Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SETELAH

PROKLAMASI SAMPAI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

DISUSUN

OLEH :

NAMA : SINDI RAMDANI


KELAS : XII. IPS.2
PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA

MADRASAH ALIF (MA) AL–ITTIFAQ


BANDUNG – JAWA BARAT
T.A. 2020/2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kliping ini yang berjudul
“SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SETELAH PROKLAMASI
SAMPAI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN”.
Penyusunan tugas Kliping ini merupakan salah tugas yang diberikan pada
bidang study Sejarah Indonesia Kelas XII.IPS.2 MA Alif Al-Ittifaq Bandung. Dalam
penyusunan tugas kliping ini, saya merasa masih banyak kekurangan baik dalam
materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan untuk kesempurnaan tugas ini kedepannya.
Dalam penyusunan tugas Kliping ini saya menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu meyelesaikan
tugas kliping ini, dan tidak lupa pula saya sampaikan terima kasih kepada keluarga
yang telah memberikan dukungan serta pengertian yang besar kepada saya
dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata saya berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Rabbal „Alamiin.

Bandung, Oktober 2020


Penyusun

SINDI RAMDANI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

PEMBAHASAN
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SETELAH
PROKLAMASI SAMPAI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN ....... 1
A. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1945-1949 ............................ 1
B. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1949-1950 ............................ 2
C. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1950-1959 ............................ 4
D. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1959-1966 (Orde Lama)....... 6

PENUTUP .............................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................... 9

LEMBAR KOMENTAR ...................................................................................... 10

ii
PEMBAHASAN
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SETELAH
PROKLAMASI SAMPAI MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

A. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1945-1949

Sistem pemerintahan : Presidensial


Bentuk Pemerintahan : Republik
Konstitusi : UUD 1945

Pada awalnya sistem pemerintahan presidensial ini digunakan setelah


kemerdekaan Indonesia. Namun karena kedatangan sekutu pada Agresi Militer,
berdasarkan Maklumat Presiden no X pada tanggal 16 November 1945 terjadi
pembagian kekuasaan. Kekuasaan tersebut dipegang oleh perdana menteri sehingga
sistem pemerintahan Indonesia berganti menjadi sistem pemerintahan parlementer.
Secara umum, terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain: a.
Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi badan
yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan
wewenang MPR. b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet
parlementer berdasarkan usul BP – KNIP.
Pada masa ini, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum
dibentuk, karena UUD 1945 pada saat ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
mengingat kondisi Indonesia yang sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Dengan demikian, sesuai dengan Pasal 4 Aturan
Peralihan dalam UUD 1945, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Komite ini merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Hal ini berdasarkan
pada Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945, diputuskanlah

1
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk.
Sehingga pada tanggal 14 November 1945 dibentuklah Kabinet Semi-Presidensiel
(“Semi-Parlementer”) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan
sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
Dari segi sejarah sistem pemerintahan yang berlaku di masa ini adalah sistem
pemerintahan presidensil, namun terhitung sejak tanggal 14 November 1945, Soekarno
sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir, dengan kata lain
sistem pemerintahannya pun berubah ke parlementer. Alasan politis untuk mengubah
sistem pemerintahan dari Presidensiil menjadi Parlementer dipicu karena seminggu
sebelum perubahan pemerintahan itu, Den Haag mengumumkan dasar rencananya.
Soekarno menolak hal ini sedangkan Sjahrir mengumumkan pada tanggal 4 Desember
1945 bahwa pemerintahnya menerima tawaran ini dengan syarat pengakuan Belanda
atas Republik Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD
1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara” yang
diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8
orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38
anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk
merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah
dihilangkannya anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD
1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata
“Indonesia” karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada
BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18
Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.

B. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1949-1950


Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem pemerintahan : Quasi Parlementer/ Parlementer Semu
Konstitusi : Konstitusi RIS

2
Bentuk pemerintahan ini merupakan serikat dengan konstitusi dengan RIS,
sehingga sistem pemerintahan yang digunakan adalah parlementer. Namun karena
sistem yang diterapkan tidak secara keseluruhan atau bersifat semu maka sistem
pemerintahan pada saat itu disebut dengan Quasi Parlementer.

Penandatangan piagam persatuan RIS Konferensi Meja Bundar di Den Haag

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah sistem pemerintahan


parlementer, yang meganut Sistem multi partai. Didasarkan pada konstitusi RIS,
pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy
Parlementary). Perlu diketahui bahwa Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa
konstitusi RIS bukanlah cabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer
murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan
pemerintah.Diadakannya perubahan bentuk negara kesatuan RI menjadi negara serikat
ini adalah merupakan konsekuensi sebagai diterimanya hasil Konferensi Meja Bundar
(KMB). Perubahan ini dituangkan dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS).
Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya.
Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi di atas yaitu : -
Indonesia merupakan Negara bagian RIS - Indonesia RIS yang di maksud Sumatera
dan Jawa - Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya - RIS mempunyai kedudukan
yang sama dengan Belanda - Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa,
Sumatera dan Indonesia Timur.
Dalam RIS ada point-point sebagai berikut :
1. Pemerintah berhak atas kekuasaan TJ atau UU Darurat
2. UU Darurat mempunyai kekuatan atas UU Federasi

Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan parlementer


ini, badan legislatif RIS dibagi menjadi dua kamar, yaitu Senat dan Dewan Perwakilan
Rakyat.

3
C. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1950-1959

Bentuk Negara : Kesatuan Bentuk Pemerintahan: Republik


Sistem pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950

UUDS 1950 merupakan konsitutsi yang berlaku di negara Indonesia sejak 17


Agustus 1950 sampai dikeluarkannya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Presideng
Soekarno mengeluarkan Dekrit tersebut yang diumumkan dalam sebuah upacara resmi
di Istana Merdeka.
Era 1950-1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan
konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, dimana periode
ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Masa ini merupakan masa
berakhirnya Negara Indonesia yang federalis. Landasannya adalah UUD ‟50 pengganti
konstitusi RIS ‟49. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer cabinet
dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya adalah :
a. presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

Diawali dari tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Dasar Sementara


Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950)
disetujui oleh DPR dan Senat RIS. Pada tanggal yang sama pula, DPR dan Senat RIS
mengadakan rapat di mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang
bertujuan:

4
1. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi;
2. Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS
yang mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.

UUDS ini merupakan adopsi dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan,
terutama yang berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari negara serikat ke negara
kesatuan.
Antara 1950 – 1959 Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer
yang dalam waktu 4 tahun telah terjadi 33 kali pergantian kabinet (Feith, 1962 dan
Feith, 1999). Setelah unitary dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia mulai menganut sistem Demokrasi
Liberal dimana dalam sistem ini pemerintahan berbentuk parlementer sehingga perdana
menteri langsung bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari
kekuatan-kekuatan partai. Anggota DPR berjumlah 232 orang yang terdiri dari
Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai Katholik (9
kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi), sedangkan sisa kursi dibagikan
kepada partai-partai atau perorangan, yang tak satupun dari mereka mendapat lebih dari
17 kursi. Ini merupakan suatu struktur yang tidak menopang suatu pemerintahan-
pemerintahan yang kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut
akan disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan.

Pada Masa Demokrasi Liberal, banyak partai politik ikut serta dalam perebutan Parlemen
Indonesia. Hal ini yang menjadi faktor keributan politik pada era ini

5
D. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1959-1966 (Orde Lama)

Bentuk Negara : Kesatuan


Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

Setelah pembentukan NKRI diadakanlah berbagai usaha untuk menyusun


Undang-Undang Dasar baru dengan membentuk Lembaga Konstituante. Lembaga
Konstituante adalah lembaga yang diserahi tugas untuk membentuk UUD baru.
Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat
UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi
baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin
pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945
Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang berisi:
 Tidak berlakunya UUDS (Undang-Undang Dasar Serikat) 1950 dan berlakunya
kembali UUD 1945.
 Pembubaran Badan Konstitusional.
 Membentuk MPR sementara dan DPA sementara.

Sebagaimana dibentuknya sebuah badan konstituante yang bertugas membuat


dan menyusun Undang Undang Dasar baru seperti yang diamanatkan UUDS 1950 pada
tahun 1950, namun sampai akhir tahun 1959, badan ini belum juga berhasil
merumuskan Undang Undang Dasar yang baru, hingga akhirnya Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959. Bung Karno dengan dukungan Angkatan Darat,
mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan Konstituante dan
kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno memerintah dengan
dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup, serta

6
membentuk MPRS dan DPRS. Sistem yang diberlakukan pada masa ini adalah sistem
pemerintahan presidensil.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan
digunakan kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi
Terpimpin. Isinya ialah:
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Pada masa Demokrasi Terpimpin juga terkenal dengan pemasyarakatan ajaran
Nasakom. Nasionalisme, Agama dan Komunis adalah paham yang menonjol pada
rentan waktu tersebut. Demi menjaga stabilitas negera, presiden kemudian menyatukan
paham tersebut. Pemasyarakatan Nasakom menimbulkan pro dan kontra semisal pada
bidang seniman. Para seniman yang setuju dengan Nasakom tergabung dalam LEKRA,
sedangkan yang kontra membentuk Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Pada persatuan
guru, terpecah menjadi dua yakni PGRI Non-Vaksentral yang pro PKI, dan PGRI
Vaksentral yang menolak PKI.

Peristiwa penting terjadi pada Demokrasi Terpimpin seperti pembubaran DPR


hasil Pemilu 1955 kemudian dibentuk DPR GR serta adanya pembubaran Partai
Masyumi dan PSI. DPR Pemilu dibubarkan dikarenakan menolak RAPBN yang
diajukan pemerintah tahun 1960. Sedangkan pembubaran partai Masyumi dan PSI
dikarenakan banyak anggotanya yang terlibat dalam pemberontakan. Salah satu
pemberontakan yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin adalah Pemberontakan
PRRI/Permesta. Peristiwa penting lainnya adalah mundurnya pada masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), Indonesia tidak memiliki wakil presiden dikarenakan Moh
Hatta mengundurkan diri dari presiden dikarenakan perbedaan pendapat dengan
presiden.
Peristiwa penting yang berkaitan dengan politik luar negeri Indonesia adalah
pembentukan gerakan Non Blok, pengiriman misi perdamaian dunia, penyelenggaraan
ASIAN Games, Ganefo, adanya konfrontasi dengan Malaysia, hingga Indonesia keluar

7
dari PBB. Pada masa Demokrasi Terpimpin
juga dilakukan upaya pengembalian Irian Barat
dengan membeli persenjataan dari Uni Soviet
(misi A.H Nasution).
Era Demokrasi Terpimpin adalah
kolaborasi antara kekuasaan kaum borjuis
dengan komunis itu ternyata gagal dalam
memperbaiki sistem perekonomian Indonesia,
malahan yang terjadi adalah penurunan cadangan devisa, inflasi terus menaik tanpa
terkendali, korupsi kaum birokrat dan militer merajalela, sehingga puncaknya adalah
pemberontakan PKI yang dikenal dengan pemberontakan G 30 S/ PKI.

Pada akhirnya Demokrasi Terpimpin harus berakhir sekaligus berakhinya


kekuasaan presiden Soekarno dan berganti dengan Soeharto. Pangkal dari itu adalah
peristiwa pembunuhan para Jenderal oleh anggota PKI. Semenjak itu wibawa presiden
semakin merosot. Demo hampir setiap hari dilakukan dan mencapai puncaknya pada
tanggal 12 Januari 1966 ketika Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) yang tergabung dalam Front
Pancasila, melakukan tiga tuntutan rakyat. Tritura berisi pembubaran PKI dan ormas-
ormasnya, pembersihan kabinet Dwikora dari unsur PKI serta penurunan harga.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga
yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya
tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem
politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan
yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu,
dan dewan menteri.
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu
presidensial dan ministerial (parlemen). Pembagian sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan eksekutif
dan legislatif.
Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat pengawasan langsung
dari legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan
legislatif maka sistem pemerintahannya adalah presidensial.Dalam sistem
pemerintahan negara republik, lembaga-lembaga negara itu berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki,
lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.
Sistem pemerintahan suatu negara berbeda dengan sistem pemerintahan
yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antar
sistem pemerintahan negara itu. Misalnya, dua negara memiliki sistem
pemerintahan yang sama.Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa
genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara.
Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal
itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.

B. Saran
Semua hal yang telah dibahas diatas sudah berlalu, harusnya pemerintah
Indonesia dapat mempelajari kesalahan-kesalahan pada setiap sistem demokrasi,
dan dapat mengambil kelebihannya agar dapat digunakan pada masa sekarang.
Selain itu baik dalam bidang ekonomi maupun politik pemerintah Indonesia juga
dapat memikirkan metode yang diyakini dapat membawa Indonesia menjadi negara
yang lebih baik dan juga memikirkan rakyatnya.

9
LEMBAR KOMENTAR
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA

A. Masa Awal Kemerdekaan


Pada saat Indonesia baru merdeka, pemerintah Indonesia saat itu masih
belum mengatur sistem pemerintahan secara sempurna. Para founding fathers kita
alias para pendiri Indonesia masih terus berusaha mencari sistem pemerintahan
yang tepat untuk Indonesia. Dalam catatan sejarah politik Indonesia disebutkan
Soekarno-Hatta dilantik menjadi presiden dan wakil presiden pada tanggal 18
Agustus 1945. Saat itu sistem pemerintahan yang diterapkan untuk Indonesia adalah
sistem presidensial. Presiden Soekarno kemudian membentuk Kabinet Presidensial
untuk memenuhi alat kelengkapan negara.
Sistem pemerintahan presidensial tersebut terpusat atau tersentral pada
Soekarno-Hatta karena pada saat itu rakyat Indonesia mempercayakan Indonesia
kepada mereka. Kumpulan peristiwa sejarah Indonesia mencatat, dalam sistem
demokrasi parlementer, kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat. Karena
pemerintahan bersifat parlementer, Presiden Soekarno perlu membentuk suatu
kabinet lagi.
Namun sayangnya, kabinet-kabinet bentukan Presiden Soekarno tersebut
tidak ada yang bertahan lama. Ini terjadi karena pada saat itu, masih ada banyak
tantangan bagi pemerintah Indonesia, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Salah satu di antaranya adalah karena pada saat itu Belanda kepingin balik berkuasa
lagi di Indonesia. Konflik antara Indonesia dan Belanda yang menggemparkan
sejarah politik Indonesia ini akhirnya ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dengan diadakannya Konferensi Meja Bundar alias KMB. Meskipun
sebenarnya berbagai perjanjian seperti Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville,
dan Perjanjian Roem-Royen sudah pernah dilakukan.

B. Masa RIS
Menurut saya Perjanjian KMB yang dilakukan di Den Haag, Belanda, pada
tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949 saat itu sangat penting bagi
Indonesia. Salah satunya adalah kembalinya kedaulatan Indonesia seutuhnya setelah
Belanda berusaha untuk menguasai Indonesia lagi. KMB juga menjadi babak baru
sistem pemerintahan Indonesia.
Saat itu Indonesia menjadi salah satu negara federasi yang secara langsung
memiliki hubungan dengan Kerajaan Belanda. Makanya, Indonesia juga
menggunakan nama baru, yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). Sistem
kepemimpinan dan pemerintahannya juga jadi berubah. Indonesia terbagi menjadi
beberapa negara bagian.
Namun sistem ini sebenarnya malah akan membuat posisi Indonesia jadi
lemah, tapi pada saat itu pemerintah Indonesia tidak memiliki cara lain. Hanya

10
inilah satu-satunya cara yang bisa dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengusir
Belanda dari bumi Indonesia. Coba, kita bayangkan. Wilayah Indonesia yang sangat
besar dipecah-pecah menjadi beberapa negara bagian seperti Negara Republik
Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara
Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara Sumatera Selatan. Setiap negara
bagian tersebut memiliki pimpinannya masing-masing.

C. Masa Demokrasi Liberal/Parlementer


Nah, pada masa ini Indonesia menganut sistem multipartai. Ada banyak
partai politik dengan beragam ideologi dan tujuan politik. Tapi saking banyaknya
partai pada masa tersebut akhirnya menciptakan dampak buruk bagi demokrasi kita.
Kenapa begitu? Karena kehidupan politik dan pemerintahan Indonesia pada waktu
itu jadi tidak stabil gara-gara sering gonta-ganti kabinet. Pergantian kabinet ini
akhirnya membuat program-program yang dibuat pemerintah jadi tidak bisa
dijalankan dengan baik.
Bayangkan saja, selama hampir sembilan tahun, Indonesia pada saat itu
mengalami tujuh kali pergantian kabinet. Makanya, UUDS 1950 dan sistem
demokrasi liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan kehidupan politik bangsa
Indonesia yang majemuk. Akhirnya pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Dewan Konstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945, serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena
dianggap tidak cocok dengan ketatanegaraan Indonesia.

D. Masa Demokrasi Terpimpin


Seperti yang sering diulas dalam pelajaran sejarah Indonesia, Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 kemudian menjadi penanda awal berlakunya demokrasi
terpimpin di Indonesia. Pada tanggal 22 April 1959, Presiden Soekarno kemudian
memberikan amanat ke konstituante mengenai pokok-pokok demokrasi terpimpin.
Ada lima pokok demokrasi terpimpin tersebut, diantaranya adalah demokrasi
terpimpin bukanlah diktator dan demokrasi terpimpin cocok dengan kepribadian
dan dasar hidup bangsa Indonesia.
Bagi saya penerapan Demokrasi Terpimpin ini intinya adalah musyawarah
untuk mufakat yang diselenggarakan secara gotong royong. Namun, pada saat itu,
Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin berkembang melalui ajaran NASAKOM.
Sampai akhirnya muncul peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang sering
kita sebut G30S PKI.
Setelah penumpasan komunis di Indonesia berhasil, masa pemerintahan
Soekarno dengan Demokrasi Terpimpin pun berakhir. Ini lah kali pertama dalam
sejarah politik Indonesia yang menjadikan sistem pemerintahan Indonesia berganti
jadi Demokrasi Pancasila yang dipimpin oleh Soeharto. Indonesia pun berlanjut
memasuki babak kehidupan selanjutnya di masa Orde Baru.

11

Anda mungkin juga menyukai