Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA SERTA PERKEMBANGAN KETATA


NEGARAAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Hukum Tata Negara
Dosen Pengampu: Dwi Joko Rahmadi,M.H.

Disusun Oleh:
Galih Eko Prawito (22010008)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH DARUSY SYAFAAH
LAMPUNG TENGAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “LEMBAGA LEMBAGA NEGARA SERTA PERKEMBANGAN KETATA
NEGARAAN”.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi kita nabi muhammad S.A.W. yang
telah menuntun umatnya menuju jalan kebenaran dengan semua ilmu dan sauritauladan
beliau. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen selaku pembimbing
mata kuliah ini serta segala pihak dan sumber yang telah membantu terwujudnya makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Tata Negara.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri maupun
pembaca pada umumnya.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Kotagajah,01 Oktober 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
A. Latar belakang...................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................... 3
A. Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan Pusat................................... 3
B. Lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat kota dan provinsi...... 6
C. Lembaga-Lembaga Negara dalam Susunan Pemerintahan Tingkat Kecamatan............ 7
D. Lembaga-Lembaga Negara dalam Susunan Pemerintahan Tingkat Desa....................... 7
E. Perkembangan ketatanegaraan pada masa awal lahirnya pemerintah Indonesia........... 8
F. Periode berlakunya UUD 1945 (17 agustus – 27 desember 1949)..................................... 10
G. Masa orde baru (11 maret 1966-21 mei 2998)................................................................ 11
H. Masa reformasi (21 maret 1998-sekarang)..................................................................... 11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 14

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam umur yang masih muda sebagai
sebuah negara banyak gejolak yang muncul baik dalam segi perpolitikan, peperangan
maupun dalam ketatanegaraan. Pada tahun 1950 Indonesia merubah bentuk kesatuan
menjadi "serikat” dalam sebuah perjanjian yakni KBM untuk mendapatkan Irian Barat
yang tidak kunjung dilepas oleh belanda, Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan
bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara
Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik
Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian
pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950 kembalinya Indonesia
menjadi sebuah negara Kesatuan membutuhkan perubahan dalam dasar-dasar negara
sebagai negara kesatuan. Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah Dengan
menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang
menganut sistem kabinet parlementer di Indonesia. Kemudian muncullah pergantian
Perdana Menteri selama 7 kali dan hal tersebut sangat mempengaruhi perpolitikan di
Indonesia.

Pada 19 April 1957 dibentuk sebuah cabinet Karya Darurat Extra Parlementer dimana
menteri yang menjabat tidak berdasarkan partai melainkan dengan keahlian dan
kecakapannya, kabinet ini dinyatakan darurat untuk bertanggungjawab penuh atas
pimpinan pemerintah negara karena sejak 14 maret 1957 Indonesia dinyatakan dalam
keadaan darurat perang. Pada 5 juli 1959 Presiden Indonesia mengeluarkan sebuah dekrit
untuk kembali pada UUD 1945 karena Konstituante mengalami kegagalan dalam
penyusunan UUD yang sah(resmi) dan banyak anggota yang menyatakan mengundurkan
diri.

Dalam atmosfir politik Indonesia pada waktu itu yang begitu panas, konstituante
diberikan tugas untuk membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat UUDS
1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi baru.
Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin pada
DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945. UUDS 1950
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
2

Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar


Sementara Republik Indonesia, dalam sidang Pertama Babak ke-3 rapat ke-71 DPR RIS
tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini dinamakan sementara, karena hanya
bersifat sementara, menunggu terpilihnya konstituante hasil pemilihan umum yg akan
menyusun konstitusi baru. Pemilihan umum 1955 berhasil memilih konstituante secara
demokratis, namun konstituante gagal membentuk konstitusi baru sampai berlarut- larut.
Pada tanggal 5 juli 1959, Presiden Soekarno membubarkan konstituante dengan
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 juli 1959, yang antara lain berisi kembali berlakunya
UUD 1945.

B. Rumusan masalah
1. Apa latar belakang terjadinya perubahan dalam system ketatanegaraan di Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan Sejarah system ketatanegaraan di Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pemerintahan di Indonesia ?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan Pusat


1. Lembaga Legislatif
Struktur lembaga perwakilan rakyat (legislatif) secara umum terdiri dari dua
model, yaitu lembaga perwakilan rakyat satu kamar (unicameral) dan lembaga
perwakilan rakyat dua kamar (bicameral). Dalam ketatanegaraan Indonesia, lembaga
legislatif direpresentasikan pada tiga lembaga, yakni MPR, DPR, dan DPD.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Seiring dengan tuntunan reformasi keberadaan MPR dalam system
ketatanegaraan Indonesia banyak melahirkan perdebatan. Satu pihak menghendaki
MPR dihilangkan karena fungsinya sebagai lembaga perwakilan rakyat sudah
cukup dilakukan oleh DPR, sementara di pihak lain tetap menghendaki MPR tidak
dibubarkan. Dari ketiga lembaga legislatif tersebut posisi MPR merupakan
lembaga yang bersifat khas Indonesia. Menurut Asshiddiqie, keberadaan MPR
terkandung nilai-nilai historis yang cenderung dilihat secara tidak rasional dalam
arti jika kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan dapat dinilai
menghilangkan satu pilar penting dalam sitem ketatanegaraan kita yang justru
dianggap perlu dilestarikan. Salah satu keberatan pihak yang mempertahankan
keberadaan MPR ini berargumentasi bahwa, jika MPR ditiadakan atau hanya
sekadar dianggap nama dari parlemen dua kamar (bicameral), maka sila
‘kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan’
menjadi berubah. Prinsip permusyawaratan tercermin dalam kelembagaan MPR,
sedangkan prinsip perwakilan dianggap tercermin dalam kelembagaan DPR.1
Jadi, MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan rakyat
yang lebih tinggi dari lembaga-lembaga lainnya. Tugas dari MPR yaitu mengubah
dan menetapkan UUD 1945. MPR juga bisa memberhentikan presiden dan wakil
presiden apabila tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada 19 Oktober 1999, dalam
sidang umum MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. Dalam
perubahan ini, terjadi pergerakan kekuasaan presiden dalam membentuk undang-
undang, yang diatur dalam pasal 5, berubah menjadi presiden berhak mengajukan
rancangan undang-undang, dan Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang (pasal 20). Perubahan pasal ini memindahkan titik
berat kekuasaan legislagi nasional yang semula berada di tangan presiden, beralih
ke tangan DPR. Rumusan pasal 20 (baru) berbunyi sebagai berikut:
4

1) DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.


2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
3) Jika rancangan undang-undang itu mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.
5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Jadi, Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga yang merupakan perwakilan


rakyat dan memegang kekuasaan dalam membentuk undang-undang. Dewan
Perwakilan Rakyat jiga meiliki 3 fungsi yaitu sebagai fungsi legislasi, anggaran
dan pengawasan. Membentuk undang-undang telebih dahulu dibahas dengan
Presiden untuk mendapatkan persetujuan Bersama.

c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD adalah lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Berdasarkan perubahan ketiga UUD 1945, gagasan pembentukan DPD dalam
rangka restrukturisasi perlemen diindonesia menjadi dua kamar yang diadopsi.
Perbedaan DPD dan DPR terletak pada hakikat kepentingan yang diwakili
masing-masing. DPR dimaksudkan untuk mewakili rakyat, sedangkan DPD
dimaksudkan untuk mewakili daerah-daerah. DPD adalah lembaga negara dalam
system ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan wakil-wakil daerah
provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum yang memiliki fungsi:
1) Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang
berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.
2) Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.
2. Lembaga Eksekutif
Pemerintahan memiliki dua pengertian: (1) pemerintahan dalam arti luas yaitu
pemerintahan yang meliputi keseluruhan lembaga kenegaraan (legislatif, eksekutif
dan yudikatif); (2) pemerintahan dalam arti sempit yaitu pemerintahan yang hanya
berkenaan dengan fungsi eksekutif saja.
JHDi negara-negara demokratis, lembaga eksekutif terdiri dari kepala negara,
seperti raja, perdana menteri, atau presiden beserta menteri-menterinya. Dalam system
presidensial seperti Indonesia, menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan
langsubg dipimpin olehnya, sedangakan dalam system perlementer para menteri
dipimpin oleh seorang perdana menteri. Tugas uatama lembaga eksekutif adalah
menjalankan undang-undang.
Menurit perubahan ketiga UUD 1945 pasal 6A, presiden dan wakil presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Adapun, sebelum
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR. Sebagai
5

kepala negara, presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Adapun
wewenang, kewajiban dan hak presiden antara lain:
a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
b. Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara.
c. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Presiden melakukan
pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta
mengesahkan RUU menjadi UU.
d. Menetapkan peraturan pemerintah.
e. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri.
f. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR.
g. Mengangkat duta dan konsul serta menerima penempatan duta negara lain dengan
memerhatikan pertimbangan DPR.
Cabang kekuasaan Eksekutif adalah cabang kekuasaan yang memegang
kewenangan administrasi pemerintahan Negara yang tertinggi. Dalam hubungan
ini di dunia dikenal adanya tiga sitem pemerintahan Negara yaitu:
a. Sistem pemerintahan presidential
b. Sistem pemerintaha parlementer atau sitem cabinet
c. Sistem campuran

3. Lembaga Yudikatif

Sesuai dengan prinsip pemindahan kekusaan, maka fungsi-fungsi legislatif,


eksekutif, dan yudikatif dikembangkan sebagai cabang-cabang kekuasaan yang
terpisah satu sama lain. Jika kekuasaan legislatif berpuncak pada MPR yang terdiri
dari dua kamar, yakni DPR dan DPD, maka kekuasaan yudikatif berpuncak pada
kekuasaan kehakiman yang juga dipahami mempunyai dua pintu, yakni Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi.

Amandemen Undang-Undang Dasar (UUD 11945) telah membawa perubahan


kehidupan ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Berdasarkan
perubahan tersebut ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh:

a. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah lembaga peradilan tertinggi di Indonesia. Lembaga
ini memiliki peran penting dalam sistem peradilan negara, dan fungsinya
mencakup beberapa hal, seperti pengawasan hukum, interpretasi hukum, serta
memastikan konsistensi dan keseragaman dalam penerapan hukum di seluruh
wilayah Indonesia.

Mahkamah Agung adalah lembaga peradilan tertinggi di Indonesia yang


memiliki peran sebagai penjaga dan interpreter terakhir dari hukum. Ini adalah
lembaga yang merumuskan kebijakan dan standar peradilan yang mengikat
seluruh lembaga peradilan di Indonesia.
6

b. Mahkamah konstitusi

Mahkamah Konstitusi (MK) adalah sebuah lembaga peradilan yang memiliki


peran khusus dalam mengawasi dan memastikan kesesuaian undang-undang
dengan konstitusi suatu negara. MK bertindak sebagai penjaga terhadap prinsip-
prinsip konstitusional dan hak-hak warga negara serta memberikan keputusan
terkait konstitusionalitas suatu undang-undang atau tindakan pemerintah.

c. Komisi yudisial

Komisi Yudisial (KY) adalah sebuah lembaga independen yang bertugas


mengawasi perilaku dan kinerja hakim di Indonesia. KY bertujuan untuk
memastikan integritas, independensi, dan etika dalam sistem peradilan Indonesia.
Komisi Yudisial adalah lembaga independen yang bertugas mengawasi dan
mengontrol hakim-hakim di Indonesia.

B. Lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat kota dan provinsi


Lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat kota dan provinsi di
Indonesia memiliki struktur yang mirip dengan pemerintahan pusat, tetapi dengan
cakupan yang lebih lokal. Berikut adalah gambaran umum tentang lembaga-lembaga
negara yang ada di tingkat kota dan provinsi:

Tingkat Provinsi:

1. Gubernur: Gubernur adalah pemimpin eksekutif provinsi. Mereka dipilih melalui


pemilihan umum dan bertanggung jawab atas pengelolaan pemerintahan provinsi,
pelaksanaan kebijakan, serta pembangunan di tingkat provinsi.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi: DPRD Provinsi adalah lembaga
legislatif provinsi yang terdiri dari anggota yang dipilih oleh warga provinsi. Mereka
bertugas membuat undang-undang daerah (Peraturan Daerah) dan mengawasi kinerja
pemerintah provinsi.
3. Pemerintahan Provinsi: Pemerintahan provinsi terdiri dari berbagai kementerian atau
dinas yang bertanggung jawab atas berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan,
infrastruktur, dan lain-lain. Mereka melaksanakan kebijakan dan program-progam
yang direncanakan oleh gubernur dan DPRD provinsi.

Tingkat Kota/Kabupaten:

1. Walikota/Bupati: Walikota (untuk kota) atau bupati (untuk kabupaten) adalah kepala
eksekutif di tingkat kota atau kabupaten. Mereka dipilih melalui pemilihan umum dan
7

bertanggung jawab atas pemerintahan lokal, pengembangan kota/kabupaten, serta


pelaksanaan kebijakan lokal.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota/Kabupaten: DPRD kota/kabupaten
adalah lembaga legislatif yang terdiri dari anggota yang dipilih oleh warga setempat.
Mereka bertugas membuat peraturan daerah (Peraturan Kota/Kabupaten) dan
mengawasi kinerja pemerintah kota/kabupaten.
3. Pemerintahan Kota/Kabupaten: Pemerintahan kota/kabupaten terdiri dari berbagai
dinas atau instansi yang mengurus sektor-sektor seperti kesehatan, pendidikan, tata
kota, transportasi, dan lainnya. Mereka melaksanakan kebijakan dan program yang
ditetapkan oleh walikota/bupati dan DPRD kota/kabupaten.

Lembaga-lembaga ini berfungsi untuk menjalankan pemerintahan di tingkat lokal dan


mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat di wilayah provinsi, kota, atau
kabupaten. Mereka memiliki peran penting dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah setempat.

C. Lembaga-Lembaga Negara dalam Susunan Pemerintahan Tingkat Kecamatan


Pada tingkat kecamatan di Indonesia, terdapat beberapa lembaga pemerintahan yang
berperan dalam mengelola dan mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat di tingkat
yang lebih lokal. Berikut adalah lembaga-lembaga negara yang ada dalam susunan
pemerintahan tingkat kecamatan:

1. Camat: Camat adalah kepala eksekutif di tingkat kecamatan. Mereka bertanggung


jawab atas pengelolaan pemerintahan di kecamatan, melaksanakan kebijakan
pemerintah kota/kabupaten di tingkat kecamatan, dan memastikan pelayanan publik
yang efektif di wilayah mereka.
2. Kecamatan: Kecamatan adalah wilayah administratif yang terdiri dari beberapa desa
atau kelurahan. Di tingkat kecamatan, ada sejumlah staf dan departemen yang
membantu camat dalam menjalankan tugasnya, termasuk sekretariat kecamatan,
departemen perencanaan, dan lain-lain.

Lembaga-lembaga ini berfungsi untuk memastikan pengelolaan dan penyelenggaraan


pemerintahan yang efisien di tingkat kecamatan. Mereka juga berperan dalam
mengkoordinasikan berbagai program pembangunan, pelayanan publik, dan kebijakan
lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut.

D. Lembaga-Lembaga Negara dalam Susunan Pemerintahan Tingkat Desa


Kepala Desa: Kepala desa adalah pemimpin eksekutif di tingkat desa. Mereka
bertanggung jawab atas pengelolaan pemerintahan desa, pelaksanaan kebijakan dan
program-program pembangunan di desa, serta pelayanan publik kepada penduduk desa.
8

1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD): BPD adalah lembaga perwakilan di tingkat


desa yang dipilih oleh warga desa. Mereka memiliki peran dalam memperjuangkan
kepentingan warga dan memberikan masukan kepada kepala desa terkait dengan
pembangunan, kebijakan, dan perencanaan di desa.
2. Sekretariat Desa: Sekretariat desa adalah unit administrasi yang membantu kepala
desa dalam menjalankan tugas-tugas administratif dan teknis. Mereka terlibat dalam
penyusunan dokumen resmi, pengelolaan keuangan desa, dan pelaksanaan kebijakan.
3. Perangkat Desa: Perangkat desa adalah staf atau pegawai yang bekerja di bawah
kepala desa. Mereka bertanggung jawab atas berbagai aspek pemerintahan desa,
seperti bidang pendidikan, kesehatan, perencanaan, dan lain-lain. Perangkat desa
membantu melaksanakan program dan kebijakan desa.
4. Musyawarah Desa: Musyawarah desa adalah forum pertemuan yang melibatkan
warga desa dan pemimpin desa untuk membahas berbagai isu dan kebijakan desa. Ini
adalah tempat bagi warga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan lokal
dan menyampaikan aspirasi mereka.
5. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD): LPMD adalah lembaga yang
bertugas menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Mereka
bekerja sama dengan kepala desa dan BPD untuk mengembangkan program-program
yang bermanfaat bagi masyarakat desa.
6. Lembaga Kemasyarakatan Desa: Di beberapa desa, terdapat lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berfokus pada kepentingan tertentu, seperti lembaga agama,
olahraga, kebudayaan, dan lain-lain.

Lembaga-lembaga ini bekerja sama untuk memastikan pengelolaan dan pelayanan


pemerintahan yang efisien di tingkat desa, serta melibatkan masyarakat dalam
pembangunan dan pengambilan keputusan lokal. Mereka juga bertanggung jawab atas
pelaksanaan program-program pembangunan dan pelayanan publik yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di desa tersebut.

E. Perkembangan ketatanegaraan pada masa awal lahirnya pemerintah Indonesia


Pada 29 April 1945 pemerintah jepang di Jakarta membentuk suatu badan yang diberi
nama “dokuritso junbi cosakai” atau badan penyelidik persiapan kemerdekaan (BPPK).
Badan ini beranggotakan 62 orang dan diketuai oleh Dr.Rajiman Widyodiningrat. Dalam
badan itu duduk sejumlah pemimpin Indonesia, yang walaupun menggunakan siasat
bekerja sama dengan jepang, namun tetap pada cita-citanya untuk membelokan Tindakan-
tindakan pemerintah jepang kea rah yang mereka cita-citakan

Selama didirikan BPPK mengadakan siding dua kali, yakni :tanggal 29 mei sampai
dengan tanggal 1juni 1945 dan tanggal 10 sampai 16 juli 1945. BPPK membentuk suatu
panitia kecil yang ditugaskan untuk merumuskan hasil-hasil perundingan badan itu.
9

Panitia nerumusan ini mempunyai anggota 9 orang, yakni: Ir. Soekarno, Moh.Hatta,
Mrs.A.A Maramis, Abikusuno Tjokro Sujoso, Abdulkahar muzakir, Haji Agus Salim, Mr.
Ahmad Subardjo, K.H.A. Wahid hasjim, dan Mr. Muhammad yamin. Panitia itu pada 22
juni 1945 berhasil Menyusun rancangan pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

Di samping itu, BPPK telah pula berhasil Menyusun sebuah Rancangan Undang-
Undang Dasar Indonesia pada, 16 juli 1945. Setelah selesai Menyusun rancangan
Undang-undang Dasar Indonesia BPPK kemudian dibubarkan dan sebagai gantinya pada
9 agustus 1945 di bentuk sebuah badan baru yang disebut Dokuritsu JUnbi Linkai atau
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Ketua PPKI adalah Ir. "oekarno dengan Drs. Mohammad Hatta menjadi -akil
ketuanya. Para anggota PPKI adalah pemimpin-pemimpin rakyat yang terkenal. Mereka
mewakili daerah dari seluruh Indonesia. Pada waktu pendiriannya PPKI mempunyai 61
orang anggota. Kemudian setelah Jepang menyerah kepada Sekutu PPKI ditambah
anggotanya 6 orang sehingga menjadi 67 orang dan dijadikan sebuah panitia nasional.
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 disaksikan juga
oleh PPKI. Dalam mempersiapkan Indonesia Merdeka PPKI mengadakan beberapa kali
sidang, yaitu:

a. Sidang Pertama, 18 Agustus 1945 menetapkan:


1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden
Republik Indonesia
3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan
DPR belum terbentuk.
b. Sidang Kedua, 19 Agustus 1945 menetapkan:
1. Pembentukan 16 departemen pemerintahan
2. Pembagian Wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan daerah

Tanggal 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan oleh Presiden dan dibentuk Komite
Nasional Indonesi Pusat (KNIP) yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam
hal ini terserah kepada Presiden didalam bidang apa KNIP memberikan bantuannya.
10

F. Periode berlakunya UUD 1945 (17 agustus – 27 desember 1949)


Pada periode pertama terbentuknya Negara Republik Indonesia konstitusi atau UUD
yang berlaku adalah UUD 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 8
agustus 1945.

Bentuk Negara Republik Indonesia pada kuryn waktu18 agustus 1945 sampai dengan
27 desember adalah Negara Kesatuan . landasan yuridis negara kesatuan Indonesia antara
lain sebagai berikut:

1. Pembukaan UUD 1945 alenia 4, yang berbunyi:


“…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia…”
Hal tersebuat menunjukan suatu kesatuan bangsa Indonesia dan satu kesatuan wilayah
Indonesia.
2. Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi:
“Negara Republik Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”
Kata kesatuan dalam pasal tersebut menunjukan bentuk negara, sedangkan Republik
menunjukan bentuk pemerintahan.
UUD 1945 tidak menganut teori pemisah kekuasaan secara murni seperti yang
diajarkan Montesquieu dalam ajaran trias politika. UUD 1945 lebih cenderung
menganut prinsip pembagian kekuasaaan (Distribution of power). Dalam prinsip
pembagian kekuasaan antara Lembaga yang satu dengan yang lainya masih
dimungkinkan adanya kerja sama menjalankan tugas-tugasnya.
Menurut UUD 1945, seperti yang telah di sebutkan diatas bahwa kekuasaan-
kekuasaan dalam negara dikelola oleh lima Lembaga, yaitu:
a. Leguslatif, yang dilakukan oleh DPR.
b. Eksekutif, yang dijalankan oleh presiden.
c. Konsultasi,yang dijalankan oleh DPA.
d. Eksaminatif(mengevaluasi),kekuasaan inspektif(mengintrol),dan kekuasaan
auditatif(memeriksa) yang dijalankan oleh BPK.
e. Yudikatif, yang dijalankan oleh mahkamah agung.

Namun, pembagian kekuasaan pada masa UUD 1945 kurun waktu 18 agustus 1945
sampai dengan 27 desember 49 belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini
disebabkan belum terbentuknya Lembaga-lembaga negara seperti yang dikehendaki
UUD 1945.

Mrnurut UUD 1945, yang berdaulat itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR,
sebagaimana yang ditentukan pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Karena MPR melakukan
kedaulatan rakyat, oleh UUD 1945 ditetapkan pula beberapa tugas dan wewenagnya,
yaitu:

a. Menetapkan UUD dan GBHN


b. Memilih dan mengangkat presiden
c. Mengubah UUD
11

MPR sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi dalam system ketatanegaraan,


dengan jumlah anggota yang begitu banyak.

G. Masa orde baru (11 maret 1966-21 mei 2998)


Orde baru berarti suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang berlandaskan, akan
melaksanakan secara murni dan konsekuen, nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945.
Istilah ini diciptakan setelah gagalnya pemberontakan G30S PKI pada tanggal 30
september 1965.

Perjalanan ketatanegaraan dibawah rezim soehartodi akhir-akhir kekuasaannya telah


melahirkan ketidak seimbangan dan ketidak adilan kepada kehidupan bangsa dan
bernegara. Di bidang hukum justru digunakan untuk memupuk kekuasaan dan kekayaan
pribadi. Dengan kata lain, selama kurun waktu 1966-1998 telah melahirkan hukum yang
deskriminatif, sementara KKn terus mewarnai kehidupan dalam bernegara. Hukum
dimanipulasi menjadi hamba sahaya segelincir penguasa dan pengusaha, pemanipulasian
ini terjadi karena, presiden Suharto menguasi nyaris semua kekuasaan negara.

Melihat situasi yang dirasa semakin menjadi-jadi dengan hegomoin rezim tersebut
memompa semangat kaum reformis untuk bangkit, sehingga menghasilkan pelengseran
terhadap penguasaan presiden soeharto 21 mei 1998 dari kekuasaannya selam 30 tahun.

Berdasarkan konstitusi, maka wakil presiden yang dalam hal ini B.J.Habibie naik
sebagai presiden RI menggantikan presiden soeharto sampai masa jabatannya habis.

Atas dasar surat perintah 11 maret 1966 (supersemar),merupakan akar awl jatuhnya
presiden soeharto dan tampak kekuasan negara dipegang oleh jendral soeharto atau
dikenal dengan era orde baru adalah:

1. Demokrasi Pancasila
2. Adanya konsep dwi fungsi ABRI
3. Adanya golongan karya
4. Kekuasaan ditangan eksekutif (penumpukan kekuasaan)
5. Adanya system pengangkatan dalam Lembaga-lembaga perwakilan
6. Penyederhanaan partai politik
7. Adanya rekayasa dalam pemilihan umum, soeharto tetap menjadi presiden untuk
beberapa kali.

H. Masa reformasi (21 maret 1998-sekarang)


Gerakan reformasi tahun 1998 dan presiden soeharto meletakan jabatannya tanggal 20
mei 1998 digantikan oleh presiden B.J. Habibie. Reformasi menghendaki suatu
perubahan yang pada akhirnya penggantian berbagai peraturan perundang-undangan,
yang tidaksesuai dengan alam demokrasi dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat terutama
12

mengadakan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali. Setelah amandemen ke-IV
UUD 1945, maka sistem ketatanegaraan republic Indonesia adalah sebagai berikut:

1. NKRI harus tetap diperthankan


2. Kedaulatan ada ditangan rakyat
3. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat
4. Negara republic Indonesia adalah negara hukum
5. Sistem pemerintahan adalah presidensil
6. Sistem parlemenmenggunakan bikanural system, yaitu terdiri dari DPR dan DPD
7. Sistematka UUD 1945 terdiri dari pembuka dan pasal-pasal
8. MPR tidak lagi menjadi Lembaga tertinggi negara
9. Hubungan organisasi pemerintahan dan garis vertical dengan asas desentralisasi
dengan otonomi luas.
10. Adanya Lembaga-lembaga baru yaitu: mahkamah konstitusi dan komisi yudisial
dalam UUD 1945

Amandeman UUD 1945, yaitu:

1. UUD 1945 dan perubahan I (19 oktober 1999-18 agustus 2000)


2. UUD 1945 dan perubahan I dan II (18 agustus 2000-9 november 2001)
3. UUD 1945 dan perubahan I, II, dan III (9 nivember 2001-10 agustus 2002)
4. UUD 1945 dan perubahan I, II, III, dan IV (10 agustus 2002sampai sekarang)
13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan

Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan Pusat

Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan provinsi

Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan kabupaten

Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan kecamatan

Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintahan desa

Perkembangan ketatanegaraan Indonesia telah mengalami berbagai fase yang signifikan


sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Berikut adalah gambaran singkat
tentang perkembangan ketatanegaraan Indonesia:

1. Proklamasi Kemerdekaan (1945): Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan


Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, yang menjadi tonggak
berdirinya negara Indonesia Merdeka. Ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk
mencapai pengakuan kemerdekaan oleh Belanda dan komunitas internasional.

2. Konstitusi UUD 1945: Konstitusi Indonesia, yang dikenal sebagai Undang-Undang


Dasar 1945 (UUD 1945), ditetapkan pada tahun 1945. UUD 1945 menjadi dasar hukum
negara dan telah mengalami beberapa amendemen seiring perkembangan negara.

3. Orde Lama (1950-1965): Era pemerintahan Soekarno, yang dikenal sebagai "Orde
Lama," ditandai oleh nasionalisme, anti-imperialisme, dan politik non-blok. Selama
periode ini, Indonesia merdeka dari kolonialisme, tetapi juga menghadapi ketegangan
politik dan ekonomi.

4. Orde Baru (1966-1998): Pada tahun 1966, Soeharto merebut kekuasaan dan memimpin
era "Orde Baru." Selama masa ini, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, tetapi juga diktatorisme, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi yang
meluas.

5. Reformasi (1998-sekarang): Krisis ekonomi, protes, dan tekanan internasional pada


tahun 1998 memaksa Soeharto turun. Ini memulai periode reformasi di mana Indonesia
mengalami perkembangan demokrasi, kebebasan pers, dan perbaikan hak asasi manusia.
Pada tahun 2004, Indonesia mengadopsi undang-undang otonomi daerah yang
memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah.
14

DAFTAR PUSTAKA
Tutik, triwulan titik, konstruksi hukum tatanegara Indonesia pasca-amandemen UUD 1945,
kencana, Jakarta, 2010.

CST. Kansil, hukum tatanegara republic Indonesia, PT. rineka cipta, Jakarta, 1986.

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Daulay, Ikhsan Rosyada Parluhutan, Mahkamah Konstitusi: Memahami Keberadaannya

Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Huda,

Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Sarman dan

Mohammad Taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta: Rineka

Cipta, 2011. Siregar, Eddie, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undamg Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia, Jakarta: Majelis Permusyawaratan Rakyat republik Indonesia, 2011

Anda mungkin juga menyukai