Anda di halaman 1dari 11

Dalam makalah yang berjudul “Konsep-Konsep Dasar Politik Dan Konsep Partai

Politik Secara Umum (Khusus Di Luar Indonesia)” ini terdapat 9 sub bab, tiap-tiap subbab
akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Konsep Dasar Politik


Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.
Sedangkan politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Politik dapat dikatakan
sangat penting karena sejak dahulu masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik
mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber alam, atau perlu dicari satu
cara distribusi sumber daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini juga
dinamakan politik. Usaha itu dapat dicapai dengan berbagai cara walaupun terkadang
bertentangan satu dengan lainnya. Cara tersebut dapat dicapai jika memiliki kekuasaan
suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik). Kekuasaan tersebut perlu dijabarkan
dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari
sumber daya yang ada.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk
menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga,
untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Usaha
menggapai the good life ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain
menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara melaksanakan tujuan itu.
Masyarakat mengambil keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem
politik itu dan hal ini menyangkut pilihan antara beberapa alternatif serta urutan prioritas
dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan itu. Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan alokasi (allocation) dari
sumber daya alam, perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (authority).

Berdasarkan paparan diatas, politik dapat diartikan sebagai aktivitas manusia


dalam bernegara, terutama tentang perjuangan mewujudkan dan melanggengkan
kepentingan tertentu, memperoleh dan/atau mempertahankan kekuasaan serta perjuangan
memilih penguasa untuk menetapkan kebijakan dengan melakukan regulasi (pengaturan)
dan melaksanakan atau mengawasi pelaksanaannya. Dengan demikian politik meliputi
bermacam-macam aktivitas suatu negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-
tujuan dan pelaksanaan tujuan itu sehingga politik meliputi negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan, dan pembagian atau alokasi. Juga terdapat pandangan
bahwa politik adalah aturan yang mencakup kepentingan, kekuasaan, pengaruh,
wewenang, kebijakan dan aturan.

2. Fungsi-fungsi Politik
a. Sosialisasi Politik
Sosialisasi mengartikan sebagai proses sosial yang memungkinkan seseorang menjadi
anggota kelompoknya. Oleh karena itu masyarakat mempelajari kebudayaan
kelompoknya dan peranan dalam kelompok. Jadi dengan demikian sosialisasi politik
adalah proses sosial yang menjadikan seseorang anggota masyarakat memiliki budaya
politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai dengan budaya politik tersebut.
b. Rekruitmen Politik

Rekruitmen politik merupakan proses seleksi warga masyarakat untuk menduduki


jabatan politik dan administrasi. Menurut Gabriel A. Almont setiap sistem politik
mempunyai cara tersendiri dalam merekrut warganya untuk menduduki kedudukan
politik dan administrasi. Bisa dikatakan bahwa rekrutmen politik merupakan proses
menyeleksi orang-orang yang akan dipilih atau diangkat sebagai pejabat dari jabatan-
jabatan yang ada dalam suatu negara atau partai politik (Nambo dan Puluhuwa, 2005:
270)

c. Artikulasi kepentingan

Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang dikehendaki dari
sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan kepentingan mereka kepada lembaga-lembaga
politik dan pemerintahan dengan melalui kelompok kepentingan yang dibentuk bersama
dengan orang lain yang memiliki kepentingan yang sama, kadang-kadang rakyat secara
langsung menyatakan keinginannya kepada pejabat pemerintahan.

d. Agresi kepentingan

Fungsi agresi kepentingan merupakan proses perumusan dengan jalan


penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah diartikulasikan atau dengan
merekrut calon-calon pejabat yang menganut politik kebijaksanaan tertentu. Agresi
kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem dari sistem politik seperti
lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, birokrasi, media komunikasi, partai-partai politik
dan kelompok kepentingan (Nambo dan Puluhuwa, 2005: 270)

e. Komunikasi politik

Fungsi ini merupakan alat untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi lainnya. Artinya


pihak lain mengambil bagian dalam sosialisasi politik dengan menggunakan komunikasi.
Komunikasi politik adalah pesan-pesan politik dan actor-aktor politik dan berkaitan
dengan kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah. Komunikasi politik juga
dapat dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dengan “yang diperintah”
(Nambo dan Puluhuwa, 2005: 271).

3. Karakteristik Ilmu Politik


a) Serba hadir (ubiquitous) dan Multimakna
Aristoteles menjelaskan bahwa setiap tindakan manusia selalu
bermakna politik (everything is Politics), merupakan hakikat keberadaan
manusia dalam bermasyarakat. hal tersebut disebabkan oleh politik yang
bersifat sebagai refleksi dari sifatnya yang hadir, sebagaimana menurut Anwar
Arifin yang menyimpulkan bahwa politik sebagai fenomena sosial bersifat
sebagai Diri yang artinya politik itu hadir di mana saja dan kapan saja sehingga
tidak berpolitik juga Sesungguhnya telah berpolitik hal tersebut menunjukan
berada dimanapun dan kapanpun juga setiap orang berpolitik dalam bentuk
bertindak atau berbicara sendiri menjelaskan bahwa setiap tindakan manusia
selalu bermakna politik, sehingga politik merupakan hakikat keberadaan
manusia dalam bermasyarakat.

b) Multidefinisi dan Multiprespektif

Istilah politik memiliki multi definisi atau banyak definisi disebabkan


oleh adanya perbedaan perspektif atau sudut pandang yang digunakan para
sarjana, ilmuwan, atau pakar politik. terminology mengenai politik yang
berbeda-beda misalnya menurut Miriam Budiardjo, merumuskan bahwa
politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik yang di Indonesia
dikenal sebagai pepatah gemah ripah loh jinawi. Itu Plato dan Aristoteles
menyatakan bahwa politik merupakan suatu upaya untuk mencapai politiy
atau masyarakat politik yang terbaik.
4. Bidang Kajian Ilmu Politik
a. Pemikiran Politik
Sub-bidang ini merupakan akumulasi bangunan teks dan tulisan para filsuf besar
yang membingkai pendidikan intelektual banyakmahasiswa ilmu politik. Di antaranya
karya-karya besar para pemikir sejak zaman Plato dan Aristoteles, zaman pertengahan
dan awal modern karya-karya Aquinas, Agustine, Hobbes, Locke, Rousseau, dan
Montesquieu, serta akhirnya buku-buku para penulis moden seperti Kant, Hegel,
Marx, Tocqueville dan John Stuart Mill (O’Leary, 2000: 788).
b. Teori Politik

Teori politik merupakan “enterprise” dan jika ditelusuri akarakarnya


mempunyai silsilah yang panjang serta istimewa (Miler, 2000). Ketika para
pendahulu berhenti memandang institusi-institusi sosial dan politik mereka hanya
karena dikeramatkan oleh tradisi, dan mulai bertanya mengapa mereka mengambil
bentuk yang mereka lakukan, dan apakah mereka mungkin diperbaiki atau tidak,
teori politik lahir. Terdapat tiga bentuk “penteorian” dalam ilmu politik yakni; teori
politik empiris, teori politik formal, dan teori politik normatif. Teori politik empiris;
bisanya digunakan untuk mengacu kepada bagian-bagian teoritis ilmu politik.

c. Lembaga-lembaga politik

Lembaga-lembaga yang merupakan kajian terhadap lembaga-lembaga politik


khususnya peranan konstitusi, eksekutif, birokrasi, yudikatif, partai politik dan sistem
pemilihan, yang mula-mula mendorong pembentukan formal jurusan-jurusan ilmu
politik di banyak niversitas pada akhir abad ke-19 (Miller, 2003: 790). Sebagian
besar mereka tertarik pada penelusuran asal-usul dan perkembangan
lembagalembaga politik dan memberikan deskripsi-deskripsi fenomenologis;
memetakan konsekuensi-konsekuensi formal dan prosedural dari institusi-institusi
politik.
d. Sejarah politik

Banyak para ilmuwan politik yang menjelaskan tentang sejarah politik


walaupun sering bias terhadap sejarah kontemporer. Pada umumnya mereka percaya
bahwa tugas ilmuwan politik menawarkan penjelasanpenjelasan retrodiktif bukannya
prediksi-prediksi yang kritis dan sangat deskriptif. Mereka yakin bahwa kebenaran
terletak pada arsip-arsip pemerintah. (O’Leary, 2000).

e. Politik Perbandingan

Merupakan asumsi dari para ilmuwan politik bahwa fokus perbandingan


memberikan satu-satunya cara untuk menjadi ilmu sosial murni. Sebab bagi ilmuwan
politik dalam pandangannya bahwa ilmu politik berkaitan dengan upaya membangun
hukum-hukum universal atau generalisasigeneralisasi yang bisa memberikan
penjelasan-penjelasan fenomena politik yang tepat dan teruji. Lembaga-lembaga
politik perbandingan telah berkembang menjadi suatu disiplin yang meliputi;
konstitusi, eksekutif, legislatif, dan yudikatif ⎯ baik di dalam dan luar negeri ⎯ untuk
kemudian dijelaskan perbedaan-perbedaan dalam cara di mana persoalanpersoalan
politik diproses dan diatasi.

f. Ekonomi politik

Sub-bidang ini bertolak dari suatu pemikiran bahwa teori-teori perilaku


politik sebagaimana teori-teori perilaku ekonomi, harus bermula dari premis
sederhana tentang manusia yang suka membangun prediksiprediksi dari perlaku
mereka. Bagi para eksponen pilihan rasional, pengujian suatu teori yang baik terletak
pada daya prediksinya, dan bukan pada kebenaran asumsi-asumsinya. Di sinilah letak
hubungan ilmu politik dan ekonomi, di mana manusia tidak pernah puas menggapai
kepentingan diri yang rakus tersebut.

g. Administrasi publik dan kebijakan umum

Administrasi Publik dan Kebijakan Umum, kedua-duanya merupakan cabang


empiris dan normatif dari ilmu politik yang tumpang-tindih dengan hukum dan
ekonomi. Mengapa demikian? Karena administrasi publik memusatkan perhatiannya
pada susunan institusional provisi pelayanan publik, dan secara historis berkenaan
dengan kepastian administrasi yang bertanggung-jawab dan adil, sedangkan para ahli
kebijakan publik menganalisis formasi dan penerapan kebijakan-kebijakan, serta
memberikan manfaat normatif dan empiris terhadap argumen-argumen yang
digunakan untuk menjustifikasi kebijakankebijakan tersebut.

h. Teori-teori kenegaraan

Teori ini sering diduga merupakan teori politik yang paling padu dalam
memberikan perhatian bagi teri politik kontemporer, pemikiran politik, administrasi
publik, kebijakan publik, sosiologi politik, dan hubungan internasional. Hal ini dapat
dipahami mengingat kebanyakan ilmu politik kontemporer memfokuskan pada
organisasi negara dalam sistem demokrasi liberal. Dalam hal ini demokrasi liberal,
sebagai bagian dari jawaban terhadap perkembangan kegitan negara dalam
demokrasi kapitalis Barat, yang pada abad ke-20 telah terlihat fungsi-fungsi negara
melebar melampaui inti minimal ⎯ pertahanan, keteraturan dan pembuatan-hukum
serta perlindungan terhadap agama dominan ⎯ hingga meliputi manajemen dan
regulasi ekonomi serta sosial yang ekstensif (O’Leary, 2000).

i. Hubungan internasional

Sebetulnya jika hubungan antar Negara merupakan hubungan internasional,


jelas istilah tersebut sangat menyesatkan bagi sb-disiplin ilmu politik yang
memfokuskan pada hubungan lintas negara dan inter-negara dalam diplomasi,
transaksi ekonomi, serta perang maupun damai. Sub-bidang ilmu politik ini
memfokuskan pada masalah-masalah yang beragam menyangkut organisasi-
organisasi internasional, ekonomi-politik internasional, kajian perang, kajian
perdamaian, dan analisis kebijakan luar negeri.

5. Sejarah Partai Politik


Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan.
Perkembangan partai politik dimulai pada akhir dekade 18-an dimana di negara-negara
Barat seperti Inggris dan Prancis memusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam
parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan
kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.
Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen
dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para
pendukungnya menjelang masa pemilihan umum (kadang-kadang dinamakan caucus
party). Maka pada akhir abad ke-19 lahirlah partai politik, yang pada masa selanjutnya
berkembang menjadi penghubung (link) antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di
pihak lain.
Partai semacam ini dalam praktiknya hanya mengutamakan kemenangan dalam
pemilihan umum, sedangkan pada masa antara dua pemilihan umum biasanya kurang
aktif. Lagi pula partai sering tidak memiliki disiplin partai yang ketat, dan pemungutan
iuran tidak terlalu dipentingkan. Partai ini dinamakan patronage party (partai lindungan
yang dapat dilihat dalam rangka patron-client relationship), yang juga bertindak sebagai
semacam broker. Partai mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah
anggota; maka dari itu ia sering dinamakan partai massa. Oleh karena itu ia biasanya
terdiri atas pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat, yang sepakat untuk
bernaung di bawahnya untuk memperjuangkan suatu program tertentu
Dalam perkembangan selanjutnya di dunia Barat timbul pula partai yang lahir di
luar parlemen. Partai-partai ini kebanyakan bersandar pada suatu asas atau ideologi atau
Weltanschauung tertentu seperti Sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen Demokrat,
dan sebagainya. Dalam partai semacam ini disiplin partai lebih ketat. Pendidikan kader
sangat diutamakan dalam partai jenis ini. Terhadap calon anggota diadakan saringan,
sedangkan untuk menjadi anggota pimpinan disyaratkan lulus melalui beberapa tahap
seleksi. Untuk memperkuat ikatan batin dan kemurnian ideologi, maka dipungut iuran
secara teratur dan disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran-ajaran serta
keputusan-keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan. Partai kader biasanya lebih kecil
dari partai massa.
6. Eksistensi Partai Politik
Kehadiran partai politik merupakan kisah yang panjang. Kehadiran partai politik
sejalan dengan kehadiran demokrasi. Partai politik hadir dan berkembang secara alamiah
pada abad ke 18 di Eropa Barat (Inggris dan Prancis) sebagai organisasi yang
menghubungkan antara rakyat dan pemerintah. Partai politik berkembang dan membawa
ideologi tertentu antara lain liberalisme, komunisme, sosialisme, kapitalisme , Kristen
democrat, Islam atau Pancasila.
Menjelang Perang Dunia I timbul polarisasi partai berdasarkan ideology dan
ekonomi yaitu partai “Kiri” dan “Kanan” . Konsep “Kiri” versus “Kanan” berasal dari
revolusi Perancis 1873. Para pendukung raja dan struktur tradisional duduk disebelah
kanan panggung ketua, sedang mereka yang ingin perubahan dan reformasi duduk
disebelah kiri. Konsep “Kiri” diartikan sebagai konsep yang ekstrim yaitu ccampur
tangan negara dalam kehidupan sosial dan komunis. Sedang ekstrim “ Kanan “ adalah
pasar bebas secara total seperti yang terjadi di negara negara liberal kapitalis.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa ideologi partai politik masing
masing mengalami adanya pergeseran ke tengah dengan meninggalkan ekstrim “Kiri”
dan ekstrim “ Kanan” .Hal itu menunjukkan terjadinya semacam konvergensi terutama
dengan diterimanya konsep negara kesejahteraan (Welfare state) seperti dilaksanakan
oleh Finlandia dan Indonesia (Budiardjo,2010 : 339-401)
7. Fungsi dan Tujuan Partai Politik
Urgensi atau pentingnya partai politik di negara demokrasi itu adalah
menyelenggarakan fungsi sebagai sarana sosialisasi politik dan rekrutmen politik. Sedang
dalam aplikasi dan proses sosialisasi politik dan rekrutmen politik itu tergantung pada
komunikasi politik. Deikian juga komunikasi politik berperan dalam aktivitas partai
politik yang pada umumnya berupa pemikiran politik, pembicaraan politik dan tindakan
politik.
Selain itu partai politik juga sangat diperlukan dalam menampung aspirasi rakyat
berupa tuntutan dan kepentingan yang beragam yang disampaikan dalam berbagai cara.
Partai politik kemudian mengolah aspirasi itu dan merumuskannya, sehingga bisa
diteruskan kepada pemerintah dan pembuat kebijakan public lainnya, dalam bentuk
tuntutan atau usulan kebijakan umum ( Public policy ) . Proses merumuskan kepentingan
kepentingan rakyat itu dinamakan “ perumusan kepentingan “ atau “artikulasi
kepentingan” (interest articulation). Sedang proses menggabungkan menjadi satu
berbagai macam tuntutan dari berbagai kelompok tentang hal yang relative sama,
dinamakan “agregasi kepentingan “ (interest aggregation ) atau “penggabungan
kepentingan “ (ibid).
“Artikulasi kepentingan “ dan “agregasi kepentingan” kemudian oleh partai
politik dimasukkan dalam program partai untuk diperjuangkan menjadi kebijakan umum
atau menjadi undang undang. Tetapi artikulasi dan agregasi kepentingan itu bukan saja
dilakukan oleh partai politik , tetapi juga dilakukan oleh partai politik, tetapi juga
dilakukan oleh media massa, kelompok kepentingan dan organisasi lainnya dalam bentuk
petisi atau bentuk yang lain
8. Klasikasi Sistem Kepartaian
a. Sistem Partai-Tunggal
Sistem Partai-Tunggal adalah dimana satu partai dari beberapa partai, yang
berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran,
dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominan. Fungsi partai adalah
meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menerima persepsi pimpinan partai
mengenai kebutuhan utama dari masyarakat seluruhnya. Pola partai-tunggal terdapat
di beberapa negara: Afrika, China, dan Kuba, sedangkan dalam masa jayanya Uni
Soviet dan beberapa negara Eropa Timur termasuk dalam katagori ini. Suasana
kepartaian dinamakan nonkompetitif karena semua partai harus menerima pimpinan
dari partai yang dominan, dan tidak dibenarkan bersaing dengannya.
b. Sistem Dwi-Partai
Sistem dwi-partai biasanya diartikan bahwa ada dua partai di antara beberapa
partai, yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara
bergiliran, dan dengan demikian mempunyai kedudukan dominan. Dewasa ini hanya
beberapa negara yang memiliki ciri-ciri sistem dwi-partai, yaitu Inggris, Amerika
Serikat, Filipina, Kanada, dan Selandia Baru.
c. Sistem Multi-Partai
Sistem multi partai adalah adanya banyak partai yang menyesuaikan dengan
perbedaan tajam antara ras, agama, atau suku bangsa mendorong golongan-golongan
masyarakat lebih cenderung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primordial)
dalam satu wadah yang sempit saja sehingga tidak bisa atau kurang tepat dengan
sistem dwi atau tunggal partai. Dianggap bahwa pola multi-partai lebih sesuai dengan
pluralitas budaya dan politik daripada pola dwi-partai. Di negara negara yang
memiliki masyarakat majemuk seperti : Indonesia, Malaysia, Nederland, Australia,
Perancis, Swedia dan Federasi Rusia menganut sistem banyak partai atau sistem
multipartai. Partai politik yang mengikuti pemilu 2009 di Indonesia terdapat 38 partai
politik yang bersifat nasional dan enam partai politik lokal di Aceh. Sistem ini
dipandang sesuai dengan negara yang memiliki pluralitas budaya dan politik seperti
Indonesia , meskipun banyak kalangan menganggap jumlah tersebut terlalu banyak.
9. Makna Partai Politik
Partai politik merupakan instrumen yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi di
negara manapun di dunia ini. Tidak dapat dikatakan demokratis sebuah negara jika tidak
ada partai politik di negara tersebut karena pada hakikatnya partai politik merupakan
manifestasi dari kebebasan masyarakat untuk membentuk kelompok sesuai dengan
kepentingannya. Keberadaan partai politik dapat dilihat sebagai suatu bentuk kebebasan
hak asasi manusia serta keberadaannya sebagai suatu badan hukum. Kebebasan hak asasi
yang dimaksud adalah kebebasan untuk berserikat dan hidup berorganisasi. Oleh sebab
iru, dalam perkembangannya, kebebasan berserikat merupakan kebebasan yang diakui
secara universal yang kemudian dikenal dengan kemerdekaan berserikat (freedom of
association)

Partai politik akan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin tingginya
tingkat kesadaran masyarakat dalam berpolitik sehingga kehadiran suatu partai politik
diharapkan mampu untuk mengakomodasi kepentingan mereka. Sesungguhnya, partai
politik memiliki marna yang luas. untuk mengetahui secara mendalam tentang makna dan
bagaimana partai politik berjalan, maka alangkah lebih baiknya jika kita memahami
berbagai pengertian partai, politik, dan partai politik yang dikemukakan oleh para ahli.
Partai politik telah menjadi ciri penting dalam sebuah politik modern karena
memiliki fungsi yang strategis. Para ahli pun banyak yang merumuskan fungsi-fungsi
dari partai politik. Fungsi utama dari partai politik ialah mencari kekuasaan, mendapatkan
kekuasaan dan mempertahankannya. Cara partai politik untuk memperoleh kekuasaan
tersebut ialah dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Untuk melaksanakan fungsi
tersebut partai politik melakukan tiga hal yang umumnya dilakukan oleh partai politik
yaitu menyeleksi calon-calon, setelah calon-calon mereka terpilih selanjutnya ialah
melakukan kampanye, setelah kampanye dilaksanakan dan calon terpilih dalam
pemilihan umum selanjutnya yang dilakukan oleh partai politik ialah melaksanakan
fungsi pemerintahan (legistlatif ataupun eksekutif).

Anda mungkin juga menyukai