MAKALAH
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat) ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat) ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini
dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................... ii
YKATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian MPR..................................................................................... 3
B. Sejarah MPR.......................................................................................... 3
C. Tugas dan Wewenang MPR.................................................................. 8
D. Keanggotaan MPR................................................................................. 12
E. Hak dan Kewajiban Anggota MPR....................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama MPR hasil pemilihan umum Tahun 1999,
menindaklanjuti tuntutan reformasi yang menghendaki perubahan UUD 1945
dengan melakukan satu rangkaian perubahan konstitusi dalam empat tahapan
yang berkesinambungan, sejak Sidang Umum MPR Tahun 1999 sampai
dengan Sidang Tahunan MPR Tahun 2002.
Pasca perubahan UUD 1945, maka ada 6 (enam) lembaga Negara yang
diberikan kekuasaan secara langsung oleh konstitusi. 1Undang-Undang Dasar
merupakan hukum tertinggi di mana kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada 6 Lembaga Negara dengan
kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan
Mahkamah Konstitusi (MK).
1
Dalam Bab I Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa, “Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Dengan rumusan itu
dimaksudkan, bahwa kedaulatan itu pada hakikatnya tetap melekat dan berada
di tangan rakyat, dan Undang-Undang Dasar yang mengatur pelaksanaannya.
Sebagian kedaulatan itu tetap dipegang dan dilaksanakan sendiri oleh rakyat,
yaitu dalam hal memilih Presiden dan Wakil Presiden, memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian MPR?
2. Bagaimana sejarah MPR?
3. Apa saja tugas dan wewenang MPR?
4. Bagaimana keanggotaan MPR?
5. Apa saja hak dan kewajiban anggota MPR?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut
Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR-RI atau MPR) adalah
lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum Reformasi, MPR merupakan
lembaga tertinggi negara.
B. Sejarah MPR
Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah
bangsa yang masih muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan
administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah ideologi Pancasila yang
diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari
penggalian serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pra
Amendemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
3
dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari oleh prinsip
kekeluargaan, di mana setiap anggota keluarga dapat memberikan
pendapatnya.
4
Pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949-1950)
dan Undang-Undang Dasar Sementara (1950-1959), lembaga MPR tidak
dikenal dalam konfigurasi ketatanegaraan Republik Indonesia. Pada
tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan pemilihan umum untuk
memilih anggota Konstituante yang diserahi tugas membuat Undang-
Undang Dasar.
5
d. Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat
sumpah menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS
yang dikuasakan oleh Presiden.
e. MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang
diangkat oleh Presiden.
6
Soerkarno yang diberi judul ”Nawaksara” ternyata tidak memuaskan
MPRS sebagai pemberi mandat. Ketidakpuasan MPRS diwujudkan dalam
Keputusan MPRS Nomor 5 Tahun 1966 yang meminta Presiden Soekarno
melengkapi pidato pertanggungjawabannya.
7
melaksanakan kedaulatan rakyat. Perubahan Undang-Undang Dasar telah
mendorong penataan ulang posisi lembaga-lembaga negara terutama
mengubah kedudukan, fungsi dan kewenangan MPR yang dianggap tidak
selaras dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat
sehingga sistem ketatanegaraan dapat berjalan optimal.
8
Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 (satu pertiga) dari
jumlah anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara tertulis
dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta
alasannya.
9
2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden Hasil Pemilihan Umum
MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum dalam
sidang paripurna MPR. Sebelum reformasi, MPR yang merupakan
lembaga tertinggi negara memiliki kewenangan untuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden dengan suara terbanyak, namun sejak reformasi
bergulir, kewenangan itu dicabut sendiri oleh MPR. Perubahan
kewenangan tersebut diputuskan dalam Sidang Paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-7 (lanjutan 2) tanggal 09
November 2001, yang memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat, Pasal 6A ayat (1).
10
kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota yang hadir.
11
Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.
D. Keanggotaan MPR
MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui
pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden.
Sebelum reformasi, MPR terdiri atas anggota DPR, utusan daerah, dan utusan
golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-undang. Jumlah anggota
MPR periode 2009–2014 adalah 692 orang yang terdiri atas 560 Anggota
DPR dan 132 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan
berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji.
12
g. Keuangan dan administratif.
2. Kewajiban Anggota
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan.
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan.
e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam benak rakyat Indonesia sudah
sangat dikenal dan melekat di hati sanubari hampir seluruh rakyat Indonesia.
Keberadaan MPR sudah dikumandangkan sejak berdirinya Republik ini dan
secara resmi telah disebut dalam UUD 1945. Pada awalnya MPR diposisikan
sebagai lembaga representatif penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan
pemegang kedaulatan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara
tertinggi. MPR berwenang memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden, oleh karenanya Presiden bertanggungjawab kepada MPR karena
Presiden sebagai mandataris MPR. Lembaga ini juga berwenang merubah dan
menetapkan undang-undang dasar, serta menetapkan garis-garis besar haluan
negara.
Kewenangan MPR ini pun sifatnya insidental, artinya tidak secara rutin
dilakukan dan hanya bila ada kemauan politik saja untuk menjalankan
kewenangan ini. Dengan demikian tugas rutin MPR hanyalah dilakukan setiap
5 tahun sekali, dan tugas kesehariannya tidak ada, oleh karenanya diusulkan
agar MPR dibubarkan saja seperti halnya DPA.
F. Saran
Dari kesimpulan di atas , dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Seharusnya MPR menyadari peranannya di suatu Lembaga Negara yang
mempunyai salah satu peranan penting seperti tempat menampung aspirasi
dari masyarakat luas khususnya.
2. Kebijakan-kebijakan atau wewenang dari MPR tersebut harus sesuai
dengan keinginan rakyat itu sendiri dan tidak menyalahgunakan
wewenang tersebut untuk hal tidak perlu dilakukan serta terus terfokus
dalam menjalani tugas dengan baik untuk mendapat hasil yang baik pula.
14
DAFTAR PUSTAKA
Wahidin, Samsul. 1986. MPR RI dari Masa ke Masa. Jakarta: Bina Aksara.
15