Anda di halaman 1dari 7

1.

Definisi Paradigma Ekonomi Politik

A. Paradigma Politik

Secara umum pengertian paradigma adalah seperangkat kepercayaan atau keyakinan


dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan
menurut Guba, paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat
keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia dalam keseharian maupun
dalam penyelidikan ilmiah.

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif),
dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep,
nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang
sama, khususnya, dalam disiplin intelektual

Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata
serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau
pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan",
"bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik) .

Dan Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara.]Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara
berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan


secara konstitusional maupun nonkonstitusional.Di samping itu politik juga dapat ditilik dari
sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama
(teori klasik Aristoteles)
 politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
 politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan
politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik,partisipasi politik, proses politik, dan juga
tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

Jadi, Paradigma pollitik adalah cara pandang, asumsi manusia didalam kebiasannya
dalam konteks memahami sebuah politik, serta kekuasaan politik, legitimasi politik, dan
sistem politik dalam sebuah Negara yang orang tersebut berada.

Hal – hal yang terdapat pada paradigma politik antara lain sebagai berikut:

1) Kekuasaan politik

Kekuasaan politik kita perlu melihat pada kedua elemennya, yakni kekuasaan dari akar
kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa Yunani Politeia (berarti kiat
memimpin kota (polis)). Sedangkan kuasa dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan
kemampuan untuk membuat gerak yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan
terjadi, misalnya kita bisa menyuruh adik kita berdiri yang tak akan dia lakukan tanpa
perintah kita (untuk saat itu) maka kita memiliki kekuasaan atas adik kita. Kekuasaan politik
dengan demikian adalah kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat
keputusan yang tanpa kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka. Bila
seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai
badan negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu
hal atau perkara maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan
untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang
diperoleh dari suatu kuasa. Seorang polisi yang bisa menghentian mobil di jalan tidak berarti
dia memiliki kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu
Lintas, sehingga bila seorang pemegang kewenangan melaksankan kewenangannya tidak
sesuai dengan mandat peraturan yang ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan
wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi.
Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam
kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan yang
konstitusional.

2) Legitimasi politik
Definisi Legitimasi adalah : Kata legitimasi berasal dari bahasa Latin: lex yang berarti
hukum. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah legitimasi bukan hanya pada kesesuaian
dengan hukum formal tetapi hukum-hukum kemasyarakatan dan norma-norma etis..
(Kumorotomo 2002 : 41) dan sedangkan politik adalah menurut J.Barents, dalam imu
politika, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari, kehidupan negara...yang merupakan
bagian dari kehidupan masyakat; ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan
tugas-tugasnya' (De wetenschap der politiek is de wetenschap die het leven van de staat
bestudeert...een maatschappelijk leven....waarvan de staat een onderdeel vormt. Aan het
oderzoek van die staten, zoals ze werken, is de wetenschap der politiek gewijd). Jadi
legitimasi politik adalah kesesuaian hokum yang terdapat pada Negara dalam perspektif
politik dalam negeri guna tercapainya cita – cita seorang politikus Negara tersebut.
3) Ruang lingkup politik
Dalam contemporary political science, terbitan UNESCO 1950, ruang politik di bagi
dalam empat bidang:
1) Teori Politik, Teori politik terdiri teori politik klasik dan teori politik modern
dan Sejarah perkembangan ide-ide politik.
2) Lembaga-Lembaga Politik
a. Undang-Undang Dasar
b. Pemerintah Nasional
c. Pemerintah lokal dan daerah
d. Fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah
e. Perbandingan lembaga-lembaga politik
3) Partai-partai, golongan (groups), dan pendapatan umum
a. Partai-partai politik
b. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi
c. Partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi
d. Pendapatan umum
4) Hubungan Internasional
a. Politik Internasional
b. Organisasi-organisasi dan administrasi internasional
c. Hukum Internasional

4) Konsep politik
Konsep politik menurut pandangan klasik itu tampak sangat kabur. Ketidakjelasan
ini akan menghadapkan kita kepada kesukaran dalam menentukan patokan kepentingan
umum yanng disetujui bersama dalam masyarakat. Namun, suatu hal yang patut
mendapatkan perhatian dari pandangan klasik berupa penekanan yang diberikan pada “apa
yang seharusnya” dicapai demi kebaikan bersama seluruh warga negara polis dan “dengan
cara apa sebaiknya” tujuan-tujuan itu dicapai. Dengan kata lain, pandangan klasik lebih
menekankan aspek filosofis (idea dan etik) daripada aspek politik.
Dalam pengertian politik terkandung tujuan dan etik masyarakat yang jelas.
Berpolitik adalah membicarakan dan merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan
ikut serta dalam upaya mengejar tujuan bersama. Barangkali aspek filosofis ini yang
merupakan kelebihan, dan karena itu menjadi ciri khas pandangan klasik. Dalam hal ini,
aspek filosofis lebih ditekankan daripada aspek politik. Oleh karena itu, metode kajian yang
digunakan bukan empirisme, melainkan metode spekulatif-normatif.
5) Sistem politik
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.
Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu
sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan
yang relatif tetap di antara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif
sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan
yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi
pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat
kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan
kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan
mengubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik,
lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input)
ke dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output).
Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang
harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang
diberian oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam
perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik
diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah.
Pandangan ini tidak membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik
yang otoriter
6) Perilaku politik
Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan
oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan
politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan
kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku
politik contohnya adalah:
a. Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
b. Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik
atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga
swadaya masyarakatIkut serta dalam pesta politik
c. Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
d. Berhak untuk menjadi pimpinan politik
e. Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna
melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang
dasar dan perundangan hukum yang berlaku

B. Paradigma dan Sistem Ekonomi Politik


Ilmu Ekonomi Politik secara konvensional mempelajari bagaimana sistem kekuasaan
dan pemerintahan dipakai sebagai instrumen atau alat untuk mengatur kehidupan sosial atau
sistem ekonomi. Sehingga sistem kekuasaan menjadi fokus paling utama dalam ilmu
ekonomi politik.
Ada 4 bentuk sistem ekonomi politik yang dominan saat ini, yaitu kapitalisme,
sosialisme, komunisme, dan sistem ekonomi campuran (mixed economic system). Sistem
kapitalisme mengakomodasi sifat-sifat eksistensi mekanisme pasar, insentif pendirian badan
usaha, motif mencari keuntungan sehingga peranan institusi pasar dan swasta dominan. Di
dalam sistem kapitalisme, pemilikan (ownership) terletak di tangan individu. Dalam
aktivitas ekonomi berlaku hukum pasar, yakni mekanisme pembentukan harga ditentukan
oleh bekerjanya faktor permintaan dan penawaran. Peranan pemerintah terbatas untuk
melakukan kontrol dan mengikuti perkembangannya agar tidak terjadi kegagalan pasar.
Sebaliknya, sistem sosialisme lebih mementingkan peran negara, tetapi memberikan ruang
gerak yang sedikit terhadap institusi pasar, motif mencari keuntungan, dan peranan swasta.
Di dalam sistem ekonomi sosialisme, kelompok industri dasar dan sumber daya yang
menyangkut kepentingan rakyat, dikuasai oleh negara. Aktivitas produksi bermotifkan
faktor ekonomi dan nonekonomi. Di sinilah peranan pemerintah cukup besar, terutama pada
sektor-sektor produksi strategis yang merupakan tumpuan masyarakat banyak. Pemikiran
sosialis membangun fondasi komunis. Sehingga kapitalisme banyak mengambil pemikiran
dasar sosialisme untuk mengeliminir kelemahan internalnya.
Sistem ekonomi campuran (mixed economy) merupakan paduan dari dua bentuk sistem
ekonomi sosialisme dan kapitalisme. Sebenarnya sistem ekonomi ini dapat saja
mneghilangkan konotasi perpaduan antara dua sistem ekonomi tersebut karena sistem
ekonomi campuran dapat signifikan dalam khasnya tersendiri. Sistem ekonomi campuran
tetap berbasis pada prinsip pasar untuk mencari keuntungan, yang terkendali oleh aturan
pemerintah.
Dalam beberapa abad terakhir ini analisis ekonomi politik lebih ditandai oleh dua kubu
pemikiran, yaitu versi liberalisme dan komunitas (kelompok). Kapitalisme liberal
dikembangkan dengan penekanan kajian terhadap bekerjanya mekanisme pasar dan alasan
logika ekonomi yang rasional. Sementara, kelompok Marxis lebih menekankan pada telaah
terhadap kekuasaan yang banyak mempengaruhi hasil proses politik yang berkaitan dengan
ekonomi.

C. Teori Ekonomi Politik Baru


Perkembangan ilmu ekonomi politik menunjukkan semangat dan gairah baru setelah
lahir dan tumbuh perspektif teori Ekonomi Politik Baru (EPB) atau ”The New Political
Economy” atau lebih dikenal dengan ”Rational Choice (RC)” dan ”Public Choice (PC)”.
Teori ini berusaha untuk menjembatani ilmu ekonomi dengan menelaah fenomena ekonomi
dalam perspektif mekanisme pasar, dan dengan fenomena dan kelembagaan non-pasar pada
bidang di luar ekonomi. Pendekatan EPB juga berusaha untuk memahami realitas politik dan
bentuk-bentuk sikap sosial lainnya dalam kerangka analisis, yang dianalogikan pada faktor
individual, yang rasional. Dengan demikian, pendekatan EPB lebih bersifat liberal-individual
tetapi tidak berkembang tanpa memperhatikan realitas sosial sebagai basisnya.
Dalam perspektif EPB, ilmu ekonomi politik terbuka untuk memahami masalah,
fenomena dan kelembagaan nonpasar, termasuk melihat peran negara di dalam kegiatan dan
transaksi ekonomi. Dengan demikian, pendekatan EPB merupakan transformasi pendalaman
teoritis untuk menjelaskan berbagai aspek manusia dengan institusinya.
Pendekatan EPB dalam tiga dekade terakhir semakin terlihat jelas dengan ditandai oleh tiga
karya penting yaitu :
a. Petani Rasional
Dikemukakan oleh Samuel Popkin. Analisis EPB ini sangat aplikatif untuk melihat
fenomena-fenomena ekonomi dan politik yang terjadi di negara berkembang. Dalam
teori ini Popkin melakukan analisis ekonomi politik yang didasarkan pada fakta dan
eksistensi alasan rasional, yang sesungguhnya ada pada sikap dan tindakan petani.
b. Pasar dan Negara
Dikemukakan oleh Robert Bates. Merupakan proses perkembangan pendekatan EPB
dalam menganalisis hubungan rasional antara petani dengan politik, negara atau
pemerintah. Dalam perspektif EPB ini, interaksi kolektif melibatkan masyarakat luas
dengan pemerintah sebagai pihak yang mengeluarkan kebijakan melalui pasar. Pasar
dimanfaatkan oleh petani sebagai instrumen politik dan pasar dimanfaatkan politisi
sebagai instrumen kontrol atas masyarakat.
c. Kebijakan Publik : Kelangkaan dan Pilihan
Dikemukakan oleh Donald Rotchild dan Robert Curry. Menjelaskan hubungan
kepentingan individu dengan kepentingan publik. Cara pandang ini memperlakukan
individu (yang terikat dalam kelembagaan) sebagai pengambil sikap yang rasional.
Kajian ini dipakai untuk mengklarifikasi pilihan-pilihan terbuka untuk pengambilan
keputusan, membantu menganalisis biaya dan manfaat suatu kebijakan tertentu.
Dengan dasar rasional tersebut, maka pengambi keputusan sampai pada pilihan
kebijakan yang paling baik.

Anda mungkin juga menyukai