Anda di halaman 1dari 33

DINAMIKA SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

SISTEM PEMERINTAHAN

DOSEN PEMBIMBING KHAMIM, S.HI, S.H, M.H.

Disusun oleh :

KELOMPOK II

Rusdiman 4201314044

Fitri 4201314013

Bella Ardilla 4201314023

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


JURUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
II AASP

D IV Th 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, dan karunia-Nya yang telah memberikan kami nikmat serta hidayah- Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’
DINAMIKA SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA‘’.
Kemudian Shalawat beserta Salam tidak lupa kami panjatkan kepada Nabi besar junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al- Qur’an dan As-
Sunnah untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
Makalahini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah SISTEM
PEMERINTAHAN di jurusan AKUNTANSI prodi ASP. Selanjutnya kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada bapak KHAMIM, S.HI, S.H, M.H selaku dosen pembimbing mata kuliah
SISTEM PEMERINTAHAN dan kepada teman-teman yang telah member bantuan berupa
dukungan dan semangat agar makalah ini terselesaikan dengan baik, dan juga kepada segenap pihak
media informasi yang telah memberikan sumber refrensi dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dalam


penulisannya, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata kami ucapakan,
Wabillahi Taufik Walhidayah Tsummassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pontianak, 19 Juni 2014

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3. Tujuan Masalah ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Dinamika Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia ................................................. 4
2.2. Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia Sebelum Kemerdekaan............................. 4
2.2.1. Masa Penjajahan Kolonial Belanda......................................................................... 4
2.2.2. Masa Penjajahan Jepang ......................................................................................... 7
2.2.2.1. Sistem Pemerintahan Militer ........................................................................... 7
2.3. Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia Setelah Kemerdekaan ............................... 10
2.3.1. Periode Orde Lama................................................................................................ 10
2.3.1.1. UUD 1945 ........................................................................................................ 11
2.3.1.2. Konstitusi RIS 1949 ......................................................................................... 12
2.3.1.3. UUDS 1950 ..................................................................................................... 13
2.3.1.4. Berkalunya Kembali UUD 1945 ..................................................................... 15
2.3.2. Priode Orde Baru .................................................................................................. 16
2.3.3. Era Reformasi......................................................................................................... 17
2.3.3.1. Pemerintahan B.J Habibie ............................................................................... 17
2.3.3.2. Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur) ................................................ 22
2.3.3.3. Pemerintahan Megawati Soekarno Putri ......................................................... 23
2.3.3.4. Pemerintahan Susiolo Bambang Yudhoyono (SBY) ........................................ 24
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 27
3.2. Saran & Pendapat.......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar BelakangMasalah
Sebelum merdeka, negara Indonesia merasakan pahitnya penjajahan oleh beberapa
negara asing (Portugis, Belanda, Jepang) dan bangsa Indonesia mengalami beberapa perubahan
terhadap Simtem Pemerintahannya selama masa penjajahan. Dimulai dari portugis yang pertama kali
tiba di Malaka pada tahun 1509 dan berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke
Indonesia. Setelah 350 tahun Belanda menguasai Indonesia, pemerintahan Belanda di Indonesia
digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda menyerah tanpa syarat kepada jepang melalui perjanjian
Kalijati pada tanggal 8 maret 1942. Masa pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada 17 agustus 1945.
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
titik puncak perjuangan bangsa Indonesia dan awal dari pemerintahan negara Indonesia secara
resmi, karena setelah tanggal tersebut dibentuklah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber
hukum tertulis. Artinya, negara Indonesia dengan pemerintahannya yang masih muda atau baru
berdiri sudah seharusnya mengatur tatanan hukum dan sistem pemerintahannya sendiri.

Sistem pemerintahan Indonesia yang terdapat dalam landasan hukum UUD 1945 :
 Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat).
 Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan di bawah majelis dibantu oleh wakil
presiden. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab berada
di tangan Presiden (concentration of power and responsibility upon the president). Selain
itu, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR dan Presiden dibantu oleh menteri
negara.
 MPR terdiridari anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu. MPR berfungsi untuk
mengubah dan menetapkan UUD, melantik Presiden danWakil Presiden.
 Pemilu dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden, dan Wakil
Presiden secara langsung oleh rakyat, dan bersifat nasional, tetap, dan mandiri, yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

1
 DPR memilikifungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi Presiden harus
kerjasama atau dapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembentukan Undang-
Undang (gezetzgebung) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Staatsbegrooting). Presiden berhak dan mengajukan rancangan undang-undang
mengesahkannya setelah bersama DPR tersebut. membahas dan menyetujui rancangan
 Menteri Negara adalah pembantu Presiden
dan diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Oleh karena itu, menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
 Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara diadakan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR, DPD, dan
DPRD.
 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang independen untuk menjalankan
peradilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan olehMahkamahAgung dan badan peradilan di
bawahnya, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan Komisi Yudisial bersifat mandiri berwenang
dalam pengangkatan Hakim Agung serta menjaga, menegakkan kehormatan, keluhuran,
martabat, danperilaku hakim.
Negara Indonesia merupakan negara berkedaulatan rakyat yang telah dijelaskan pada
pembukaan Undang-undang dasar 1945 alenia IV dan berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945,
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadai berdasar hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik yang taat dan patuh terhadap undang-undang dasar negara.
Pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Selain bentuk negara kesatuan dan
bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Dengan kata lain Indonesia menganut Sistem
Pemerintahan Presidensial.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan suatu sistem pemerintahan yang
solid. Sistem Pemerintahan mutlak diperlukan agar roda pemerintahan terus berputar.

2
Suatu system pemerintahan yang diterapkan disebuah Negara memiliki system dan tujuan untuk
menjaga kestabilan di dalam maupun luar Negara tersebut.
Secara luas sistem pemerintahan itu berarti menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah
laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem yang kontiniu. Sampai saat ini hanya
sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya kebanyakan sudah mendarah
daging dalam kebiasaan hidup masyarakatnya dan terkesan tidak bisa diubah dan cenderung statis.
Jika suatu pemerintahan mempunyai sistem pemerintahan yang statis dan berlangsung dalam waktu
yang lama maka akan timbul pergesekan dari pihak minoritas yang merasa normalitasnya
terganggu.
Secara garis besar, perubahan sistem pemerintahan Indoensia dapat dibagi menjadi 3 masa,
yaitu masa Orde Lama (Sukarno), Orde Baru (Suharto), dan Masa Reformasi (sekarang). Orde
lama adalah penyebutan bagi masa pemerintahan Presiden Sukarno sedangkan Orde Baru adalah
penyebutan bagi masa pemerintahan Presiden Suharto.

2. Rumusan Masalah
 Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan?
 Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode Orde Lama?
 Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode Orde Baru?
 Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi?

3. Tujuan Masalah
 Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia sebelum dan setelah
kemerdekaan.
 Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode OrdeLama.
 Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode OrdeBaru.
 Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dinamika Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia


Dalam perkembangan sistem pemerintahan di negara Indonesia sebelum dan sesudah
merdeka (terutama setelah bangsa Indonesia merdeka) terdapat perubahan-perubahan mengenai
system pemerintahan di Indonesia dari awal merdeka sampai saat ini. Di Indonesia mengalami 3 kali
masa pemerintahan yang berebeda, pertama masa Orde Lama, Orde Baru dan sekarang Era
Reformasi, pada masa yang berbeda terdapat pula perbedaan yang terjadi pada sistem
pemerintahan yang dianut Negara Indonesia. Dalam lingkup yang lebih luas, Sistem Pemerintahan
diperlukan agar terjaganya kestabilan didalam masyarakat, mengatur tingkah laku serta kehidupan
bernegara antar kaum mayoritas dengan minoritas, menjaga harmonisasi kehidupan berbangsa dan
bernegara, menguatkan pondasi sistem pemerintahan, kekuatan politik, pertahanan, ekonomi,
keamanan, sosial budaya dan kesejahteraan serta keadilan dalam masyarakat.

2. Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Masuknya bangsa-bangsa asing di Idonesia merupakan masa-masa pahit dimana bangsa
Indonesia harus terjajah oleh bangsa asing tersbut yang pada awalnya datang ke Indonesia untuk
berdagang dan mencari rempah-rempah. Dimulai dari bangsa Portugis yang pertama kali tiba di
Malaka pada tahun 1509 dan berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke Indonesia pada
tahun 1596 untuk pertama kalinya mendarat di Banten. Setelah 350 tahun Belanda menjajah bangsa
Indonesia, pemerintahan Belanda akhirnya digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda menyerah tanpa
syarat kepada Jepang melalui perjanjian Kalijati pada tanggal 8 maret 1942. Masa pendudukan
Jepang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada 17 agustus 1945.

2.2.1 Masa Penjajahan Kolonial Belanda


Belanda mendarat di Indonesia tepatnya di Banten pada tahun 1596 dengan tujuan untuk
mendapatkan rempah-rempah. Pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan
menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC (Verenigde Oost Indesche
Compagnie ) atau ‘Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur’, pengurus

4
pusat VOC terdiri dari 17 orang. Dan membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai
oleh Francois Witter. Tujuan dibentuknya VOC adalah untuk menghindari persaingan tidak sehat
diantara sesama pedagang Belanda dan mengambil keuntungan maksimal serta memperkuat
posisi Belanda dalam menghadapi persaingan,baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun
dengan bangsa-bangsa Asia dan juga untuk membantu dana pemerintah Belanda yang sedang
berjuang menghadapi Spanyol.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa VOC diberi hak-hak istimewa oleh
pemerintah Belanda :
a. Memonopoli perdagangan
b. Mencetak dan mengedarkan uang
c. Mengangkat dan memperhentikan pegawai
d. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
e. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
f. Mendirikan benteng
g. Menyatakan perang dan damai
h. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.

Berikut beberapa kebijakan pemerintah Kolonial Belanda dalam melaksanakan


monopoli perdagangan
 Verplichte Laverantie : Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yg telah
ditetapkan oleh VOC,dan melarang rakyat menjual hasil
buminya selain kepada VOC.

 Contingenten : Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil
bumi.
 Ekstirpasi : Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah- rempah agar
tidak terjadi over produksi yg dapat menyebabkan harga
rempah-rempah merosot.

 Pelayaran Hongi : Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk
mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan
menindak pelanggarnya.

Kemunduran VOC terjadi sejak awal abad ke-18 disebabkan oleh :


1) Banyak korupsi yg dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC.

5
2) Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luasnya wilayah kekuasaan VOC.
3) Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat terlalu besar.
4) Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya dengan EIC milik Inggris.
5) Hutang VOC yang sangat besar.
6) Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami
kemunduran
7) Berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli perdaganganyg diterapkan VOC
tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
8) Pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun 1795.

Kemudian Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran VOC dan hak-hak istimewa
VOC dihapus Pada tanggal 31 desember 1799 VOC dibubarkan dengan saldo kerugian sebesar
134,7 juta gulden.Selanjutnya semua hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh Pemerintah
Kerajaan Belanda.
Pemerintahan daerah yang bersifat relatif otonom pertama kali didirikan oleh
Pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 melalui Desentralisasi Wet tahun 1903,
seluruh wilayah Hindia Belanda diperintah secara sentral oleh Gubernur Jenderal sebagai Wakil
Raja Belanda di tangan jajahan. Disamping Pemerintahan yang dijalankan oleh pihak kolonial
Belanda terdapat juga daerah-daerah yang disebut "Swapraja" yang

diperintah oleh Raja-raja Pribumi setempat, yang diakui haknya untuk memerintah
menurut adat tradisi di Wilayahnya, asalkan mereka mengakui dan tunduk kepada
kekuasaan Pemerintah kolonial atas wilayan mereka. Raja-raja tersebut memerintah
wilayahnya berdasarkan kontrak politik yang ditandatangani bersama wakil Pemerintah Belanda
dan diberikan tugas untuk menjalankan beberapa tugas atas nama Pemerintah kolonial. Beberapa
diantara kerajaan tersebut adalah Yogyakarta, Surakarta, Bali dan Bone.
Pada tahun 1922, Pemerintah Kolonial Belanda mengadakan pambaharuan dengan
maksud untuk memberikan otonomi lebih besar kepada daerah untuk menjadikannya lebih efektif
dalam menjalankan aktivitas Pemerintahan daerah. Pembaharuan tersebut menyangkut hal-hal
sebagai berikut :
a. Memberikan kewenangan lebih besar kapada pejabat-pejabat Balanda yang
ditugaskan di wilayah Hindia Balanda.

6
b. Memberikan kawenangan yang lebih besar kepada pejabat-pejabat pribumi.
c. Melibatkan unsur-unsur progresif yang ada di daerah untuk ikut Berpartisipasi dalam
menjalankan pemerintahan di daerah.

Perbedaan sistem Pemerintahan daerah sebelum dan sesudah Undang-Undang


Desantralisasi Tahun 1903 terletak pada eksistensi Dewan Daerah.Sebelum Undang- Undang
1903, tidak terdapat otonomi Pemerintah daerah. Semua unit pemerintahan bersifat administratif
dengan prinsip dekonsentrasi. Setelah Undang-Undang 1903 diterbitkan, didirikan Dewan
Daerah pada unit-unit Pemerintahan tertentu, dimana kepada mereka diberikan kawenangan
untuk menggali pendapat daerah guna membiayai Pemerintahan daerah. Anggota Dewan Daerah
diangkat dari tokoh-tokoh masyarakat setempat, namun Kepala Pemerintahan seperti halnya
Gubernur, Presiden atau Bupati tetap diangkat oleh Pemerintah Pusat Belanda.

2. Masa Penjajahan Jepang


Pada tahun 1942, Pemerintah kolonial Belanda digantikan oleh pendudukan Jepang,
yang memerintah sampai dengan tahun 1945. Sistem Pemerintahan dibawah tentara pendudukan
Jepang diatur secara militer. Bagi wilayan Sumatra dan Jawa diperintah dibawah Angkatan
Darat Jepang yang masing-masing bermarkas di Bukit Tinggi dan Jakarta. Di luar Jawa dan
Sumatera diperintah di bawah Angkatan Laut Jepang dengan markas besar di Makassar.
Pada dasarnya sistem Pemerintahan dibawah kependudukan tentara Jepang, meneruskan
sistem Pemerintahan yang diwariskan oleh Pemerintah kolonial Belanda.Unit- unit Pemerintahan
daerah diatur berdasarkan prinsip dekonsentrasi dan semua kegiatan politik dilarang.

1. Sistem Pemerintahan Militer


Pada masa pendudukan jepang. Jepang menerapkan sistem pemerintahan militer
dalam mengatur bangsa Indonesia. Berbeda dengan zaman Hindia Belanda yang hanya
terdapat satu pemerintahan sipil, pada zaman pendudukan Jepang terdapat tiga pemerintahan
militer penduudukan sebagai berikut :
 Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-25) untuk Sumatera, dengan
pusatnya di Bukittinggi.

7
 Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-16) untuk Jawa dan Madura,
dengan pusatnya di Jakarta.
 Pemerintahan Militer Angkatan Laut (Armada Selatan Ke-2) untuk Sulawesi,
Kalimantan, dan Maluku, dengan pusatnya di Makassar.

Panglima Tentara Ke-16 di Pulau Jawa ialah Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Kepala Stafnya ialah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Mereka mendapat tugas
membentuk suatu pemerintahan militer di Jawa dan kemudian diangkat sebagai Gunseikan
(kepala pemerintahan militer). Staf pemerintahan militer pusat disebut Gunseikanbu, yang
terdiri dari atas 5 macam departemen (bu), yaitu sebagai berikut :
 Departemen Urusan Umum (Sumobu),
 Departemen Keuangan (Zaimubu),
 Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan (Sangyobu),
 Departemen Lalu Lintas (Kotsubu),
 Departemen Kehakiman (Shihobu).

Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer Jepang meningkatkan penataan


pemerintahan. Hal ini tampak dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 27 tentang aturan
pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 28 tentang aturan pemerintahan syú dan
tókubetsu syi. Kedua undang-undang tersebut menunjukkan dimulainya pemerintahan sipil
Jepang di Pulau Jawa.
Menurut Undang-Undang No. 27, seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali kõci
(daerah istimewa) Surakarta dan Yogyakarta, dibagi atas tingkatan berikut :
 Karesidenan (syú) dipimpin oleh seorang syucõ.
 Kotapraja (syi) dipimpin oleh seorang syicõ.
 Kabupaten (ken) dipimpin oleh seorang kencõ.
 Kawedanan atau Distrik (gun) dipimpin oleh seorang guncõ.
 Kecamatan (son) dipimpin oleh seorang soncõ.
 Kelurahan atau Desa (ku) dipimpin oleh seorang kucõ.

Meningkatnya Perang Pasifik semakin melemahkan Angkatan Perang Jepang.


Guna menahanan serangan Sekutu yang semakin hebat, Jepang mengubah sikapnya
terhadap negeri-negeri jajahannya. Di depan Sidang Istimewa ke-82 Parlemen di Tokyo

8
pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Hideki Tojo mengeluarkan kebijakan
memberikan kesempatan kepada orang Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam
pemerintahan negara. Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 1943 dikeluarkan pengumuman
Saikō Shikikan (Panglima Tertinggi) tentang garis-garis besar rencana mengikutsertakan
orang-orang Indonesia dalam pemerintahan.
Pengikutsertaan bangsa Indonesia dimulai dengan pengangkatan Prof. Dr.
Husein Djajadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama pada tanggal 1 Oktober
1943. Kemudian pada tanggal 10 November 1943, Mas Sutardjo Kartohadikusumo dan
R.M.T.A Suryo masing-masing diangkat menjadi syúcokan di Jakarta dan Bojonegoro.
Pengangkatan tujuh penasihat (sanyō) bangsa Indonesia dilakukan pada pertengahan bulan
September 1943, yaitu sebagai berikut :
 Ir. Soekarno untuk Departemen Urusan Umum (Somubu).
 Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid untuk Biro Pendidikan dan Kebudayaan dan
Departemen Dalam Negeri (Naimubu-bunkyōku).
 Prof. Dr. Mr. Supomo untuk Departemen Kehakiman (Shihōbu).
 Mochtar bin Prabu Mangkunegoro untuk Departemen Lalu Lintas (Kotsubu).
 Mr. Muh Yamin untuk Departemen Propaganda (Sendenbu).
 Prawoto Sumodilogo untuk Departemen Perekonomian (Sangyobu).

Berikut beberapa badan yang dibentuk dalam pemerintahan pendudukan Jepang,


antara lain sebagai berikut :
1) Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In).
Badan ini bertugas mengajukan usulan kepada pemerintah serta menjawab
pertanyaan pemerintah mengenai masalah-masalah politik dan memberi saran tindakan-
tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer Jepang di Indonesia.
2) Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Dokuritsu Junbi Coosakai atau BPUPKI adalah sebuah badan yang bertugas untuk
mempelajari dan menyelidiki hal-hl penting dan perlu bagi pembentukan Negara Indonesia,
misalnya hal-hal yang menyangkut segi ekonomi dan politik.
3) Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI)
PPKI atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Junbi Inkai ini diresmikan pada tanggal 9
Agustus 1945. Badan ini bertugas untuk menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
persiapan kemerdekaan.

9
Ketika Jepang mendekati kekalahan mereka mengijinkan pendirian Dewan Daerah
dengan tujuan untuk menggalang dukungan kepada bala tentara Jepang. Bahkan sebelum
mereka menyerah, Jepang mendirikan suatu Komite yang beranggotakan pemimpin-
pemimpin nasional untuk persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI.
Pemerintah pendudukan Jepang kemudian berakhir, seiring dengan kekalahan mereka dalam
perang Asia Timur Raya dan dengan proklamasi kemerdekaan tersebut dimulai era
Pemerintahan daerah pasca kemerdekaan.

3. Sistem Pemerintahan Di Negara Indonesia Setelah Kemerdekaan


Indonesia merdeka tanggal 17 bulan Agustus tahun 1945. Setelah proklamasi
dikumandangkan oleh bapak proklamator kita yaitu Ir. Soekarno, Indonesia mengalami babak yang
baru di berbagai bidang dengan perubahan yang cukup siginifikasan baik perubahan asas, paham,
ideologi, maupun doktrin dalam kehidupan berbangsa.
Didalam sejarah perjalanan politik, Indonesia telah mengalami berbagai pergantian sistem
pemerintahan. Pergantian tersebut disebabkan karena munculnya aksi dan reaksi dari kebijakan
pemerintah terhadap rakyatnya.
Secara garis besar, perubahan sistem pemerintahan Indoensia dapat dibagi menjadi 3 masa,
yaitu masa Orde Lama (Soekarno), Orde Baru (Soeharto), dan Masa Reformasi (sekarang)

1. Priode Orde Lama


Masa Pemerintahan Indonesia Orde Lama berlansung sekitar 23 tahun yaitu dari tahu
1945 – 1968 dibawah kepemimpinan sang proklamator Presiden Soekarno. Penyebutan “Orde
Lama” merupakan istilah yang diciptakan dibawah rezim Suharto yaitu masa Orde Baru. Padahal
Sukarno sendiri tidak suka dengan penyebutan “Orde Lama”, karena memang tidak sepantasnya
disebut Orde Lama, karena di masa itu terjadi transformasi besar-besaran.
Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia mengalami banyak perubahan dalam Sistem
Pemerintahan diantaranya :
 UUD 1945
 Konstitusi RIS 1949
 UUDS 1950, hingga
 Berlakunya kembali UUD 1945

10
2.3.1.1 UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 17 Agustus 1949)
Setelah memproklamasikan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mulai
membentuk Sistem Pemerintahnya, konstitusi yang digunakan oleh NKRI adalah UUD 1945
yang secara resmi digunakan sejak 18 Agustus 1945. Dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1
disebutkan bahwa “Negara indonesia adalah kesatuanyang berbentuk Republik”.
Di Indonesia, pembagian kekuasaan diatur dalam UUD 1945, yang meetapkan hal- hal
berikut :
1) Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh Presiden dibantu seorang Wakil Presiden dan para
Mentri.
2) Kekusaan Legislatif dijalankan oleh Presiden bersama-sama dengan DPR.
3) Kekusaan Yudikatif dijalankan ol eh Mahkamah Agung (MA).

Pada tanggal 2 September 1945 dibentuk kabinet yang pertama kali dengan sistem
pemerintahan berdsarkan UUD 1945, yaitu SistemKabinet Presidensial.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia terdapat lima lembaga yang mengelola negara, yaitu
sebagai berikut :
1) Legislatif, dilakukan oleh DPR.
2) Eksekutif, dilakukan oleh Presiden.
3) Konsultatif, dilakukan oleh MK (Mahkamah Konstitusi).
4) Eksaminatif, dilakukan oleh BPK, termasuk di dalamnya fungsi inspektif dan auditatif.
5) Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Akan tetapi, pada kenyataannya segala bentuk kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif dijalankan oleh satu badan atau lembaga kepresidenan dibantu oleh KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat). Pada tanggal 16 Oktober 1945, dilaksanakan Kongres Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Malang dan Wakil Presiden Drs. Moh.Hatta mengeluarkan
Maklumat No. X yang intinya memberi wewenang bagi KNIP untuk membuat dan menetapkan
GBHN. Kemudian melalui maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 mengenai
pergantian kabinet dari Presidendial menjadi Parlementer. Dan dibentuk Kabinet Parlementer
pertama yang dipimpin oleh Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri, dan Menteri-Menteri
bertanggung jawab kepada KNIP sebagai pengganti

11
MPR/DPR. Kemudian sistem pemerintahan Indonesia berubah menjadi Sistem Kabinet
Parlementer.

Adapun ciri-ciri dariSistem Pemerintahan Parlementer adalah sebagai berikut :


1. Perdana Menteri bersama para menteri bertanggung jawab kepada parlementer.
2. Pembentukan kabinet didasarkan pada kekuatan-kekuatan di dalam parlemen.
3. Para anggota kabinet, baik seluruh atau sebagian mencerminkan kekuatan yang ada di
parlemen.
4. Parlemen dapat membubarkan kabinet dan kepala negara dapat membubarkan parlemen
dengan saran dari perdana menteri.
5. Masa jabatan kabinet tidak ditentukan.
6. Kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu gugat dan tidak diminta
pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan, karena yang bertanggung jawab adalah
para menteri, baik sendiri maupun bersama-sama.

2.3.1.2 Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)


Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) merupakan hasil dari pertemuan untuk
permusyawaratan federal pada tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta.Konstitusi RIS mulai
berlaku pada tanggal 27Desember 1949 dengan penandatangan kedaulatan Indonesia oleh
Belanda. Bentuk pemerintahan RIS adalah Republik, menurut Pasal 1 ayat 2.Dalam
konstitusi RIS kekuasaan kedaulatan RIS dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan
DPR dan senat. Negara RIS terdiri dari daerah negara dan satuan kenegaraan yang tegak
sendiri, yaitu :
a. Daerah Negara adalah negara bagian, yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia
Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Selatan,
dan Negara Sumatera Timur.
b. Satuan Kenegaraan yang tegak sendiri, yaitu Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau,
Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan
Timur.

Didalam bentuk pemerintahan RIS terdapat 6 alat-alat perlengkapan federal


(Lembaga Negara) yaitu :
1. Presiden
2. Menteri-menteri

12
3. Senat
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Mahkamah Agung Indonesia, dan
6. Dewan Pengawas Keuangan

Di antara badan-badan tersebut, terdapat hubungan kerja sama antara lain:


1. Kekuasaan pembentukan undang-undang dijalankan oleh pemerintah, DPR, dan senat.
2. Kekuasaan pelaksanaan undang-undang atau pemerintahan negara oleh pemerintah.
3. Kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang, yaitu Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung.

Dalam konstitusi RIS, sistem pemerintahan Indonesia adalah Sistem Parlementer, yaitu
kabinet bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).Dengan demikian, DPR dapat
membubarkan kabinet.

2.3.1.3 UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)


Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara Negara
Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950) disetujui oleh
DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS mengadakan rapat di
mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang bertujuan:
a. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi
b. Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS yang mulai
berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.

Kemudian sejak tanggal 17 Agustus 1950, berlakulah Undang-Undang Dasar Sementara


(UUDS) 1950.Pemberlakuan UUD ini ditetapan dengan UU No. 7/1950 tentang

Perubahan Konstitusi Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar


Sementara Republik Indonesia.Sistem pemerintahan yang dijalankan adalah Sistem
Parlementer dengan bentuk negara kembali ke Kesatuan. Kabinet dipimpin oleh Perdana
Menteri yang bertanggung jawab kepada Parlemen.Dasar hukumnya antara lain adalah:

a. Pasal 45 : Presiden ialah kepala negara.

13
b. Pasal 83 Ayat 1 : Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat pemerintah,
baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing- masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri.
c. Pasal 84 : Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat diberlakukan dengan ketentuan harus segera


dilakukan pemilihan kembali dalam waktu 30 hari.

Alat-alat kelengkapan Negara berdasarkan UUDS 1950 adalah :


1) Presiden dan Wakil Presiden
2) Mentri-Mentri
3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
4) Dewan Pengawas Keuangan

Dari segi sudut pandang analis pemerintahan sistem ini tentunya tidak dapat menopang
untuk pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan
disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan. Setelah pembentukan NKRI diadakanlah
berbagai usaha untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga
Konstituante.Lembaga Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD
baru.
Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat
UUDS 1950.Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi
baru.Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada
DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang
berlangsung selama 9 tahun, rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950 dengan sistem
Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Pada masa berlakunya UUDS 1950, pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil.Dengan
demikian sistem demokrasi di Parlemen dan pada sistem Pemerintahan tidak
sehat.Selain itu, kekuasaan alat-alat perlengkapan negara dikendalikan oleh lembaga yang
bersangkutan tanpa dikoordinasikan oleh pemerintah pusat.

14
4. Berlakunya Kembali UUD1945
Mengingat kondisi politik pada masa berlakunya UUDS semakin memanas, pada tanggal
22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada Badan Konstitusional untuk
kembali ke UUD 1945.Namun, untuk mengembalikan UUD 1945 secara murni menjadi
perdebatan bagi anggota kelompok konstituante.
Kelompok pertama : Anggota konstituante mau menerima saran untuk kembali kepada UUD
1945 secara utuh.
Kelompok kedua : Anggota konstituante mau menerima kembali UUD 1945 dengan
persyaratan amandemen, yaitu sila pertama Pancasila pada
pembukaan UUD 1945 harus diubah dengan sila pertama Pancasila
seperti tercantum dalam Piagam Jakarta.

Perdebatan kedua kelompok di dalam badan konstituante itu tidak mencapai titik temu.
Presiden, yang menurut UUDS 1950 memiliki kemampuan membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat, akhirnya membubarkan badan konstituante yang dianggap tidak dapat menjalankan tugas
dengan baik. Kegagalan kontituante merumuskan Undang-Undang Dasar mengakibatkan
kondisi politik yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Demi kepentingan bangsa, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit yang isinya, sebagai berikut :
1) Membubarkan Konstituante
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3) Membentuk MPRS dan DPRS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Bubarnya badan konstituante tersebut, secara otomatis tidak adanya lembaga pembentuk
UU.Situasi ini pula yang mendorong Presiden mengajukan konsep Demokrasi Terpimpin agar
dapat kembali ke UUD 1945. Peristiwa ini disebut dengan Dekrit Presiden
5 Juli 1959. Sejak itu berlakulah UUD 1945 dan sistem pemerintahan Demokrasi
Terpimpin.Akan tetapi, kondisi itu tetap berlaku sampai diangkatnya Jenderal Soeharto
sebagai pengemban Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Peranan Supersemar untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin keamanan
dan ketentraman serta stabilitas jalannya pemerintahan, menjadi puncak sejarah hitam
pemerintahan Presiden Soekarno.Dengan ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966 dikukuhkan

15
dengan masa berlaku sampai terbentuknya MPR RI hasil pemilu, meskipun penerbitan
Supersemar sampai sekarang masih kontroversi.
Oleh karena pemilu 5 Juli 1968 tertunda hingga 5 Juli 1971 dan telah dikeluarkannya
Ketetapan MPRS No. XXX III/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah
Negara dari tangan Presiden Soekarno, maka demi terciptanya stabilitas politik (Keseimbangan
Politik), ekonomi, dan hukum dikeluarkan Ketetapan MPRS No.XLIV/MPRS/1968 tentang
Pengangkatan Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966.Jenderal Soeharto diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilu dan
dimulailah masa Orde Baru.

2.3.2 Priode Orde Baru


Pemerintahan pada masa Orde Baru
berusha menata kembali kehidupan
ketatanegaraan sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1945. Selain menata kehidupan
ketatanegaraan, pemerintah Orde Baru Juga memacu pembangunan di bidang politik,
ekonomi, social, budaya, serta pertahanan keamanan. Pembngunan dilaksanakan secara
bertahap dalam waktu 5 tahun yang dekenal dengan rencana pembangunan 5 tahun
(Repelita).Pada masa ini bentuk Negara, bentuk Pemerintahan, dan sistem pertahanannya adalah
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Bentuk Negara adalah Kesatuan, bentuk
pemerintahan adalah Republik, dan sistem pemrintahannya adalah Sistem Kabinet Presidensial.
Pada masa Orde Baru, sistem pemerintahan Indonesia menitikberatkan pada aspek
kestabilan politik dalam rangka menunjang pembangunan nasional melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
1. Konsep dwi fungsi ABRI.
2. “Menggolkarkan” pemerintahan hingga ke akar-akarnya.
3. Kekuasaan di tangan eksekutif.
4. Sistem pengangkatan kabinet melalui lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
5. Konsep massa mengambang (floating mass).
6. Pengendalian pers nasional.

Terbukti bahwa selama 32 tahun di masa Orde Baru, Golkar selalu berhasil menjadi single
majority dan Presiden Soeharto selalu terpilih secara aklamasi.

16
Dalam sejarah ketatanegaraan yang cukup panjang dan sebagai akibat dari kekuasaan
serta masa jabatan presiden yang tidak dibatasi kurun waktunya, maka timbullah
penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini terbukti dengan berkembangya korupsi, kolusi,dan
nepotisme. Makna Demokrasi menjadi semu karena kebebasan mengeluarkan pendapat
dibatasi dan lembaga negara beralih fungsi menjadi alat kekuasaan pemerinah. Akhirnya indonesia
dilanda kerisi cukup berat yang diawali kerisi moneter dan ekonomi.

3. Era Reformasi
Ditengah kondisi yang tak menentu, rakyat yang dipelopori oleh mahasiswa melakukan
demonstrasi dan lahirlah gerakan reformasi yang menghendaki reformasi dalam berbagai bidang.
Gerekan reformasi makin meluas, sehingga pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyereahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden Prof. B.J. Habibie.

2.3.3.1 Pemerintahan B.J. Habibie


Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa
Indonesia untuk dimintai pertimbangannya dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang
akan diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan. Pada tanggal itu pula,
Gedung DPR/MPR semakin penuh sesak oleh para mahasiswa dengan tuntutan tetap yaitu
reformasi dan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan.
Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara, Presiden
Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan beberapa anggota dari
Mahkamah Agung. Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Presiden
menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta
pelantikannya dilakukan di depan Ketua Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka sejak
saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai presiden yang ke-3.
Pada era ini mulai mencuat kebebasan bicara dan kebebasan pers serta banyak partai
politik yang muncul. Di era reformasi dibentuklah lembaga baru dala sistem pemerintahan
Indonesia, yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada era reformasi ini, terdapat perubahan
sistem ketatanegaraan dan supremasi MPR kepada sitem kedaulatan rakyat yang diatur dalam
UUD 1945. Dalam pasal 3 UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan MPR mempunyai
wewenang sebagi berikut :
1) Mengubah dan menetapkan UUD

17
2) Melantik Presiden dan/atau WakilPresiden
3) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatan negara
menurut UUD.

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri
atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar,
PPP, PDI. Pada tanggal 25 Mei 1998 diselenggarakan pertemuan pertama kabinet habibie.
Pertemuan ini berhasil membentuk Komite untuk merancang undang-undang politik yang lebih
longgar dalam waktu satu tahun dan menyetujui pembatasan masa jabatan presiden yaitu
maksimal 2 periode (satu periode lamanya 5 tahun). Upaya terebut mendapat sambutan positif,
tetapi dedakan agar pemerintah Habibie dapat merealisasikan agenda reformasi tetap muncul.
Dalam pemerintahannya B.J. Habibie berusaha untuk melakukan pembaharuan-
pembaharuan dalam beberapa bidang demi untuk menciptakan kehidupan masyarakat
yang sejahterah dan sesuai dengan UUD 1945. Adapun pembaharuan yang dilakukan
oleh B.J. Habibie antara lain :

1.) Bidang Ekonomi


Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J.
Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merekapitulasi perbankan.
b. Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
c. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat hingga dibawah
Rp.10.000,-.
d. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
e. Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
f. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
g. Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik. Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat.
h. Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

18
2.) Bidang Politik
a. Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol.
b. Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch.
Pakpahan.
c. Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
d. Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu :
1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e. Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu :
1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum.
2) Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila Sebagai Asas Tunggal.
3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang
Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di
Luar Batas Perundang-undangan.
4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.

3.) Bidang Pers


Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUUP
untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehungga muncul berbagai macam media massa
cetak, baik surat kabar maupun majalah.

4.) Bidang Hukum


Untuk melakukan refomasi hukum, ada beberapa hal yang dilakukan dalam
pemerintahan B.J. Habibie yaitu :
a. Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa
Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri.
b. Melahirkan 69 Undang-undang.

19
c. Penataan ulang struktur kekuasaan Kehakiman.

5.) Bidang Hankam


Di bidang Hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri dan
ABRI.

6.) Pembentukan Kabinet


Presiden B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Reformasi
Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perwakilan dari ABRI, GOLKAR,
PPP, dan PDI.

7.) Kebebasan Menyampaikan pendapat


Presiden B.J. Habibie memberikan kebebasan dalam menyampaikan pendapat di depan
umum, baik dalam rapat maupun unjuk rasa. Dan mengatasi terhadap pelanggaran dalam
penyampaian pendapat ditindak dengan UU No. 28 tahun 1998.

8.) Masalah Dwifungsi ABRI


Ada beberapa perubahan yang muncul pada pemerintahan B.J. Habibie, yaitu :
a. Jumlah anggota ABRI yang duduk di kursi MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 35
orang
b. Polri memisahkan diri dari TNI dan menjadi Kepolisian Negara
c. ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara, Darat, dan Laut.

9.) Pemilihan Umum 1999


Untuk melaksanakan Pemilu yang diamanatkan oleh MPR, B.J. Habibie mengadakan
beberapa perubahan yaitu :
a. Menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil)
b. Mencabut 5 paket undang-undang tentang politik yaitu undang-undang tentang Pemilu;
Susunan, Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR/DPR; Partai Politik dan
Golkar; Referendum; serta Organisasi Massa
c. Menetapkan 3 undang-undang politik baru yaitu Undang-undang Partai Politik;
Pemilihan Umum; dan Susunan serta kedudukan MPR, DPR, dan DPRD

20
d. Badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang
terdiri atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum.

Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, pada masa pemerintahan Presiden


Habibie juga dijumpai adanya permasalahan-permasalahan baru yang muncul seperti :
 Berbagai masalah pelanggaran HAM bermunculan
 Masalah Tragedi Trisakti yang tidak terselesaikan dan masalah Semanggi I dan II
 Masalah Bank Bali
 Pertikaian antarkelompok yang disebabkan oleh SARA yang mengancam stabilitas politik
 Status hukum mantan Presiden Soeharto yang belum juga jelas
 Lepasnya Timor Timur dari wilayah NKRI.

Masalah-masalah tersebut di atas menyebabkan pemerintahan B.J. Habibie dianggap


negative dan pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui
mekanisme votting dengan 355 suara menolak, 322 menerima, 9 abstain, dan 4 suara tidak sah.
Akibat penolakan pertanggungjawaban itu pada Oktober 1999, Habibie tidak dapat untuk
mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia.
Kegagalan Habibie menjadi calon Presiden Republik Indonesia sebagai akibat
ditolaknya pidato pertanggung jawabannya, memunculkan 3 calon presiden yang diajukan oleh
fraksi-fraksi yang ada di MPR pada tahap pencalonan presiden diantaranya Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yusril Ihza Mahendra.
Adapun kelebihan-kelebihan dalam masa pemerintahan B.J. Habibie adalahh berkaitan
dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun
pemerintahan yang transparan dan diaologis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam
kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie

melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosintesmi Selain


sekotral antarmenteri. itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan
Habibie dalam menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi persoalan ekonomi,
misalnya ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri
yang menanggung biayanya.

21
2.3.3.2. Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur)
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi
yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama,
terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor
Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor
Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar.
MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

1. Politik Luar Nengeri Yang Bebas Aktif


Salah satu tindakan Gus Dur yang dikritik salah satu tindakan gusdur yang paling
sering di keritik pada 1999 hingga 2001 adalah hobinya berkunjung ke luar negeri. tidak kurang
dari negara-negara adean ( mulai dari Thailand hingga Brunei Darussalam), Jepang, Amerika
Serikat, Qatarm Kuwait, Yordania, Rrc, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Italia, India, Korea
Selatan, Timor Leste, Afrika Selatan, Iran, Pakistan, Dan Mesir, dikunjung gusdur selama masa
pemerintahannya yang singkat.
Sebenarnya tujuan Gus Dur tersebut adalah untuk memperbaiki citra indonesia dimata
negara-negara tersebut sekaligus membuka peluang kerjasama (terutama dalam perdagangan).
akan tetapi, tidak semua orang menyukai pola politik luar negeri ini. gusdur sering dianggap
membuang-buang uang negara.
Hampir seluruh negara didunia ia kunjungi. tak peduli dengan kecendrungan politik negara
tersebut. politik bebas aktif yang menjadi ciri khas bangsa indonesi. begitu kentara.

2. Iklim Politik Yang Demokratis


Semua orang tahu di masa pemerintahan Gus Dur, susana demokratis mulai tampak

wujudnya. setelah sebelumnya tenggelam dalam bayang-bayang rezim Soeharto.


walaupun pada pemerintahan sebelumnya (Presiden Habibie), karena semokrasi
sudahmulai dibuka. tapi pada masa gusdur begitu terasa.
Mulai dari penghapusan berbagai aturan yang merugikan kaum minoritas,
pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (Departemen Penerangan dan Sosial)

22
hinnga niat gusdur untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara
Israel.
Meskipun untuk tindakan terakhirnya itu (hubungan diplomatik dengan Israel)
untuk dilakukan. Tapi, semua tindakannya menggambarkan bagaimana kecenderungan
pemikiran gusdur. menghargai kebebasan individu dan keberagaman (dasar dari
demokrasi) serta reformis.

2.3.3.3. Pemerintahan Megawati Soekarno Putri


Megawati dilantik menjadi presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 juli
2001. Pada masa pemerintahannya banyak persoalan yang harus dihadapi. Salah satu masalah
yang amat penting adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum kebijakan- kebijakan yg
ditempuh untuk mengatasi persoalan itu antara lain :

1.Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dn swasta) sebesar
US$150,80 MILIAR.
Kebijakan megawati dalam mengatasi masalah ini adalah meminta penundaan
pembayaran utang sebesar US$5,8 miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april
2002. pada tahun 2003, pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar
Rp116,3 triliun.
Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia berkurang menjadi US$134.66
miliar. Salah satu keputusan megawati yang sangat penting pula adalah
Indonesia mengakhiri kerjasamanya dengan IMF.

2. Krisis Ekonomi melanda Indonesia


Sejak tahun 1997 mengakibatkan kemerosotan pendapatan perkapita. Pada tahun
1997 pendapatan perkapita indonesia tinggal US$465. melalui kebijakan pemulihan keamanan
situasi indonesia menjadi tenang. Presiden megawati berhasil menaikan pendapatan perkapita
cukup signifikan yaitu sekitar US$930.

3. Melakukan Privatisasi Terhadap BUMN


Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, presiden
megawati menempuh langkah yang sangat kontroversi, yaitu Melakukan Privatisasi
Terhadap BUMN. Pemerintah menjual indosat pada tahun 2003.

23
Hsil penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1%
dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis.
Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan- kekuatan politik dan
melunasi pembayaran utang luar negeri.

4.Memperbaiki Kinerja Ekspor.


Pada tahun 2002 nilai ekspor mencapai US$57,158 miliar dan import tercatat
US$31,229 miliar. Pada tahun 2003 ekspor juga menanjak keangka US$61,02 miliar dan
import meningkat keangka US$32,39 miliar.

5.Kebijakan presiden megawati untuk melakukan pemberantasan korupsi dengan


merealisasikan berdirinya Komisi Pemberantas Korusi (KPK).
Sekalipun telah didirikan KPK karena tidak ada gebrakan konkrit yang menonjol.
Peringkat RI sebagai negara terkorup tetap memburuk. Pada tahun 2002, dari 102 negara
indonesia menduduki peringkat ke-4. pada tahun 2003 indonesia menempati peringkat ke-6
dari 133 negara pengangkatan jaksa Agung M.A Rachman tidak memberikan arti penegakan
hukum yang sangat signifikan. Tanpa ada retorika tegas tentang penegakan korupsi. Pada
Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan
meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal
korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam
pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara
sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak
lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan Kabinet Gotong
Royong.

2.3.3.4. Pemerintahan Suslilo Bambang Yudhoyono


Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang
Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa
kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di
Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa
bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.

24
Pada 17 Juli2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan
selama 30 tahun di wilayah Aceh. Dan sampai saat ini tidak terjadi lagi kerusuhan diAceh.
Tahun 2009 kembali diadakan pemilu dan sekali lagi Susilo Bambang Yudhoyono
memenangkan pemilu namun dengan wakil yang berbeda,yang dulunya bersama Jusuf Kalla
dan sekarang bersama Boediono dengan masa pemerintahan 2009-2014.

Berikut beberapa kebijakan-kebijakan padam pemerintahan SBY :


1) Pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM)
2) TK sebagai Pendidikan Pra-Sekolah
3) Standar Pelayanan Minimal (SPM) TK
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah tentang standarisasi pendidikan,
penyelenggaran pendidikan TK harus memenuhi standar pelayanan minimal sebagai
berikut.:
 Program kegiatan belajar TK merupakan satu kesatuan program kegiatan belajar
yang utuh dan harus dilandasi oleh pembinaan kehidupan beragama untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak didik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
 Program kegiatan belajar dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan kondisi daerah dan menekankan pada pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar.
 Prinsip pembelajaran di TK adalah bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain.
 Bahasa pengantar dalam pembelajaran di TK adalah bahasa Indonesia, sedangkan
untuk daerah yang memerlukan bisa menggunakan bahasa daerah sebagai
pengantar.

4) Program Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan


Beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan TK antara lain :
 Peningkatan profesionalisme guru TK melalui kegiatan pelatihan/penataran sistem
pembinaan profesinal (SPP) baik di tingkat pusat maupun daerah.

25
 Pengangkatan guru PNS oleh Dinas Pendidikan setempat yang dilaksanakan
berdasarkan USB TK Negeri Pembina/ Percontohan tingkat Kabupaten/Kota dengan
kualifikasi pendidikan SPGTK, PGTK dan DII-PGTK.
 Penerapan paradigma baru dunia pendidikan yakni: schooling ke learning,
instructive ke fasilitatif, knowledge ke competency based (manajemen berbasis
sekolah), centralization ke decentralization, dan government role ke community
role (masyarakat madani).
 Menyusun materi kegiatan dalam PKB TK sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kondisi lingkungannya.
 Menyelenggarakan TK dengan memperhatian prinsip-prinsip PKB TK, bermain,
lingkungan anak;
 Peningkatan Mutu TK Pembina Tingkat Propinsi sebagai Gugus TK Rujukan.
 Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK untuk peningkatan mutu.

5) Program Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan TK


Beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas
pendidikan TK antara lain:
 Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) penyelenggaraan pendidikan TK.
 Melaksanakan pembinaan Sistem Pembinaan Professional (SPP) melalui gugus TK.
 Menerapkan manajeman berbasis sekolah.
 Meningkatkan kerjasama tiga komponen pendidikan TK yaitu pemerintah,
GOPTKI dan IGTKI – PGRI.
 Penyuluhan dan penyebaran informasi melalui media elektronik dan media cetak

untuk menyadarkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan TK.
 Membentuk dan memfungsikan Dewan/Komite Sekolah untuk TK.
 Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK Pembina.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara.
Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif,
birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen,
pemilu, dan dewan menteri. Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua,
yaitu presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Sebelum Indonesia merdeka, negara Indonesia merasakan pahitnya penjajahan oleh
beberapa negara asing dan bangsa Indonesia mengalami beberapa perubahan terhadap Sistem
Pemerintahannya selama masa penjajahan. Dimulai dari portugis yang pertama kali tiba di Malaka
pada tahun 1509 dan berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke Indonesia dengan
berbagai macam kebijakan perdagangan monompolinya. Setelah 350 tahun Belanda menguasai
Indonesia, pemerintahan Belanda di Indonesia digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda menyerah
tanpa syarat kepada Jepang melalui perjanjian Lingkarjati pada tanggal 8 maret 1942. Masa
pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942. Kemudian pada masa penjajahan bangsa Jepang,
Jepang menerapkan Sistem Pemerintahan Militer pada masa pendudukannya dan berakhir pada 17
agustus 1945.
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde
Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Presiden Soekarno di gulingkan saat Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.
Orde Baru merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir
dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan Orde Lama Soekarno. Orde
Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi

27
Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini.
Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir
masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia
menjadi anggota PBB lagi. Eksploitasi sumber daya selama masa pemerintahannya, kebijakan-
kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang
kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970- an dan 1980-an. Warga keturunan Tionghoa
juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967,
Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap
hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "Persatuan dan Kesatuan
Bangsa".
Pada Era Reformasi mulai mencuat kebebasan bicara dan kebebasan pers serta banyak
partai politik yang muncul. Di Era Reformasi dibentuklah lembaga baru dala sistem pemerintahan
Indonesia, yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada Era Reformasi ini, terdapat perubahan
sistem ketatanegaraan dan supremasi MPR kepada sitem kedaulatan rakyat yang diatur dalam
UUD 1945. Dalam pasal 3 UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan MPR mempunyai
wewenang sebagi berikut :
4) Mengubah dan menetapkan UUD
5) Melantik Presiden dan/atau WakilPresiden
6) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatan negara
menurut UUD.

Dengan adanya kesepakatan bersama untuk mempertahankan sistem pemerintahan


presidensial, maka presiden dan wakil presiden harus mempunyai lgeitimasi yang kuat dengan jalan
presiden dan wakil presiden dipilih secara lansung oleh rakyat. Dalam sistem presidensial ini
terdapat ciri-ciri, antaralain :
1) Adanya masa jabatan presiden yang bersifat pasti.
2) Presiden disamping sebagai kepala negara, sekaligus sebagai kepala pemerintahan.
3) Adanya mekanisme saling mengawasi dan saling mengimbangi.
4) Adanya mekanisme impecthment.

28
Terlepas dari polemik model kepemimpinannya, di era Orde Lama, Presiden Sukarno
hampir terjerumus ke “lobang” kekuasaan yang diktatorialisme,karena penggunaan hak
prerogatif yang berlebihan. Demikian juga di era kepresidenan Soeharto yang berlangsung hampir
32 tahun, hak prerogatif yang dimilikinya secara akumulatif justru menjatuhkan
kekuasaannya, akibat desakan gerakan reformasi di tahun 1998, yang intinya tuntutan
demokrasi dan tegaknya hukum. Namun pada Era Reformasi ini, pergantian presiden terjadi
berulang kali. Setelah B.J Habibies, jabatan presiden diserahkan kepada Abdurrahman Wahid,
kemudian dilanjutkan oleh Megawati Soekarno Putrid an hingga akhirnya diteruskan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) hingga kini. Sistem pemerintahan yang dijalankan pada era ini adalah
Sistem Pemerintahan Presidensial yang berlandaskan kembali padaUUD 1945. Jadi, tidak ada
jaminan penggunaan hak prerogatif yang berlebihan terhadap stabilitas jalannya roda pemerintahan.
Belajar dari pengalaman sejarah inilah, maka penggunaan hak prerogatif memang harus dibatasi.
Namun, akan lebih efektif lagi apabila penguatan sistem presidensial juga dilakukan dengan
membuat payung hukum yang melindungi efektivitas kinerja lembaga kepresidenan. Karenanya,
kehadiran UU No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden dan pembentukan UU
Kementerian Negara serta wacana untuk menerbitkan UU Lembaga Kepresidenan menjadi mutlak
perlu, sebagai langkah operasional dari amanat UUD 1945. Kehadiran UU ini semua akan
memberikan jaminan yang pasti terhadap stabilitas roda pemerintahan didalam sistem pemerintahan
presidensial. Sekaligus
memberi kepastian atas kelangsungan pelayanan publik, yang dibutuhkan rakyat.

3.2 Saran &Pendapat


Berdasarkan kesimpulan tersebut sebaiknya bangsa Indonesia lebih menaati peraturan
pemerintah supaya sistem pemerintahan di Negara kita ini berjalan dengan baik dan lancar.
Kami menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan jauhnya dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan terutama dari Bapak Khamim, S.HI, S.H, M.H selaku dosen pembimbing dan kepada
teman-teman kelas demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah wawasan untuk kitasemua.

29
Daftar Pustaka

http://shandy07.wordpress.com20100817sejarah- indonesia-sebelum-merdeka

http://oktadwifernindi.blogspot.com/2012/11/kebijakan-pemerintah-kolonial-belanda.html

http://indonesian-persons.blogspot.com/2013/11/masa-pendudukan-jepang-di- indonesia.html

http://ayuocit.blogspot.com201310sistem-pemerintahan-di- indonesia.html

http://hguntoro11.blogspot.com/2012/05/sistem-pemerintahan- negara-republik.html

http://dian-dian33.blogspot.com/2011/11/dinamika-politik-sistem-pemerintahan.html

http://berbagifile22.blogspot.com201210makalah-sistem-pemerintahan- indonesia.html

http://wulansetiawan.blogspot.com201208sistem-pemerintahan- indonesia-dalam.html

http://czillagoz.blogspot.com201311sistem-pemerintahan.html

http://gumilar69.blogspot.com201312perbandingan-sistem-pemerintahan.html

http://pknburahmaayue.blogspot.com201212bab-2-sistem-pemerintahan.html

http://munirah-amran.blogspot.com201302masa-pemerintahan-bj-habibie.html

http://www.anneahira.commasa-pemerintahan-gusdur.htm

http://totocalegpdip.blogspot.com201303maasa-kepemimpinan-megawati-soekarno.html

http://anitapurwati.wordpress.com/2012/04/12/pemerintahan-dan-kebijakan-susilo-bambang-
yudhoyono/

Anda mungkin juga menyukai