Anda di halaman 1dari 41

A.

Review Konseptual

Dalam memahami studi kebijakan politik luar negeri, kita harus berangkat dari sebuah
lima unsur dasar ilmu politik. Dalam lima unsur tersebut adalah (1)Negara, (2) kekuasaan,(3)
pengambilan keputusan, (4) kebijakan, (5) dan atribusi dan distribusi . Negara merupakan aktor
yang bertanggung jawab dalam kebijakan luar negeri, sedangkan kekuasaan ( power ) adalah
reformulasi dari kemampuan Negara untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses kebijakan
politik luar negeri sebuah Negara berakar dari sebuah keputusan artinya ketika dalam posisi ini
pementukan kebijakan luar negeri masih bersifat politis atau intra Negara. Selanjutnya dari hasil
alternative yang terbaik maka itulah yang di sebut sebagai kebijakan/kebijaksanaan atau
alternative yang sudah di pilih oleh pemerintah yang sudah secara legal dan siap untuk di
implementasikan. Dalam imolementasi tersebut jika bersifat dalam negeri inilah yang disebut
sebagai kebijakan domestic ( domestic policy). Tetapi jika sudah melintasi batas tradisional
kedaulatan Negara berupa wilayah maka fenomena ini sudah bersifat ke HI an dan menjadi studi
hubungan internasional .(Fathun:2014, Materi Kuliah ke I Pengambilan Keputusan dalam
Hubungan Internasional UNIFA , Makassar ( Staf Pengajar)).

Dalam studi kebijakan politik luar negeri ada banyak teori dan asumsi yang coba
menjelaskan fenomena ini. Berangkat dari asumsi bahwa kebijakan politik luar negeri sebuah
negera bukan hanya bisa dilihat dari kebutuhan politik domestik yang di tujukan kepada Negara
lain, dan atau respon terhadap Negara lain dalam sebuah sistem internasional. Dalam artian
pendekatan yang ada sistemik dan analitik yang bertumpu pada kebutuhan internal dan ekternal.
Namun yang perlu dipahami adalah kebijakan luar negeri merupakan sebuah peristiwa yang
central mystery yang akan susah ditebak objeknya secara komprehensif. Hal ini didasarkan pada
akan susah menemukan informasi yang 100% murni tentang proses perumusan kebijakan luar
negeri sebuah Negara. Objeknya memang ada tetapi sifatnya kabur. Seperti yang dijelaskan oleh
Wolfram bahwa kebijakan politik luar negeri sebuah Negara adalah penyatuan dari kedua unsur
internal dan ekternal ( Warsito: 1998: 72).Sehingga Banyu Parawita dan Muhamad Yani
menjelaskan pula kebijakan politik luar negeri sebuah Negara adalah action theory. Menyangkut
sikap, prilaku, nilai, ideology yang dimiliki sebuah Negara untuk diperjuangkan. (Banyu
Parawita dan Muhamad Yani:2005: 47), kemudian T. May Rudi melanjutkan bahwa sisi variable
dari kebijakan poltik luar negeri bertumpu pada keputusan-keputusan ( decision) dan kebijakan-
kebijakan ( policies), yang di asumsikan untuk pemilihan tujuan tertentu, pemilihan sarana dan
cara implementasi( T. May Rudi :2003: 89).Kemudian disimpulkan oleh Holsti bahwa kebijakan
politik luar negeri sebuah Negara terdiri ada empat komponen yakni : (1) orientasi kebijakan
politik luar negeri, peran nasional, (3) tujuan dan (4) tindakan ( Holsti 1988 :bab 4).

Namun, penjelasan lain di kemukan oleh Abu Bakar Abihara mengatakan kebijakan
politik luar negeri sebuah Negara pada dasarnya di tujukan kepada Negara lain dalam bentuk
kata-kata dan tindakan untuk mempengaruhi aktor lainya dalam kontinum bentuk kerjasama
ataupun kondisi konflik (Abu Bakar Abihara:2011:17). Seperti yang sudah di tulisakan
sebelumnya bahwa kebijakan politik luar negeri sebuah Negara menyangkut aspek internal dan
ekternal. Kissinger mempertajam definisi tentang hal tersebut bahwa ‘ foreign policy begins
domestic policy ends . Studi ini mengacu pada intersection kedua aspek tersebut( Wolfram :
1971:22). Namun penjelasan lebih rinci yang dikemukakan oleh Rosenau bahwa dalam studi
kebijakan politik luar negeri adalah menjembatani bridging discipline suatu disiplin pengetahuan
dengan batas-batas yang tidak terbatas (limitless boundaries ) yang mengaburnya isu-isu dalam
politik domestik dan luar negeri. Lebih lanjut mengatakan bahwa kebijakan luar negeri sebuah
Negara untuk mengambil keuntungan dari lingkungan ekternalnya tentunya untuk
mempertahankan kehidupan Negara sehingga analisis kebijakan luar negeri sebuah Negara
sangat kompleks menyangkut ( internal life) dan ( eksternal needs). Oleh sebab itu perubahan
sistem internal dan ekternal dalam suatu Negara sangat berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan, Akibatnya Negara harus mengambil sebuah metode adaptif untuk melihat
kemampuanya (Muhamad Yani, Abihara :Ibid). Menyambung pernyataan Rosenau, Jackson
dalam edisi baru menyatakan bahwa kebijakan luar negeri ini akan perlu kahati-hatian Negara
atau setiap pengambil kebijakan yang banyak di dominasi oleh Presiden, PM, Raja, perlu
perumususan secara kognitif terutama hubungan ekternal dengan Negara asing ( Jackson :
2014:439).Karena pada dasarnya ketika sebuah Negara terlibat dalam arena politik internasional
sudah sewajarnya pola permainan power political prestige harus di utamakan untuk membuat
kagum setiap actor yang bermain game ( Dahlan Nasution : 1984: 48).

Untuk itu setiap Negara dalam usaha mencapai tujuan tersebut dan rasa prestise harus di
gaungkan dengan benar- benar paham dan mengerti seberapa sempurna perumusan kebijakan
luar negerinya. Yang perlu dilihat adalah kapabilitas negera dalam hubungan eksternal tersebut
dan mempertahankan dominasi internal. Sehingga Wolfe dan Columbus menekankan pada
power yang terdiri atas influence, authority, dan force ( 1999:88). Karena Negara sebagai unit
yang mewakili segala kepentingan harus sadar benar seperti yang dikatakan Ricard Snyder dkk
tentang how does the international system work and how and why do national actors perform
as they do in international relation ( McClelland: 1981:166).

Sebagai kesimpulan dari semua pendefinisi tentang kebijakan luar negeri, meminjam dari
Walter Carlesnaes dalam Handbook Of International Relation menjelaskan bahwa studi
kebijakan luar negeri yang terjadi perdebatan antara innen politik dan real politik. Innen politik
berpendapat bahwa kebijakan luar negeri merupakan produk dari kebijakan domestic, jadi pada
dsarnya kebijakan luar negeri lebih dominan bukan studi hubungan internasional tetapi studi
kebijakan public. Namun, berbeda dengan real politik bahwa factor –faktor material sistemik
yang paling berpengaruh dalam kebijakan luar negeri. Namun, bila berdebat pada sisi ini tidak
aka nada habisnya antara siapa paling berpengaruh antara agen dan struktur. Yang perlu di
tekankan adalah kebijakan luar negeri purpose dalam setiap tindakan.

Secara ontologi Carlesnaes membagi dua pendekatan kebijakan luar negeri secara
ontology dan epistemology. Pendekatan ontologi holisme atau holistik istilah alex mintz
( dibahas poin selanjutnya) bahwa pendekatan ini secara epistemologi menekankan pada
objektifitas prespektif strutural atau pada dasarnya berbicara “ apa adanya “ ( das sollen/ real
politik ) dan menitik beratkan pada interpretatisme sosio-institusional. Sedangkan pendekatan
individualisme atau wholistik istilah alex mintz ( dibahas poin selanjutnya), yang dipengaruhi
oleh revolusi dan pengaruh ilmu sosial behavioralisme dan konstruktivisme sebagai middle
graund theory lebih menekankan pada prespektif berbasis agensi dengan fokus pada interpretasi
aktor atau berbicara da sein “menjadi apa” dalam politik internasional (terjemahan 2013:691).

Sebagai penutup (Hudson:2008:12) menurutnya jika seorang peneliti ingin menganalisa


kebijakan politik luar negeri bagian dari sub – disipilin ilmu hubungan internasional yang
mempelajari politik luar negeri dan prilaku perumusan kebijakan luar negeri sebuah negara yang
diperankan individu atau kelompok dengan landasan teoritis pengambil kebijakan dengan
komitmen untuk membangun teori aktor-aktor khusus ( actor- specific theory ) ini sebagai
jembatan antara teori umum tentang aktor ( actor –general theory ) dengan kompleksitas dunia
yang dibagi dalam tingkat-tingkat analisis untuk melihat spectrum komponen dari pembuatan
keputusan menjadi output.

Setelah menganalisa seluruh pendapat ahli di atas pada dasarnya memiliki kemiripan
namun, penulis akan menyimpulakan bahwa pada dasarnya kebijakan luar negeri sebuah Negara
merupakan reformulasi sikap, nilai, tujuan, ideologi yang terkonsep dalam sebuah bentuk
kepentingan nasional semua Negara dengan melihat kebutuhan politik nasional( politik domestik
) yang akan di bawa dalam arena politik internasional. Jadi pada dasarnya kebijakan luar negeri
tidak bisa di pisahkan antara kebutuhan domestic dan eksternal Negara. Semua menyatu secara
komprehensif ketika kebijakan itu dikeluarkan. Karena , antar kebutuhan internal dan ekternal
yang bisa berubah setiap waktu atau kondisional mengaharuskan Negara untuk beradaptasi untuk
memilih setiap tindakan yang akan dilakukan dalam proses kebijakan luar negerinya. Proses
perumusan dan penetapan kebijakan luar negeri merupakan usaha negara untuk mencapai
kepentingan nasionalnya yang tentunya melihat pula bentuk geopolitik negara tersebut, sebab
geopolitik merupakan salah satu landasan fissik negara untuk mengambil kebijakannya seperti
halnya yang dibutuhkan Indonesia sebagai negara yang nernasis laut. Oleh sebab itu bukan ;aah
tabu apabilaa secara geopolitik Indonesia mengaaluaarkan kebijakan maritim dunia yang telah
lama fakum oleh para pemimpin sebelumnya.

Menyadari hal tersebut sudah seharusnya Pemerintahan Jokowi –JK dalam usaha
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan basis ekeonomi , budaya dan
pertahanan dan kedaulatan maritim, tentunya menjaga teirotial maritim ini sanagt penting untuk
mendukung cita-cita tersebut.Adanya kerjasama maritim dengan dua Negara yang paling
berpengaruh di kawasan Asia Pasifik yakni China dan Jepang ini merupakan langkah stategis
Indonesia untuk menciptakan blue economic power. Sehingga, untuk menganalisa hal tersebut
dalam model perumusan kebijakan luar negeri Indonesia, penulis akan menuliskan beberapa
model perumusan kebijakan luar negeri oleh para ahli terpercaya dan sudah terbukti dalam
beberapa kasus, yang kemudian penulis akan memilih satu atau dua model dalam menganalisa
proses kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi –JK.

B. Review Peneliti Studi kebijakan Luar Negeri

Ahli Model Analisa FP Penjelasan Referensi


Graham Alison Aktor Rasional, Aktor rasional di maksudkan adalah (Alison
organisasi,dan politik sebagai actor yang paling bertanggung (1971:vol.24)
birokrasi jawab merumusakn segala kebijakan dan
tujuan FP , sehingga actor rasional
sebagai individu yang mewakili negar.
Organisasi maksudnya perumusan
kebijakan luar negeri berdasar pada
pengalaman organisasi pemerintah yang
meiliki standar operasional. Politik
birokrasi maksudnya proses kebijakan
luar negeri adalah proses politik yang
didalamnya menyangkut tawar-menawar
antara sejumlah actor yakni presiden,
PM, mentri, jendral, LSM, dll.
Robert Jackson Tradisional, Tradisional maksudnya bertumpu pada (2014: 442-448)
komparatif, birokrasi, pengambil keputusan yakni individu
kognitif dan yang memiliki nilai, pendidikan,
psikologis, multilevel pengetahuan, motivasi, asumsi.
dan Komparatif maksudnya berpusat pada
multidimensional, peran antara pengambil kebijakan yakni
kontruktivisme sosial individual, birokrasi dan segala
organisasi yang ada didalam Negara
tersebut.Kognitif dan psikologis
maksudnya adalah bertumpu pada
keahlian komunitas epistemic dan
pengalaman pembelajaran dari
pengambil kebijakan sebelumnya,
maksudnya isu kebijakan luar negeri
menyangkut sebuah misteri objek
sehingga pengaruh kekuasaan dan
perhitungan dilemma keamanan
masalalu menjadi pola permainan dan
tolak ukur model ini. Konstruktivisme
social menyangkut pada peran ideasional
, pembentukan norma kolektif, dan
intrepretasi teks Bahasa berpengaruh
terhadap kebijakan.
Snyder dkk Kelompok eksekutif ( Kelompok eksekutif menyangkut tentang (1962: 59,80,82,
decision unit), kelompok pengambil kebijakan yakni 118)
kelompok grup yang presiden,PM atau rajadll, Kelompok
berpenagruh( group grup maksudnya difokuskan pada prtai
actor) dan kondisi politik, organisasi masa, pers dll,
lingkungan keadaan lingkungan maksudnya, situasi
( definition of lingkungan politik domestic dan
situation), projected internasional sebelum di terbitkan
of action kebijakan, dan alternative tindakan yang
paling efektif dari kondosis tersebut
misalnya krisis, embargo , aliansi atau
perang.
M.G.Herman dan Organisasi dan politik Pendekatan ini lebih menitik beratkan ( (1989:363-
Herman birokrasi pada organisasi kecil dalam Negara, 364)
motivasi organisasi psikologis anggota.
Politik birokrasi peran lembaga
eksekutif, peran kepala Negara, kepala
pemerintahan serta posisi tawar-
menawar dalam proses ini lebih politis.
Pendekatan ini merupakan lanjutan dari
Snyder dkk yang menekankan perlunya
analisa psikologis dan presepsi. Model
ini menolak analisis model individu
karena individu memiliki banyak
keterbatasan. Sehingga , peran
predominan leader, single group serta
multied autonomous actor perlu
diperhatikan dalam analisa FP
Morgentahau/ Rasionalisme Maksudnya adalah Negara merupakan (Morghethau:
Kennet Walts Negara/9 unitary actor paling rasional dalam 1978
/Thomas Scalling actor) mendefinisiakn kepentingan Negara. tejemahan ,
Sehingga, dengan dasar system 2010) , (Kennets
internasional yang anarkis maka Negara Walts :1979),
harus bermain politik seperti catur. (Thomas
Tujuannya adalah untuk merebut Scalling :1963)
kepentingan nasional berupa kekuasaan.
Cranya adalah bagamana Negara
mendapatkan kekuasaan,
mempertahankan memelihara kekuasaan
dan mempertahankan kekuasaan. Karena
pada dasarnya Negara mengejar
hegemoni agara tidak tertindas oleh
Negara lainya.
Koehane dan Individu dan lembaga Model ini menitik beratkan pada peran (Koehane dan
Nye, Krasner internasional rasionalitas individu untuk berbuat baik Nye :1977) ,
( organisasi karena pada dsarnya manusia itu baik. (Krasner :1981)
internasional) Jadi ada kecenderungan manusia untuk
lebih berkembang dan bekerjasama,
mengembangkan potensi, saling
ketergantungan, jadi nilai-nilai
demokrasi ham, pasar bebas harus di
utamakan dari pada konfliktual. Untuk
itu perlunya menciptakan organisasi
internasional untuk mentransformasikan
nila-nila standarmoralitas internasiona.
Waltercarlesnaes Struktural, Pendekatan structural lebih menitik (2013:641691-
dkk presepektif berbasis beratkan pada peran Negara sebagai 703)
agensi, kelembagaan unitary actor. Pendekatan ini condong
social, actor pada paradigma relisme dan neorealisme
interpretative seperti di atas. Pendekatan berbasis
agensi ini emenkankan pada peran
kognitisme dan psikologis. Pendekatan
ini menolak asumsi fondasionalis baik
realis maupun liberal. Mereka
berpendapat bahwa pendekatan ini
melihat kemampuan actor yang memiliki
kemampuan yang baik dan psikologis
sehingga actor individu dalam proses
kebijakan luar negeri dalam
pengambilan keputusan bisa beradaptasi
dengan lingkunganya.Pendekatan
kelembagaan social menitik beratkan
pada konstruksi social sehingga
pendekakatan ini menitik beratkan pada
ide, norma kolektif dan interpretasi
Bahasa.Pendekatan actor interpretative
merupakan pendekatan yang menitik
beratkan pada peran individu dalam
mengambil kebijakan. Proses itu
merupakan heremeneutika dari seorang
individu untuk memepertimbangkan
lasan mereka ketika mereka ada dalam
sebuah aturan social dan norma kolektif
. Pendekatan ini kelanjutan pula dari
Snyder dkk yang menekankan pada
menagapa keputusan itu di ambil.
Alex Mintz rational actor, Actor rasional yang dimaksud adalah
cybernetic, masih berpatokan pada paradigma
bureaucratic politics, relisme yang mengaansumsikan bahwa
organizational Negara adalah actor yang paling utama
politics, poliheuristic mendefiniskan kepentingan Negara,
theory, and prospect politik birokrasi masih sama juga dengan
theory) di atas hanya berasumsi pada peran
standar operasi dalam sebuah birokrasi
pemerintahan menjadi patokan kebiajakn
luar negeri, politik birokrasi berpatokan
pula pada peran politis yakni PM,
president, pejabat tinggi merupakan
actor rasional yang bisa mendefiniskan
kepentingan Negara dan masing-masing
memiliki tujuan serta alternative
pencapaian., cybernetic ini hanya
persoalan semantic Bahasa saja dari alex
mintz tapi pada hakekatnya pendekatan
ini menolak asumsi realisme dan lebih
menekankan pada peran kognitivisme
dan spikologis dari seorang
decisisonmakaer

Wiliam D. Coplin Model rasional strtegi Strategi leadership menyangkut cara WiliahmD
: Strategi pemimpin dalam mengunakan cara- Coplin :1978)
leadership, Strategi cara tawar-menawar dalam merebeut terjemahan 1992
Corcondance , kepentinganya.
Strategi Biasa mengunakan cara-cara
konfrontasi, strategi persuasive walaupun trkadang bisa
akomodasi menggunakan kekerasan pula. Cara
ini menitik beratkan pada
kemampuan kepemimpinan seorang
kepala Negara dalam merumuskan
kepentingan Negara. Daalam model
ini posisi Negara sanagt superior atau
lebih kuat dengan Negara lain.
Strategi Corcondance menitik
beratkan pada adanya keselarasan di
antara actor-aktor yang berhubungan
saling menguntungkan dan saling
selarasa dan menghindari ketidak
sepahaman dalam politik
internasional. Strategi kon

frontasi menitik beratkan pada


bagaimana salah satu actor
mempertaajam-isu-isu konflik
masalalu karena menyadari sehingga
menjadikan konfliktual dalam politik
internasional. Untuk itu Salah satu
aktor harus menerapkan strategi
akomodasi untuk menengahi ketidak
saling pahaman antar aktor.

Wolfe dan Rational actor Model ini masih mirip dengan asumsi
Couloumbis realisme yakni Negara sebagai actor (1999: 114, 129)
yang memformulasikan segala
kepentingan Negara. Tetapi model ini
hanya berasumsi pada tindakan atas
nama ideology dan merumuskan
kepentinganya.

K.J. Holsti Rational Untuk itu kebijakan luar negeri Negara (1988:bab 4 :
Aktor( Negara) bisa di arahkan pada model orientasi 108-109)
akan berpengaruh pada struktur
kekuasaan dan tindakan Negara lain
dalam sistem internasional.Sehingga,
Negara paham apakah model kebijakan
luar negeri di arahkan pada isolasi,
nonblok, serta kualisi atau aaliansi.
Identifikasi Holsti seperti pengaruh
geografis, topografis, kaarakter
pemimpin, pola dominasi ideology sitem
internasional daan struktut kekuasaanya
merupakan arah penentu kebijakan luar
negeri. Holsti bahwa kebijakan politik
luar negeri sebuah Negara terdiri ada
empat komponen yakni : (1) orientasi
kebijakan politik luar negeri, peran
nasional, (3) tujuan dan (4) tindakan.
Holsti,setiap actor melalui decision
maker harus menyadari kebutuhan dalam
negerinya atau politik domestic dan
politik internasional atau situasis sitem
internasional.Pntingnya informasi,
presepsi motivasi menurut holsi sangat
berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan.

Model prespsi dan Pada model ini penekananya pada


Robert Jervis (Robert Jervis :
misspresepsi actor komunikasi politik oleh actor dalam
1976) dalam T.
rasional politik internasional. Pidato politik
MAY Rudi :
misalanya, bentuk gerak tubuh, kdang
2003:79)
menjadi miss presepsi antara aktoraktor
dalam hubungan internasional.
Penekanannya pada pemimpin Negara
harus benar-benara memahami setiap
gerak gerik actor lain , apakah Negara
tersebut memutuskan aliansi, perang,
atau kerjasama dalam hubungan
internasional.

Henry Kissinger/ Wolfram:1971:


menyatakan bahwa “foreign policy
Wolfram Aktor Rasional 22) , Wolfram ( :
begins when domestic policy ends”.3
1971:242)
Dengan kata lain studi politik luar negeri
( 1994)
berada pada intersection antara aspek
(Fathun:2014)
dalam negeri suatu negara (domestik)
Materi Kuliah
dan aspek internasional (eksternal) dari
Pengambilan
kehidupan suatu negara. Negara, sebagai
keputusan dalam
aktor yang melakukan politik luar
HI , Staf
negeri, tetap menjadi unit politik utama
Pengajar Unifa
dalam sistem hubungan internasional,
Makassar.
meskipun aktor-aktor non-negara
semakin memainkan peran pentingnya
dalam hubungan internasional.

Model ini bertumpu pada


James N. Rosenau Model pengaruhlingkungan internal Negara dan
Adaptif( rational ekternal Negara dalam proses kebijakan
actor) luar negeri. Nilai, norma motivasi yang Rosennau
dimiliki oleh pengambil kebijakan (1991:59)
sangat berpengaruh ketika berdaptasi
dalam mengambil kebijakan luar negeri
dalam sebuah kondisi yang selalu
beubah. preservative adaptation
(bersikap responsif terhadap permintaan
dan perubahan di lingkungan eksternal
dan internal);
acquiescent adaptation (bersikap
responsif terhadap permintaan dan
perubahan di lingkungan eksternal);
intransigent adaptation (bersikap
responsif terhadap permintaan dan
perubahan di lingkungan internal); dan
promotive adaptation (bersikap tidak
peduli/responsif terhadap permintaan
dan perubahan yang terjadi baik di
lingkungan internal maupun eksternal).

Pada kesimpulanya dari sejumlah ahli pendefinisi tentang kebijakan politik luar negeri dalam
berbagai model penulis menyimpulkan bahwa dalam menganalisis kebijakan luar negeri dari berbagai
pendekatan yang di review pada dasarnya sama saja hanya terjadi proses debat semantic atau debat
perbedaan Bahasa atau istilah dalam menamaai pendekatan masing-masing ahli. Tetapi pada intinya
secara substansi maksudnya sama saja. Dari semua pendekatan atau model yang ada bisa di simpulkan
menjadi : (1) pendekatan rasional actor artinya mengacu pada Negara sebagai pengambil kebijakan dan
pendefinisi kepentingan Negara, sehingga Negara sebagai individu yang mewakili seluruh entitas
kepentingan domestic. (2) Pendekatan birokrasi artinya disini mengacu pada kepentingan Negara di lihat
dari standar operasional dan masalalau birokrasi. Dengan demikian Negara sebenarnya tersusun atas
sejumlah birokrasi seperti kementrian yang memiliki rumusan standar kebijakan masing-masing yang bisa
dijadikan patokan untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri, (3) politik organisasi hal ini berkaitan
dengan partai pendukung berupa ideology, cita-cita dan motivasi partai tentang sebuah isu tertentu. (4)
Pendekatan Konstruktivisme social atau teori-teori kritis ini menyangkut peran actor non Negara dan
obejektivitas tentang relitas social. Dalam asumsi dalam konsep ini ditekankan bahwa realitas social
hanyalah kesepakatan social bukan obejektivitas tetapi di konstruksi oleh egen untuk kepentinganya.

Sedangkan kalau membahasa masalah presepsi, motivasi, adaptasi, kognitivisme, psikologis


merupakan Sesutu yang sudah ada dalam diri manusia.Artinya hal tersebut sudah tersimpan dalam setiap
individu pengambil kebijakan luar negeri. Sedangkan yang dimaksudkan model analisis adalah melihat
dari segi actor yang bermain dalam isu tertentu bukan pada sifat alamiah yang ada. Hal itu jelas
berpengaruh tetapi dia bisa kita katakan bukan model dan pendekatan hanya dampak dari sebuah sifat
harfiah manusiawi.Untuk itu dalam proses analisa kemudian bisa dilihat dalam level tingkatan apakah
system individual, Negara-bangsa dan atau level internasional.

Untuk itu dalam analisis kebijakan luar negeri dalam penulisan tesis ini dalam kasus kerjasama
maritim Indonesia , China dan Jepang dengan tujuan Indonesia menjadi Negara yang berbasis ekonomi
maritim atau poros maritim dunia maka penulis memeilih pendekatan yang di keluarkan oleh Wiliam D.
Coplin dari segi strategi Indonesia. Sedangkan pendekatan lainya akan memilih dari Rosenanu untuk
menghitung adaptasi Negara Indonesia , sebarapa penting munculnya kebijakan tersebut, apakah program
tersebut sudah di lakukan sebelumnya atau belum. Sehingga dengan kombinasi dua pendekatan akan di
dapatkan strategi serta perhitungan kemampuan Indonesia dari segi internal dan ekternal dan bisa di
hitung dalam bentuk rumus yang sudah di bentuk oleh Rosenau dan kemudian penulis akan menyatukan
rumus lainyakni rumus geopolitik Ray S. Cline untuk menghitung power Negara Indonesia.Selain itu pula
penulis akan mengkombinasikan dengan model yang di buat oleh K.J Holsti utnuk menghitung tangible
power Indonesia serta non tangible power yang tentunya hal ini sangat berpengaruh pada proses
kebijakan luar negeri Indonesia.

C. Kerangka Teori / Model


1.Model Wiliam D. Coplin/ John Lovell

Confontation
Strategy

Other”s Accomodation Model


Model Leadership
Stategy stategy
stategy strategy Other”s Strategy
strategy
supportive
threathening
Concordance
Strategy

Model ini dicetuskan oleh Wiliam D. Coplin. Dalam model ini bisa di mainakan dalam keadaan
damain maupun perang dalam hubungan internasional. Strategi leadership menyangkut cara
pemimpin dalam mengunakan cara-cara tawar-menawar dalam merebeut kepentinganya.
Biasa mengunakan cara-cara persuasive walaupun trkadang bisa menggunakan kekerasan pula.
Cara ini menitik beratkan pada kemampuan kepemimpinan seorang kepala Negara dalam
merumuskan kepentingan Negara. Daalam model ini posisi Negara sanagt superior atau lebih
kuat dengan Negara lain. Strategi Corcondance menitik beratkan pada adanya keselarasan di
antara actor-aktor yang berhubungan saling menguntungkan dan saling selarasa dan menghindari
ketidak sepahaman dalam politik internasional. Strategi konfrontasi menitik beratkan pada
bagaimana salah satu actor mempertaajam-isu-isu konflik masalalu karena menyadari sehingga
menjadikan konfliktual dalam politik internasional. Untuk itu Salah satu aktor harus menerapkan
strategi akomodasi untuk menengahi ketidak saling pahaman antar aktor. (Mas”oed:1994:190)
mengambarkan konsep ini dalam bentuk :

PENILAIAN TERHADAP STRATEGI LINGKUNGAN

Mengancam Mendukung

konfrontasi Memimpin
Lebih Kuat

Akomodasi Korkkondans
Lebih
D.Lemah
E.
Pemikiran Kemamapuan sendiri
F.
Keadaan politik
domestik

Decision Making Foreign policy action International situation

Economic and militer


capabilities

Jadi pada model ini lebih menitik beratkan pada presepsi aktor, strategi Negara lain,
situasi system internasional, serta kapabilitas Negara. Konsep ini sangat ideal menjelaskan
kerjasama tersebut tentunya dalm bingkai Indonesia sebagai Negara yang lebih lemah. Artinya
dengan adanya kerjasama tersebut Indonesia membutuhkan saling keuntungan dari China dan
Jepang dalam kerjasama maritim. Dalam model ini penulis bukan akan menggunakan analisa
model untuk dipakai konfrontasi tetapi dalam lingkup kerjasama. Menyangkut bahwa China dan
Jepang secara sejarah memiliki konflik masa lalu yang laten hal ini Indonesia bisa menjadi
akomodasi dan untuk menengahi konflik yang bisa kapan saja terjadi. Karena jika konflik terjadi
maka akan menurunkan tensi kerjasama dan menunda kepentingan Indonesia. Artinya yang
dimaksud oleh penulis adalah korkondance ini bisa meniadakan konflik jika terus kontinuskan.
Sebab disini dari segi kapabilitas untuk mencapai tujuanya Indonesia membutuhkan kedua
Negara dalam bantuan dana, militer dll. Penulis akan mengkombinasikan model ini dengan
pendekatan efektivitas, dan rational choice untuk menganalisa fenomena ini.

2. Model K.J Holsti (ibid: 210-211)


System internasional

Exkternaal Presepsi Lingkungan situasi


setting
Estimasi
Kapabilitas

Aktor Means
Untangible Tangible

Interna
National
ends ways
interest

Cttn: Kotak Hitam dan garis hitam maksudnya garis putus-putus

Dalam analisis ideosinkretik Holssti dalam Mas’oed 1989 : 21

Tidak Langsung

- - -- - - - - -
Presepsi tentang
Citra ttg apa , sedang dan akan
realitias
trjd( FAKTA) ( da sollen)
Keputus
informasi
- -------- an FP
Langsung
Sesuatu yang harus terjadi ( da
--------- sein)

--------

Dalam orientasi kebijakan luar negeri menurut Holsti,setiap actor melalui decision maker harus
menyadari kebutuhan dalam negerinya atau politik domestic dan politik internasional atau situasis sitem
internasional. Modell proses ini sebebnarnya mirip dengan Snynder dkk akan tetapi model ini variable
yang di teliti agak sedikit lebih sedikit disbanding model snynder dkk. Menurut Holsti proses perumusan
kebijakan luar negeri Negara oleh aktor decision maker sang pelaku harus mengetahui dengan benar
presepsi politik domestic dan estimasi yang akan di capai. Holsti juga menganjurkan bahwa kapabilitas
kemampuan dalam kepemilikikan power yang nyata misalnya militer, jumlah penduduk, ekonomi dalam
bentuk kebutuhan bisa mempengaruhi kebijakan Negara. Selain itu, power tidak nyata seperti karakter
nasional, nilai moralitas, noram, hokum nasional bisa juga mempengaruhi proses pengambilan kebijakan.
Oleh sebab itu dalam merebut atau mencapai kepentingan nasionanya bisa ditentukan dengan jalan atau
alternative yang efisien dan penuh kalkulasi untuk model kebijakan luar negeri Negara.

Untuk itu kebijakan luar negeri Negara bisa di arahkan pada model orientasi akan berpengaruh
pada struktur kekuasaan dan tindakan Negara lain dalam sistem internasional.Sehingga, Negara paham
apakah model kebijakan luar negeri di arahkan pada isolasi, nonblok, serta kualisi atau aaliansi.
Identifikasi Holsti seperti pengaruh geografis, topografis, kaarakter pemimpin, pola dominasi ideology
sitem internasional daan struktut kekuasaanya merupakan arah penentu kebijakan luar negeri (Holsti:ibid
108-109). Ditambahkan oleh Wolfe bahwa arah kebijakan politik luarnegeri berorientasi pada model
ofensif, difensi, revisionis, statusquo, imprealis internasionalis, intervensionis, dan netralis
( Wolfe:ibid:127). Untuk Indonesia sendiri orientasi kebijakan luar negerinya dalam model kerjasama sea
power maritime ini lebih pada Akomodatif dan korkondance seperti yang sudah di tulisakan dalm model
sebelumnya.

1.2 Model Analisis Kebijakan Politik Luar Negeri

Hudson seorang peneliti kebijakan politik luar negeri menurutnya jika seorang peneliti
ingin menganalisa kebijakan politik luar negeri bagian dari sub disipilin ilmu hubungan
internasional yang mempelajari politik luar negeri dan prilaku perumusan kebijakan luar negeri
sebuah negara yang diperankan individu atau kelompok dengan landasan teoritis pengambil
kebijakan dengan komitmen untuk membangun teori aktor-aktor khusus ( actor specific theory )
ini sebagai media antara teori umum tentang aktor ( actor general theory ) dengan kompleksitas
dunia yang dibagi dalam tingka tingkat analisis untuk melihat spectrum komponen dari
pembuatan keputusan menjadi output.1

Untuk itu dalam analisis kebijakan luar negeri dalam penulisan tesis ini dalam kasus
menganalisa tujuan Indonesia menjadi negara yang berbasis poros maritim maka dan mesti

1
Hudson,V.M,2008, The History and Evolutions of Foreign Policy AnalysisiN Smith , A Hadfield and T. Dunne
(eds)Foreign Policy theories, actors, cases.Oxford University Press, Oxford.
menyelesaikan permasalahan keamanan maritimnya, penulis memeilih pendekatan yang di
keluarkan oleh Rosenau dengan pendekatan adaptive foreign policy. Model pendekatan ini
melihat bagaimana pengaruh kondisi internal dan ekternal sebuah negara dalam implementasi
kebijakan laur negerinya. Dalam melihat kondisi eksternal dan internal tersebut tidak lepas dari
interpretasi ideologis terhadap struktur wilayah negara. Terkhusus karya ini melihat bagaimana
proses perumusan kebijakan poros maritim Jokowi yang di adopsi dari teori geopolitik Alfred
Mahan yang sangat militeristik dan unilateral.

Skema 1.1 Model Adaptif Perumusan Kebijakan Luar Negeri

External Change

Structural Change( Internal) Foreign Policy

Leadership

Sumber: James Rosenau.,1974 Comparing Foreign Policy:Theories , Findings and Methods, Sage Publication: New
York.h.47.

Aplikasi model kebijakan luar negeri menurut Rosenau ini , memungkinkan setiap akor
melalui decision maker (Leadership) yang dimaksudkan adalah Jokowi yang harus menyadari
kebutuhan dalam negerinya atau politik domestik atau kondisi internal negara. Selain itu,
tentunya berjalan seiring dengan kebutuhan eksternal negara terkait kebutuhan domestiknya.
Sehingga, antara kebijakan domestik dan kebijakan luar negeri sesuatu yang tidak bisa
dipisahkan dalam politik internasional yang berada dalam sebuah sistem internasional. Sistem
yang internasional yang dimaksudkan adalah hubungan eksternal tentunya dalam konteks
Indonesia ditempuh melalui diplomasi.

Menurut Rosenau proses perumusan kebijakan luar negeri negara oleh aktor decision
maker sang pelaku harus mengetahui dengan benar presepsi politik domestik dan estimasi atau
proses adaptasi terhadap objek yang akan di capai. Presepsi tersebut adalah bagaimana
interpretasi terhadap isu dari pengalaman-pengalaman negara tersebut baik didapatkan dari tim
penasehat, akademisi, analis dll. Hal ini berguna untuk melihat kapabilitas kemampuan dalam
kepemilikan power sebagai estimasi dan kalkulasi terkait kemampuan yang menyangkut yang
nyata misalnya militer, jumlah penduduk, ekonomi dalam bentuk kebutuhan bisa mempengaruhi
kebijakan negara. Selain itu, power tidak nyata seperti karakter nasional, nilai moralitas, norma,
hukum nasional bisa juga mempengaruhi proses pengambilan kebijakan.

Model adaptasi ini akan di gunakan oleh penulis berangkat dari analisis penulis bahwa
Jokowi sebagai pemimpin yang baru terpilih yang minim akan pengalaman membutuhkan
adaptasi terhadap kondisi internasl Indonesia dalam hal ini adalah keadaan politik domestik,
menyangkut kebijakan struktural semasa SBY. Model ini akan melihat bagaimana proses
perumusan kebijakan luar negeri Jokowi dalam orientasi maritim terutama aktor-aktor yang
terlibat dalam proses tersebut. Dengan minimnya pengalaman Jokowi yang baru terpilih
cenderung proses perumusan kebijakan geopolitik maritim merupakan pengaruh kondisi
struktural atau kondisi internal. Sehingga Jokowi hanya sebagai leader yang hanya menerima
jadi dalam proses perumusan tersebut. Dalam konteks ini Jokowi sebagai leader hanya berbekal
pada pengaruh marketing politiknya terkait dengan karakter kepemimpinanya yang demokratis
dan sosiologis, sederhana, dan tidak statsis. Akibatnya , dengan modal tanpa pengalaman dalam
urusan luar negeri atau hubungan eksternal maka Jokowi harus beradaptasi dengan sejumlah
masukan-masukan politis terkait dengan kebutuhan internal dan eksternal Indonesia terutama
terkait dengan geopolitik maritim Indonesia yang selama ini tidak dikelola dengan baik. Maka
2
munculah rumus Pt= Lt+Et+St. Pt=Kebijakan Politik Luar Negeri, Lt=
Kepemimpinan ,Et=Perubahan Eksternal, St=Perubahan struktural Internal.

Rumus Rosenau ini merupakan penyederhanaan dalam karakter kekuatan nasional yang dimiliki
oleh negara dalam politik internasional yang dicetuskan oleh sejumlah ahli politik seperti
Morgenthau yang membaginya dalam 8 unsur kekuatan nasional negara. Adapun keempat pola
adaptasi itu, adalah: a) preservative adaptation (sikap responsif terhadap permintaan dan
perubahan lingkungan internal dan ekternal); b) acquiescent adaptation (bersikap peduli pada
perubahan internal dan ekternal); c) intransigent adaptation (sikap responsif terhadap lingkungan
internal); dan d) promotive adaptation (bersikap acuh terhadap lingkungan internal dan ekternal).

KOMPARATIF KEBIJAKAN LUAR NEGERI DALAM KERJASAMA“POROS


MARITIM DUNIA DAN OBOR SEBUAH REFLEKSI FILOSOFIS,METODOLOGIS
DAN PRAKTIS: PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Laode Muhamad Fathun
2
Anak Agung, op.cit, h.66
Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional UPN”Veteran “Jakarta
Lm_fathun@yahoo.co.id/fathun.Lm@upnvj.ac.id
Abstract

This paper will explain the collaboration of maritime geopolitical policies between Global Maritime Axis
(PMD) and One Belt One Road. This geopolitical policy was issued by Indonesia and China. Both
countries agreed to cooperate in forming the 21st century silk route as a form of capitalization of
maritime resources. This paper uses a qualitative method of description on the basis of a case
comparison method with interpretive secondary data analysis. The results obtained are cooperation
between the two countries in philosophical contexts, the two countries have the same history in marine
management as the basis of economic, military and political power. In the context of philosophy
Indonesia used the mechanism of Trisakti Soekarno with Nawacita model while China used the
mechanism of confusion, daoism. In the context of this policy methodology, it relates to several
considerations in the fields of life, such as economics, politics, defense and security and social culture
and history. In the practical context there is a global maritime axis and Indonesian Ocean Policy (KKI),
and Chinese dream through OBOR. From this similarity the constructivism analyzes it with four variants
of comment fate, interdependency, homogeneity, and self restraint. Therefore, hopefully this study can
add to the wisdom of science.

Keywords: Global maritime axis, OBOR, Trisaksati Sekarno Nawacita, confusion Daoism, KKI,
constructivism analyzes

PENDAHULUAN
Kolaborasi antara kebijakan luar negeri adalah konstruksi sosial baik secara kultural,
struktural dan natural. Konstruksi yang dimaksudkan adalah kebijakan luar negeri di bentuk atas
dasar kesepakatan atas ide dan gagasan dan norma yang telah di anut suatu masyarakat politik
atau negara. Artinya ide, norma yang di artikulasi dalam bentuk bahasa dan sosialisasi. Kontruksi
tersebut dengan tujuan mencapai kepentingan negara berdasarkan nilai-nilai yang di anut. Tujuan
dasarnya adalah untuk menciptakan kesejateraan bagi masyarakat nasional dalam konteks
negara. Dengan demikian, kontruksi model kebijakan luar negera yang ditempuh melalui
diplomasi merupakan pendekatan konstrukti pluratif yang di ambil dari prinsip, nilai, ide, norma
dari negara tersebut.
Ide, nilai, norma dan prinsip lahir secara natural yang menjadi landasan gerak dari negara
dalam mengambil kebijakan dan model implementasinya. Kemudian menjadi kultural itulah
bersumber dari prilaku natural masyrakat politik yang dibentuk dalam bentuk budaya politik dan
kemudian di lanjutkan dengan tindakan struktural untuk melegitimasi prilaku natural dalam
bentuk kultural. Dengan demikian, akan menjadi sebuah produk legal dan landasan gerak yang
resmi yang biasanya terbentuk dalam sebuah konstitusi negara tersebut. Oleh sebab itulah
diplomasi yang merupakan implementasi dari kebijakan luar negeri merupakan hasil produksi
dari pendekatan konstruktif pluratif yang di bentuk dari ide dan gagasan, norma dan bahasa.
Akibatnya akan membentuk pola Comment fate, interdependency, homogeneity, dan self
restraint untuk mewujudkan kepentingan negara.
Implementasi kebijakan luar negeri melalui diplomasi juga di perankan oleh Indonesia
dan Tiongkok. Kolaborasi antara kedua negara baiak secara natural , kultural dan structural
bahkan lebih mikro dalam konteks leadership memiliki kemiripan pola model pengambilan
kebijakan luar negeri melaui diplomasi. Indonesia dengan upaya menejadi negara kuat dalam
bidang maritim dengan membawa slogan “Poros Maritim Dunia” dan Tiongkok berupaya
menjadi kekuatan besar dalam politik internasional melalui kebijakan “Chinese Dream”. Kedua
negara memiliki sisi yang berbeda namun kadang selaras. Kedua negara memiliki hubungan
diplomatik yang panjang dari berdirinya Indonesia hingga terputusnya hubungan diplomatic dan
akhirnya kembali merekat hingga saat ini. Kedua negara memiliki kutural yang sama yang
emnggunakan nilai tradisional yang di konstruksi pluratif sebagai pedoman dalam merumuskan
kebijakannya.
Indonesia dan Tiongkok merupakan dua negara yang bersahabat dan memiliki sesamaan
Comment fate, interdependency, homogeneity, dan self restraint dalam kultur kebangsaannya.
Indonesia dalam merumuskan kebijakan selalu mengutamakn nilai-nilai konstitusional yang
teramu dalam UUD 1945, Pancasila dan Teologis terkhusus Islam dalam pengambilan model
kebijakan luar negeri. Dengan menjadikan Bhineka Tunggal Ika dan wawasan nusantara sebagai
sembonyan negara dan pemersatu bangsa, kemudian di lengkapi dengan kultur masyarakat
politik yang banyak namun di satukan dengan slogan gotong royong, toleransi, dan demokrasi.
Dilain sisi Tiongkok memiliki domain yang sama, dalam buku Chinese Philosophy dituliskan
bahwa:
Chinese Philosophy includes the use of wisdom in regard to human life and various
arguments regarding the perception of the world. Many Chinese Philosopical text
discuss the relationship between “Tian” / heaven and human being. Chinese
Philosophers, people naturally about live and the world. Dao is the road walk in life ,
which stand, analogously to a person ‘s behavior and development [ CITATION Wen10 \l
1033 ].

Pengaruh pemikiran ini ada sejak pra Mencius abad 372 – 289 SM hingga masa Neo
Konfusionisme Dinasti Song pada aabad ke 11 – 13 sesudah masehi. Gagasan tian mengalami
traansformasi makna menjadi tiandi ( langit dan bumi), tianming (Mandat langit atau hukum
alam), tianyi (Kehendak Langit), tiandao (Jalan Surgawi), Ketiganya adalah tiandi alam, tiandao
atau jalan Tuhan, dan tianxia atau dunia itu sendiri. Daoisme di maknai dengan cara memaknai
alam atau cara menghargai alam. Alam adalah seuntaian estetika yang dimana manusia harus
menjadi bagian darinya secara mutlak dan independen. Dao pemikirann yang di arahkan untuk
mengikuti kehendak arah alam. Dilain sisi Konfusionisme berhubungan dengan keragaman yang
berbeda dalam satu interaksi dalam istilah lainya adalah harmonisasi. Harmonisasi yang
dimaksudkan adalah hubungan antara langit, alam, dan manusia dalam memaknai alam sebagai
tempat tinggal dan tempat bertindak[ CITATION Wan07 \l 1033 ].

Kolaborasi antara Indonesia dan Tiongkok adalah sesuatu yang potensial untuk
meengembangkan negara masing-masing. Hubungan diplomatic antara kedua negara yang telah
terjalin sejak lama harus menjadi poin pneting dalam membangun kerjasama partnership
diplomacy untuk mewujukan domain kebijakan luar negeri masing-masing. Dengan kemiripan
model kebijakan, bentuk kepemimpinan, bentuk sejarah, nilai kebudayaan adalah peluang utama
untuk melakukan kerjasama tersebut. Artinya bentuk kedua negara yang bhineka, dengan
karakter sama-sama negara maritim adalah bentuk geopolitik yang menjadi bagian dalam
pengembangan tersebut. Dengan demikian, kolaborasi yang akan tercipta merupakan
implementasi dari pendekatan konstruktivisme pluratif dari kedua negara.
Salah satau yang menjdai poin penting adalah sinergivan antara kebijakan Indonesia
dimasa Jokowi adalah munculnya kebijakan Poros Maritim Dunia, disisi lainya Tiongkok dengan
visi Chinese Dream atau Chinese Master Plan dengan mengeluarkan kebijakan One Belt One
Road (OBOR). Landasan argumentasi davar kolaborasi dari munculnya kebijakan kedua negara
baik dari sisi Jokowi dan Xin JinPing dalam level analisis ideosinkretik dan Indonesia dan
Tiongkok dalam level analisis negara bangsa adalah korelasionisme. Artinya kedua negara
melalui respon kebijakan nya memahami potensi dan postur masing-masing negara sebagai
negara maritim. Konsekuensinya adalah kedua negara harus menyadari Indonesia sebagai negara
yang dilewati oleh jalur perdagangan internasional melalui Selat Malaka dan Tiongkok berupaya
mewujudkan OBOR sebagai bentuk untuk memaksimalkan jalur perdagangan internasional
melalui kelebihan postrur geopolitiknya.
Korelasi antara kedua negara dalam partnership diplomacy dalam bentuk kerjasama
adalah bentuk respon bisnis internasional terutama bahan logistik yang 90 persen melalui laut.
Dengan demikian Pengelolaan geopolitik maritim dalam melindungi lingkungan strategis kedua
negara terutama dalam akses jalur perdagangan merupakan kolaborasi potensial untuk menjadi
negara kuat dalam bidang maritime. . Hubungan Indonesia yang dinamis terjadi kesamaan ide
yakni Indonesia dengan Poros Maritim dan Tiongkok dengan Chinese Dream (OBOR). Kedua
negara bertumpu pada akses geopoltik yang strategis terutama Indonesia dengan berbatasan
dengan selat Malaka dan Tiongkok dengan Laut Tiongkok Selatan. OBOR adalah kebijakan
strategis Tiongkok dalam menciptakan konektivitas antara Asia, Eropa, dan Timur Tengah.
Kebijakan ini akan di arahkan pada pembentukan jalur sutra baru yakni jalur ini dimulai dari
Tiongkok menuju Eropa, Persian Gulf, Lautan India, Mediterania, Selat Malaka dan Asia
Tenggara yang terkoneksi melalui pelabuhan laut, jalur kereta api, jalur udara dan jalur darat.
Proyek ini direncanakan melibatkan 60 negara sebagai perwakilan dari 60% penduduk dunia,
40% PDB global, dan 75% sumber daya energi dunia.
Oleh karena itu hubungan relativitas antara kedua negara baik dari segi budaya, nilai,
normadan hubungan diplomatik, sejarah, dan karakter kepemimpinan menunjukan kemiripan
dalam membangun negara. Dengan demikian kolaborasi antar kedua negara yang memiliki
potensi maritim dan lingkungan strategis perlu di elaborasi untuk mencapai kepentingan
bersama. Dengan analisis kualitatif, penulis berasumsi bahwa kedua negara memiliki kemiripan
dalam karakter dan kemiripan dalam pola interpersonal, sehingga kerjasama pembentukan jalur
sutra adalah kerjasama strategis Indonesia dan Tiongkok yang harus di prioritaskan. Oleh karena
itu, tulisan ini akan di arahkan pada analisis peluang kerjasama partnership diplomacy dalam
kebijakan OBOR dan Poros Maritim Dunia dan pengaruhnya terhadap lingkungan strategis
internasional terutama bidang jalur perdagangan internasional.
KERANGKA TEORITIK
1. Defisisi Operasional
a. Kebijakan Luar Negeri dan Diplomasi
Dalam studi kebijakan politik luar negeri ada banyak teori dan asumsi yang coba
menjelaskan fenomena ini. Berangkat dari asumsi bahwa kebijakan politik luar negeri sebuah
negera bukan hanya bisa dilihat dari kebutuhan politik domestik yang di tujukan kepada Negara
lain, dan atau respon terhadap Negara lain dalam sebuah sistem internasional. Dalam artian
pendekatan yang ada sistemik dan analitik yang bertumpu pada kebutuhan internal dan ekternal.
Namun yang perlu dipahami adalah kebijakan luar negeri merupakan sebuah peristiwa yang
central mystery yang akan susah ditebak objeknya secara komprehensif. Hal ini didasarkan pada
akan susah menemukan informasi yang 100% murni tentang proses perumusan kebijakan luar
negeri sebuah Negara. Objeknya memang ada tetapi sifatnya kabur.
Wolfram mengtakan bahwa kebijakan politik luar negeri sebuah Negara adalah penyatuan
dari kedua unsur internal dan ekternal. Hudson, menurutnya jika seorang peneliti ingin
menganalisa kebijakan politik luar negeri bagian dari sub – disipilin ilmu hubungan internasional
yang mempelajari politik luar negeri dan prilaku perumusan kebijakan luar negeri sebuah negara
yang diperankan individu atau kelompok dengan landasan teoritis pengambil kebijakan dengan
komitmen untuk membangun teori aktor-aktor khusus ( actor- specific theory ) ini sebagai
jembatan antara teori umum tentang aktor (actor –general theory ) dengan kompleksitas dunia
yang dibagi dalam tingkat-tingkat analisis untuk melihat spectrum komponen dari pembuatan
keputusan menjadi output [CITATION Fat171 \l 1033 ]. Intinya kebijakan poltik luar negeri adalah
serangkayan proses artikulasi dari prinsip, gagasan dan ide serta prinsip yang diambil dari
konstruksi pluratif nasional dengan tujuan untuk mencapai kepentingan nasional negara tervebut.
Dalam konteks perumusan kebijakan luar negeri di Indonesia di sesuaikan dengan dengan
nilai nilai dasar nasional yanag di ambil dari konstitusi Indonesia. Konstitusi Indonesia yaitu
UU/37/1999 mengatur bahwa Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah
Pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain,
organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi
masalah internasional guna mencapai tujuan nasional (pasal 1 (2)). Lebih lanjut , pada Pasal 3 ,
Politik Luar Negeri menganut prinsip bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional.
Dilanjutkan pada Pasal 4, Politik Luar Negeri dilaksanakan melalui diplomasi yang kreatif, aktif,
dan antisipatif, tidak sekedar rutin dan reaktif, teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional
dan luwes dalam pendekatan. Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat,
pelaksanaan hubungan luar negeri dan Politik Luar Negeri didasarkan pada asas kesamaan
derajat, saling menghormati, saling menguntungkan, dan saling tidak mencampuri urusan dalam
negeri masing-masing, seperti yang tersirat di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(Pasal 2). Dengan demikian, konteks kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia harus didavarkan
pada konstitusi dasarnya yaitu UUD 1945 dan Dasar negara yakni Pancasila disertai dengan
sikap-sikap yang menguntungkan Indonesia vebagai negara merdeka dan saling menghormati
untuk mencapai tujuan masing-masing negara yang ditempuh melalui diplomasi.
b. Model Impelentasi Kebijakan Luar Negeri
Walter Carlsnaes ketika menulis Handbook of nternational Relation tahun 2011 tentang
model kebijakan luar negeri adalah penggabungan metodologi yang di jelaskan oleh
pendahulunya. Walter Carlsnaes ketika menjela Walter Carlsnaes kan kebijakan luar negeri
yang di Walter Carlsnaes ebutnya contemporary approaches of foreign policy, adalah ha Walter
Carlsnaesil evalua Walter Carlsnaesi dari model kebijakan luar negeri yang telah di pakai dalam
berbagai negara. Pendekatan Kebijakan luar negeri berkembang dalam tiga generasi di
kolaborasikan oleh Calrlesnaes dalam satu pendekatan. Pendekatan ini mirip dengan apa yang di
buat oleh Wolfram yang berupa komparasi dari semua pendekatan. Berikut adalah model yang di
buat oleh Carlesnaes:
Walter Carlnaes menejelaskan bahwa orientasi kebijakan luar negeri memiliki dua
variabel utama yaitu “goals” atau “reasons”. Kedua variabel itu, dimaknai denganIntentional
Dimension. Dua variabel yakni goals dan reasons ini adalah bentuk upaya yang harus di capai.
Menurutnya ada situasi yang mendasari negara atau individu mengambil sebuah kebijakan yang
kemudian dikatakan “in order to” dan “because of” atau variabel intentional dimension.
Lebih lanjut, Carlsnaes menjelaskan pengaruh faktor cognitive dan psychological dalam
proses kebijakan luar negeri. Callrnaes berasumsi bahwa kebijakan luar negeri yang memiliki
tujuan adalah sebuah produk intelektual kognitif dari pembuat kebijakan. Proses kognitif itu
berhubungan dengan apa yang mendavari pengambilan kebijakan.Proses kognitif di pengaruhi
pula oleh psikologi si pengambil kebijakan. Hal ini di maksudkan untuk terjadi kesesuaian antara
kebijakan masalalu dan kebijakan yang akan di ambil kedepan.Artinya kebijakan masalalu
berupa kegagalan, keberhasilan adalah bahan telaah untuk mempelajari bagaimana kebijakan
diambil dan kemungkinan tercapainya. Akibatnya decision maker kebijakan menggunakan
paradigma, “belief system”. Carlnaes, mengatakan bahwa faktor cognitive dan psychological
adalah bagian dari Disposiotional Dimension yang dimana decision maker seperti sedang
bermain dadu yang akan memperhitungkan cost and benefit dalam kebijakan tersebut Model ini
mirip dengan pendekatan rational choice yang di kemukan oleh Alison dan pendekatan Wholistic
yang dikatakan oleh Alext Mint dan pendekatan individuan dalam istilah Jakcson.
Variabel terakhir adalah structural Dimension. Carlnaes menekankan pada variabel ini
berhubungan dengan hubungan antara agen dan struktur dalam istilah konstruktivisme. Pola
hububugan ini akan membentuk kesesuaian antara masing-masing variabel dalam
mengkonstruksi kebijakan dan kepentingan. Kepentingan akan mencapai identitas kolektif yang
dikomunikasikan melalui interkasi simbolis dari masing-masing agen. Hubungan antara agen dan
struktur merupakan pengaruh sosiologi terhadap model kebijakan luar negeri yang
mengaasumsikan negara sebagai mahluk hidup yang terus menerus melakukan interkasi. Dalam
konteks ini konstruktivisme memaknai tidak ada interkasi yang tidak memiliki makna yang harus
di interpretasikan. model Carlnaes ini adalah konsep agen dan struktur Alexander Wendt.
2. Pendekatan Kontruktivisme
Pada debat keempat dalam studi Ilmu Hubungan Internasional muncul pendekatan
konstruktivisme yang dipelopori oleh Alexander wendt, Nicolas Onuf dan Kartocwil. Dalam
dekade perkembangan pendekatan ini berfokus pada tiga hal dasar yaitu ideasional, normative
dan linguistic. Konstruktivisme ideasional Wendt, Nina Tannewald bahwa sistem ide mengacu
pada : 1) sistem ideologis yang dimiliki bersama, 2) keprecayaan normatif (baik tidak) 3.
keprcayaan sebab akibat (efektif dan tidak) 4. preskripsi kebijakan (program khusus) [ CITATION
Abi11 \l 1033 ]. Pendekatan ini memiliki domain utama bahwa di dunia ini tidak ada yang
obyektif, semua adalah dikonstruksikan dalam otak manusia, dalam ide manusia. Karena
dikonstruksikan manusia maka interaksi yang terjadi interaksi simbolis, sesungguhnya
merupakan interaksi antar manusia, antar subyek, atau istilah sosiologi: inter subyektif meaning.
Menurut Wendt, ketika ada proses konstruktif, ada sesuatu yang membuat seseorang bisa
menentukan kepentingan nya. Contoh kalau saya seorang yang jahat, maka kepentingan saya
adalah mengakali orang lain, kepentingan saya menjahati orang lain. Kalau saya orang yang
bermoral, orang yang baik, maka kepentingan saya adalah kerjasama. Pada intinya bahwa
sesuatu itu dikonstruksikan secara bersama, tidak ada yang obyektif, menjadi dianggap obyektif
ketika hal itu dikonstruksikan bersama. Oleh karena itu perhatian konstruktivisme pada proses
konstruksinya, bukan pada akibat obyektivitasnya.
Pendekatan konstruktivisme yang lain adalah yang dikemukakan oleh Kartochwill.
Menurutnya Institusi itu terbentuk karena kesalahan dimasa lalu dan kesalahan-kesalahan ini bisa
membangun Norma. Norma tidak saja bersifat regulatif tetapi juga bersifat konstrukstif. Dalam
hal ini norma, bukan berarti norma yang harus dilakukan oleh orang yang bermain catur, tetapi
norma yang membentuk orang bermain catur. Menurutnya dunia ini tidak anarchis, krn
sesungguhnya banyak sekali norma yang mengatur hubungan antar manusia dan juga hubungan
antar negara. Kemudian apapun yang ada di dunia ini asalnya dari pikiran yang kemudian
dikomunikasikan dalam bentuk speech, dalam bentuk ungkapan, yang kemudian akan menjadi
rule. Communicative Action adalah dua orang berinteraksi untuk membangun satu trujuan
bersama dan menghasilkan sesuatu yang baru. Kepentingan tidak didefinisikan lebih dahulu
dalam berkomunikasi, dlm berargumentasi, kemudian kepentingan bisa berubah. Dalam
konstruktivisme terdapat empat variable; (1) speech act (2) Existential Threats (3) Reference
object (4) Audience. Konstruktivisme akan di arahkan pada kepemilikan yang tanpa
menghasilkan konflik atau anarkisme. Kepemilikan ini kemudian di katakan dengan Property
Right yang menyangkut tiga ahal utama yakni Clearly defined, strictly enforced, exclusifed, dan
transferability.
Pendekatan ini akan di arahkan pada menganalisis pola kerjasama antara Indonesia dan
Tiongkok dalam level analisis negara maupun level analisis rasional individual. Pendekatan ini
akan melihat bagimana pola konstruksi yang dibentuk oleh kedua negara dalam mencapai
kepentingan masing-masing dengan berdasarkan pada ide-norma, gagasan, sejarah, dan prinsip
yang telah di anut. Pendekatan ini akan menghasilkan analisis bahwa pola konstruksi kerjasama
antar kedua negara tidak akan bersifat anarkis dan saling menguntungkan yang berangkat dari
sejarah masing-masing yang dalam konstruktivisme dikatakan dengan Comment fate,
interdependency, homogeneity, dan self restraint. Dengan demikian akan menghasilkan pola
partnership diplomacy yang kreatif, inovatif dan saling menghargai sesuai dengan konstitusi
negara masing-masing.
.ANALISIS
1. Comparative Foreign Policy Analysis
Dalam menganalisis komparasi model kebijakan luar negeri baik level analisis Individual
dan analisis negara maka ada beberapa variabel yang harus terfaktualisasi yang merupakan
implementasi model teori kebijakan luar negeri. Walter Carlnaes menejelaskan
dikomunikasikan melalui interkasi simbolis dari masing-masing agen. Pertama, Intentional
Dimension, variabel ini memiliki dua asumsi dasar yaitu “goals” atau “reasons”. Menurutnya
ada situasi yang mendasari negara atau individu mengambil sebuah kebijakan yang kemudian
dikatakan “in order to” dan “because of”. Implementasi dari variabel ini terjadi pada pola
komparasi kebijakan luar negeri anatara Xin Jinping (Tiongkok) dan Jokowi (Indonesia).
Analaisis model kebijakan luar negeri kedua pemimpin negara tentunya memiliki goal atau
tujuan (in order to) dan reason atau alasan (because of). Memaknai dua model ini pada kedua
pemimpin negara terlihat ketika Tiongkok memiliki because of”. kebijakan chinese dream dan
Indonesia dengan Poros Marritim Dunia. Chinese dream adalah kebijakan yang terlilhami dari
budaya Tiongkok masa lalu yang dimana hubungan antara alam, manusia dan Tuhan. Manusia di
anggap sebagai representasi Tuhan yang ditugaskan untuk menjaga alam dan selaras dengan
alam.
Gagasan tian mengalami traansformasi makna menjadi tiandi (langit dan bumi),
tianming (Mandat langit atau hukum alam), tianyi (Kehendak Langit), tiandao (Jalan Surgawi),
Ketiganya adalah tiandi alam, tiandao atau jalan Tuhan, dan tianxia atau dunia itu sendiri.
Daoisme di maknai dengan cara memaknai alam atau cara menghargai alam. Alam adalah
seuntaian estetika yang dimana manusia harus menjadi bagian darinya secara mutlak dan
independen. Dao pemikirann yang di arahkan untuk mengikuti kehendak arah alam. Dilain sisi
Konfusionisme berhubungan dengan keragaman yang berbeda dalam satu interaksi dalam istilah
lainya adalah harmonisasi. Harmonisasi yang dimaksudkan adalah hubungan antara langit, alam,
dan manusia dalam memaknai alam sebagai tempat tinggal dan tempat bertindak.
Filosofi China kuno menjadi fondasi dasar adalah Konfusianisme yang dipenuhi san
caai yang mengandung tiga dasar tian (langit), di (bumi) dan ren (manusia). Dan Daoisme
menitik beratkan pada si da dengan empat substansi yakni tian, di, rien dan dao. Tian di
aanggap sebagai Raja langit yanag berkomunikasi dengan ren yang dalam istilah umat lain
adalah Tuhan. Tian tidak bisa di empiriskan karena sifatnya trasidental Tulisan di atas
menunjukan bahwa konfisius dan daoisme merupakan kombinasi yang menjadi dasar proses
pembentukan karakter dalam filososi politik di Tiongkok. Artinya dua filosofi ini adalah dua
paradigma yang menjadi landasan hidup orang Tiongkok dalam menjalankan hidup di dunia.
Hubungan langit, alam dan manusia adalah satu kesatuan yang menjaalin harmonisasi. Langit
adalah sesembahaan yang menjadi petunjuk dasar dimana manusia harus menjaga dan bertindak
di dunia sesuai dengan kehendak langit. Kesesuaian itu kemudian muncul dua paradigma yaitu
Mozi” s political philoshopy yang fokus pada humaanisme manusia yakni anti perang dan
menyebarluaskan cinta dan Xuanzy Political theory take human nature to be evil, directly
opposing. Dalam Mencius doctrine di gambarkan bahwa describing human nature as good.
Namun, Xuanzy berpendapat: The teaching of ritual and music may transformation the evil
nature of human beings and the think that a rule = should lehally control his nation from the
outside. Kedua argumentasi ini merupakan kombinasi pemikiran politik dalam peradaban
Tiongkok antara powerful propensity, legal regulation, dan art a rulership untuk mengontrol
suatu negara. Pedebatan pemikiraan ini sama halnya dengan perdebatan antara pemikiran
realisme dan dan idealisme liberal yaitu isu perang dan damai antara militer dan ekonomi.
Lebih lanjut, Daoisme dan Konfusionisme menunjukan penekanan pada tianxia atau
konsep politik China maslalu. Tianxia adalah negeri dibwah kayangan atau langit. Dalam arti
lain bahwa negara adalah di bawah langit atau pemerintahan yang di buat atas perintah langit.
Bentuk sinergivan antara langit dan bumi ini seperti kosmopolitanisme yang saling berinteraksi
dengaan misi xui qi zhi ping yakni membentuk kepribadian, mengatur keluarga, memimpin
negara dengan baik, dan menjaga perdamaian dunia. Lebih lanjut, menjadi manusia yang baik
harus:1). penyelidikan berbagai hal (gewu), 2).perluasan pengetahuan (zhi zhi), 3). kesungguhan
pemikiran ( chengyi), 4). pembenaran akal (zhengxin), 5). penempaan kepribadian ( xiusben), 6).
pengaturan keluaga (gijia), 7). pemerintahan negara yang baik (zhiguo) dan 8). menjaga
perdamaian ( ping tianxia) [ CITATION Wan07 \l 1033 ].
Begitu halnya dengan Indonesia yang memaknai munculnya visi dan misi Poros Martim
Dunia bukan sesuatu yang kebetulan kebijakan ini muncul dari terjemahan antara Jokowi ingin
mengembalikan negara pada pada identitas awalnya dengan meneguhkan kembali jalan
ideologis. Jokowi meyakini bahwa dengan jalan ideologis yakni semangat Pancasila 1 Juni 1945
untuk menegakan kembali kedaulatan, martabat dan kebanggaan sebagai sebuah bangsa serta
membuat kepercayaan publik meningkat pada institusi negara dengan semboyan gotong royong.
Selain itu, Trisakssi Soekarno sebagai jalan untuk memulihkan kembali harga diri bangsa yang
bermartabat dan sederajad dalam pergaulan antar bangsa. Realitas ini ditempuh dengan
mengembalikan negara pada a) berdikari dalam bidang politik menyangkut membangun
demokrasi dengan kedaulatan rakyat menjadi nilai dan karakter bangsa dengan jiwa gotong
royong, b) berdikari dalam bidang ekonomi yakni mengembalikan demokrasi ekonomi kepada
rakyat sebagai bagian dari pembangunan nasional, serta penglolaan sumber-sumber produksi di
gunakan untuk kepentingan rakyat, serta c) kepribadian dalam kebudayaan menyangkut
mengelola kebinekaan dengan semangat goyong royong sebagai identitas nasional. Dalam
mewujudkan visi Jokowi yakni terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berdasarkan filosofi gotong – royong ditempuh melalui misi:
a) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.b) Mewujudkan
masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan Negara hukum.c)
Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim. d) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju dan sejahtera. e) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,f) Mewujudkan
Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional g) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam
kebudayaan [ CITATION Fat17 \l 1033 ].
Korelasi antara kedua negara memiliki kesamaan ciri khas dengan karakter bangsa dalam
sudut pandang filosofi masing-masing. Reasonya adalah bahwa kedua pemimpin negara sedang
mengarahkan pada arah politik spasial maritim dimana arah kebijakan politik luar negeri ini
memasuki abad “geopolitics” atau kata Knox Paul bahwa “is the state ‘s power to control space
and territory and shape foreign policy of individual states and international political relations.”.
Kedua model kebijakan ini memiliki kesamaan makna dimana kedua negara memiliki ambisi
untuk bermain dan mengkapitalisasi lingkungan strategis geopolitik maritim. Artinya ada
kemiripan bentuk negara dan model kebijakan maupun ontologi lahirnya filosofi kebijakan.
Reasonya dari sisi Indonesia adalah menjadi negara dengan kebijakan Poros Maritim Dunia
dengan muncul ide lima pilar kebijakan geopolitik maritim yakni upaya membangun budaya
maritim, membangun infrastruktur maritim, mengkapitalisasi sumberdaya maritim, penguatan
diplomasi maritim serta pertahanan maritim. Orientasi keseriusan Jokowi ini terlihat pada forum
KTT Asia Timur Jokowi berpidato akan landasan kebijakan maritimnya dalam lima pilar yakni
Pertama, akan membangun kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri dari
17 ribu pulau, bangsa Indonesia harus menyadari dan melihat dirinya sebagai bangsa yang
identitasnya, kemakmurannya, dan masa depannya, sangat ditentukan oleh bagaimana
mengelola samudera. Kedua, akan menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus
membangun kedaulatan pangan laut, melalui pengembangan industri perikanan, dengan
menempatkan nelayan sebagai pilar utama. Kekayaan maritim akan digunakan sebesar-
sebesarnya untuk kepentingan rakyat. Ketiga, akan memberi prioritas pada pengem-bangan
infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun Tol Laut, deep seaport, logistik, dan
industri perkapalan, dan pariwisata maritim. Keempat, melalui diplomasi maritim, menjaga
semua mitra-mitra Indonesia untuk bekerjasama di bidang kelautan ini.Jokowi mengatakan
berupaya menghilangkan sumber konflik di laut, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan,
sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut.Laut harus menyatukan, bukan mpemisah
antar negara.Kelima, sebagai negara yang menjadi titik tumpu dua Samudera, Indonesia
memiliki kewajiban untuk membangun kekuatan pertahanan maritim.Hal ini diperlukan bukan
saja untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim, tetapi juga sebagai bentuk tanggungjawab
dalam menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

Selain itu, dalam KTT Asia Afrika tahun 2015 yang lalu dengan agenda menjadi bahasan
adalah (a) menelaah kembali dasasila bandung yang sudah dituliskan sebelumnya, (b)
meningkatkan kembali kerjasama strategis negara-negara Asia Afrika, serta (c) mendukung
deklarasi kemerdekaan Palestina. Penjabaran poin (b) inilah yang terkait dengan maritim. Pada
pilar inilah menjadi perbedaan arah kebijakan luar negeri Jokowi yakni penguatan kerjasama
maritim, dimana Jokowi menginginkan untuk menjadi poros maritm dunia(blue economic
power), mengintenskan konektivitas serta mobilisasi bisnis ,dan (3) berhubungan dengan sosial
budaya, seperti gender, diplomasi bencana, migrasi, pemuda.Pada pertemuan tersebut juga
terjadi Reinvigorating The New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) yang di tetapkan
pada tahun 2005 silam. Intinya pada pilar-pilar tersebut menyangkut Dalam kelima pilar tersebut
pada intinya menekankan pada budaya maritim, sumberdaya maritim, infrastruktur maritim,
diplomasi maritim serta pertahanan maritim.
Keseriuan Jokowi membangun kekuatan maritim di atas terkait responsif terhadap
lingkungan internal inilah maka Jokowi menjadikan isu maritim yang merupakan isu domestik di
internasionalisasi sebagai kebutuhan domestik sekaligus kebutuhan eksternal Indonesia. Kondisi
ini terbukti pada dua KTT yang disebutkan di atas. Hal ini sudah tertuang dalam visi misi Jokowi
pada halaman ke 12 yakni Jokowi ingin mengembalikan Indonesia kepada identitas awalnya
sebagai negara pula dengan metode pelaksanaan diplomasi dan kerjasama internasional. Upaya
Jokowi ini di bentuk dalam lima agenda yakni : a) diplomasi maritim terkait masalah batas
negara, b) menjamin integritas wilayah dan masa depan kesejateraan pulau-pula terluar, c)
mengamankan SDA dan ZEE, d) mengintensifkan diplomasi pertahanan serta e) meredam
rivalitas anta negara terutama sengketa territorial.
Dari sinilah Jokowi merasa peduli akan pentingnya sumberdaya maritim untuk dikelola
sebagai basis kekuatan ekonomi dan pertahanan. Jokowi ingin menjadikan isu domestic sebagai
agenda kebijakan luar negerinya atau Jokowi ingin bermain pada konsep unilateralisme global
exis maritime. Sehingga, dengan basis paradigma kerugian-kerugian ekonomi dan non ekonomi
akibat merosotnya produkstifitas sumberdaya ekonomi terkhusus ekonomi maritim maka Jokowi
sangat responsif akan kondisi tersebut. Belum lagi terkait dengan ancaman kedaulatan negara
yang berbasatan laangsung dengan 10 negara Asia Pasifik yang sepenuhnya belum terselesaikan.
Dalam konteks inilah Jokowi sadar betul konsekuensi sebagai negara kepulauan yang dilematis.
Pada satu sisi letak strategis memicu potensi yang besar, tetapi disisi lainya justru rawan akan
adanya ancaman aakibat struktur geeopolitiknya Dari masalah tersebutlah maka Jokowi
menggunakan instrument tegas terkait dengan masalah konvensional dan non konvensional
dalam bidang maritime. Bidang konvensional seperti sengketa wilayah, sedangkan non
konvensional terkait dengan peredaran narkoba, pencurian ikan, senjata illegal, teorisme maritim
yang secara keseluruhan merupakan ancaman wilayah maritime terhadap potensi maritim.

Kedua, Disposiotional Dimension Carlnaes berasumsi bahwa kebijakan luar negeri yang
memiliki tujuan adalah sebuah produk intelektual kognitif dari pembuat kebijakan. Proses
kognitif itu berhubungan dengan apa yang mendasari pengambilan kebijakan.Proses kognitif di
pengaruhi pula oleh psikologi si pengambil kebijakan. Hal ini di maksudkan untuk terjadi
kesesuaian antara kebijakan masalalu dan kebijakan yang akan di ambil kedepan.Artinya
kebijakan masalalu berupa kegagalan, keberhasilan adalah bahan telaah untuk mempelajari
bagaimana kebijakan diambil dan kemungkinan tercapainya. Akibatnya decision maker
kebijakan menggunakan paradigma, “belief system”. Variabel ini berhubungan decision maker
seperti sedang bermain dadu yang akan memperhitungkan cost and benefit.
Praktek variabel ini dalam model kebijakan kedua negara berhubungan dengan model
kebijakan luar negeri masing-masing. Dari sisi Tiongkok telah terbentuk kebijakan One Belt One
Road (OBOR). Kebijakan strategis "One Belt, One Road" (OBOR) adalah kebijakan geopolitik
Presiden Xi Jinping untuk mengembangkan konektivitas infrastruktur untuk menghubungkan
Tiongkok dengan seluruh dunia dengan lebih baik. Kebijakan luar negeri ini strategis
merupakan upaya membangun kembali "Jalan Sutera Baru" yang merupakan warisan sejarah
dan budaya dibagi oleh semua negara di seluruh dunia. Kebijkan OBOR ini sebuah konsep
Pemerintah Tiongkok yang mana bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antara Benua
Asia, Eropa dan Afrika. Tujuannya adalah untuk meningkatkan konektivitas ini meningkatkan
arus perdagangan dan memacu jangka panjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah
di Tiongkok dan negara-negara di dunia yang menguntungkan semua pihak.
Rute kebijakan OBOR ini dapat menghubungkan Asia, Eropa dan Afrika negara lebih
dekat dan saling mempromosikan kerja sama yang menguntungkan di antara benua. Prof.
Shaopeng Wu Wuhan University of Technology menjelaskan bahwa, kebijakan ini China
memperhitungkan ekonomi 65 negara yang menjadi bagian dari jalur ini dapat mencapai 38,5
jumlah area tanah yang dilewati , 62,3% populasi dunia, 30,0% PDB dunia dan 24,0%,
konsumsi rumah tangga. Terdapat enam koridor jalur OBOR yaitu : 1) New Eurasian Land
Bridge, kemudian Barat China dan Barat Rusia 2) Koridor China-Mongolia-Rusia, kemudian
dari Utara Cina ke Rusia Timur , 3) Koridor China-Asia Tengah-Asia Barat, kemudian ke Barat
China dan ke Turki, 4) Koridor Semenanjung China-Indocina, yang berangkat dari Selatan
China ke Singapura, 5) Koridor China-Myanmar-Bangladesh-India, kemudian Selatan Cina ke
Myanmar, 6) Koridor China-Pakistan, kemudian Cina Barat Daya ke Pakistan Maritime Silk
Road, lalu dari Pantai Cina melalui Singapura ke Laut Tengah kereta ini beroperasi dari
pelabuhan Lianyungang di Provinsi Jiangsu Cina, sampai di Rotterdam Eropa Barat .
Source: Prof. Shaopeng Wu Wuhan University of
Technology, China han University of Technology, China Source: www.pwc.com/gmc

. Kebijakan ini di harapkan mampu menjadi jalur perdagangan logistik utama dari China
ke Eropa dan benua lainya. Kebijakan ini sebagai bentuk komitmen mempromosikan kerja sama
antar pemerintah, membangun hubungan ekonomi makro antar pemerintah multilevel dengan
Negara-negara di sepanjang alur OBOR untuk menyusun rencana strategis kerjasama yang
menggunakan pendekatan negosiasi antar pemerintah termasuk membahas isu-isu terkait tentang
jalur tersebut. Fasilitas Konektivitas yang akan dibangun adalah prioritas negara-negara di
sepanjang Belt and Road terutama daerah-daerah yang terlewati oleh jalur tersebut Kerjasama
ini merupakan upaya memperbaiki konektivitas dari pembangunan infrastruktur rencana
konstruksi dan teknis sistem standar, untuk bersama-sama mendorong maju pembangunan jalur
perdagangan internasional, dan membentuk infrastruktur jaringan yang menghubungkan semua
subregional di Asia, dan antara Asia, Eropa dan Afrika. Bentuk kongkritnya adalah adanya
layanan kereta kargo langsung yang pertama kalinya menghubungkan pelabuhan Weihai
(Jerman) dan Pelabuhan Duisburg (China) diluncurkan pada 15 September 2017. Selain itu
dalam bidang transportasi akan dibangun infrastruktur yang fokus kuncinya pada passageways,
persimpangan dan proyek, dan memprioritaskan menghubungkan jalan antar jalan, rekayasa
kemacetan, penyediaan fasilitas keselamatan lalu lintas dan perbaikan konektivitas jaringan jalan
Jembatan Padma yang merupakan jembatan terbesar di Bangladesh yang telah berhasil dipasang
oleh para insinyur Perusahaan dari China Major Bridge Engineering pada 30 September 2017.
Kerjasama investasi dan perdagangan merupakan salah satu tugas utama dalam
membangun Belt and Road.. Perbaikan fasilitasi investasi dan perdagangan, dan menghilangkan
hambatan-hambatan investasi dan perdagangan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang baik.
Kerjasama ini telah di diskusikan dengan negara-negara dan wilayah di sepanjang Belt and
Road membuka area perdagangan bebas Negara-negara di sepanjang Belt and Road yang harus
terus ditingkatkan. Perbaikan hubungan bilateral dan kerjasama multilateral di bidang inspeksi
dan karantina, sertifikasi dan akreditasi, standar pengukuran, dan statistik informasi merupakan
standar perdagangan bebas WTO. Kongkritnya telah di fasilitasi dan diimplementasikan pada
pameran China-ASEAN ke-XIV di Nanning, ibukota Guangxi Zhuang dari Selatan China yang
merupakan wilayah Daerah Otonom, pada 14 September 2017. Lebih lanjut, upaya memperluas
area perdagangan, memperbaiki struktur perdagangan, dan mempromosikan neraca perdagangan
dan membuat inovasi, dengan mengembangkan lintas batas e-commerce dan model bisnis
modern lainnya. Kerjasama ini juga dengan mempromosikan budaya melalui pertukaran
akademis, pertukaran pelajar dan kerjasama, kerjasama media, pemuda dan pertukaran wanita
dan China menyediakan 10.000 beasiswa ke negara-negara di sepanjang Belt and Road setiap
tahun. China akan mengadakan pameran budaya tahunan, festival seni, festival film, terutama
media-media yang bekerjasam baik TV maupun radio untuk membuat program bersama-sama.
Kerjasama lainya adalah dengan memperluas skala pariwisata seni warisan budaya yang
di promosikan disetiap kinggu dan bulan di negara lain. Kami akan mendorong kerja sama di
Maritim Abad 21 Program wisata pelayaran Silk Road dengan meningkatkan kerjasama dalam
bidang sains dan teknologi, mendirikan laboratorium bersama (atau pusat penelitian),
internasional, pusat transfer teknologi dan pusat kerjasama maritim, mempromosikan pertukaran
pelajar science-tech. kerjasama ini akan melibatakan Shanghai Organisasi (SCO), ASEAN Plus
China (10 + APEC, ASEM, Asia Cooperation Dialogue (ACD), CICA , CASCF , Asia China-
ASEAN Expo, China-Eurasia Expo, untuk bidang Investasi dan Perdagangan melibatkan
China-South Asia Expo, China-Arab States Expo. Kerjasama ini adalah kerjasama inovasi,
dengan melibatkan intergrasi teknologi informasi yang melibatkan negara-negara yang memiliki
kemampuan baikdalam dunia sains dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi dunai terkhusus wilayah yang sepanjang Belt and Road.

Pemikiran politik ini di desain dengan baik dalam filosofi kepemimpinan di Tiongkok.
Peradaban Tiongkok dalam membangun negara tidak terlepas dari sejarah masalalu yang sebagai
landasan dalam berfikir dan berpijak. Kemunculan kebijakan Chinese Dream dan OBOR tidak
terlepas dari pemikiran politik di atas yang dimana untuk mewujudkan mimpi-mimpi Tiongkok
untuk menjadi negara yang kuat seperti di masalalu. Kondisi masalalu berpengaruh terhadap
pembangunan filosofi Tiongkok saat ini.Lebih lanjut, Wang Keping menjelaskan bahwa Mencius
sebagai pemikir China beragumentasi bahwa hubungan timbal balik antara langit dan manusia
adalah satu kesatuan yang utuh. Dalam persepektif kognitif menjelaskan bahwa mental manusia
sangat berpengaruh dalam melayani langit. Mental aadalah penentu sifaat dasaar manusia. Dalam
perspektif praagmatis Mencius menejlaskaan manusia haarus menyayangi benda-benda di
sekitaarnyaa sebagai bentuk cinta kasih. Dengan demikiaan Mencius adalah pemikir yang
mengutamakan moralitas, saling menghormati dan cinta damai agar selalau bijak. Kondisi ini
menjadi bukti filosofis bahwa kepemimpinan di Tiongkok telah memiliki landavan intelektual
dan perhitungan finansila berdasarkan ideology konfusionisme dan daoisme. Artia kolaborasi
pemikiran menjadikan keuntungan bagi Tiongkok untuk memanfaatkan lingkungan strategis
dengan mendaptakan hasil maksimal dari kebijakan yang telah di buatnya sebagai masterplan
pembangunan negara sebagai bentuk menaati Tuhan.
Dari sisi Indonesia, Paradigma orientasi geopolitik maritime policy merupakan sebuah
untuk yang dimana Negara memahami kondisi struktur kekuatan postur Negara sebagai
kekuatan. Perumus teori geopolitik maritim seperti Ratzel, yang mengasumsikan Negara seperti
“hewan” atau manusia (organism determinist, living space) yang di maknai dengan negara
membuthkan ruang bergerak untuk hidup, memperluas hegemoni, dan mengembangkan potensi.
Argumentasi dasar paaradigma tersebut, maka wilayah Indonesia yang strategis sebagai negara
kepulauan dan negara maritim harus mengupayakan mengembalikan kejayaan Indonesia pada
masa lalu terutama di era Majapahit, Sriwijaya, Singosari dll, yang menjadi bagian maaritim
adalah identitas bangsa Indonesia.
Pengelolaan wilayah maritim menandai sejarah panjang relasi negara lingkungan wilayah
geografinya. Ratzel mengidentifikasi variabel wilayah geografi memiliki efek pada proses the
state political power. Teori Ratzel ini berkembang antara 1844-1904 menidentifikasi struktur
geografi berupa bentuk, luas, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, letak adalah variabel
pengaruh untuk survive sebagai organisme hidup. Ratzel mempredisikan dimasa depan akan
terjadi konstalasi politik dunia akan didominasi antara negara berciri maritim dan kontinental
dalam upaya mengontrol dunia bahkan diamenyebut konstalasi akan terjadi pada kepemilikan
Samudra Pasifik adalah sebagai power kehidupan masa depan Negara[ CITATION Sri071 \l
1033 ]
Pemikiran teori geopolitik di konstruksi oleh Jokowi dengan identitas Kebijakan Poros
Maritime Dunia (PMD). Orientasi PMD memberikan identitas kembalinya model kebijakan luar
negeri Indonesia di era Jokowi dengan epistemologi yang berbeda. Peluang pengembangan
kepentingan politik ekonominya beririsan langsung dengan Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik termasuk implementasi kerjasama OBOR dengan Tiongkok.Dalam lingkungan strategis
internal Jokowi ingin memanfaatkan Indonesia sebagai negara kepulauan untuk menciptakan
konektivitas antar pulau kurang lebih 17.00 dengan bertumpu pada budaya maritime dengan
paradigma wawasan nusantara untuk mensinergiskan wilayah NKRI dari ujung barat sabang
hingga ujung timur Marauke dan Miangas dan Pulau Rote.
Karakter kebijakan politik luar negeri di era Jokowi berorientasi pada: (1) Membangun
identitas budaya maritim dengan mengedepankan praktek diplomasi dan kerjasama antar negara,
(2) meningkatkan peran global berbasis pada diplomasi middle power, (3) memperluas
keterlibatan kerjasama di kawasan Indo-Pasifik, (4) mempertajam diplomasi publik (G to G, G
to B, G to C. P to P). Identitas model kebijakan ini dikemukakan dalam debat Capres dan
Cawapres tahun 2014 yang lalu. Kombinasi pilar tersebut tetap saja dengan masih
mengedapankan hubungan antar negara melalui peran diplomasi untuk memperluas jangkauan
kerjasama sehingga menginginkan peran Indonesia dalam dunia internasional sesuai dengan
amaanat UUD 1945 dan Pancasila. Faktanya telah hal ini telah tertuang dalam Visi dan Misi
Jokowi –JK sebagai upaya Indonesia di bawah nahkoda Jokowi untuk membuktikan teori Alfred
Mahan, dimana Amerika serikat mampu mengkombinasikan kekuatan darat, laut dan maritime
untuk menguasai dunia[ CITATION KPU14 \l 1033 ].
Jokowi ingin mengembalikan negara pada pada identitas awalnya dengan meneguhkan
kembali jalan ideologis. Jokowi meyakini bahwa dengan jalan ideologis yakni semangat
Pancasila 1 Juni 1945 untuk menegakan kembali kedaulatan, martabat dan kebanggaan sebagai
sebuah bangsa serta membuat kepercayaan publik meningkat pada institusi negara dengan
semboyan gotong royong. Selain itu, Trisakssi Soekarno sebagai jalan untuk memulihkan
kembali harga diri bangsa yang bermartabat dan sederajad dalam pergaulan antar bangsa.
Realitas ini ditempuh dengan mengembalikan negara pada a) berdikari dalam bidang politik
menyangkut membangun demokrasi dengan kedaulatan rakyat menjadi nilai dan karakter bangsa
dengan jiwa gotong royong, b) berdikari dalam bidang ekonomi yakni mengembalikan
demokrasi ekonomi kepada rakyat sebagai bagian dari pembangunan nasional, serta penglolaan
sumber-sumber produksi di gunakan untuk kepentingan rakyat, serta c) kepribadian dalam
kebudayaan menyangkut mengelola kebinekaan dengan semangat goyong royong sebagai
identitas nasional.
Di era Jokowi ingin memperlihatkan power politic yang serius suntuk mengkapitalisasi
potensi maritim Indonesia secara komprehensif. Keseriusan Jokowi terlihat saat dibentuknya
Badan Keamanan Laut dengan terbitnya Instruksi Presiden no 178 tahun 2014 serta terbentuknya
Kementrian Koordinator Bidang Maritim dan Sumberdaya RI sesuai Inpres nomor 10 tahun
2015. Berdirinya dua lembaga ini yakni Kementrian Koordinator Bidang Maritim yang
membawahi empat kementrian yakni Kementrian ESDM, Kementrian Kelautan dan Perikanan,
Kementrian Pariwisata, Kementrian Perhubungan sebagai fungsi koodinasi utamanya. Jokowi
ingin menunjukan kembali kekuatan maritim adalah potensi kekuatan dan sumberekonomi
nasional yang perlu di internasionalisasi.
Terpilihnya Jokowi dengan maritime policy orientation merupakan sebuah sandaran baru
bagi Indonesia untuk memanfaatkan potensi maritim sebagai instrumen pembangunan ekonomi.
Lamanya berkutat pada orientasi ekonomi darat disadari atau tidak potensi maritim Indonesia
bisa menjadi power untuk memnjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi biru dengan
basis wawasan nusantara. Hal ini, tentunya disadari atau tidak laut sudah menjadi bagian sejarah
Indonesia . Laut memeiliki fungsi fital bagi kehidupan masyarakat Indonesia sebelum terjadi
pergeseran kepada ekonomi darat. Laut memiliki fungsi a) sebagai sumberdaya perhubungan
transportasi dan komunikasi SLOC (sea lane of Communication) dan SLOT (sea lane of trade)
merupakan potensi besar untuk pola hubungan internasional yang lebih komprehensif.
Dalam pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan menurut pakar kelautan dan
perikanan Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa potensi maritim Indonesia untuk mencapai target
yang di inginkan maka harus melihat laut sebagai a) instrumen pertumbuhan ekonomi, b)
peningkatan kelestarian budidaya dan masyarakat pesisir, c) pelestarian lingkungan dan melihat
laut sebagai objek pemersatu bangsa dan Negara. Dengan demikian pembangunan ekonomi yang
bersifat kelautan harus di arahkan pada a) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,b)
penciptaan sektoral ekonomi yang kokoh, c) tercipta pembangunan ekonomi yang inklusif dan
berkeadilan [ CITATION Ber15 \l 1033 ].
Menyikapi pengelolaan kelautan Indoneia seperti di atas , pada tanggal 09-10 Desember
2017 dilaksanakan Kongres Maritim Ke II oleh Dewan Guru Besar UGM. Kongreas tersebut
yang kebetulan penulis juga menjadi pemakalah, merupakan kongres lanjutan untuk melihat
progress kinerja pengelolaan kelautan Indonesia melaui diskusi panel. Hal ini di dasari oleh
tantangan internal maupun eksternal yang dihadapi Indonesia dalam pengelolaan kelautan untuk
kesejateraan masyarakat demi tercapainya visi Poros Maritim Dunia.
Poros Maritim Dunia merupakan gagasan yang perlu diterjemahkan dalam pilar-pilar
kebijakan yang sistimatis dan rencana aksi yang kongkrit. erdirinya Kementrian Koordinator
Bidang Maritim yang adalah inisiator yang melahirkan kebijakan kelautan nasional atau
National Ocean Policy yang untuk pertama kalinya selama Indonesia merdeka yaitu 72 tahun.
Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) dilegalisasisi melalui Peraturan Presiden No.16 Tahun
2017. KKI adalah pedoman dalam upaya mewujudkn visi PMD untuk menjadi kenyataan. KKI
memiliki tujuh pilar meliputi : a) Pengelolaan sumberdaya kelautan dan sumberdaya manusia, b).
Pertahanan, Keamanan, dan Penegakan Hukum dan Keselamatan di Laut, c). Tata Kelola dan
Kelembagaan di Laut, d). Ekonomi, Infrastruktur, dan Peningkatan Kesejateraan, e). Pengelolaan
Ruang Laut dan Perlindungan Lingkungan Laut, f). Budaya Bahari, g) Diplomasi Maritim.
Tujuh pilar tersebut di terjemahkan kedalam 76 kebijakan, dengan mememgang enam prinsip
yaitu,1.Wawasan nusantara,2.Pembangunan berkelanjutan, 3. Ekonomi biru, 4. Pengelolaan
terintegrasi dan transparan, 5. Partisipasi, 6. Kesetaraan dan pemerataan [ CITATION Dew17 \l
1033 ]. Dalam bentuk bagan sebagai berikut:

UU/17/2002 Pilar Kebijakan


Tentang RPJP
Kebijakan Strategi Poros
UU/32/2014 Kebijakan Maritim
Kelautan
Utama Dunia
Tentang Kelautan Indonesia

Kapitalisasi Prinsip
Nawacita
Kebijakan

Source: Desain Pribadi

Kapitalisasi dan pengelolaan laut yang baik akan menentukan bagaiman Indone sia bisa
memanfaatkan potensi geopolitiknya. Potensi pengelolaan menyangkut 1) industry dan jasa
maritime meliputi pelabuhan , industry perkapalan, pabrik pengelolaan ikan, ja sa ristek dll, 2)
perikanan meliputi : perikanan tangkap, budidaya, biota laut dll, 3) agro maritime meliputi:
konservasi, tambaak garam, rumput laut, biomasa dll, 4) seni dan wisata bahari, 5) pertambangan
laut meliputi: minyak , gas, mineral, 6) transportasi laut meliputi tol laut, pelayaran, pelabuhan,
logistic dll, 7) energy laut meliputi : aru s gelombang, pasang surut, mikro hidro dll. Pegelolaan
ini di taksir bisa mencapai Rp. 7200 triliun menyangkut industry dan jasa maritime, Rp. 760
triliun, perikanan, Rp. 830 riliun, agro maritime, Rp. 515 triliun, wisata bahari, Rp. 275 triliun,
pertambangan laut, Rp. 1.150 triliun, tran sportasi lau, Rp. 1.100 triliun, dan energy laut, Rp. 378
triliun . [ CITATION Sis16 \l 1033 ].
Dalam menca[ai visi tersebut bukan hal yang mudah pula. KKI haru s bersifat kontinyu
dan terlembagakan dengan baik. Artinya masalah dukungan regulasi dan konektivitas lintas
sector harus di kuatkan untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini tentunya tidak mudah pula
apalagi dalam mencapai visi tersebut tentunya membutuhkan dukungan dana yang banyak.
Dengan demikian, dukungan negara lain dalam bentuk partnertship dplomacy dengan Tiongkok
adalah salah satu cara Indonesia dalam melihat maritime dalam outward looking terutama
menggunakan diplomasi maritim yang juga menjadi bagian dari misi, Nawacita, dan kebijakan
kelautan Indonesia.
Variabel terakhir atau keempat structural Dimension. Carlnaes menekankan pada
variabel ini berhubungan dengan hubungan antara agen dan struktur dalam istilah
konstruktivisme. Pola hububugan ini akan membentuk kesesuaian antara masing-masing variabel
dalam mengkonstruksi kebijakan dan kepentingan. Kepentingan akan mencapai identitas kolektif
yang dikomunikasikan melalui interkasi simbolis dari masing-masing agen.Hubungan antara
agen dan struktur mengcau pada korelasi antara sistem keyakinan individual dan sistem yang
melingkupinya baik internal maupun eksternal Individu yang di maksud adalah pemimpin
negara yang dibantu oleh lembaga negara atau insitutusi lainya dalam mengakselerasi
implementasi kebijakan yang di inginkan.
Di Indonesia dalam upaya impelementasi kebijakan luar negeri Poros Maritim Dunia
maka tentunya melibatkan sejumlah instansi internal maupun eksternal. Fungsi kolaborasi dari
institusi ini adalah Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) merupakan kebijakan yang
diterjemahkan dari lima pilar Poros Maritim Dunia yaitu upaya membangun budaya maritim,
membangun infrastruktur maritim, mengkapitalisasi sumberdaya maritim, penguatan diplomasi
maritim serta pertahanan maritim. KKI adalah kebijakan sektoral yang berskala nasional yang
menjadi peta peerwujudan PMD yang di ambil dari visi dn misi Jokowi –JK yang kemudian
menjadi Nawacita. KKI merupakan kebijakan strategis dengan 76 kebijakan utama yaitu : pilar
pertama, 9 strategi pembangunan kelautan dan 12 strategi pembangunan manusia, pilar kedua,
8 strategi utama, pilar ketiga, 3 strategi utama, pilar keempat, 8 strategi ekonomi kelautan, 7
strategi infrastruktur keluatan, 5 strategi peningkatan kesejateraan, pilar kelima, 6 strategi ruang
laut dan 6 strategi perlindungan laut, keenam, 5 strtegi utama dan ketujuh, 7 strategi utama.
Keterlibatan anatara semua intansi menunjukan kolaborasi antar lembaga dalam mendukung
kebijakan PMD akan bisa terlaksana. Lebih lanjut, dalam bidang pertahanan dan keamanan
maritim Indonesia juga berupaya melibatkan instansi lainya.
Dalam UU RI No.3/2002 tertuang dalam pasal 7 ayat ke 2 yang menyatakan bahwa
“sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer, menempatkan TNI sebagai
komponen utama dan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Sedangkan
di pasal 3 berbunyi bahwa sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non militer
menempatkan instansi pemerintah selain intansi pertahanan sebagai unsur utama berdasarkan
sifat ancaman. Kolaborasi tersebut ditujukan untuk menciptakan keamanan nasional yang
berbasis pada kesejateraan bangsa dan negara. Lebih lanjut doktrin pertahanan tertuang dalam
Peraturan Presiden RI No.7 Tahun 2008 yang mengatakan bahwa doktrin pertahanan Indonesia
terbagi atas mutlak, penting dan pendukung. Adapun yang bersifat mutlak seperti integritas,
kedaulatan, dan keutuhan NKRI yang merupakan the ultimate goal of the nation. Artinya sistem
pertahanan sisshanta merupakan kombinasi antara sumberdaya nasional berupa kombinasi antara
TNI sebagai institusi militer serta institusi pendukung non militer dan warga negara.
Melihat kemampuan alutfista TNI buku Membangun Industri Pertahanan Indonesia
Terbitan 2014 karangan Silmy Karim di tuliskan bahwa anggaran belanja militer Indonesia dari
tahun 2011 -2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 terjadi polemik terhadap
modernisasi alutfista TNI yang rencananya di naikan anggaranya 11 triliun namun tidak
disepakati oleh Kemenkeu. Pada tahun 2011 anggaran militer Indonesia mencapai 5,699 Miliar
USD yang udah naik sejak 2007 hanya 3,5 Miliar USD.Pada tahun 2012 mencapai 6,28miliyar
USD, 2013 mencapai 8,507 , 2014 mencapai 7,995 dan 2015 mencapai 8,041 miliyar USD. Pada
tahun 2016 mencapai 8,269 , 2017 mencapai 8,591 serta 2017 bisa mencapai 9,142miliyar
USD.Data tersebut menunjukan bahwa tahun 2013 anggaran pertahanan meningkat 2 persen
lebih dari tahun 2012 dan menurun di tahun 2014.
Anggaran pertahanan Indonesia dengan jumlah wilayah yang besar memang sangat
kurang bahkan tidak mencapai 2 persen dari PDB. Anggaran militer Indonesia di rencanakan
naik 0,8persen menjadi 1,8 persen dari PDB. Anggaran tersebut sudah habis digunakan untuk
kapal seharga 2, 197 juta USD,peswat tempur seharga 1, 290 juta USD, sensor 219 juta
USD,mesin 165 juta USD, kendaraan tempur 161 juta USD, peluru 147 juta USD, artileri 55 juta
USD dan system honud 5 juta USD.Anggaran tersebut sudah di bagi oleh 3 angkatan yakni darat
udara dan laut. Sedangkan komposisi angkatan laut Indonesia jumlah armada 150, kapal perang
6, kapal selam 2, kapal patroli 70 , kapal pemburu ranjau 12 serta kapal perang kecil 23 dan tidak
memiliki kapal induk. Bahkan di masa Jokowi dalam Kemenhan pada tahun 2016 sebagai
institusi yang mendapat anggaran tersebsar dari 10 institusi yakni 102 triliun lebih bahkan ada
isu akan dinaikan sampai 150 triliun
Selain TNI, Indonesia juga memiliki BAKAMLA sebagai institusi non militer.
BAKAMLA (badan keamanan laut). Pembentukan BAKAMLA berawal dari Dalam
penyelenggaraan keamanan di atau lewat laut di wilayah perairan Indonesia dan di wilayah
yurisdiksi Indonesia. Pembentukan itu diharapkan dapat menjawab tantangan serta kendala di
bidang krmaritiman saat im. Kendala yang dimaksud di atas adalah kendala internal ataupun
eksternal sebagaimana “lazimnya” negara - negara pulau yang menerapkan satu badan tunggal
nonmiliter (coast guard) yang berwenang' untuk menangani keamanan laut dan keselamatan
pelayaran. BAKAMLA RI beranggotakan dua belas instansi/pemangku kepentingan terkait
keamanan laut (Kamla) (Multi agency with a single function), yaitu Menteri Luar Negeri,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Perhubungan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Hukum
dan HAM, Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan, Kejaksaan Agung, Panglima TNI, Kapolri,
Kasal, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), yang diketuai oleh Menteri Koordinasi Politik
Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) langsung di bawah Presiden RI.
Lebih lanjut, misalnya pengelolaan hasil ikan laut yang dimana Indonesia merupakan
negara yang mengalami kerugian sekitar 30-50 triliun setiap tahun dalam illegal fishing. Terkait
hubungan agensi eksternal dalam kasus ini KKP juga melakukan koordinasi dengan Indonesia
Australian Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) Forum pengawasan perikanan Indonesia-
Australia atau Indonesia Australian Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) merupakan
kerjasama dalam kegiatan pengawasan dibidang perikanan dalam bentuk pertukaran informasi,
kegiatan kerjasama, jaringan informasi, bantuan teknis dan kegiatan pendanaan lainnya. Forum
tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mengadakan patroli bersama di wilayah perbatasan
ZEE Australia - Indonesia khususnya di Laut Arafura. Dan bekerjasama dengan Regional Plan
of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices Including Combating IUU Fishing
in the Region merupakan merupakan suatu forum yang dilaksanakan dalam rangka
mempromosikan praktek perikanan yang bertanggungjawab termasuk memerangi kegiatan
Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing. RPOA disahkan di Provinsi Bali pada
tanggal 4 Mei 2007 oleh 11 (sebelas) Menteri yang membidangi urusan perikanan dari 11
(sebelas) negara. Tujuan kongkritnya adalah untuk mendapatkan hasil ytanagkap yang optimal
untuk mendapatkan hasil devisa negara yang baik.
Begitu halnya dengan Tiongkok terkait hubungan antar agen dan struktur dalam
merespon kebijakan OBOR agar bisa terealisasi. Saat ini Tiongkok sedang mengembangkan xin
anquan guan (Konsep Keamanan Baru) atau sama halnya dengan Indonesia yang berbasis pada
ekonomi biru dan pertahanan militer dari geopolitik maritim. Tiongkok mengembangkan
ekonomi dan pertahanan berbasis maritim terlihat pada munculnya kebijakan OBOR dan Konsep
keamanan biru. Dalam konsep keamanan biru misalnya dalam artikel Laode Muhamad Fathun
tahun 2017 yang di terbitkan oleh Jurnal Hubungan Luar Negeri Kemenlu RI menyimpulkan
bahwa Sedangkan anggaran militer Tiongkok seperti diberitakan oleh bbc. com dengan artikel ”
Cina Naikan Anggaran Militer 10%” (2015) menuliskan bahwa Tiongkok menaikan anggaran
militer sebesar 10% dimana anggaran tersebut terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Tiongkok
mengeluarkan dana sebesar US$145 untuk anggaran militer tahun 2015 melonjak dari 2014
anggaran Tiongkok hanya US$130. Juru bicara pemerintah Tiongkok Fu Ying mengatakan
bahwa Tiongkok tidak pernah akan melupakan sejarah. Tiongkok di bayangi masalalu oleh kisah
perang.
Menurutnya alokasi anggaran belanja negara yang besar sangat penting bagi Tiongkok
sebagai bentuk pertahanan nasional dan harus di jamin oleh negara. Hal tersebut membuat
Jepang menjadi khawatir sehingga Jepang juga menaiikan anggaran militernya selama tiga tahun
berturut-turut yang dipangkas selama satu decade. Hal yang sama juga dilakukan India yang
terlibat konflik dengan Tiongkok. Pada tahun 2016 seperti diberitakan oleh bisnis.com dengan
artikel” Anggaran Militer China 2016 Naik 7,6%” menuliskan bahwa anggaran militer Tiongkok
tetap naik menjadi 7,6 % dengan angka 954,35 miliar. Juru bicara pemerintah Fu Ying
mengatakan, Tiongkok masih tetap konsisten walaupun terjadi perlambatan ekonomi, akan tetapi
anggaran militer tetap menjadi fokus pemerintah. Moderniasai alat militer seperti yang di
beritakan dalam artikel “Huffington Post, ‘China Lands First Jet On Its Aircraft Carrier’ bahwa
Tiongkok telah membeli peralatan militer seperti kapal perang, rudal, kapal induk Liaoning, dan
teknologi nuklir. Juga di tuliskan dalam “China Military Strength’ dituliskan bahwa pasukan
Tiongkok berjumlah 2,28 juta dengan pasukan aktif sebanyak 800 ribu orang di sertai komponen
pasukan cadangan[CITATION Lao174 \l 1033 ].
Dengan demikian, hal di atas menunjukan konsistensi Tiongkok untuk meningkatkan
kapasitas militernya merupakan langkah strategis. Mengingat Tiongkok adalah negara dengan
wilayah yang luas dan berjumlah penduduk terbanyak disertai dengan berbatasan langsung
dengan sejumlah negara yang memiliki tradisi konflik dengan Tiongkok sejak zaman perang
dunia dahulu. Hal tersebut menimbulkan rasa kekhawatiran Tiongkok untuk tetap memporsir
anggaran militernya demi keamanan domestik dan regional. Sehingga, melembatnya
pertumbuhan ekonomi Tiongkok tetap tidak berpengaruh terhadap anggaran belanja militernya
yang naik setiap tahun.
Bukan hanya itu, walaupun ekonomi Tiongkok masih dalam tataran yang sangat
melambat Gregory C Chow mengatakan ada tiga hal yang kemungkinan akan menaikan ekonomi
Tiongkok (1) reformasi perusahaan milik negara. Dalam konteks ini pemerintah Tiongkok harus
mengontrol segala asset milik publik. Kontrol tersebut bukan dalam arti tidak memberikan
kesempatan kerja tetapi konsepnya adalah “tanggung jawab”. Disinilah peran pemerintah dalam
menejerial ekonomi agar bisa efisiens, (2) memberikan akses bebas kepada perusahaan non
pemerintah agar berkembang dalam kompetisi. Disinilah pemerintah tidak boleh menerapkan
sistem tertutup, (3) menerapkan sistem ekonomi yang terbuka maksudanya adalah Tiongkok
harus membuka diri sebagai negara yang selama ini dikenal tertutup dalam masuknya investasi
asing di negara tersebut. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada tiga faktor yang membuat hal
tersebut bisa tercapai yakni (1) tingkat kualitas sumberdaya manusia, (2) perubahan sistem
ekonomi terencana atau terpusat menjadi ekonomi terbuka, dan (3) pengaruh teknologi informasi
[ CITATION CCh11 \l 1033 ] [CITATION Lao174 \l 1033 ].
Oleh karena itu korelasi antara kebijakan ekonomi pembangunan dan pertahanan antara
Indonesia dan Tiongkok adalah suatu kesamaan visi untuk membangun kembali jalur sutra
maritim abad 21 yang berorientasi kepentingan ekonomi politik dan militer. Ketangguhan
kebijakan kedua negara dapat di implementasikan dalam bentuk kolaborasi konstruktiv untuk
mencapai kepentigan nasional masing-masing negara dan tentunya dengan identitas kolektif
sebagai negara maritim abada 21.
2. Konskrtuktivisme Pluratif
Asumsi dasar lahirnya teori diplomasi adalah upaya untuk mencapai kesesuaian atau
kesepakatan. Diplomasi lahir dari keinginan kontruktif dari actor- yang berkepentingan untuk
melakukan aktivitas yang menguntungkan di antara masing-masing actor. Diplomasi adalah
pendekatan untuk mencari kesamaan-kesamaan diantara masing-masing actor untuk
menghilangkan vekat-sekat diantara aktor untuk meminalisir terjadinya konflik kepentingan.
Diplomasi adalah upaya untuk mencapai identitas kolektif dari actor-aktor internasional yang
memiliki kemiripan visi dan misi yang sama dan ditempuh dengan menganggap satu sama lainya
adaalah parnertship, Dengan demikian lahirlah parnertship diplomacy.
Berhubungan dengan itu kaum konstruktivisme menganjurkan adanya pembentukan
identitas kolektif untuk mencapai tujuan bersama dan diplomasi adalah metode untuk
mewujudkan hal tersebut. Kaum konstruktivisme mengajukan empat tesis utama terkait dengan
pembentukan identitas kolektif yaitu : interdepedency, commont fate , homogenity, dan self
restraint.Pluratif sendiri mengacu pada pendekatan English School yang lebih fokus pada peran
masyarakat internasional dalam dinamika hubungan antar negara. Pendekatan ini tidak
memfokuskan saja statisme aktor negara dalam perannya dalam hubungan antar aktor
internasional. Dari segi aktor memiliki diversisikasi dan dari segi isu berkembang sesuai dengan
dinamika hubungan internasional di era globalisasi.
Pertama, Interdepedensi, asumsi davar dari variabel ini adalah bahwa hubungan
internasional memiliki dinamka yang kolektif. Setiap hubungan memiliki interkasi yang
memiliki makna. Dalam interkasi itulah kemudian di katakan sebagai perekat di antara masing-
masing aktor dalam melakukan hubungan di antara aktor yang satude ngan yang lainya. Identitas
adalah pembentuk interkasi simbolik yang melahirkan interpretasi terhadap realitas sosial,
hukum, politik , ekonomi dll. Demikian halnya dalam hubungan antara Indonesia dan Tiongkok
kedua negara memiliki kemiripan identitas yang membuat kedua negara memutuskan untuk
meningkatkan hubungan bilateral antar kedua negara.
Identitas yang membuat kedua negara memiliki keterkaitan dan membuat kedua negara
saling membutuhkan adalah dari atribut nasional yang dimilikinya. Atribut tersebut berhubungan
dengan nilai-nilai filososis negara tersebut, karakternya, bentuk negaranya. Di Indonesia senidir
seperti yang telah di bahas sebelumnya bahwa lahirnya kebijakan poros maritim yang kemudian
diterjemahkan melalui kebijakan kelautan Indonesia yang melibatkan 34 instansi terkait
termasuk melakukan hubungan dengan negara lainya. Dilain sisi Tiongkok juga telah membuat
semacam China Master Plan yang dikatakan dengan kebijakan OBOR untuk meningkatkan
pengelolaan wilayah maritim dalam kepentingan ekonomi, politik dan pertahanan dan keamanan
negara tersebut. Dalam konteks inilah kedua negara memiliki ketergantungan satu vama lainya
bahwa kedua negara memasuki era geopolitik dunia dalam sapasial dunia. Artinya kedua negara
memahami postur wilayah adalah bagian dalam meningkatkan pendapatan negaraa maupun
pertaahanan negara.
Lebih lanjut, ketergantungan antar kedua negara tidak biva dipishkan dari nila-nilai
ideologis masing-masing negara, akibatanya kedekatan itu membuat kedua negara aktif
melakukan hubungan bialteral sejak lama.Dinamika hubungan bilateral antara kedua negara
tidak bisa dikatakan hubungan bilateraal yanag seumur jagung. Hubungan kedua negara telah
berlansung sejak tahun 1961 di saat Csoekarno memimpin Indonesia. Hubungan kedua negara
selalu memiliki dinamika yang komprehensif sehingga kedua negara berupaya saling memahami
dan saling berbagi untuk meningkatkan hubungan bilateralnya. Ketika Indonesia di pimpin
oleh Soekarno hubungan aantar kedua negaa memasuki masa keemsannya. Hubungan bilateral
tersebut merupakan buktik kongkrit kebijakan luar negeri Indonesia yang dengan solagan bebas
aktif dikala perang dingin. Pada tahun 1949 -1965 Indonesia dan Tiongkok merupakan masaa-
mava dimana dinamika hubungan antara kedua negara terjalin dengan baik bukan hanya di
tingkat elit baahkan di tingkat masyarakat jugaa. Kongkritnya adalah pada tahun 1955 Perdana
Menteri Tiongkok Zhou En La hadir dalam konfrensi Asia Afrika (KAA) dan menjadi bukti nyata
politik mercusuar Indonesia kala itu.
KAA adalah bukti bagimana hubungan kedua negara menunjukan komitment untuk
membangun berdasarkan "Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai" yang dikemukan
oleh Tiongkok pada saat itu. Keuda negara sepakat untuk terus meningkatkan hubungan bilateral
termasuk hubungan kerjasama budaya pada tahun 1961. Keuda negara bahkan membuat
kemitraan bilateral yanag di katakana New Emerging Forces (NEFO) walaupun pada hakekatnya
Tiongkok kala itu bukan anggota PBB dan Indonesia pun keluar dari PBB pada tahun 1955
karena terjadi konfrontasi dengan Malaysia. Intinya sejak lama Indonesia dan Tiongkok aadalah
mitra yang strategis.Kondisi di atas merupakan bukti historis bahwa hubungan kedua negara juga
dipengaruhi oleh karakter kepemimpinan pendahulu masing-masing negara. Tentunya hal ini
tidak terlepas dari saling ketergantungan antar kedua negara.
Pada era berikutnya, yakni pada masa Soeharto yang dimana meneguhkan kembali
hubungan antar kedua negara yang telah dibekukan selama 22 tahun sejak 1967. Adaa banyak
oenyebab yang membuat dinamika hubungan antar kedua negara berakhir salah satunya isu etnis.
Untuk mempererat kembali hubungan antar kedua negara pada tahun 1989 di Tokyo bertemu
Menlu Tiongkok Qian Qichen pada upacara pemakaman kaisar Hirihito terkait normalisasi
hubungan kedua negara. Hasilnya pada tahun 1990 kedua negara sepakat melakukan hubungan
normalisasi melalui pertemuan antara Menlu Ali Alatas dan Qian Qichen di Tokyo. Perjanjian itu
kemudian di katakana dengan "The Resumption of The Diplomatic between The Two Countries"
di Beijing, diikuti kunjungan Perdana Menteri Li Peng ke Indonesia sekaligus menyaksikan
penandatanganan nota kesepahaman Pemulihan Hubungan Diplomatik kedua negara. Menindak
lanjuti hubungaan itu era kerjasama Indonesia pada bidang perdagangan, teknik, ekonomi.
Bahkan pada tahun 1996 terbentuk dialog AsENA dan Tiongkok terutama memperkuat ekonomi
Indonesia pada vaat krisis Avaia tahun 1997.
Pada era Gusdur Tiongkok merupakan negara pertama yang menjadi kunjungaan
diplomatiknyaa. Bahkan salah satu bentuk penghargaan Gusdur adalah menjadikan perayaan
Imelek sebagai hari libur nasional. Lebih kongkrit lagi Gusdur hendak membuat poros Indonesia
–Beijing –New Delhi untuk meningkatkan hubungan aantar kedua negara. Gusdur memaknai
Tiongkok sebagai negara yang besar sehingga pada saat itu Tiongkok memberikan bantuan pada
Indonesia termasuk bidang ekonomi, pariwivata, dan energy.
Pada era Susilo Bmabang Yudhoyono (SBY),Tingkok merupakan mitra strategis
Indonesia. Faktanya adalah dibentuk Declaration of Conduct of Parties in The South China
Sea (DoC) pada 2002 dalam upaya penangangan konflik Laut Tiongkok Selatan. Kemudian,
kedua negara sepakat menandatangani hubungan mitra strategis pada tahun 2005 dan di buatnya
Guidelines for The Implementation of DoC" pada 2011 dan penandatanganan protokol Southeast
Asian Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) pada 2011. Dan hubungan kedua negara makin
meningkat menjadi kemintraan komprehensif pada tahun 2013. Hubungan komprehensif tersebut
di tandai dengan kerjasama dalam berbagai bidang veperti social budaya, ekonomi, pertahanan,
politik.
Pada era Jokowi merupakan kelanjutan mitra komprehensif antar kedua negara. Ketika
Jokowi menjadi pemimpin Indonesia merupakan kelanjutan dari ide Soekarno apalagi Jokowi
memenangkan pemilihan presiden yang mutlak di dukung lansung oleh PDIP yang memili
hubungan nasab yang erat dengan Tiongkok baik ketika 1949-1965 sampai pada era Megawati
dan era Jokowi adalah kontinyuitav dari perekat tervebut. Hal inilah yang kemudian penulis
maksudkan sebgai media interaksi simbolis yang dimana berangkat dari identitas yang sama
membuat hubungan antar actor semakin merekat. Bukti kongkritnya adalah ketika kunjungan
Jokowi di Beijing merupakan kali pertama ketika Jokowi menyebutkan lima pilar kebijakan luar
negeri Poros Maritim Dunia yang kemudian secara komprehensif Indonesia selalu melakukan
harmonisasi terutama membuat jalur sutra baru dimana ketika Xin Jinp Ping berkunjung ke
Indonesia pada tahun 2013. Hubungan strategis ini tidak lepas dari keinginan kedua negara untuk
menjadi negara yang kuat terutama dalam bidang ekonomi. Bank Indonesia mencatat pada tahun
2016 investasi asing langsung Cina ke Indonesia pada tahun lalu hanya 265 juta dolar AS (Rp
3,526 triliun). Apabila FDI asal Hong Kong sebesar 1,4 miliar dolar AS (Rp 18,629 triliun). Hal
inilah membuktikan bahwa partnertsip diplomacy merupakan metode komprehensif untuk
meningkatkan saling ketergantungan antar kedua negara terutama mensinergikan antara  Poros
Maritim Dunia dan OBOR.
Kedua, Comment Fate, dari kronologiv hubungan kedua negara secara komprehensif
jelas memiliki rasa nasib yang sama untuk membangun negara. Hubungan kedua negara
memiliki histori yang kuat. Kongkritnya adalah ketika hubungan Indonesia dalam rentan waktu
1949- 1965 Indonesia telah di tuduh sebagaai negara yang berdideologi komunis. Faktanyaa
pada saat itu, Indonesia memiliki Partai Komunis Indonesia ( PKI) yang di Indikasikan
merupakan bagian dari penggulingan Soekarno. Namun yang terlihat adalah bentuk kebijakan
luar negeri Indonesia pada saat itu memang di arahkan pada poros non blok, aratinya hubungan
Indonesia Tiongkok murni hubungan saling menguntungkan bukan terkait vepenuhnya tentang
Ideologi. Bahkan kedua negara telah menandatangani lima perjanjaian damai yang telah di
vebutkan di atas. Lebih lanjut, ketidak ikutsertaan Tiongkok menjadi anggita PBB dan begitu
pula Indonesia pada tahaun 1955 merupakan bukti bahwa kedua negara tidak memiliki hak suara
dalam konfreansi multilateral yang di laksanakan oleh PBB dalam berbagai bidang termasuk
upaya Indonesia secara konstitusional ikut serta dalam dalam perdamaian dunia.
Fenoemana lainya yang memungkinkan terbentuknya interkasi dengan variabel ini adalah
konlfik wilayah perbatavan yang memang sudah terjadi sejak lama. Keterlibatan Indonesia dalam
menjadi mediator dan menjadi negosiator dalam konflik di Laut China Selatan merupakan nasib
yang sama dalam memaknai hubungan antar kedua negara. Konflik ini yang masih terjadi sampai
saat ini adalah bentuk upaya kedua negara dalam membentuk kebijakan Poros Maritim dalam
konteks Indonesia dan OBOR dalam domain Tiongkok. Artinya pengelolaan wilayah maritim
adalah berawal dari mavalah nasib konflik-konflik batas wilayah maritim yang masih menjadi isi
fenomenal saat ini. Bahkan tingkata traumatic Indonesia dengan hilangnya dua pulau di era
Megawati membaut ditambah dengan belum optimalnya pengelolaan wilayah maritim Indonesia
membuat kesamaan nasi dan rava ini menjadi perekat antar kedua negara untuk lebih
meningkatkan parnertship diplomacy.
Ketiga, homogeneity, variabel ini mirip dengan komponen sebelumnya. Komponen ini
merujuk pada bagimana kesesuaian, kesamaan atau hal-hal yang sama yang menyatukan antar
kedua negara. Dalam konteks hubungan antar Tiongkok dan Indonesia salah satu
arguementasinya adalah homogenitas dalam kebijakan politik luar negeri. Implementasi
kebijakan luar negeri ini kemudian di artikulasikan melalui kebijakan Poros Maritim Dunia dan
Ocean Policy dan dikorelasikan antara Chinese Master Plane atau Chinese Dream dengan
kebijakan OBOR. Korelasi dari kebijakan ini adalah pengelolaan wwilayah maritime sebagai
basi pendapatan negara dan dan pertahanan negara yang dalam kontekv Indonesia dikatakan
pertahanan berbasis laut.
Dalam postur geopolitik kedua negara Indonesia yang berbatasan lansung dengan 10
negara Asia Pasifik [ CITATION Lao162 \l 1033 ] dan Tiongkok yang berbatsan pula dengan
beberapa negara termasuk Jepang. Pengelolaan wilayah maritime ini adalah sesuatu yanag
penting dimana Indonesia dalam konflik wilayah maritime masih menyisakan beberapa wilayah
yang belum di sepakati baik wilayah territorial, ZEE, dan Zona Tambahan. Terkhuss Indonesia
masih menyisakan benih-benih konflik tersebut termasuk ada 92 pulau terluara dengan tingkat
potensi konflik tinggi termasuk 12 pulaau paling terluaar. Dilain sisi Tiongkok juga masih
menyisakan konflik baik di Laut Tiongkok Selatan maupun kepulauan Shainkaku dengan
Jepang. Artinya homogeneity kedua negara dengan lahirnya dua model kebijakan yang sinergis
ini salah satunya adalah untuk memaknai konflik maritime dimana pertahanan wilayah maritime
adalah hal mutlak bagi suatu negara.
Indonesia dengan lima pilarnya dan OBOR kemudian di sepakati untuk membentuk
wilayah jalur sutra baru dimana Indonesia salah satunya adalah melewati wilayah Malaka.
Artinya kebijakan strategis ini untuk meningkaatkan kembali hubungan antar negara yang
melibatakan hamper vemua wilayah regional dengan jumlah 65 negara termasuk Indonesia.
Kolaborasi inilah sesuatu yang sangat komprehensif dengan melihat upaya keniscayaan
Indonesia tidak mungkin bisa mewujudkan PMD hanya dengan diri sendiri. Munculnya
kebijakan jalur OBOR ini merupakan buktik kongkrit kejyaan bangva Asia untuk menguasai
perdagangan internasional dalam bidang jalur laut. Hal ini membuktikan kembali teori geopolitik
bahwa negara harus mencari wilayah strategis yang kemudian akan menjadi daerah jantung.
Konektivitas ini adalah daerah janatung yanag akan memperlancar hubungan antara negara
melalui jalur maritime. Artinya korelasi dua kebijakan dari dua negara yang berbeda berdampak
positif terhada lingkungan strategis wilayah maritim lintas regional.
Variabel terakhir atau keempat aadalah self reastraint pada poin ini menitik beratkan
pada kemampuan actor untuk berjalan beriringan. Variabel ini fokus pada bagiaman actor yang
bekerjasama untuk memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga kolaborasi
bisa dilakukan dengan efektif. Artinya pola kerjasama tidak mementingkan diri sendiri atau
berjalan sendiri. Dalam hal ini adalah menurunkan ego atau merasa menjadi membuat kolaborasi
akan terganggu.Dengan demikian setiap actor akan memahami tugas dan tanggung jawabnya
sesuai dengan consensus yang di sepekati.
Menurut Axelrod dan Keohane menjelaskan bahwa kecenderungan kerjasama antara
negara dilakukan pada tiga asumsi yakni :1. Mutuality of interest(sama-sama berkepentingan) 2.
The shadow of the future (bayangan tentang masa depan) 3. Number of actors (jumlah
pemain).Dalam Mutuality of interest di asumsikan Payoff structure akan mempengaruhi the level
of cooperation artinya kebijakan negara yang saling menguntungkan cenderung akan dipilih
sejumlah aktor untuk bekerjasama dibandingkan dengan menawarkan solusi yang
konfliktual.Sehingga, The Payoff structure yang mempengaruhi mutuality of interest dengan
demikian setiap aktor tertuju pada tujuan yang sama.
Selanjutnya, the Shadow of the Future.Terdapat empat aktor yang membantu membentuk
the Shadow of the Future, yakni: a) Long Time Horizon, hubungan kerjasama terus berlanjut
dalam kurun waktu yang tidak terhingga, b) Regularity of Stakes, interaksi yang terus nenerus,
bukan a single-play, satu kali permainan selesai. Reliability of Information about the Others’
Actions,c)informasi yang bisa diandalkan tentang tindakan aktor lain, d) Quick feedback about
changes in the others’ actions, feedback antara kebijakan dan hasil yang dicapai.Kemudian
Number of Actors dalam konteks ini dengan melihat banyaknya aktor yang bermain dalam
konteks kerjasama maka tidak bisa dipungkuri dalam kerjasama pula banyak terjadi aktor yang
menjadi profokator. Kondisi inilah yang harus dihindari sehingga bisa diidentifikasi tentang
aktor-aktor yang tidak memiliki tujuan yang sama. Pada dasarnya tujuan yang akan dibentuk
harus bersifat jangka panjang artinya semua aktor harus fokus pada pokok persoalan yang akan
diselesaikan. Sehingga komponen efektivitas kerjsama bisa terlaksana dengan baik.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis hubungan relativitas antara kedua negara baik dari segi budaya, nilai,
norma dan hubungan diplomatik, sejarah, dan karakter kepemimpinan menunjukan kemiripan
dalam membangun negara. Dengan demikian kolaborasi antar kedua negara yang memiliki
potensi maritim dan lingkungan strategis perlu di elaborasi untuk mencapai kepentingan
bersama. Dengan analisis kualitatif, penulis berasumsi bahwa kedua negara memiliki kemiripan
dalam karakter dan kemiripan dalam pola interpersonal, sehingga kerjasama pembentukan jalur
sutra adalah kerjasama strategis Indonesia dan Tiongkok yang harus di prioritaskan. Oleh karena
itu, tulisan ini akan di arahkan pada analisis peluang kerjasaama partnership diplomacy dalam
kebijakan OBOR dan Poros Maritim Dunia dan pengaruhnya terhadap lingkungan strategis
internasional terutama bidang jalur perdagangan internasional.
Namun harus memahamu komponen efektivitas kerjasama menurut Axelrod dan
Keohane menjelaskan bahwa kecenderungan kerjasama antara negara dilakukan pada tiga asumsi
yakni :1. Mutuality of interest(sama-sama berkepentingan) 2. The shadow of the future
(bayangan tentang masa depan) 3. Number of actors (jumlah pemain).Dalam Mutuality of
interest di asumsikan Payoff structure akan mempengaruhi the level of cooperation artinya
kebijakan negara yang saling menguntungkan cenderung akan dipilih sejumlah aktor untuk
bekerjasama dibandingkan dengan menawarkan solusi yang konfliktual.Sehingga, The Payoff
structure yang mempengaruhi mutuality of interest dengan demikian setiap aktor tertuju pada
tujuan yang sama.
Selanjutnya, the Shadow of the Future.Terdapat empat aktor yang membantu membentuk
the Shadow of the Future, yakni: a) Long Time Horizon, hubungan kerjasama terus berlanjut
dalam kurun waktu yang tidak terhingga, b) Regularity of Stakes, interaksi yang terus nenerus,
bukan a single-play, satu kali permainan selesai. Reliability of Information about the Others’
Actions,c)informasi yang bisa diandalkan tentang tindakan aktor lain, d) Quick feedback about
changes in the others’ actions, feedback antara kebijakan dan hasil yang dicapai.Kemudian
Number of Actors dalam konteks ini dengan melihat banyaknya aktor yang bermain dalam
konteks kerjasama maka tidak bisa dipungkuri dalam kerjasama pula banyak terjadi aktor yang
menjadi profokator. Kondisi inilah yang harus dihindari sehingga bisa diidentifikasi tentang
aktor-aktor yang tidak memiliki tujuan yang sama. Pada dasarnya tujuan yang akan dibentuk
harus bersifat jangka panjang artinya semua aktor harus fokus pada pokok persoalan yang akan
diselesaikan. Sehingga komponen efektivitas kerjsama bisa terlaksana dengan baik.
Bibliography
BNPP. (2015). Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Tahun 2010-2014. Retrieved April 3,
2018, from http:
//bnpp.go.id//document/produk_hukum/2015/perbatasan/Peraturan_BNPP_Nomor_1_Ta
hun_2015.pdf

Bueger, C. (2015). What is Maritime Security? Marine Policy.

Cai, Peter (March 2017), Understanding China’s Belt and Road ,Initiative ,Lowy Institute, For
International Policy. Australia

Carlesnaes, W. (2013). Handbook Hubungan Internasional Terjemahan. Bandung: Nuansa.

Fathun. (2017). Kebijakan Geopolitik Poros Maritim Di Era Jokowi Dalamfilosofi Frame
Ideologis. Power In International Relation.

Fathun, L. M. (2016). Kebijakan Geopolitik Poros Maritim Di Era Jokowi Yogyakarta: MIHI UMY
dan Kosmojoyo Press.

Gregory, C. C. ( 2011). Memahami Dahyatnya Ekonomi China. Jakarta: PT.Tiga Serangkai


Pustaka Mandiri.

Haiming, W. (2010). Chinese Philosophy " Chinese Philosophy Metaphsics, Epistemology, and
Comparative Philosophy". Bejing: C&C Joint Printing Co, Beijing Ltd.

Hara, A. (2011). Analisisi Politik Luar Negeri Dari Realisme Sampai Konstruktivisme. Malang:
Nuansa Cendekia.

Hanrieder, Wolfram. (1971). Comparative Foreign Policy, Theoretical Essay. New York: David
Mc. Kay Company,Inc.

Hudson, V. M. (1995). Foreign Policy Analysis YeForeign Policy Analysis terday , Today and
Tomorrow. Mershon International studies Review.

eliat, M. (2009). Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia”. Jurnal Ilmu
Sosial dan Politik, 113.

Keping, W. (2007). Etos Budaya China. Jakarta: Gramedia.

KPU. (2014). Visi –misi Jokowi –JK. Jakarta: KPU.

Laode, M. F. (2017). Pengaruh Peningkatan Militari Power Tiongkok Terhadap Keamanan


Stabilitas Regional ASia Timur : Pendekatan Deterence, Defence dan Compllence.
Hubungan Luar Negeri.

Limbong, B. (2015). Poros Maritim. Bandung: Margaretha Pustaka.

Muhamad, F. L. (2017). Kebijakan Wholistic Obama di Timur Tengah. Indonesian Center Of


Middle East studies.
Nugroho, B. (2014). Teori –Teori Hubungan Internasional Sebuah Survei Konfrehensif.
Yogyakarta: UMY.

Nünlist , Christian " One Belt, One Road: China’s Vision of “Connectivity” N0. 195,
September 2016, CSS Analyses in Security Policy
Octavian Amarulla.(2012). Militer dan Globalisasi. Jakarta : UI Press.
Rosenau, James N. (1981) The Study of Political Adaptation: Essays on the Analysis of World
Politics. New York: Nichols Publishing.

Siswanto. (2016). Kembali Melaut : Industri dan Jasa Mritim Dalam Visi Poros Maritim Dunia.
Yogyakarta: Kemenko Maritim dan PuSshankam UPN" Veteran " Yogyakarta.

Sumardjono. (2009) Membangun Angkatan Laut Menuju Keamndirian. Jakarta: Dinas Perangan
Angkatan Laut.
Suprianto, Makmur. (2014). Tentang Ilmu Pertahanan. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Susanto, Munaf , Dicky R.(2015) Komando dan Pengendalian Keamanan dan Keselamatan
Laut, Berbasis Sistem Peringatan Dini. Jakarta: Gramedia.
Tovy. Tal The Changing Nature of Geostrategy 1900–2000 The Evolution of a New Paradigm.
Maxwell Air Force Base, Alabama: Air University Press Air Force Research Institute.
Tuathail ,Gearoid O, Dkk, (1998). The Geopolitics Raeder. London: Routledge 11 New Fetter
Lane.

Warsito, Tulus. (1998) Teori-Teori Politik Luar Negeri, Relevansi dan Keterbatasanya.
Yogyakarta: BIGRAF Publishing.

www.cbbc.org" One Belt One Road A Role for UK companies in developing China’s new
initiative New opportunities in China and bnd

UGM, Dewan. Guru. (2017). Proseding Kongres Maritim Ke II. Yogyakarta: UGM.

Yani, Ahmad, Sri. Hayati. (2007). Geografi Politik. Bandung: Rafika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai