E-ISSN 2656-8713
1
Asep Setiawan, 2Laode Muhamad Fathun
1
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2
UPN Veteran Jakarta
Korespondensi: laodemuhammadfathun@upnvj.ac.id
Abstract
Bureaucratic politics model in foreign policy analysis focuses on the role played by many
bureaucrats in foreign policy making process. The argument for this approach is foreign
policy making process and its implementation by government rely on their bureaucrats. The
bureaucratic politics approach asserts that foreign policy is mainly formulated by the
bureaucrats rather that by the key decision makers. However role of bureaucrats should not
be exaggerated since leaders and key decisions makers select their advisor and the advice
they want to hear should confirm their own views.
11
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
E-ISSN 2656-8713
negara tersebut dalam menanggapi negeri meliputi semua tindakan serta aktivitas
perkembangan di tingkat internasional. negara terhadap lingkungan eksternalnya
Kajian ini akan mengulas bagaimana dalam upaya memperoleh keuntungan dari
proses pengambilan keputusan dengan model lingkungan tersebut, sertai hirau akan berbagai
birokrasi. Namun demikian sebelum melihat kondisi internal yang menopang formulai
model birokrasi perlu diulas beberapa model tindakan tersebut. Jadi kalau politik luar negeri
dalam penagmbilan keputusan untuk kebijakan merupakan lingkup luas mengenai bagaimana
luar negeri. Dan perlu dijelaskan pula apa sebuah negara bertindak terhadap lingkungan
perbedaan antara “politik” luar negeri dan eskternalnya maka kebijakan luar negeri
kebijakan luar negeri. merupakan aktivitas yang jangkauannya
terbatas dan dalam waktu tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Mark R. Amstutz dikutip Jemadu
Kebijakan Luar Negeri (2008) politik luar negeri adalah aksi eksplisit
Politik luar negeri dapat diartikan dan implisit yang dilakukan oleh pemerintah
sebagai perangkat formula nilai, sikap, arah suatu negara untuk mencapai kepentingan
serta sasaran untuk mempertahankan, nasional yang berada di lingkungan eksternal
mengamankan dan memajukan kepentingan negara tersebut. Sedangkan, kebijakan luar
national di dalam percaturan internasional negeri merupakan akumulasi dari penerapan
(Perwita dan Yani, 2014:47). Pengertian ini politik luar negeri. Sebagai contoh Amerika
sejalan dengan apa yang dijelaskan Robert Serikat menjalankan politik luar negeri agresif
Jackson dan Georg Sorensen (2013:57) dan ofensif setelah serangan 9/11. Washington
sebagai studi manajemen hubungan luar negeri melancarkan apa yang disebut Global War on
dan kegiatan negara yang dibedakan dengan Terrorism (GWOT) dengan menginvasi Irak
kebijakan di dalam negeri. Politik luar negeri pada tahun 2003.
melibatkan sasaran, strategi, metoda, panduan, James N. Rosenau (1976) menjelaskan
arahan, kesepakatan dimana pemerintahan beberapa langkah politik luar negeri hingga
melakukan hubungan internasional satu sama pengaplikasinnya melalui kebijakan luar
lain dan serta melakukan hubungan negeri. Menurut Rosenau, politik luar negeri
internasional dengan organisasi internasional sebagai seperangkat prinsip yang mendasari
dan aktor non negara. adanya hubungan luar negeri antar negara satu
Jika politik luar negeri merupakan dengan yang lain. Seperangkat prinsip tersebut
payung besarnya dalam melihat pola perilaku dapat mengacu pada sebuah rencana strategis
sebuah negara berkaitan dengan negara lainnya yang akan dilakukan pemerintah dalam
atau dengan aktor non negara seperti mencapai kepentingan nasionalnya. Akhirnya
Perserikatan Bangsa Bangsa maka kebijakan rencana tersebut diterjemahkan menjadi
luar negeri merupakan aplikasi dan bahkan langkah yang nyata yakni berupa mobilisasi
mungkin implementasi dari politik luar negeri. sumberdaya yang diperlukan untuk
Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri yaitu menghasilkan suatu efek dalam pencapaian
upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap tujuan.
dan aktivitasnya untuk mengatasi dan Menurut Plano dan Olton (1989),
memperoleh keuntungan dari lingkungan kebijakan luar negeri adalah tindakan yang
eksternalnya (Perwira dan Yani, 2014: 49. dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu
Menurut Holsti seperti dikutip Perwita negara dalam menghadapi negara lain dan
dan Yani (2014:50), lingkup kebijakan luar dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional
12
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
E-ISSN 2656-8713
Sejauh ini seperti dikatakan Ali E Hilla mungkin mengubah konteks, mempengaruhi
Dessouki dan Baghat Korany, ada tiga orientasi politik luar negeri pemimpin lainnya.
pendekatan yang mendominasi studi politik Kedua, pendekatan negara-negara
luar negeri di negara-negara berkembang baik besar yang dominan di kalangan pakar-pakar
di Asia, Afrika maupun Amerika Latin. realis seperti Hans J Morgenthau. Pendekatan
Pertama, pendekatan psikologis. Pendekatan ini memandang politik luar negeri sebagai
ini menilai politik luar negeri sebagai fungsi fungsi konflik Timur-Barat. Singkatnya,
impuls dan idiosinkratik seorang pemimpin. politik luar negeri negara-negara berkembang
Menurut pandangan ini, raja-raja dan presiden dipandang lemah otonominya. Negara
merupakan sumber politik luar negeri. Oleh berkembang dipengaruhi rangsangan
karena itu perang dan damai merupakan selera eksternal, mereka bereaksi terhadap prakarsa
pribadi dan pilihan individual. dan sitausi yang diciptakan kekuatan eksternal.
Dalam hal ini politik luar negeri Kelemahan utama pendekatan ini
dipersepsikan bukan sebagai aktivitas yang mengabaikan sumber-sumber dalam negeri
dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan dalam politik luar negeri.
nasional atau sosietal melainkan seperti ditulis Ketiga, pendekatan reduksionis atau
Edward Shill tahun 1962 sebagai "bagian dari model-builders. Pendapatnya, politik luar
hubungan masyarakat. Tujuannya, negeri negara berkembang ditentukan oleh
memperbaiki citra negara, meningkatkan proses yang sama dan perhitungan keputusan
popularitas pemimpin dan mengalihkan yang membentuk politik luar negeri negara-
perhatian dari kesulitan-kesulitan domestik negara maju. Perbedaan dasarnya adalah
kepada ilusi-ilusi kemenangan eksternal. kuantifikasinya. Negara berkembang memiliki
Terhadap pendekatan ini sedikitnya sumber-sumber dan kemampuan yang kecil.
terdapat tiga kritik. Pertama, pendekatan ini Oleh sebab itu, melaksanakan politik luar
membuat politik luar negeri tampak seperti negeri dalam skala yang lebih kecil.
sebuah kegiatan irasional, bukan masalah Pandangan ini berdasarkan asumsi bahwa
analisis sistematik. Kritik kedua, pendekatan perilaku semua negara (besar dan kecil, kaya
ini mengabaikan konteks (domestik, regional atau miskin, berkembang atau maju) mengikuti
dan global) dimana politik luar negeri model pengambilan keputusan aktor rasional.
diformulasikan dan dilaksanakan. Ketiga, Dikatakan pula, semua negara
pendekatan seperti ini mengabaikan fakta berusaha meningkatkan kekuasaan dan semua
bahwa karena kepentingan mereka dalam negara juga dimotivasi oleh faktor-faktor
survival politik, sebagian besar pemimpin keamanan. Oleh karena itulah, politik luar
menepiskan sifat eksentriknya yang negeri negara-negara berkembang persis sama
berlawanan dengan sikap dominan, perasaan seperti negara maju namun dalam level lebih
publik dan realitas politik. rendah. Pendekatan ini tidak
Memang sulit mengesampingkan memperhitungkan karakter khusus seperti
variabel idiosinkratik di kebanyakan negara modernisasi, pelembagaan politik yang rendah
berkembang namun yang lebih penting dan status ketergantungan dalam stratifikasi
dianalisa bagaimana konteks pembuatan sistem global.
kebijakan mendorong tipe-tipe kepemimpinan Salah satu ciri-ciri kajian baru, berbeda
tertentu dan bukan tipe yang lainnya. Atau dengan tiga pendekatan tadi, menekankan
bagaimana faktor idiosinkratik pemimpin kepada sumber-sumber politik luar negeri dan
bagaimana proses modernisasi dan perubahan
15
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
E-ISSN 2656-8713
sosial mempengaruhi perilaku eksternal negara menengah dan regional serta negara
negara-negara berkembang. berkembang atau negara "underdog" yang
Misalnya karya Weinstein (1976) lebih kecil.
tentang politik luar negeri Indonesia yang Dalam konteks ini, ketidaksederajatan
menghasilkan pandangan adanya tiga tujuan menjadi fokus utama. Negara berkembang
politik luar negeri. Pertama, mempertahankan eksis dalam tatanan dunia ini dicirikan dengan
kemerdekaan bangsa melawan ancaman yang ketidaksederajatan antara negara dalam level
dipersepsikan. Kedua, mobilisasi sumber- pembangunan sosial ekonomi, kemampuan
sumber eksternal untuk pembangunan dalam militer dan stabilitas politik dan prestise.
negeri. Dan ketiga, mencapai sasaran-sasaran Akibatnya, penetrasi luar terada proses
yang berkaitan dengan politik dalam negeri pengambilan keputusan negara-negara
seperti mengisolasi salah satu oposisi politik berkembang. Aktor eksternal berpartisipasi
dari dukungan luar negeri, memanfaatka secara otoritatif dalam alokasi sumber-sumber
legitimasi untuk tuntutan-tuntutan politik dan determinasi sasaran-sasaran nasional.
domestik dan menciptakan simbol-simbol Dalam hal ini banyak karya ilmiah sudah
nasionalisme dan persatuan nasional. ditulis tentang peranan Dana Moneter
Contoh lain kajian baru politik luar Internasional (IMF), perusahaan multinasional
negeri negara berkembang menekankan dan bantuan luar negeri negara-negara besar.
sumber-sumber domestik dan bagaimana Dari berbagai pendekatan yang ada,
proses modernisasi dan perubahan sosial tulis Hillal dan Korany, analisis yang memadai
mempengaruhi perilaku eksterrnal. East dan terhadap politik luar negeri negara-negara
Hagen menggaris bawahi faktor sumber- berkembang semestinya mempertimbangkan
sumber untuk membedakan dengan ukuran- bahwa politik luar negeri adalah bagian dan
ukuran faktor itu berupa jumlah absolut paket situasi umum Dunia Ketiga dan
sumber-sumber yang tersedia dengan faktor merefleksikan evolusi situasi ini. Dengan
modernisasi yang artinya kemampuna demikian, proses politik luar negeri tak dapat
memobilisasi, mengontrol dan menggunakan dipisahkan dari struktur sosial domestik atau
sumber-sumber ini. Modernisasi itu sendiri proses politik domestik.
dipandang sebagai proses dimana negara- Menurut Hillal dan Korany, untuk
negara meningkatkan kemampuannya untuk memahami politik luar negeri negara Dunia
mengontrol dan menggunakan sumber- Ketiga perlu membuka "kotak hitam". Dunia
sumbernya. Ini berarti, negara yang modern Ketiga ini banyak dipengaruhi stratifikasi
punya kemampuan yang lebih besar dalam internasional. Meskipun negara berdaulatan
bertindak. namun negara-negara Dunia Ketiga, dapat
Unsur penting lainnya kajian politik dirembesi, dipenetrasi dan bahkan didominasi
luar negeri negara berkembang menekankan Oleh sebab itu penting pula melihat struktur
pada posisi ekonomi politik aktor dalam global yang mempengaruhi proses pembuatan
startifikasi sistem global. Johan Galtung kebijakan luar negeri.
seperti dikutip Marshall R Singer (1980) Sedikitnya ada tiga persoalan besar
melukiskan dengan jelas tentang stratifikasi yang dihadapi negara berkembang dalam
dalam sistem internasional ini. Galtung melaksanakan politik luar negerinya. Pertama,
memaparkan bahwa sistem politik dilema bantuan dan independensi. Negara
internasional mirip dengan sistem feodal yang Dunia Ketiga mengalami dilema anara
terdiri dari negara besar alias "top dog",
16
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
E-ISSN 2656-8713
memiliki bantuan luar negeri atau demokratis atau model proses politik (Zhang
mempertahankan independensi nasional. Qingmin, 2016).
Kedua, dilema sumber-sumber dan Model birokrasi politik dalam analisa
tujuan yang lebih menekan di negara politik luar negeri dapat dianggap sebagai
berkembang dibandingkan negara maju. langkah selanjutnya dari pendekatan
Dilema ini menyangkut kemampuan para "grupthink" karena model ini memfokuskan
pengambil kebijakan mengejar tujuan di kepada peran yang dimainkan birokrat dalam
tengah realisme kemampuan negaranya. proses pengambilan keputusan kebijakan luar
Keempat, dilema keamanan dan negeri. Argumen dari model ini adalah dimulai
pembangunan yang merupakan versi modern dari titik bahwa dalam proses pengambilan
dari debat lama "senjata atau roti". Sejumlah kebijakan luar negeri dan selama
pakar menilai politik luar negeri terutama pelaksanaannya oleh pemerintah sangat
merupakan proses atau aktivitas yang tujuan tergantung dari para birokrat.
utamanya adalah mobilisasi sumber-sumber Dasarnya adalah karena pemerintah
eksternal demi pembangunan masyarakat. dan para politisi sifatnya sementara sea
kebanyakan para politisi kurang mengetahui
Pendekatan Politik Birokrasi dan kurang ahli dalam isu luar negeri
Salah satu yang menjadi sorotan dalam ketergantungan kepada kaum birokrat tidak
artikel ini adalah model politik birokrasi dapat dihindarkan lagi.Dengan kata lain
(beraucratic politics). Model ini menekankan pendekatan politik birokrasi (beraucratic
pada peranan yang dilakukan banyak birokrat politics) menegaskan bahwa kebijakan luar
yang terlibat dalam proses politik luar negeri negeri terutama diformulasikan oleh birokrat
(Perwira dan Yani, 2014: 49). Dengan bukan oleh pengambil keputusan kunci.
memfokuskan kepada peran birokrat maka Menurut model politik birokrasi yang
pendekatan ini lebih banyak menekankan dirintis Allison (1971) dan Halperin (1974),
kepada birokrat tidak kepada negara sebagai keputusan atau pilihan akan satu atau beberapa
pengambil kebijakan. Pendekatan ini kebijakan biasanya merupakan tawar menawar
memandang bahwa para birokrat memainkan antara beberapa lembaga pemerintah. Anggota
peran besar dalam kebijakan luar negeri yang lembaga pemerintah yang berbeda-beda itu
berarti pengaruhnya dominan. Selain para berusaha mendesakkan pandangannya dalam
birokrat ini mengambil keputusan berkaitan proses formulasi kebijakan. Oleh sebab itulah,
dengan kebijakan luar negeri, merekapun putusan kebijakan yang diambil dalam model
bertanggung jawab untuk melaksanakan politik birokrasi tidak dapat dipandang sebagai
kebijakan tersebut yang sekaligus para birokrat satu keputusan tunggal. Malah sebaliknya
berpengaruh pada tahap implementasi merupakan hasil dari rivalitas, tawar menawar,
kebijakan. kompromi dan penyesuaian diantara berbagai
Sebenarnya akar dari model politik lembaga pemerintah.
birokratik dapat dilacak kepada teori filosof Model rasional dalam pengambilan
Jerman Max Weber. Namun model ini menjadi keputusan mendapatkan kritik yang tajam
terkenal ketika para ahli mulai meneliti apa dalam model politik birokrasi karena
yang menjadi faktor faktor dalam proses keputusan tergantung dari putaran
pengambilan keputusan politik luar negeri dan perundingan dan diskusi diantara berbagai
pertahanan Amerika Serikat. Para peneliti lembaga dalam pembuatan kebijakan luar
menyebutnya sebagai model politik negeri. Di sisi lain, akurasi model politik
17
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
E-ISSN 2656-8713
birokrasi dalam menjelaskan kebijakan luar yang terkait dengan struktur dan proses
neheri dapat juga dipermasalahkan dengan pemerintahan serta efeknya terhadap politik
alasan bahwa birokasi bukanlah arsitek utama luar negeri. Pembuat kebijakan mengambil
kebijakan luar negeri. Oleh sebab itu dapat keputusan dengan dipengaruhi oleh nilai-nilai
juga dinyatakan bahwa birokrasi berurusan organisasi atau birokrasi dimana ia terlibat di
hanya dengan keputusan sehari-hari bukan dalamnya. Unit-unit birokrasi dalam suatu
yang penting selama krisis terjadi. negara secara konstan bersaing untuk
Selain itu peran birokrasi tidak dapat melestarikan kelangsungan hidup dan
dibesar-besarkan karena para pemimpin dan pertumbuhan birokrasi tersebut dan untuk
pengambil keputusan kunci memilih para memaksimasi keterlibatan dan pengaruhnya
penasihatnya yang mendukung pandangan dalam proses pembuatan keputusan sehingga
mereka. Para pengambil keputusan level yang program-program dan kegiatan-kegiatannya
tinggi juga mencari informasi sendiri dan berjalan lancar dan kemungkinan mereka tetap
memprosesnya agar tidak tergantung struktur dapat menikmati kekuasaan serta hak-hak
birokrasi. istimewa yang mungkin mereka peroleh.
James N. Rosenau menjelaskan
pedoman praktis yang dirancang untuk PENUTUP
membantu penelaahan terhadap variabel- Model politik birokrasi mengangkat
variabel yang mempengaruhi pembuatan peran birokrat dalam pengambilan kebijakan
kebijakan dalam politik luar negeri. Rosenau luar negeri. Dalam negara demokratis peran
mengelompokkan variabel-variabel tersebut birokrat sangat besar karena para politisi dan
dalam lima kategori yakni variabel pejabat tinggi di kementerian bisa berganti.
ideosinkretik yang berhubungan dengan Namun birokrat yang juga karena kemampuan
persepsi, image, dan karakteristik pribadi si serta pengetahuan mereka mengenai isu-isu
pembuat keputusan. Selanjutnya variabel luar negeri sudah terjaga dan terpelihara,
peranan sebagai gambaran pekerjaan atau mereka menentukan arah kebijakan luar
sebagai aturan-aturan perilaku yang negeri. Para birokrat ini dominan jika para
diharapkan bagi elit-elit yang mempengaruhi, pemimpin tingginya tidak memiliki
merumuskan, dan melaksanakan kemampuan yang luas dalam menangani
kebijaksanaan. Terlepas dari psikologis masalah luar negeri. Ketergantungan akan
seseorang, apabila dia memegang peranan mereka akan tinggi. Namun demikian bisa juga
yang spesifik, maka hasil perilakun a para pemimpin ini memiliki para penasihatnya
dimodifikasi oleh harapan dan ekspektasi yang memiliki smber informasi sehingga tidak
publik terhadap perilaku tadi. Yang lainnya tergantung kepada para birokrat.
variabel nasional yang mencakup atribut
nasional yang mempengaruhi hasil politik luar DAFTAR PUSTAKA
negeri dalam pembuatan kebijakan. Hal ini Breuning, Marijke. 2007. Foreign Policy
ditandai oleh unsur-unsur power yang nyata Analysis: A Comparative
(tangible) dan yang tidak nyata (intangible). Introduction. New York: Palgrave
Macmillan.
Variabel lainnya yakni sistematik yang
Dessouki, Ali E Hillal and Baghat Korany.
memasukkan seluruh struktur dan proses 1991. “A Literature Survey and
internasional. Framework for Analysis” Dalam The
Sedangkan yang menjadi sorotan Foreign Policies of Arab States,
dalam tulisan ini adalah variabel birokratis Bouleder, Westview Press, 1991.
18
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri
Journal of Diplomacy and International Studies P-ISSN: 2656-3878
E-ISSN 2656-8713
19
Asep Setiawan & Laode Muhamad Fathun
Pendekatan Birokrasi dalam Pengambilan Keputusan untuk Kebijakan Luar Negeri