Selanjutnya yang akan kita gunakan dalam memahami ilmu politik ini adalah
kita menggunakan istilah “politik” sebagai konsep akademik. Konsep akademik
1
senantiasa mensyarakat kejelasan, ketepatan, dan konsistensi penggunaan konsep
akan menentukan derajat keilmiahan suatu karya akademik.
2
Makna politik maupun ilmu politik sangat beragam. Tiadanya kesatuan
pandangan tentang politik maupun ilmu politik, karena perspektif yang
digunakan para ahli memang berbeda-beda. Pada dasarnya walaupun definisi
politik sangat beragam, namun berbagai definisi tersebut memiliki beberapa
konsep-konsep pokok, pertama, negara (state); kedua, pemerintahan; ketiga,
kekuasaan (power); keempat pengambilan keputusan (decision making); kelima,
kebijakan (policy); keenam, pembagian (distribution) dan alokasi (allocation),
kedelapan, kegiatan dan perilaku politik (political activity and behavior).
(1) Pengertian interaksi berbeda dengan pengertian aksi reaksi walaupun sama-
sama merupakan hubungan. Hubungan dalam interaksi bersifat dua arah atau
lebih. Reaksi atau berupa respon yang timbul dalam interaksi tidak hanya
ditentukan oleh aksi itu, tetapi juga oleh aksi yang lain. Hubungan antara
pemerintah dan masyarakat bersifat interaksi.
(2) Yang dimaksud dengan pemerintah ialah semua lembaga yang
menyelenggarakan tugas dan kewenangan negara, pembuatan peraturan,
penerapan peraturan, dan penegakan peraturan (keputusan politik. Salah satu
3
ciri khas pemerintah ialah kewenangannya membuat dan melaksanakan
kebijakan umum. Yang dimaksud dengan pemerintah dalam arti luas adalah
lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif. Apa saja yang
dilakukan lembaga-lembaga pemerintah dapat dikategorikan sebagai politik,
tetapi politik tidak terbatas pada kegi-atan lembaga pemerintah, juga kegiatan
elit-elit yang melaksanakan fungsi-fungsi lembaga pemerintahan.
(3) Yang dimaksud dengan masyarakat (juga dalam arti luas), yakni seluruh
individu dan kelompok. Yang dikategorikan politik adalah inter-aksi individu
dan kelompok dengan pemerintah.
(4) Yang menjadi pusat perhatian ilmu politik ialah proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik. Dalam hal ini, keputusan yang mengikat
(otoritatis) tentang kebaikan bersama untuk suatu unit politik. Keputusan
merupakan pilihan terbaik dari berbagai alternatif, dan alternatif itu dapat
berupa program-program perilaku untuk mencapai tujuan masyarakat-negara,
dapat pula berupa elit-elit yang akan menyelenggarakan program-program.
Keputusan berupa kebijakan umum menyangkut tiga hal, yaitu: (1)
penyerapan sumber-sumber materi dan manusia dari masyarakat (ekstraktif);
(2) distribusi dan alokasi sumber-sumber kepada masyarakat (distributif); dan
(3) penga-turan perilaku anggota masyarakat (regulatif). Keputusan mengenai
elit yang akan menyelenggarakan kebijakan umum meliputi seleksi, pemilihan
dan atau pengangkatan seseorang atau kelompok orang untuk melaksanakan
fungsi dan peranan politik tertentu dalam sistem politik negara yang
bersangkutan.
(5) Yang dimaksuk dengan yang mengikat adalah apabila anggota masyarakat
merasa bahwa mereka harus menaati kewenangan yang ada.
(6) Yang dimaksud dengan keputusan tentang kebaikan bersama ialah keputusan
tentang tujuan masyarakat atau tentang negara dan masyarakat yang dianggap
paling baik oleh seluruh anggota masyarakat (general will bukan will of all).
(7) Yang dimaksud dengan wilayah tertentu ialah unit politik, seperti bangsa-
negara (nation-state), provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan desa.
Kongkretnya, ada keputusan politik yang menyangkut dan mempengaruhi
seluruh bangsa-negara, yakni keputusan yang dibuat oleh pemerintah nasional.
Ada pula keputusan yang menyangkut dan mempengaruhi hanya suatu
provinsi, yakni keputusan yang dibuat pemerintah daerah/ provinsi. Demikian
seterusnya sampai dengan keputusan desa.
Berdasarkan penjelasan di atas, konsep-konsep yang menjelaskan pengertian
politik dibaca kembali dapatlah disimpulkan bahwa pada dasarnya politik
mengandung empat aspek, yakni perilaku politik; pemerintah dan masyarakat
(interaksi); kemampuan mengikat yang dimiliki setiap keputusan politik;
keputusan untuk masyarakat umum (demi kebaikan bersama dan unit politik); dan
konflik, konsensus, dan perubahan (Surbakti: 1992: 15-20).
4
Hakikat Ilmu Politik
Hakekat politik adalah power atau kekuasaan. Tetapi tidak semua
kekuasaan adalah kekuasaan politik. Kekuasaan politik pada hakekatnya ada pada
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Keputusan politik selalu
menyangkut kepentingan publik. Karena keputusan politik secara umum
mencakup dua hal, yaitu program-program perilaku untuk mencapai tujuan
masyarakat-negara (kebijakan umum), dan orang-orang yang akan
menyelenggarakan kebijakan umum (Surbakti,1992:190). Dengan demikian,
maka dapat dinyatakan bahwa hakekat ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari
mengenai proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
Dimensi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu Politik
1) Dimensi Ontologi Ilmu Politik
Secara ontologis, ilmu politik juga mempunyai objek-objek kajian yang
spesifik. Menurut Miriam Budiardjo menyebutkan sekurang-kurangnya ada lima
objek ontologis ilmu politik, yaitu: negara (state), kekuasaan (power)
pengambilan keputusan (decision-making), kebijakan publik (public policy), dan
distribusi dan aloksasi (distribution and allocation). Contoh ontology dari
pendapat yang lain, di antaranya pembidangan yang disampaikan APSA, Carlton
Clymer Rodee, W.A. Robson dan Dillon, International Commettee for Social
Sciences Documentation bekerja sama dengan International Political Science
Association (IPSA)
Dari gambaran ruang lingkup ilmu politik di atas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu politik meliputi bidang-bidang
permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut.
1. Teori Politik
a. Teori Politik (dari Barat maupun Timur)
b. Sejarah Perkembangan Ide-ide Politik (dari Barat maupun Timur)
2. Suprastruktur Politik (Struktur-struktur Pemerintah)
a. Konstitusi
b. Pemerintah Nasional dan Birokrasi
c. Pemerintah Daerah dan Lokal / Desa
d. Fungsi Sosial dan Ekonomi Pemerintah
5
e. Perbandingan Struktur-struktur Pemerintah
3. Infrastruktur Politik (Struktur-struktur Politik Masyarakat)
a. Kebudayaan Politik Politik dan Sosialisasi Politik
b. Kelompok-kelompok Kepentingan dan Partai Politik
c. Partisipasi dan Perilaku Politik Warga Negara
d. Komunikasi Politik dan Media Komunikasi Politik
e. Perbandingan Struktur-struktur Politik Masyarakat
4. Hubungan Internasional
a. Politik Internasional
b. Organisasi dan Administrasi Internasional
c. Hukum Internasional
d. Studi Wilayah
5. Proses, Perubahan, dan Perkembangan Politik
a. Konflik dan Proses Politik
b. Kebijakan Publik
c. Opini Publik, Voting, dan Pemilu
d. Politik di Negara Berkembang
e. Perubahan Politik
f. Perkembangan Politik
g. Pembangunan Politik
Menurut Priyatomoko (1990: 13-23), ada tiga dimensi pokok ontologis
ilmu politik yaitu dimensi ethico-normatif atau dimensi gagasan, dimensi riel-
empirik atau dimensi kekuatan, dan dimensi kelembagaan. Untuk lebih
jelasnya, penulis gambarkan skema dimensi ontologis ilmu politik tersebut
kemudian penulis uraikan secara singkat sebagai berikut.
Gambar 1: SKEMA TIGA DIMENSI PERSOALAN POLITIK
Perubahan / Kesinambungan
GAGASAN, NILAI,
KEBUDAYAAN POL.
6
Penguasaan / Pelayanan
KEL.POL., KELAS,
KEKUATAN POL.
Keterangan:
1 = Dimensi Gagasan atau Ethico-Normatif
2 = Dimensi Riel-Empirik atau Kekuatan
3 = Dimensi Kelembagaan (Formal)
Sumber:
Priyatmoko. 1990. Bahan Kuliah Ilmu Politik. Surabaya: FISIP Universitas
Airlangga, hal. 23
Aksiologi adalah guna dari suatu ilmu atau untuk apa ilmu itu nantinya.
Aksiologi ilmu politik adalah untuk member jalan atau cara yang lebih baik dalam
hal bernegosiasi kepentingan antarkelompok dalam masyarakat. Ilmu pollitik
(menurut Aritoteles) bertujuan untuk membahagiakan hidup manusia yang tinggal
dalam wilayah yang sama. Karier dalam ilmu politik sangat banyak. Menurut
Mark Rowth (dalam Basri, 2011: 26) menyebutkan karier dalam ilmu politik
mencakup bidang pelayanan publik (public service), pengajaran (teaching),
hukum (law), dan menejemen nonprofit (nonprofit management). Selanjutnya
menurut J.G. Ferguson, karier dalam bidang politik bagi lulusan ilmu politik
7
adalah duta besar, pekerja kampanye, menajer kota, pejabat federal dan pejabat
negara, pjabat luar negeri, pengumpul dana, penafsir dan penerjemah, pengacara
dan hakim, pelobi, penulis dan kolumnis politik, reporter politik, ilmuwan politik,
penulis pidato politik, konsultan politik atau marketing politik, pejabat daerah dan
wilayah, serta perencana regional dan perkotaan (dalam Basri, 2011: 26).
8
Telah disebutkan di atas bahwa kekuasaan politik merupakan bagian dari
kekuasaan sosial. Namun demikian, di antara berbagai kekua-saan sosial tersebut
kekuasaan menempati posisi yang paling penting. Kekuasan politik sering
diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi kebijakan umum pemerintah, baik
terbentuknya maupun akibat-akibat yang sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang
kekuasaan itu sendiri (Budiardjo, 1981: 35). Selanjutnya menurut Ramlan
Surbakti (1992: 58) merumuskan kekuasaan politik sebagai kemampuan menggu-
nakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya,
kelompoknya, ataupun untuk masyarakat pada umumnya.
9
kekuasaan yang bersifat pribadi cenderung digunakan untuk kepentingan
sebagian kecil masyarakat.
k) Kekuasan yang bersifat politik merupakan penggunaan sumber-sumber
pengaruh untuk mempengaruhi proses politik.
Dimensi-Dimensi Kekuasaan
Untuk memahami gejala politik kekuasan secara mendalam maka kekuasan
ditinjau enam dimensi, yaitu dimensi potensial dan aktual, positif dan negatif,
konsensus dan paksaan, jabatan dan pribadi, implisit dan eksplisit, langsung dan
tidak langsung (Andrain and Putnam dalam Surbakti, 1992: 59-63) Dimensi-
simensi kekuasaan tersebut dapat kita ikuti penjelasannya berikut ini.
10
c) Normatif: pemimpin agama, pemimpin adat, dan raja/sultan ditaati oleh
anggota masyarakat karena kebenaran agama yang dibawa, karena adat
dan tradisi yang dijaga oleh pemimpin tersebut. Kesadaran hukum
termasuk kekuasaan normatif.
d) Pribadi Terkenal: pemimpin kharismatik, petinju terkenal, penyanyi
anggun, dan lain-lain.
e) Status Sosial
f) Pengetahuan, Informasi, dan Keahlian
g) Massa yang Terorganisisr: organisasi buruh, petani, nelayan, pegawai
negeri, dan lain-lain.
h) Kemampuan Pers: Surat kabar dan majalah
i) Kewenangan yang melekat pada suatu jabatan
Yang dimaksud dengan jumlah dan besarnya kekuasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok ialah penjumlahan sumber-sumber kekuasaan dan
sumber pelengkap (waktu, keterampilan, dan minat dan perhatian pada politik).
Untuk mengukur jumlah kekuasaan yang bersifat material, seperti: sarana paksaan
fisik, kekayaan dan harta benada, keahlian, ataupun massa dapatlah dihitung.
Akan tetapi pribadi terkenal, normatif, dan sumber kekuasaan yang bersifat
nonmaterial lainnya agak sukar menghitung jumlahnya.
11
Pendalaman penguasaan materi tentang hubungan Kekuasaan Politik,
Kewenangan, dan Legitimasi, Anda dipersilahkan untuk mendalaminya dalam
referensi, terutama yang referensi buku Prof. Ramlan Surbakti tentang Memahami
Ilmu Politik.
12
sebuah sistem yang menghasilkan kebijakan yang sifatnya otoritatif. Ada lembaga
yag memjalankan fungsi masukan berupa aspirasi dan dukungan, ada yang
menjalankan fungsi mengolah masukan tersebut menjadi keluaran berupa segala
bentuk kebijkan pemerintah.
Secara umum struktur yang terdapat dalam suatu sistem politik terdiri dari
kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai politik, bada legislatif, eksekutif,
birokrasi, dan badan-badan peradilan. Selanjutnya ada yang memilah struktur
politik ini menjadi struktur yang sifatnya informal dan struktur yang sifatnya
formal.
Yang termasuk dalam struktur politik yang sifatnya informal adalah
sebagai berikut.
1. Pengelompokan masyarakat atas dasar persamaan sosial ekonomi seperti
golongan tani, golongan buruh, kelas menengah, kelompok cendikiawan, dan
sebagainya. Pengelompokan semacam ini walaupun tidak selalu nampak
dalam wujud sebuah organisasi atau perkumpulan, masing-masing memiliki
jenis aspirasi tertentu yang berbeda satu sama lain serta mewarnai proses
penentuan kebijakan dalam suatu sistem politik.
2. Pengelompokan masyarakat atas dasar perbedaan cara, gaya di satu pihak, dan
pengelompokan atas dasar kesadaran akan adanya persamaan jenis-jenis
tujuan di pihak lain, sehingga dapat dikatakan sebagi kelompok asosiasional
politik. Pengelompokan itu, misalnya menghasilkan: golongan organisasi
sosial politik, golongan administrator, kelompok agama, kelompok militer,
golongan cendikiawan, golongan pengusaha, golongan seniman, dan
sebagainya, yang masing-masing berbeda dalam cara, gaya, jenis, dan nilai
tujuannya.
3. Pengelompokan masyarakat atas dasar kenyataan dalam kehidupan politik
rakyat. Masing-masing mengemban fungsi dan peranan politik tertentu, dan
secara konvensional dikenal dalam sistem politik. Pengelompokan itu
misalnya menjadi: Partai Politik, Golongan Kepentingan (Interest Groups),
Golongan Penekan (Pressure Groups), Media Komunikasi Politik, dan Tokoh
Politik. Penggolongan yang disebut terakhir ini sifatnya lebih nampak sebagai
13
struktur politik masyarakat yang terorganisir dlam sebuah organisasi tertentu,
akan tetapi berbeda dengan struktur politik pemerintah.
Yang termasuk lembaga politik formal adalah lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, demikianlah jika meminjam Teori Van Vollenhoven,
lembaga-lembaga politik formal itu meliputi lembaga yang menjalankan fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, dan kepolisian. Termasuk pula dalam lembaga
politik formal ini adalah kelompok birokrasi, yang terutama berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan politik yang diambil oleh pemerintah. Selanjutnya komponen
struktur politik dapat dibedakan menjadi dua komponen yang pokok, yaitu
suprastruktur politik dan infrastruktur politik.
Kemudian apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, lembaga suprastruktur politik itu meliputi
lembaga-lembaga negara yang ditentukan keberadaannya dalam undang-undang
dasar. Dengan demikian suprastruktur politik ini meliputi:
Lembaga Legislatif
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai lembaga yang memegang
kedaulatan rakyat.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga yang memegang
kekuasaan membuat Undang-Undang.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai lembaga yang memegang kekuasan
menyampaikan RUU tentang otonomi daerah dan melakukan pengawasan
tentang pelaksanaan pemerintahan daerah.
Lembaga Eksekutif
1. Presiden, sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan yang
bersama-sma dengan DPR merupakan lembaga pembuat undang-undang.
Presiden dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil
Presiden.
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga yang memeriksa
pengelolaan keuangan negara.
14
3. Kementerian Negara adalah lembaga yang membantu Presiden dalam
menjalankan pemerintahan yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.
4. Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Indonesia Republik
Indonesia (Polri) adalah lembaga pertahanan dan keamanan negara.
Lembaga Yudikatif
1. Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, dan lingkungan peradilan tatausaha negara.
2. Mahkamah Konstitusi (MK) adalah lembaga pemegang kekuasaan kehakiman
yang berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
3. Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga yang memiliki kewenangan penegakan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Infrastruktur politik adalah struktur politik kemasyarakatan. Komponen
infrastruktur politik berkenaan dengan suasana kehidupan politik rakyat (socio-
political sphare) yaitu kompleks hal-hal yang besangkut paut dengan
pengelompokan warga negara dan anggota masyarakat ke dalam berbagai macam
golongan yang biasanya disebut sebagai kekuatan sosial politik dalam masyarakat.
Berdasarkan teori yang telah diterima secara luas, infrastruktur politik terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut.
(1) Partai Politik (Political Party)
(2) Golongan Kepentingan (Interest Groups),
(3) Golongan Penekan (Pressure Groups),
(4) Media Komunikasi Politik (Political Communication Media), dan
15
(5) Tokoh Politik (Political Figure).
Pendalaman penguasaan materi tentang Struktur Politik, baik suprastruktur
politik maupun infrastruktur politik, Anda dipersilahkan untuk mendalaminya
dalam referensi, terutama yang referensi buku Prof. Ramlan Surbakti tentang
Memahami Ilmu Politik serta referensi buku utama kajian Ilmu Politik.
16
pemerintah). Dengan demikian, kebijakan publik merupakan bagian dari
kepuputusan politik.
Keputusan yang menyangkut keputusan politik merupakan keputusan yang
keluar dari proses politik bersifat mengikat (otoritatif), dan menyangkut kebaikan
bersama masyarakat umum. Dengan demi-kian, keputusan politik adalah
keputusan yang mengikat, menyangkut, dan mempengaruahi masyarakat umum.
Hal-hal yang menyangkut, dan mempengaruhi masyarakat umum bisasanya diurus
dan diselenggarakan dengan lembaga-lembaga pemerintahan. Oleh karena itu,
keputusan politik dapat pula diphami sebagai pilihan yang terbaik dari berbagai
alternatif mengenai urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerin-tah.
Bidang-bidang kehidupan masyrakat yang menjadi kewenagnan pemerintah
biasanya ditentukan secara umum dalam konstitusi atau dalam undang-undang
negara tersebut. Lingkup kewenangan penmerin-tah nasional dapat berbeda
dengan urusan yang menjadi lingkup kewe-nangan pemerintah lokal atau
pemerintah yang lebih rendah (Surbakti, 1992: 189-191).
Persoalan perilaku politik dan partisipasi politik menjadi perhatian dalam
studi ilmu politik mengemuka semenjak muncul dan dikembangkannya
pendekatan tingkah laku (behavior approach) dalam studi ilmu politik. Perhatian
para sarjana dan ilmuwan politik tidak hanya terfokus pada materi kajian tentang
Negara dan lembaga-lembaga politik saja, tetapi bergeser lebih menekankan pada
objek kajian tentang individu-individu. Pergeseran tersebut terjadi antara lain
dikarenakan dalam kehidupan politik suatu Negara ternyata muncul
perkembangan baru bahwa yang menentukan arah dan kebijakan politik suatu
Negara ditentukan juga oleh kekuatan-kekuatan politik di luar aktor Negara.
Kekuatan-kekuatan politik di luar aktor Negara (infrastruktur politik) tersebut
misalnya gerakan mahasiswa, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media
massa, lembaga-lembaga polling, ormas, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan
partai politik.
Perilaku memilih merupakan salah satu bagian dari partisipasi politik. Latar
belakang pemilih dalam menentukan pilihannya dalam pemilu dapat dibedakan
menjadi lima pembahasan sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni
structural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan polihan rasional.
17
Pendalaman penguasaan materi tentang Konflik, Proses Politik, Pembuatan
Keputusan, Kebijakan Publik, Perilaku Politik, dan Partisipasi Politik, Anda
dipersilahkan untuk mendalaminya dalam referensi, terutama yang referensi buku
Prof. Ramlan Surbakti tentang Memahami Ilmu Politik serta referensi buku utama
kajian Ilmu Politik.
1.5 Rangkuman
Anda telah mempelajari materi modul ini, Kegiatan Belajar 1, penulis perlu
mengingat kembali tentang apa yang telah diperlajari. Anda perlu memahami
konsep-konsep politik sebagai konsep akademik.
1 Subsatansi kajian ilmu politik sangat luas sehingga perlu dipelajari secara
bertahap dan dari yang mudah sampai ke yang kompleks atau rumit. Perlu
dikuasai secara benar dimensi ontology, dimenasi epistemology, dan dimensi
aksiologi ilmu politik.
2 Selanjutnya perlu menguasai konsep-konsep yang berkaitan dengan struktur
politik, baik suprastruktur politik maupun infrastruktur politik. Suprastruktur
politik yang kita ketahui sesuai dengan teori Trias Politica termasuk di
dalamnya Badan Eksekutif, Badan Legislatif, dan Badan Yudikatif.
Sedangkan yang termasuk dalam Infrastruktur politik menurut para pakar ilmu
politik teridiri atas Partai Politik, Kelompok Kepentingan, Kelompok
Penekan, Media Komunikasi Politik, dan Tokoh Politik.
3 Sebagai pengembangan dari konsep-konsep tersebut diharapkan Anda mampu
menguasai dan mengaplikasikan dalam mengkaji fenomena politik yang
berkaitan dengan konflik politik, proses politik, pembuatan keputusan,
kebijakan publik, perilaku politik, partisipasi politik, dan perilaku memilih
dalam pemilihan umum.
18