahan dari orientasi


umum dan reaksi terhadap kondisi konkrit (immediate context). Dalam fase ini
Rencana aksi kebijakan luar negeri ini akan memberikan pedoman bagi:

 Tindakan diarahkan pada situasi lama, seperti kebijakan luar negeri terkait
konflik Arab-Israel.
 Tindakan yang ditujukan untuk negara-negara tertentu.
 Tindakan yang ditujukan untuk isu-isu tertentu, seperti kebijakan luar negeri
tentang kontrol dan perlucutan senjata.
 Tindakan yang ditujukan untuk berbagai tujuan lain, misalnya masalah
lingkungan hidup dan hak asasi manusia.
Kebijakan luar negeri dalam fase ini lebih mudah diamati daripada orientasi umum
seperti yang biasanya diartikulasikan dalam pernyataan formal di konferensi pers atau
dalam komunitas diplomatik.

3. Kebijakan luar negeri sebagai bentuk tingkah laku atau tindakan (as a form of
behavior). Pada level ini kebijakan luar negeri berada pada level yang lebih empiris,
yaitu berupa langkah-langkah konkrit yang diambil oleh para pengambil keputusan
berkaitan dengan peristiwa dan situasi di lingkungan eksternal. Langkah langkah ini
dilakukan berdasarkan orientasi umum yang dianut dan dikembangkan berdasarkan
komitmen dan tujuan yang lebih spesifik.16
Jadi, kebijakan luar negeri dapat dibedakan sebagai sekumpulan orientasi,
sekumpulanm komitment dan rencana aksi, dan sebagai suatu bentuk perilaku. Setiap
negara menghubungkan negaranya kepada peristiwa dan situasi di luar dengan ketiga
bentuk kebijakan luar negeri di atas.

2. Rumusan Masalah
 Bagaimana Peluang dan Tantangan kerja sama Indonesia dengan Uni Eropa?
 Bagaimana Kerja Sama Indonesia dengan Uni Eropa?
 Bagaimana Kepentingan Uni Eropa dan Indonesia?
 Bagaimana Kebijakan luar negeri Indonesia dalam menyelesaikan konlik di Bosnia ?

3. Kerangka Teori
Konsep Kerjasama

Hubungan antar negara dewasa ini sangatlah rutin dalam berhubungan dan
berkomunikasi dalam dunia internasional dalam meningkatkan ekonomi maka dibutuhkan
sebuah kerjasama antar negara dengan negara lain yang bertujuan untuk kepentingan suatu
negara. Dalam kasus ini adalah kepentingan ekonomi. Kerjasama antarnegara juga diperlukan
untuk mempererat hubungan dengan negara lain. Menurut K.J Hoslti menyatakan bahwa
sebagian besar transaksi dan interaksi antara negara-negara dalam internasional bersifat rutin
dan hampir bebas konflik. Masalah yang timbul seperti masalah internasional, regional, atau
global harus mendapatkan perhatian banyak negara. Dalam kebanyakan kasus, sejumlah
pemerintah saling mendekati dengan penyeselesaian yang diusulkan, merunding, atau
membahas masalah, mengemukakan, bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian
lainnya, dan mengakhiri perundingan dan perjanjian atau pengertian tertentu memuaskan
16
James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New
kedua belah pihak. Proses ini disebut kolaborasi atau kerjasama (Holsti, 1992). Kerjasama
dapat terjadi dalam konteks yang berbeda-beda. Kebanyakan kerjasama dapat terjadi secara
langsung diantara dua negara yang mempunyai kepentingan bersama. Kerjasama dilandasi
oleh berbagai hal yaitu ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Sebuah
kerjasama yang dilakukan negara-negara menghasilkan sebuah aliansi dari negara yang telah
dan akan melakukan kerjasama tersebut.

Indonesia mengadopsi kebijakan luar negeri yang berdasarkan pada pilar dasar politik luar
negeri bebas aktif. Dalam konteks penyelesaian konflik Bosnia, implementasi kebijakan luar
negeri Indonesia dengan Eropa dapat dijelaskan melalui teori diplomasi berkepentingan dan
pendekatan konsensus.

1. Diplomasi Berkepentingan:
Indonesia berupaya membangun hubungan yang berkepentingan dengan Eropa dalam
penyelesaian konflik Bosnia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Prinsip Kemerdekaan dan Kedaulatan: Indonesia sebagai negara yang baru
saja merdeka memandang pentingnya menghormati prinsip kemerdekaan dan
kedaulatan negara. Dalam konteks Bosnia, Indonesia mendukung upaya Eropa
dalam menjaga integritas dan kemerdekaan Bosnia sebagai negara yang
berdaulat.
b. Konsensus Internasional: Indonesia berkomitmen untuk membangun
konsensus internasional dalam penyelesaian konflik. Dalam hal ini, Indonesia
mendukung upaya Eropa dalam mencari solusi diplomasi dan mendukung
kebijakan yang dihasilkan melalui mekanisme internasional seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa (UE).
c. Peran Mediator: Indonesia juga berusaha menjalankan peran mediator dalam
penyelesaian konflik Bosnia. Sebagai negara dengan reputasi baik dalam
diplomasi dan rekam jejak perdamaian, Indonesia berusaha membantu
meredakan ketegangan dan memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang
terlibat konflik.
2. Pendekatan Konsensus :
Indonesia menerapkan pendekatan konsensus dalam penyelesaian konflik Bosnia
dengan Eropa. Pendekatan ini melibatkan kerja sama, dialog, dan pencarian titik temu
antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Beberapa aspek penting dalam pendekatan
konsensus antara Indonesia dan Eropa dalam penyelesaian konflik Bosnia adalah:
a. Diplomasi Multilateral: Indonesia mendukung upaya Eropa dalam
menggunakan mekanisme diplomasi multilateral, seperti PBB dan UE, untuk
mencapai kesepakatan yang bisa diterima oleh semua pihak yang terlibat.
b. Mengedepankan Kemanusiaan: Indonesia menekankan pentingnya
menghormati hak asasi manusia dan prinsip kemanusiaan dalam penyelesaian
konflik Bosnia. Dalam hal ini, Indonesia mendukung Eropa dalam
memberikan bantuan kemanusiaan dan upaya rekonsiliasi di Bosnia.
c. Diplomasi Ekonomi: Indonesia juga menggunakan diplomasi ekonomi untuk
memperkuat hubungan dengan Eropa dalam penyelesaian konflik. Melalui
perdagangan dan investasi, Indonesia dapat meningkatkan kerja sama ekonomi
dengan negara-negara Eropa yang dapat mendukung
B. Isi
1. Pembahasan
Peluang dan Tantangan kerja sama Indonesia dengan Uni Eropa

Kerja sama antara Indonesia dan kawasan Uni Eropa telah berlangsung sejak saat itu
panjang. Kerja sama tersebut tentu saja dipengaruhi oleh hubungan antara Uni Eropa dengan
ASEAN. Sebagai salah satu pendiri ASEAN dan merupakan negara yang memiliki pengaruh
besar terhadap perkembangan kawasan Asia Tenggara, Indonesia tentu memiliki banyak
wacana kerjasama dengan berbagai pihak khususnya Uni Eropa sebagai salah satu kawasan
ideal hingga saat ini. Keterlibatan Indonesia dalam kerjasama Uni Eropa dan ASEAN yang
sudah berjalan sejak kurang lebih dari 30 tahun yang lalu tercermin dalam partisipasinya
dalam penandatanganan perjanjian kerjasama antara ASEAN dan Uni Eropa pada tahun 1980,
meliputi bidang perdagangan, kerja sama ekonomi dan pembangunan sebagai dasar dialog
kelembagaan.

Di bidang sosial dan politik, UE juga memainkan peran besar dalam pengembangan
nilai-nilai demokrasi, seperti perlindungan hak asasi manusia, liberalisasi perdagangan (pasar
bebas), demokratisasi politik dan juga berbagai dialog politik dengan negara-negara Asia
Tenggara, khususnya Indonesia. Pada tahun 2003, komisi Eropa, mengeluarkan dokumen
yang berisi “Kemitraan Baru dengan Asia Tenggara” yang kemudian menetapkan strategi
keseluruhan untuk hubungan UE dengan ASEAN di masa mendatang. Dokumen itu
dikeluarkan pada saat yang sama merupakan pengakuan negara-negara di Eropa dan Asia
Tenggara, khususnya Indonesia sebagai negara demokrasi memiliki karakteristik, nilai,
kepentingan yang sama politik dan ekonomi. Konsep ini lebih dikenal dengan Teori
Perdamaian Demokrasi. Ada kesamaan antara partai-partai yang sama-sama negara
demokrasi mengarahkan para pihak untuk membentuk kerjasama di berbagai bidang.

Sementara dengan Indonesia khususnya, peran regional Uni Eropa sangat besar Hal
itu bisa dilihat sejak isu demokrasi dan demokratisasi muncul di Indonesia kurang lebih sejak
awal periode Reformasi yang menggantikan periode Orde Baru kemudian membawa banyak
perubahan di Indonesia dalam berbagai bidang, meliputi politik, ekonomi, perkembangan isu
HAM, dll. Dalam fase tersebut, Uni Eropa-Indonesia menunjukkan bagaimana mereka
kemudian dapat membantu Indonesia dalam prosesnya demokratisasi serta pembangunan di
berbagai bidang. Pada bulan Februari 2000, Komisi Eropa juga telah mengeluarkan
komunikasi kebijakan formal berjudul ‘Menjalin hubungan yang lebih erat antara Indonesia
dan Uni Eropa’. Hal tersebut merupakan bentuk dialog politik antara kedua belah pihak.

Sekilas tentang sejarah kerjasama Indonesia, baik sebagai negara maupun di dalam
partisipasinya, juga sebagai negara poros, di kawasan ASEAN, dengan Uni Eropa begitu
ideal dari masa ke masa. Itu tidak berarti kerjasama itu antara kedua belah pihak berjalan
lancar. Saat ini, misalnya, ada larangan penerbangan maskapai Indonesia di Uni Eropa yang
tentunya mempengaruhi pola tersebut hubungan dan pola kerjasama antara kedua belah
pihak.

Kerja Sama Indonesia dengan Uni Eropa

Hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Uni Eropa telah dirintis sejak
tahun 1967 di bawah kerangka ASEAN ketika Uni Eropa masih menjadi masyarakat Union
Eropa (European Economic Community)17. Pengembangan hubungan antara kedua belah
pihak tidak terlepas dari latar belakang dinamika baik di Uni Eropa maupun di Indonesia. Di
dalam Di satu sisi, perkembangan Uni Eropa selalu disinggung dengan kegiatan pemekaran
Uni Eropa Eropa sejak tahun 1957 hingga terbentuknya Uni Eropa yang mempersatukan
semua negara di Eropa, serta perkembangan situasi keamanan global yang menjadi fokus
perhatian dengan negara-negara di Eropa. Sedangkan di Indonesia berada di perkembangan
proses demokrasi pasca-Soeharto. proses demokratisasi Indonesia disambut baik oleh Uni
Eropa yang konon bernama Indonesia sebagai " A Voice of Democracy ".

Momentum krisis multidimensi yang dialami Indonesia pasca keterpurukan


Pemerintahan otoriter Suharto memperdalam hubungan UE-Indonesia. Pada ketika demokrasi
dielu-elukan di Indonesia, dan berbagai perubahan dengan jangkauan yang luas upaya
ekstensif dalam demokratisasi membuat hubungan UE dengan Indonesia semakin dekat,
dimana Uni Eropa menyatakan komitmennya untuk membantu Indonesia menghidupkan dan
meningkatkan demokrasi di Indonesia. di bulan Februari 2000, dikeluarkannya komunikasi
kebijakan formal oleh Komisi Eropa berjudul “Membina hubungan yang lebih erat antara
Indonesia dan Uni Eropa” adalah suatu bentuk dialog politik dan ekonomi bilateral antara
Uni Eropa dan Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya hubungan antara Uni Eropa dan Indonesia,


menghasilkan berbagai wacana dialog antara kedua belah pihak. Perbaikan hubungan
Indonesia, Uni Eropa, dapat dilihat secara substansial dalam realitas yang disampaikan oleh
17
http://www.deplu.go.id/Pages/IfpDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=15&P=Regional&l=id
Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Belanda dalam pertemuan di
Agustus 2004 di Jakarta. Kedua belah pihak menyatakan bahwa mereka menyatakan itu
keduanya memiliki (Common Agenda) yaitu demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan
hidup, kebaikan pemerintahan, dan anti-terorisme. Pada November 2007, pada pertemuan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso di
Jakarta, juga menegaskan, bahwa hubungan Indonesia dengan Uni Eropa sangat erat
kemitraan strategis dalam memainkan peran penting dalam perdamaian, stabilitas dan
pembangunan regional dan global.18

Pada tahun 2005 terjadi perkembangan penting dalam hubungan antara Indonesia dan
Uni Eropa oleh tanggapan Uni Eropa yang sangat cepat dalam penyediaan bantuan
kemanusiaan untuk korban bencana tsunami di Aceh dan Nias. Selain itu, pada tanggal 15
Agustus 2005 Uni Eropa juga mendukung proses perdamaian di Aceh yang menghasilkan
Memorandum Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh perwakilan pemerintah Indonesia
dan GAM di Helsinki, Finlandia. Selanjutnya, pada 11 Desember 2005 Uni Eropa juga ikut
berpartisipasi dalam memantau Pilkada Aceh dengan mengirimkan EU Election Observation
Mision (EOM).19

Pada bulan Maret 2005 pembentukan kembali kemitraan komprehensif antara


Indonesia dan Uni Eropa dibahas dalam pertemuan Menlu RI dan Menlu RI Troika Uni Eropa
di Jakarta yang merupakan perwujudan dari resolusi dewan Uni Eropa Eropa. Dalam
pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk membentuk “framework agreement on
comprehensive partnership and cooperation” (PCA). menjadi dasar hukum bagi
pengembangan dan peningkatan kerjasama antara Indonesia dan Uni Eropa masa depan.

Hubungan kerjasama yang telah terjalin selama lebih dari tiga dekade, meliputi
berbagai bidang. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh keaktifan keanggotaan bahkan sebagai
negara asal dan memiliki pengaruh penting, dimiliki oleh Indonesia dalam organisasi regional
ASEAN. Di bidang keamanan, misalnya Indonesia dan Eropa menginisiasi kerja sama kedua
pihak dalam menjaga keamanan maritim. Pada tanggal 23 November 2009, Indonesia dan
Uni Eropa mengadakan seminar “Measures to Enhance Maritime Security: Legal and
Practical Aspects”, sebagai gagasan dari peningkatan berkelanjutan dari rezim hukum dan
kerja sama keamanan maritim antara kedua belah pihak yang diselenggarakan di Crown Plaza

18
www.delidn.ec.europa.eu/en/special/bluebook/BB07-ID3.pdf
19
http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=15&P=Regional&l=i d
Hotel di Brussel.20 Partisipasi Indonesia dalam Wacana ini merupakan bentuk dukungan
Indonesia terhadap perbaikan dan perbaikan rezim hukum dan kerjasama yang mengatur dan
memperkuat komitmen untuk mengatasi segala bentuk gangguan dan ancaman terhadap
stabilitas dan keamanan di laut.

Selain itu, Uni Eropa juga selalu memberikan bantuan kepada Indonesia melalui
serangkaian program di berbagai bidang. Pengembangan kegiatan Kerjasama dilaksanakan
sepenuhnya oleh Uni Eropa, yaitu Komisi Eropa dan Negara Anggota di Indonesia saat ini
telah berfokus pada Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) khususnya dalam pengentasan
kemiskinan, masalah kesehatan, pendidikan, yang adalah prioritas utama.

Di bidang ekonomi, kerjasama antara Uni Eropa dan Indonesia diwujudkan dalam
berbagai komitmen perjanjian dan juga dalam bentuk perdagangan internasional (ekspor
impor), investasi, dan pinjaman. Dalam hubungan dagangnya dengan UE Indonesia telah
mencatat surplus perdagangan lebih dari EUR 5 miliar per tahun rata-rata sejak krisis yang
telah membantu pemulihan Indonesia dan memperkuat keuangan luar negerinya. Perusahaan
Eropa terus berlanjut menunjukkan minat untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan investasi
asing langsung (foreign direct investment) sebesar EUR 1,28 miliar, Uni Eropa terdaftar
sebagai investor terbesar ketiga di Indonesia berdasarkan data Badan Koordinasi Budidaya
Modal (BKPM).21

Uni Eropa menjadi tujuan pertama ekspor nonmigas Indonesia. Produk Ekspor utama
Indonesia adalah produk pertanian, tekstil, alat berat, kulit, dan bahan kimia. Sedangkan Uni
Eropa dengan impor yang mencapai EUR 8,86 miliar 2006 dengan produk teknologi tinggi
utama menempatkan Uni Eropa pada pesanan dua sumber impor Indonesia.

Belakangan ini, hubungan kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa telah memasuki
fase baru.22 Hal ini ditunjukkan dengan penandatanganan Partnership and Cooperation
Agreement (PCA) antara Indonesia dan Uni Eropa oleh Menteri Luar Negeri RI, DR. Marty
Natalegawa dengan kepresidenan Dewan Uni Eropa, Carl Bildt, serta Penjabat Direktur
Jenderal Urusan Luar Negeri Komisi Uni Eropa, Karel Kovanda. Pada kesempatan serupa
dialog tentang isu-isu hak asasi manusia antara Indonesia dan Uni Eropa. Dialog diharapkan
dapat menjangkau berbagai kerjasama konkrit di daerah perlindungan dan pemajuan hak
asasi manusia. Dialog Hak Asasi Manusia antara Indonesia dan Uni Eropa terlihat sebagai
20
http://dhi.koran-jakarta.com/berita-detail-terkini.php?id=19949
21
http://www.delidn.ec.europa.eu/en/special/bluebook/BB07-ID3.pdf
22
http://www.deplu.go.id/pages/news.aspx?IDP=2912&l=id
bagian penting dalam mempererat hubungan Indonesia dengan Uni Eropa karena Hak asasi
manusia adalah nilai yang sangat mendasar bagi kedua belah pihak.

Kepentingan Uni Eropa dan Indonesia

Untuk melihat bagaimana kedepannya kerjasama dan hubungan baik antara Indonesia
dan Uni Eropa, selain melihat pola kerjasama kedua pihak dalam masa lalu, juga dilakukan
dengan melihat hubungan kepentingan antar Indonesia dan Uni Eropa. Keinginan untuk
bekerja sama umumnya didorong oleh kesamaan kepentingan serta kondisi dan posisi ideal
suatu pihak terhadap pihak lain. Indonesia memiliki modal untuk dilihat sebagai alasan untuk
meningkatkan kerjasama dengan Uni Eropa di mana Uni Eropa melihat peluang untuk
realisasi kepentingan secara nasional dengan bekerjasama dengan Indonesia. Dan sebaliknya
Indonesia melihat hubungan kerja sama yang baik antara Indonesia dan Uni Eropa dapat
memberikan dampak positif bagi Indonesia.

A. Keistimewaan Indonesia

Indonesia memiliki banyak keunggulan yang kemudian dapat diciptakan berbagai


peluang dalam hubungan antar negara, terutama dengan Uni Eropa. Salah Indonesia
merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Di samping itu Selain itu,
Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang melimpah dari segi ekonomi. Masalah ini
Seperti yang bisa dilihat, Indonesia adalah pasar terbesar di Asia Tenggara. secara geopolitik,
Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis di ASEAN, khususnya. Penduduk Umat
Islam yang besar di Indonesia juga memiliki potensi untuk melawan terorisme.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki


potensi yang besar dalam demokratisasi baik dalam bidang politik, ekonomi maupun dalam
pelaksanaannya nilai-nilai hak asasi manusia dan liberalisme.

B. Keistimewaan Uni Eropa

Uni Eropa dipandang sebagai model integrasi regional yang ideal. Kesuksesan di
negara-negara di Eropa berintegrasi menunjukkan seberapa dalam interaksi mereka wilayah
dapat diwujudkan dalam komitmen bersama berdasarkan nilai-nilai sama, yaitu liberalisme
dan nilai-nilai demokrasi. Uni Eropa terdiri dari negara-negara negara maju memiliki lebih
banyak pengalaman dalam hal industri, teknologi, dan perdagangan. Sistem keuangan Uni
Eropa juga telah terintegrasi sistem keuangan yang sangat kuat bahkan sangat mempengaruhi
sistem keuangan dunia secara umum.
Di bidang sosial budaya, Uni Eropa juga memiliki berbagai keunggulan. Dalam dunia
pendidikan misalnya, sistem pendidikan yang terintegrasi di Uni Eropa telah berhasil
diterapkan. Siswa di Uni Eropa diharuskan belajar selama satu tahun semester di negara
selain negara mereka sendiri. Dari integrasi Pendidikan siswa dari masing-masing negara
dapat pindah ke negara lain, sehingga transfer pengetahuan dan budaya terhadap pemuda di
Eropa dapat terjadi dengan cepat. Dengan syarat itu Dengan demikian, kekayaan budaya dan
ilmu pengetahuan dapat dikembangkan Bersama cepat. Integrasi tersebut dinilai memiliki
nilai yang sangat konstruktif.

Keistimewaan yang dimiliki kedua belah pihak tentu saja dilihat sebagai peluang
kesempatan untuk bekerja sama dalam berbagai bidang. Kolaborasi antara Uni Eropa dan
Indonesia dipandang ideal dan memiliki kerja sama prospek yang bagus di masa depan. Baik
Uni Eropa maupun Indonesia telah terbentuk kemitraan menyeluruh dalam bentuk dokumen
yang memuat komitmen kedua belah pihak meningkatkan hubungan bilateral secara lebih
terencana dan terstruktur melalui menetapkan prioritas untuk mencapai target yang ditetapkan
bersama.

Kebijakan luar negeri Indonesia dalam menyelesaikan konlik di Bosnia

Hubungan antara Indonesia dengan Bosnia Herzegovina dimulai dengan pengakuan


kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Mei 1992
dan dibukanya hubungan diplomatik kedua negara pada tanggal 11 April 1994. Kerjasama
politik kedua negara adalah tercermin dari kunjungan pejabat tinggi, pertemuan konsultasi
bilateral dan saling dukung di forum internasional. 9-14 Juni 2022 Menteri Luar Negeri
Bosnia dan Herzegovina H.H. Bisera Turkovic melakukan kunjungan kerja ke Indonesia.
Menlu Bosnia Herzegovina juga turut serta dalam Bali Democracy Forum (BDF) ke-15 yang
diselenggarakan di Bali pada 8 Desember 2022. Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan
Bosnia Herzegovina, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, masih terbatas. Pasar
ekonomi yang relatif kecil dan pengangguran yang tinggi di Bosnia dan Herzegovina juga
berkontribusi terhadap hal ini. Tren perdagangan internasional pada periode 2017-2021
mengalami penurunan sebesar 12,13%. Di bidang sosial budaya, negara-negara menjalin
kerja sama dialog antaragama. Selain itu, negara-negara tersebut secara aktif terlibat dalam
sektor pendidikan, berbagi hibah, dan berkolaborasi antar universitas.

Pada tahun 1992, PBB mendirikan UNPROFOR (United Nations Protection Force) untuk
menjaga perdamaian di Bosnia dan Herzegovina. Indonesia ikut serta dalam operasi itu
dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian yang tergabung dalam Satuan Tugas
Garuda (Kontingen Garuda). Pasukan Indonesia bertugas memberikan keamanan, membantu
pengungsi dan memfasilitasi penyelesaian konflik. Peran Indonesia dalam operasi
perdamaian Bosnia antara lain sebagai mediator dalam perundingan antara pihak-pihak yang
berkonflik. Pasukan Indonesia juga berperan aktif dalam memberikan keamanan dan
membangun jembatan antar masyarakat yang terpecah belah karena konflik etnis. Selain itu,
Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Bosnia yang terkena dampak
konflik. Bantuan ini termasuk pengiriman makanan, obat-obatan, peralatan medis dan
bantuan rekonstruksi pasca perang. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi perdamaian
Bosnia merupakan salah satu bentuk kontribusi Indonesia dalam menjaga perdamaian dan
keamanan internasional. Melalui peran tersebut, Indonesia bertujuan untuk menyelesaikan
konflik secara damai dan menjalin hubungan yang harmonis antara berbagai suku bangsa di
Bosnia dan Herzegovina.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Jadi dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa peluang dan tantangan kerja sama
Indonesia dengan Uni Eropa telah berlangsung sejak saat itu. Keterlibatan Indonesia dalam
kerjasama Uni Eropa dan ASEAN yang sudah berjalan sejak kurang lebih dari 30 tahun yang
lalu tercermin dalam partisipasinya dalam penandatanganan perjanjian kerjasama antara
ASEAN dan Uni Eropa pada tahun 1980, meliputi bidang perdagangan, kerja sama ekonomi
dan pembangunan sebagai dasar dialog kelembagaan. Sementara dengan Indonesia
khususnya, peran regional Uni Eropa sangat besar Hal itu bisa dilihat sejak isu demokrasi dan
demokratisasi muncul di Indonesia kurang lebih sejak awal periode Reformasi yang
menggantikan periode Orde Baru kemudian membawa banyak perubahan di Indonesia dalam
berbagai bidang, meliputi politik, ekonomi, perkembangan isu HAM, dll.

Kerja Sama Indonesia dengan Uni Eropa Hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan
Uni Eropa telah dirintis sejak tahun 1967 di bawah kerangka ASEAN ketika Uni Eropa masih
menjadi masyarakat Union Eropa (European Economic Community). Di satu sisi,
perkembangan Uni Eropa selalu disinggung dengan kegiatan pemekaran Uni Eropa Eropa
sejak tahun 1957 hingga terbentuknya Uni Eropa yang mempersatukan semua negara di
Eropa, serta perkembangan situasi keamanan global yang menjadi fokus perhatian dengan
negara-negara di Eropa. Di bulan Februari 2000, dikeluarkannya komunikasi kebijakan
formal oleh Komisi Eropa berjudul “Membina hubungan yang lebih erat antara Indonesia dan
Uni Eropa” adalah suatu bentuk dialog politik dan ekonomi bilateral antara Uni Eropa dan
Indonesia. Perbaikan hubungan Indonesia, Uni Eropa, dapat dilihat secara substansial dalam
realitas yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri
Belanda dalam pertemuan di Agustus 2004 di Jakarta.

Pada November 2007, pada pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden
Komisi Eropa Jose Manuel Barroso di Jakarta, juga menegaskan, bahwa hubungan Indonesia
dengan Uni Eropa sangat erat kemitraan strategis dalam memainkan peran penting dalam
perdamaian, stabilitas dan pembangunan regional dan global. Pada tahun 2005 terjadi
perkembangan penting dalam hubungan antara Indonesia dan Uni Eropa oleh tanggapan Uni
Eropa yang sangat cepat dalam penyediaan bantuan kemanusiaan untuk korban bencana
tsunami di Aceh dan Nias. Pada bulan Maret 2005 pembentukan kembali kemitraan
komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa dibahas dalam pertemuan Menlu RI dan Menlu
RI Troika Uni Eropa di Jakarta yang merupakan perwujudan dari resolusi dewan Uni Eropa
Eropa.

Pada tanggal 23 November 2009, Indonesia dan Uni Eropa mengadakan seminar “Measures
to Enhance Maritime Security: Legal and Practical Aspects”, sebagai gagasan dari
peningkatan berkelanjutan dari rezim hukum dan kerja sama keamanan maritim antara kedua
belah pihak yang diselenggarakan di Crown Plaza Hotel di Brussel. Partisipasi Indonesia
dalam Wacana ini merupakan bentuk dukungan Indonesia terhadap perbaikan dan perbaikan
rezim hukum dan kerjasama yang mengatur dan memperkuat komitmen untuk mengatasi
segala bentuk gangguan dan ancaman terhadap stabilitas dan keamanan di laut. Di bidang
ekonomi, kerjasama antara Uni Eropa dan Indonesia diwujudkan dalam berbagai komitmen
perjanjian dan juga dalam bentuk perdagangan internasional (ekspor impor), investasi, dan
pinjaman. Dialog Hak Asasi Manusia antara Indonesia dan Uni Eropa terlihat sebagai bagian
penting dalam mempererat hubungan Indonesia dengan Uni Eropa karena Hak asasi manusia
adalah nilai yang sangat mendasar bagi kedua belah pihak.

Kepentingan Uni Eropa dan Indonesia Untuk melihat bagaimana kedepannya kerjasama dan
hubungan baik antara Indonesia dan Uni Eropa, selain melihat pola kerjasama kedua pihak
dalam masa lalu, juga dilakukan dengan melihat hubungan kepentingan antar Indonesia dan
Uni Eropa. Indonesia memiliki modal untuk dilihat sebagai alasan untuk meningkatkan
kerjasama dengan Uni Eropa di mana Uni Eropa melihat peluang untuk realisasi kepentingan
secara nasional dengan bekerjasama dengan Indonesia. Dan sebaliknya Indonesia melihat
hubungan kerja sama yang baik antara Indonesia dan Uni Eropa dapat memberikan dampak
positif bagi Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesia dalam menyelesaikan konlik di
Bosnia Hubungan antara Indonesia dengan Bosnia Herzegovina dimulai dengan pengakuan
kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Mei 1992
dan dibukanya hubungan diplomatik kedua negara pada tanggal 11 April 1994.

3. Daftar Pustaka

Adryamarthanino, V. (2021). Peran Indonesia dalam Berbagai Konflik Internasional. Jakarta:


https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/24/110000779/peran-indonesia-dalam-
berbagai-konflik-internasional?page=all#:~:text=Dalam%20mengatasi%20masalah%20di
%20Bosnia,Nations%20Military%20Observer%20(UNMO).
Dr. Hj. Aelina Surya, D. (2009). hubungan kerjasama Indonesia dan Uni Eropa peluang dan
tantangan. bandung:
https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/11/hubungan_kerjasama_indonesia_
dan_uni_eropa.pdf.

M, P. (2022). Peran Indonesia dalam membantu menyelesaikan konflik di Bosnia. Jakarta:


https://roboguru.ruangguru.com/forum/peran-indonesia-dalam-membantu-menyelesaikan-
konflik-di-bosnia-adalah-dengan-a-mengimbau_FRM-RA17OKXR.

Marsudi, R. L. (2023). Kerja Sama Bilateral. Jakarta:


https://www.kemlu.go.id/portal/id/page/22/kerja_sama_bilateral#.

Prabowo, G. (2020). Politik Luar Negeri Indonesia Masa Orde Baru. Jakarta:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/03/153239969/politik-luar-negeri-indonesia-
masa-orde-baru?page=all.

Yanyan Mochamad Yani, D. M. (2010). Politik Luar Negeri. Bandung: https://pustaka.unpad.ac.id/wp-


content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf.

Anda mungkin juga menyukai