Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : IRMINA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042993244

Kode/Nama Mata Kuliah : ETIKA PEMERINTAHAN/ IPEM4430

Kode/Nama UPBJJ : 47/PONTIANAK

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Hukum adalah aturan atau norma perilaku dan perbuatan manusia. Hukum
mengatur hubungan antar manusia dan memiliki dua sisi berupa hak dan
kewajiban. Selanjutnya muncullah istilah hukum objektif dan hukum subjektif.
Hukum objektif dan subjektif dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan.

Berdasarkan uraian diatas, buat analisis dengan menjelaskan pengertian dari


hukum objektif dan subjektif, dan berikan contoh nyata hukum tersebut.

JAWABAN :

Hukum objektif dan hukum subjektif dapat dibedakan,tetapi tidak dapat


dipisahkan. Kedua macam hukum tersebut sangat erat kaitannya.

Hukum objektif adalah aturan hukumnya. Hukum subjektif adalah aturan


hukum yang dikaitkan dengan orang atau sibjek tertentu. Karena itu, hukum
subjektif menjadi hak dan kewajiban.

Hukum subjektif terjadi jika hukum objektif diterapkan,beraksi atau bergerak.


Kemudian, hukum objektif yang beraksi itu menimbulkan hak dan kewajiban.
Kedua sisi tersebut, hak dan kewajiban, akan selalu dijumpai dalam tiap
hubungan hukum, seperti dalam suatu jual beli, yaitu pembeli wajib membayar
dan menjual serta berhak menerima uang pembelian atau pembayaran.
Sebenarnya, hak dan kewajiban itu terdapat pada kedua belah pihak, pada
penjual ataupun pembeli. Penjual berhak atas uang pembelian dan wajib
menyerahkan barang yang dibeli dan pembeli wajib membayar dan berhak
untuk menerima barang yang dibeli.

2. Sederet berita tentang maraknya kasus korupsi yang menyeret nama Rafael
Alun, seorang pejabat di Kementerian Keuangan yang membuat masyarakat
mempertanyakan perbuatan – perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh
pemerintah, perangkat, maupun pejabat pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, jelaskan lima perbuatan tidak patut yang dilakukan
pemerintah, perangkat, atau pejabat pemerintah. Dan analisalah kasus Rafael
Alun ini masuk dalam jenis perbuatan tidak patut yang mana.

JAWABAN :

Ada lima perbuatan tidak patut yang dilakukan oleh pemerintah, perangkat
atau pejabat pemerintah sebagai berikut :

1) Chicane, yaitu perbuatan mencari-cari alasan untuk memperlambat


melakukan kewajiban yang tidak menyenangkan perbuatan curang,
mengandung tipuan, atau dalam satu kata perbuatan licik.
2) Redtape, yang pada umumnya bearti patuh secara berlebihan, kepatuhan
yang mekanis pada ketentuan perundang-undangan yang tentu saja
merugikan mereka yang harus diberi pelayanan.

3) Misbruik van recht, yaitu peyalahgunaan hak, seperti mempergunakan


hak hanya untuk membuat pihak lain merasa dongkol atau agar pihak lain
mendapat kerugian. Misbruik van recht bisa terjadi apabila perangkat
pemerintah bertindak dalam bidang hukum privat.

4) Misbruik van macht, yaitu penyalahgunaan kekuasaan, misalnya


mempergunakan kekuasaan yang diberikan kepada pemerintah untuk
tujuan X, tetapi justru dipergunakan untuk tujuan Y.

5) Detournement de pouvoir yang menurut peradilan tata usaha negara


prancis merupakan perbuatan tidak sah pemerintah merupakan suatu
penyalahgunaan kekuasaan. Para ahli hukum Belanda berpendapat lain
bahwa Detournement de pouvoir belum tentu merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan etika pemerintahan dan belum tentu merupakan
onwettige overheidsdaad, yaitu perbuatan tidak sah pemerintah. Mengenai
detournement de pouvoir ini, timbul berbagai pendapat disebabkan
banyaknya pengertian kata detournement.

Mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan


(Kemenkeu) Rafael Alun Trisambodo ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan gratifikasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kasus ini bermula dari terungkapnya harta kekayaan tak wajar Rafael.
Menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang
dilaporkan Rafael tahun 2021, kekayaannya mencapai Rp 56 miliar. Berangkat
dari situ, lembaga antirasuah melakukan klarifikasi harta kekayaan fantastis
Rafael. Hasilnya, diyakini bahwa bekas pejabat eselon III tersebut menerima
gratifikasi bernilai puluhan miliar rupiah.

Dari paparan diatas kasus Mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rafael Alun Trisambodo tersebut masuk ke
dalam jenis perbuatan tidak patut Misbruik van macht. Rafael Alun
Trisambodo dalam penyelidikan KPK terbukti menerika gratifikasi pada saat
dia menjabat sebagai Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan
Pajak pada Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jawa Timur I. Rafael Alun dengan
sengaja menerima gratifikasi dari beberapa wajib pajak atas pengkondisian
berbagai temuan pemeriksaan perpajakannya. gratifikasi tersebut diterima
Rafael dari sejumlah perusahaan atau para wajib pajak yang mengalami
permasalahan pajak, khususnya terkait kewajiban pelaporan pembukuan
perpajakan kepada negara melalui Dirjen Pajak. Rafael juga aktif
merekomendasikan perusahaannya yang menawarkan jasa konsultasi pajak ke
para wajib pajak yang tersandung persoalan perpajakan. Hal ini jelas
berseberangan dengan jabatan yang di embannya sebagai Kepala Bidang
Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak pada Kantor Wilayah Dirjen
Pajak Jawa Timur I.

3. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan tiga pesan penting kepada


pejabat baru kemenkeu pada Maret 2023 lalu, yang berisi anjuran untuk
menjalankan sumpah jabatan, menjalankan tugas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan menjaga etika publik yang berarti harus menjaga
asas kepatutan dan asas sopan santun, serta menjaga integritas. Berkaitan
dengan pesan ini, ada beberapa asas kepatutan yang harus dimiliki setiap
pejabat pemerintah, seperti asas larangan menyalahgunakan wewenang dan
asas perlindungan cara hidup pribadi.

Berdasarkan uraian diatas, analisalah kedua asas kepatutan tersebut dalam


kasus hedonisme yang seringkali terjadi di lembaga – lembaga pemerintahan.

JAWABAN :

- Asas Larangan Menyalahgunakan Wewenang

Pengertian detournement de pouvoir kita batasi dengan pengertian pejabat


atau perangkat pemerintah mempergunakan wewenang untuk tujuan lain
daripada tujuan yang diamanahkannya dalam peraturan perundang-
undangan yang wewenang tersebut diberikan kepadanya. Dengan perkataan
lain, ini bila dilanggar ketetapan tersebut bisa dibatalkan oleh yang
berwenang dan pemerintah wajib menanggung ganti rugi yang timbul karena
perbuatannya tersebut.

- Asas Perlindungan Cara Hidup Pribadi

Way of life, cara pandangan hidup pribadi harus dilindungi. Demikian


keinginan asas ini.

Contoh :

Ada seorang pegawai yang sudah berkeluarga. Suatu waktu, ia mengadakan


hubungan seks dengan sekretarisnya. Oleh perangkat pemerintah yang
bersangkutan, ia diberhentikan atas dasar pelanggaran disiplin. Pegawai
tersebut naik banding ke majelis banding pusat. Ternyata, keputusan
pemberhentiannya dibatalkan oleh majelis tersebut dengan alasan bahwa
seorang pegawai sipil mempunyai hak untuk hidup menurut cara hidup
pribadinya.

Di Indonesia perbuatan seperti di atas bagaimanapun perbuatan yang tidak


susila. Lebih-lebih lagi dengan dicantumkannya perbuatan demikian sebagai
suatu pelanggaran disiplin pegawai. Di Indonesia sendiri mungkin
prinsipnya masih merupakan asas, yaitu asas tidak mencampuri urusan
atau hidup pribadi yang telah mencemarkan susila, bahkan menodai
kepribadian bangsa.

Dari paparan di atas kita dapat melihat dan menganalisa kasus hedonisme
yang seringkali terjadi di lembaga – lembaga pemerintahan berdasarkan dua
asas kepatuhan tersebut. Berdasarkan asas larangan menyalahgunakan
kewenangan kasus hedonisme bisa terjadi karena pejabat atau perangkat
pemerintah yang tidak puas akan gaji yang sudah diterima sehingga mencari
cara untuk mendapatkan materi dengan cara yang mudah hanya untuk
kesenangan semata. Gaya hidup yang tinggi membuat para pejabat merasa
malu apabila hidup dengan sederhana. Para pejabat yang memiliki sifat
hedonisme tersebut merasa perlu membeli barang-barang mewah. Sehingga
banyak pejabat mengambil keuntungan ilegal demi gaya hidup dan
menyalahgunakan jabatan dan kewenangan yang sudah diberikan.

Dan apabila dilihat dari asas perlindungan cara hidup pribadi hal ini sah-sah
saja, pejabat boleh bersifat hedonisme asalkan harta dan kekayaan nya
berasal dari uang legal bukan hasil dari korupsi atau perbuatan ilegal
lainnya. Karena sesuai asas ini hukum tidak tidak mencampuri urusan atau
hidup pribadi yang telah mencemarkan susila, bahkan menodai kepribadian
bangsa. Tetapi beda halnya jika pejabat tersebut bersifat hedonisme dengan
bersifat arogan dengan masyarakat, jelas hal ini juga tidak dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai