SISTEM PEMERINTAHAN
Disusun oleh :
KELOMPOK II
Rusdiman 4201314044
Fitri 4201314013
D IV Th 2013/2014
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar BelakangMasalah
Sebelum merdeka, negara Indonesia merasakan pahitnya penjajahan oleh beberapa
negara asing (Portugis, Belanda, Jepang) dan bangsa Indonesia mengalami beberapa perubahan
terhadap Simtem Pemerintahannya selama masa penjajahan. Dimulai dari portugis yang pertama kali
tiba di Malaka pada tahun 1509 dan berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke
Indonesia. Setelah 350 tahun Belanda menguasai Indonesia, pemerintahan Belanda di Indonesia
digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda menyerah tanpa syarat kepada jepang melalui perjanjian
Kalijati pada tanggal 8 maret 1942. Masa pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada 17 agustus 1945.
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
titik puncak perjuangan bangsa Indonesia dan awal dari pemerintahan negara Indonesia secara
resmi, karena setelah tanggal tersebut dibentuklah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber
hukum tertulis. Artinya, negara Indonesia dengan pemerintahannya yang masih muda atau baru
berdiri sudah seharusnya mengatur tatanan hukum dan sistem pemerintahannya sendiri.
Sistem pemerintahan Indonesia yang terdapat dalam landasan hukum UUD 1945 :
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (machtsstaat).
Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan di bawah majelis dibantu oleh wakil
presiden. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab berada
di tangan Presiden (concentration of power and responsibility upon the president). Selain
itu, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR dan Presiden dibantu oleh menteri
negara.
MPR terdiridari anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu. MPR berfungsi untuk
mengubah dan menetapkan UUD, melantik Presiden danWakil Presiden.
Pemilu dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden, dan Wakil
Presiden secara langsung oleh rakyat, dan bersifat nasional, tetap, dan mandiri, yang
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
1
DPR memilikifungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi Presiden harus
kerjasama atau dapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembentukan Undang-
Undang (gezetzgebung) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Staatsbegrooting). Presiden berhak dan mengajukan rancangan undang-undang
mengesahkannya setelah bersama DPR tersebut. membahas dan menyetujui rancangan
Menteri Negara adalah pembantu Presiden
dan diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Oleh karena itu, menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara diadakan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR, DPD, dan
DPRD.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang independen untuk menjalankan
peradilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan olehMahkamahAgung dan badan peradilan di
bawahnya, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan Komisi Yudisial bersifat mandiri berwenang
dalam pengangkatan Hakim Agung serta menjaga, menegakkan kehormatan, keluhuran,
martabat, danperilaku hakim.
Negara Indonesia merupakan negara berkedaulatan rakyat yang telah dijelaskan pada
pembukaan Undang-undang dasar 1945 alenia IV dan berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945,
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadai berdasar hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik yang taat dan patuh terhadap undang-undang dasar negara.
Pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Selain bentuk negara kesatuan dan
bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Dengan kata lain Indonesia menganut Sistem
Pemerintahan Presidensial.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan suatu sistem pemerintahan yang
solid. Sistem Pemerintahan mutlak diperlukan agar roda pemerintahan terus berputar.
2
Suatu system pemerintahan yang diterapkan disebuah Negara memiliki system dan tujuan untuk
menjaga kestabilan di dalam maupun luar Negara tersebut.
Secara luas sistem pemerintahan itu berarti menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah
laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem yang kontiniu. Sampai saat ini hanya
sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya kebanyakan sudah mendarah
daging dalam kebiasaan hidup masyarakatnya dan terkesan tidak bisa diubah dan cenderung statis.
Jika suatu pemerintahan mempunyai sistem pemerintahan yang statis dan berlangsung dalam waktu
yang lama maka akan timbul pergesekan dari pihak minoritas yang merasa normalitasnya
terganggu.
Secara garis besar, perubahan sistem pemerintahan Indoensia dapat dibagi menjadi 3 masa,
yaitu masa Orde Lama (Sukarno), Orde Baru (Suharto), dan Masa Reformasi (sekarang). Orde
lama adalah penyebutan bagi masa pemerintahan Presiden Sukarno sedangkan Orde Baru adalah
penyebutan bagi masa pemerintahan Presiden Suharto.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan?
Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode Orde Lama?
Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode Orde Baru?
Bagaimanakah Sitem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi?
3. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia sebelum dan setelah
kemerdekaan.
Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode OrdeLama.
Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia pada periode OrdeBaru.
Untuk mengetahui Sitem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pusat VOC terdiri dari 17 orang. Dan membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai
oleh Francois Witter. Tujuan dibentuknya VOC adalah untuk menghindari persaingan tidak sehat
diantara sesama pedagang Belanda dan mengambil keuntungan maksimal serta memperkuat
posisi Belanda dalam menghadapi persaingan,baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun
dengan bangsa-bangsa Asia dan juga untuk membantu dana pemerintah Belanda yang sedang
berjuang menghadapi Spanyol.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa VOC diberi hak-hak istimewa oleh
pemerintah Belanda :
a. Memonopoli perdagangan
b. Mencetak dan mengedarkan uang
c. Mengangkat dan memperhentikan pegawai
d. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
e. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
f. Mendirikan benteng
g. Menyatakan perang dan damai
h. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.
Contingenten : Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil
bumi.
Ekstirpasi : Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah- rempah agar
tidak terjadi over produksi yg dapat menyebabkan harga
rempah-rempah merosot.
Pelayaran Hongi : Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk
mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan
menindak pelanggarnya.
5
2) Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luasnya wilayah kekuasaan VOC.
3) Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat terlalu besar.
4) Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya dengan EIC milik Inggris.
5) Hutang VOC yang sangat besar.
6) Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami
kemunduran
7) Berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli perdaganganyg diterapkan VOC
tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
8) Pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun 1795.
Kemudian Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran VOC dan hak-hak istimewa
VOC dihapus Pada tanggal 31 desember 1799 VOC dibubarkan dengan saldo kerugian sebesar
134,7 juta gulden.Selanjutnya semua hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh Pemerintah
Kerajaan Belanda.
Pemerintahan daerah yang bersifat relatif otonom pertama kali didirikan oleh
Pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 melalui Desentralisasi Wet tahun 1903,
seluruh wilayah Hindia Belanda diperintah secara sentral oleh Gubernur Jenderal sebagai Wakil
Raja Belanda di tangan jajahan. Disamping Pemerintahan yang dijalankan oleh pihak kolonial
Belanda terdapat juga daerah-daerah yang disebut "Swapraja" yang
diperintah oleh Raja-raja Pribumi setempat, yang diakui haknya untuk memerintah
menurut adat tradisi di Wilayahnya, asalkan mereka mengakui dan tunduk kepada
kekuasaan Pemerintah kolonial atas wilayan mereka. Raja-raja tersebut memerintah
wilayahnya berdasarkan kontrak politik yang ditandatangani bersama wakil Pemerintah Belanda
dan diberikan tugas untuk menjalankan beberapa tugas atas nama Pemerintah kolonial. Beberapa
diantara kerajaan tersebut adalah Yogyakarta, Surakarta, Bali dan Bone.
Pada tahun 1922, Pemerintah Kolonial Belanda mengadakan pambaharuan dengan
maksud untuk memberikan otonomi lebih besar kepada daerah untuk menjadikannya lebih efektif
dalam menjalankan aktivitas Pemerintahan daerah. Pembaharuan tersebut menyangkut hal-hal
sebagai berikut :
a. Memberikan kewenangan lebih besar kapada pejabat-pejabat Balanda yang
ditugaskan di wilayah Hindia Balanda.
6
b. Memberikan kawenangan yang lebih besar kepada pejabat-pejabat pribumi.
c. Melibatkan unsur-unsur progresif yang ada di daerah untuk ikut Berpartisipasi dalam
menjalankan pemerintahan di daerah.
7
Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-16) untuk Jawa dan Madura,
dengan pusatnya di Jakarta.
Pemerintahan Militer Angkatan Laut (Armada Selatan Ke-2) untuk Sulawesi,
Kalimantan, dan Maluku, dengan pusatnya di Makassar.
Panglima Tentara Ke-16 di Pulau Jawa ialah Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Kepala Stafnya ialah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Mereka mendapat tugas
membentuk suatu pemerintahan militer di Jawa dan kemudian diangkat sebagai Gunseikan
(kepala pemerintahan militer). Staf pemerintahan militer pusat disebut Gunseikanbu, yang
terdiri dari atas 5 macam departemen (bu), yaitu sebagai berikut :
Departemen Urusan Umum (Sumobu),
Departemen Keuangan (Zaimubu),
Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan (Sangyobu),
Departemen Lalu Lintas (Kotsubu),
Departemen Kehakiman (Shihobu).
8
pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Hideki Tojo mengeluarkan kebijakan
memberikan kesempatan kepada orang Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam
pemerintahan negara. Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 1943 dikeluarkan pengumuman
Saikō Shikikan (Panglima Tertinggi) tentang garis-garis besar rencana mengikutsertakan
orang-orang Indonesia dalam pemerintahan.
Pengikutsertaan bangsa Indonesia dimulai dengan pengangkatan Prof. Dr.
Husein Djajadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama pada tanggal 1 Oktober
1943. Kemudian pada tanggal 10 November 1943, Mas Sutardjo Kartohadikusumo dan
R.M.T.A Suryo masing-masing diangkat menjadi syúcokan di Jakarta dan Bojonegoro.
Pengangkatan tujuh penasihat (sanyō) bangsa Indonesia dilakukan pada pertengahan bulan
September 1943, yaitu sebagai berikut :
Ir. Soekarno untuk Departemen Urusan Umum (Somubu).
Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid untuk Biro Pendidikan dan Kebudayaan dan
Departemen Dalam Negeri (Naimubu-bunkyōku).
Prof. Dr. Mr. Supomo untuk Departemen Kehakiman (Shihōbu).
Mochtar bin Prabu Mangkunegoro untuk Departemen Lalu Lintas (Kotsubu).
Mr. Muh Yamin untuk Departemen Propaganda (Sendenbu).
Prawoto Sumodilogo untuk Departemen Perekonomian (Sangyobu).
9
Ketika Jepang mendekati kekalahan mereka mengijinkan pendirian Dewan Daerah
dengan tujuan untuk menggalang dukungan kepada bala tentara Jepang. Bahkan sebelum
mereka menyerah, Jepang mendirikan suatu Komite yang beranggotakan pemimpin-
pemimpin nasional untuk persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI.
Pemerintah pendudukan Jepang kemudian berakhir, seiring dengan kekalahan mereka dalam
perang Asia Timur Raya dan dengan proklamasi kemerdekaan tersebut dimulai era
Pemerintahan daerah pasca kemerdekaan.
10
2.3.1.1 UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 17 Agustus 1949)
Setelah memproklamasikan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mulai
membentuk Sistem Pemerintahnya, konstitusi yang digunakan oleh NKRI adalah UUD 1945
yang secara resmi digunakan sejak 18 Agustus 1945. Dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1
disebutkan bahwa “Negara indonesia adalah kesatuanyang berbentuk Republik”.
Di Indonesia, pembagian kekuasaan diatur dalam UUD 1945, yang meetapkan hal- hal
berikut :
1) Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh Presiden dibantu seorang Wakil Presiden dan para
Mentri.
2) Kekusaan Legislatif dijalankan oleh Presiden bersama-sama dengan DPR.
3) Kekusaan Yudikatif dijalankan ol eh Mahkamah Agung (MA).
Pada tanggal 2 September 1945 dibentuk kabinet yang pertama kali dengan sistem
pemerintahan berdsarkan UUD 1945, yaitu SistemKabinet Presidensial.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia terdapat lima lembaga yang mengelola negara, yaitu
sebagai berikut :
1) Legislatif, dilakukan oleh DPR.
2) Eksekutif, dilakukan oleh Presiden.
3) Konsultatif, dilakukan oleh MK (Mahkamah Konstitusi).
4) Eksaminatif, dilakukan oleh BPK, termasuk di dalamnya fungsi inspektif dan auditatif.
5) Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Akan tetapi, pada kenyataannya segala bentuk kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif dijalankan oleh satu badan atau lembaga kepresidenan dibantu oleh KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat). Pada tanggal 16 Oktober 1945, dilaksanakan Kongres Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Malang dan Wakil Presiden Drs. Moh.Hatta mengeluarkan
Maklumat No. X yang intinya memberi wewenang bagi KNIP untuk membuat dan menetapkan
GBHN. Kemudian melalui maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 mengenai
pergantian kabinet dari Presidendial menjadi Parlementer. Dan dibentuk Kabinet Parlementer
pertama yang dipimpin oleh Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri, dan Menteri-Menteri
bertanggung jawab kepada KNIP sebagai pengganti
11
MPR/DPR. Kemudian sistem pemerintahan Indonesia berubah menjadi Sistem Kabinet
Parlementer.
12
3. Senat
4. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
5. Mahkamah Agung Indonesia, dan
6. Dewan Pengawas Keuangan
Dalam konstitusi RIS, sistem pemerintahan Indonesia adalah Sistem Parlementer, yaitu
kabinet bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).Dengan demikian, DPR dapat
membubarkan kabinet.
13
b. Pasal 83 Ayat 1 : Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat pemerintah,
baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing- masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri.
c. Pasal 84 : Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
Dari segi sudut pandang analis pemerintahan sistem ini tentunya tidak dapat menopang
untuk pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan
disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan. Setelah pembentukan NKRI diadakanlah
berbagai usaha untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga
Konstituante.Lembaga Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD
baru.
Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat
UUDS 1950.Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi
baru.Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada
DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang
berlangsung selama 9 tahun, rakyat Indonesia merasa bahwa UUDS 1950 dengan sistem
Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Pada masa berlakunya UUDS 1950, pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil.Dengan
demikian sistem demokrasi di Parlemen dan pada sistem Pemerintahan tidak
sehat.Selain itu, kekuasaan alat-alat perlengkapan negara dikendalikan oleh lembaga yang
bersangkutan tanpa dikoordinasikan oleh pemerintah pusat.
14
4. Berlakunya Kembali UUD1945
Mengingat kondisi politik pada masa berlakunya UUDS semakin memanas, pada tanggal
22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada Badan Konstitusional untuk
kembali ke UUD 1945.Namun, untuk mengembalikan UUD 1945 secara murni menjadi
perdebatan bagi anggota kelompok konstituante.
Kelompok pertama : Anggota konstituante mau menerima saran untuk kembali kepada UUD
1945 secara utuh.
Kelompok kedua : Anggota konstituante mau menerima kembali UUD 1945 dengan
persyaratan amandemen, yaitu sila pertama Pancasila pada
pembukaan UUD 1945 harus diubah dengan sila pertama Pancasila
seperti tercantum dalam Piagam Jakarta.
Perdebatan kedua kelompok di dalam badan konstituante itu tidak mencapai titik temu.
Presiden, yang menurut UUDS 1950 memiliki kemampuan membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat, akhirnya membubarkan badan konstituante yang dianggap tidak dapat menjalankan tugas
dengan baik. Kegagalan kontituante merumuskan Undang-Undang Dasar mengakibatkan
kondisi politik yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Demi kepentingan bangsa, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit yang isinya, sebagai berikut :
1) Membubarkan Konstituante
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3) Membentuk MPRS dan DPRS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Bubarnya badan konstituante tersebut, secara otomatis tidak adanya lembaga pembentuk
UU.Situasi ini pula yang mendorong Presiden mengajukan konsep Demokrasi Terpimpin agar
dapat kembali ke UUD 1945. Peristiwa ini disebut dengan Dekrit Presiden
5 Juli 1959. Sejak itu berlakulah UUD 1945 dan sistem pemerintahan Demokrasi
Terpimpin.Akan tetapi, kondisi itu tetap berlaku sampai diangkatnya Jenderal Soeharto
sebagai pengemban Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Peranan Supersemar untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin keamanan
dan ketentraman serta stabilitas jalannya pemerintahan, menjadi puncak sejarah hitam
pemerintahan Presiden Soekarno.Dengan ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966 dikukuhkan
15
dengan masa berlaku sampai terbentuknya MPR RI hasil pemilu, meskipun penerbitan
Supersemar sampai sekarang masih kontroversi.
Oleh karena pemilu 5 Juli 1968 tertunda hingga 5 Juli 1971 dan telah dikeluarkannya
Ketetapan MPRS No. XXX III/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah
Negara dari tangan Presiden Soekarno, maka demi terciptanya stabilitas politik (Keseimbangan
Politik), ekonomi, dan hukum dikeluarkan Ketetapan MPRS No.XLIV/MPRS/1968 tentang
Pengangkatan Pengemban Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966.Jenderal Soeharto diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilu dan
dimulailah masa Orde Baru.
Terbukti bahwa selama 32 tahun di masa Orde Baru, Golkar selalu berhasil menjadi single
majority dan Presiden Soeharto selalu terpilih secara aklamasi.
16
Dalam sejarah ketatanegaraan yang cukup panjang dan sebagai akibat dari kekuasaan
serta masa jabatan presiden yang tidak dibatasi kurun waktunya, maka timbullah
penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini terbukti dengan berkembangya korupsi, kolusi,dan
nepotisme. Makna Demokrasi menjadi semu karena kebebasan mengeluarkan pendapat
dibatasi dan lembaga negara beralih fungsi menjadi alat kekuasaan pemerinah. Akhirnya indonesia
dilanda kerisi cukup berat yang diawali kerisi moneter dan ekonomi.
3. Era Reformasi
Ditengah kondisi yang tak menentu, rakyat yang dipelopori oleh mahasiswa melakukan
demonstrasi dan lahirlah gerakan reformasi yang menghendaki reformasi dalam berbagai bidang.
Gerekan reformasi makin meluas, sehingga pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyereahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden Prof. B.J. Habibie.
17
2) Melantik Presiden dan/atau WakilPresiden
3) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatan negara
menurut UUD.
Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri
atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar,
PPP, PDI. Pada tanggal 25 Mei 1998 diselenggarakan pertemuan pertama kabinet habibie.
Pertemuan ini berhasil membentuk Komite untuk merancang undang-undang politik yang lebih
longgar dalam waktu satu tahun dan menyetujui pembatasan masa jabatan presiden yaitu
maksimal 2 periode (satu periode lamanya 5 tahun). Upaya terebut mendapat sambutan positif,
tetapi dedakan agar pemerintah Habibie dapat merealisasikan agenda reformasi tetap muncul.
Dalam pemerintahannya B.J. Habibie berusaha untuk melakukan pembaharuan-
pembaharuan dalam beberapa bidang demi untuk menciptakan kehidupan masyarakat
yang sejahterah dan sesuai dengan UUD 1945. Adapun pembaharuan yang dilakukan
oleh B.J. Habibie antara lain :
18
2.) Bidang Politik
a. Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol.
b. Membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas dan Moch.
Pakpahan.
c. Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
d. Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu :
1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e. Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu :
1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum.
2) Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila Sebagai Asas Tunggal.
3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang
Presiden Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di
Luar Batas Perundang-undangan.
4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.
19
c. Penataan ulang struktur kekuasaan Kehakiman.
20
d. Badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang
terdiri atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum.
21
2.3.3.2. Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur)
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi
yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama,
terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor
Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor
Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar.
MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
22
hinnga niat gusdur untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara
Israel.
Meskipun untuk tindakan terakhirnya itu (hubungan diplomatik dengan Israel)
untuk dilakukan. Tapi, semua tindakannya menggambarkan bagaimana kecenderungan
pemikiran gusdur. menghargai kebebasan individu dan keberagaman (dasar dari
demokrasi) serta reformis.
1.Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dn swasta) sebesar
US$150,80 MILIAR.
Kebijakan megawati dalam mengatasi masalah ini adalah meminta penundaan
pembayaran utang sebesar US$5,8 miliar pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april
2002. pada tahun 2003, pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar
Rp116,3 triliun.
Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia berkurang menjadi US$134.66
miliar. Salah satu keputusan megawati yang sangat penting pula adalah
Indonesia mengakhiri kerjasamanya dengan IMF.
23
Hsil penjualan itu berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1%
dan inflansi hanya 5,06%. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis.
Tujuannya adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan- kekuatan politik dan
melunasi pembayaran utang luar negeri.
24
Pada 17 Juli2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan
selama 30 tahun di wilayah Aceh. Dan sampai saat ini tidak terjadi lagi kerusuhan diAceh.
Tahun 2009 kembali diadakan pemilu dan sekali lagi Susilo Bambang Yudhoyono
memenangkan pemilu namun dengan wakil yang berbeda,yang dulunya bersama Jusuf Kalla
dan sekarang bersama Boediono dengan masa pemerintahan 2009-2014.
25
Pengangkatan guru PNS oleh Dinas Pendidikan setempat yang dilaksanakan
berdasarkan USB TK Negeri Pembina/ Percontohan tingkat Kabupaten/Kota dengan
kualifikasi pendidikan SPGTK, PGTK dan DII-PGTK.
Penerapan paradigma baru dunia pendidikan yakni: schooling ke learning,
instructive ke fasilitatif, knowledge ke competency based (manajemen berbasis
sekolah), centralization ke decentralization, dan government role ke community
role (masyarakat madani).
Menyusun materi kegiatan dalam PKB TK sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kondisi lingkungannya.
Menyelenggarakan TK dengan memperhatian prinsip-prinsip PKB TK, bermain,
lingkungan anak;
Peningkatan Mutu TK Pembina Tingkat Propinsi sebagai Gugus TK Rujukan.
Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK untuk peningkatan mutu.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara.
Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif,
birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen,
pemilu, dan dewan menteri. Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua,
yaitu presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Sebelum Indonesia merdeka, negara Indonesia merasakan pahitnya penjajahan oleh
beberapa negara asing dan bangsa Indonesia mengalami beberapa perubahan terhadap Sistem
Pemerintahannya selama masa penjajahan. Dimulai dari portugis yang pertama kali tiba di Malaka
pada tahun 1509 dan berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke Indonesia dengan
berbagai macam kebijakan perdagangan monompolinya. Setelah 350 tahun Belanda menguasai
Indonesia, pemerintahan Belanda di Indonesia digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda menyerah
tanpa syarat kepada Jepang melalui perjanjian Lingkarjati pada tanggal 8 maret 1942. Masa
pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942. Kemudian pada masa penjajahan bangsa Jepang,
Jepang menerapkan Sistem Pemerintahan Militer pada masa pendudukannya dan berakhir pada 17
agustus 1945.
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde
Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Presiden Soekarno di gulingkan saat Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.
Orde Baru merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir
dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan Orde Lama Soekarno. Orde
Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
27
Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini.
Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir
masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia
menjadi anggota PBB lagi. Eksploitasi sumber daya selama masa pemerintahannya, kebijakan-
kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang
kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970- an dan 1980-an. Warga keturunan Tionghoa
juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967,
Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap
hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "Persatuan dan Kesatuan
Bangsa".
Pada Era Reformasi mulai mencuat kebebasan bicara dan kebebasan pers serta banyak
partai politik yang muncul. Di Era Reformasi dibentuklah lembaga baru dala sistem pemerintahan
Indonesia, yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada Era Reformasi ini, terdapat perubahan
sistem ketatanegaraan dan supremasi MPR kepada sitem kedaulatan rakyat yang diatur dalam
UUD 1945. Dalam pasal 3 UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan MPR mempunyai
wewenang sebagi berikut :
4) Mengubah dan menetapkan UUD
5) Melantik Presiden dan/atau WakilPresiden
6) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatan negara
menurut UUD.
28
Terlepas dari polemik model kepemimpinannya, di era Orde Lama, Presiden Sukarno
hampir terjerumus ke “lobang” kekuasaan yang diktatorialisme,karena penggunaan hak
prerogatif yang berlebihan. Demikian juga di era kepresidenan Soeharto yang berlangsung hampir
32 tahun, hak prerogatif yang dimilikinya secara akumulatif justru menjatuhkan
kekuasaannya, akibat desakan gerakan reformasi di tahun 1998, yang intinya tuntutan
demokrasi dan tegaknya hukum. Namun pada Era Reformasi ini, pergantian presiden terjadi
berulang kali. Setelah B.J Habibies, jabatan presiden diserahkan kepada Abdurrahman Wahid,
kemudian dilanjutkan oleh Megawati Soekarno Putrid an hingga akhirnya diteruskan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) hingga kini. Sistem pemerintahan yang dijalankan pada era ini adalah
Sistem Pemerintahan Presidensial yang berlandaskan kembali padaUUD 1945. Jadi, tidak ada
jaminan penggunaan hak prerogatif yang berlebihan terhadap stabilitas jalannya roda pemerintahan.
Belajar dari pengalaman sejarah inilah, maka penggunaan hak prerogatif memang harus dibatasi.
Namun, akan lebih efektif lagi apabila penguatan sistem presidensial juga dilakukan dengan
membuat payung hukum yang melindungi efektivitas kinerja lembaga kepresidenan. Karenanya,
kehadiran UU No. 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden dan pembentukan UU
Kementerian Negara serta wacana untuk menerbitkan UU Lembaga Kepresidenan menjadi mutlak
perlu, sebagai langkah operasional dari amanat UUD 1945. Kehadiran UU ini semua akan
memberikan jaminan yang pasti terhadap stabilitas roda pemerintahan didalam sistem pemerintahan
presidensial. Sekaligus
memberi kepastian atas kelangsungan pelayanan publik, yang dibutuhkan rakyat.
29
Daftar Pustaka
http://shandy07.wordpress.com20100817sejarah- indonesia-sebelum-merdeka
http://oktadwifernindi.blogspot.com/2012/11/kebijakan-pemerintah-kolonial-belanda.html
http://indonesian-persons.blogspot.com/2013/11/masa-pendudukan-jepang-di- indonesia.html
http://ayuocit.blogspot.com201310sistem-pemerintahan-di- indonesia.html
http://hguntoro11.blogspot.com/2012/05/sistem-pemerintahan- negara-republik.html
http://dian-dian33.blogspot.com/2011/11/dinamika-politik-sistem-pemerintahan.html
http://berbagifile22.blogspot.com201210makalah-sistem-pemerintahan- indonesia.html
http://wulansetiawan.blogspot.com201208sistem-pemerintahan- indonesia-dalam.html
http://czillagoz.blogspot.com201311sistem-pemerintahan.html
http://gumilar69.blogspot.com201312perbandingan-sistem-pemerintahan.html
http://pknburahmaayue.blogspot.com201212bab-2-sistem-pemerintahan.html
http://munirah-amran.blogspot.com201302masa-pemerintahan-bj-habibie.html
http://www.anneahira.commasa-pemerintahan-gusdur.htm
http://totocalegpdip.blogspot.com201303maasa-kepemimpinan-megawati-soekarno.html
http://anitapurwati.wordpress.com/2012/04/12/pemerintahan-dan-kebijakan-susilo-bambang-
yudhoyono/