Anda di halaman 1dari 16

Proyek Gotong Royong & Kewarganegaraan

MAKALAH
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN PKN

SMKS TARUNA
PERSADA DUMAI

Oleh Kelompok 5 :

Desi Ayu Lestari

Irene Romayanti

Muhammad Fauzi Ikhsan

Nursal Sabila

Ribka Sirait

Rossy Andriansyah

Septina Tri Nurmaliza

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERKANTORAN DAN LAYANAN BISNIS


(MPLB) & AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA (AKL)
SMKS TARUNA PERSADA DUMAI TAHUN 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Proyek Gotong Royong Kewarganegaraan”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang Undang-Undang NRI
1945,Norma Dan Konstitusi, serta Cara Mengatasi Pelanggar Norma dan
Konstitusi.

Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan Terima Kasih.

Dumai,20 Agustus 2023

Desi Ayu Lestari


Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
1. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945........3
A. SEJARAH / LATAR BELAKANG...................................................................................3
 Perumusan.....................................................................................................................3
 Pengesahan Dan Pemberlakuan..............................................................................3
B. STRUKTUR.........................................................................................................................4
C. Bentuk Undang - Undang...............................................................................................5
D. Makna..................................................................................................................................6
2. NORMA DAN KONSTITUSI..................................................................................................7
a. Konstitusi...........................................................................................................................7
b. Norma..................................................................................................................................8
c. Macam – Macam Norma..................................................................................................9
 Norma Agama...............................................................................................................9
 Norma Kesusilaan........................................................................................................9
 Norma Kesopanan.......................................................................................................9
 Norma Hukum.............................................................................................................10
d. Dinamika Konstitusi Indonesia..............................................................................11
e. Fungsi Kongstitusi....................................................................................................12
3. Mengatasi Pelanggaran Norma dan Konstitusi...........................................................13
1. Sanksi Melanggar Norma.............................................................................................13
2. Sanksi Pelanggar Konstitusi.......................................................................................13
4. Penutup / Kesimpulan........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................16

2
1. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945

A. SEJARAH / LATAR BELAKANG

 Perumusan
Penyusunan rancangan UUD 1945 dilakukan secara bertahap
oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan , yaitu
badan yang dibentuk dengan izin Jepang pada tanggal 29 April 1945.
Selain itu, sidang ini juga menghasilkan kesepakatan untuk membentuk
Panitia Sembilan yang akan membahas lebih jauh mengenai gagasan
tersebut agar menghasilkan rumusan yang matang. Naskah piagam inilah
yang menjadi naskah Pembukaan UUD 1945.
Setelah itu, sidang kedua BPUPKI yang berlangsung dari tanggal 10–17
Juli membahas perihal piagam tersebut dan komponen-komponen
negara, seperti bentuk negara, bentuk dan susunan
pemerintahan, kewarganegaraan, bendera dan bahasa nasional, dan
sebagainya.
 Pengesahan Dan Pemberlakuan.

Setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang merupakan kelanjutan dari BPUPK mengadakan sidang pertamanya
pada tanggal 18 Agustus. Sidang tersebut kemudian menghasilkan, salah
satunya, penetapan rancangan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD yang
dihasilkan BPUPK sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang sah. Namun sebelum itu, PPKI melakukan
beberapa perubahan pada naskah UUD hasil rancangan BPUPK, terutama
pada bagian-bagian yang dianggap lebih menonjolkan agama Islam.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya:

 Kata "Mukadimah" diganti dengan kata "Pembukaan".


 Pada salah satu frasa (yang merupakan sila pertama Pancasila) dalam
alinea keempat yang berbunyi, "... dengan berdasar kepada
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, ..." diubah menjadi "... dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, ...".
 Frasa "yang beragama Islam" dalam Pasal 6 Ayat (1) yang berbunyi
"Presiden ialah orang Indonesia asli yang beragama Islam" dihapuskan.
 Beberapa kata dalam kalimat "Negara berdasar atas Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dalam
Pasal 28 Ayat (1) diganti, sehingga menjadi Pasal 29 Ayat (1) yang
berbunyi "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa".
 Penyisipan Pasal 28 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang".

3
Dalam kurun waktu 1945–1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan
bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP, karena MPR dan DPR
masih belum terbentuk. Pada tanggal 14 November setelahnya, Soekarno
membentuk kabinet semiparlementer yang pertama (karena adanya jabatan
Perdana Menteri di dalamnya), sehingga peristiwa ini merupakan peristiwa
perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia yang seharusnya seperti
yang disebutkan dalam UUD 1945.
Setelah Indonesia dan Belanda beberapa kali melakukan pertempuran dan
perjanjian gencatan senjata, pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949,
perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan Majelis Permusyawaratan
Federal (BFO) bentukan Belanda melakukan pertemuan di di Den
Haag (Belanda) yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB) untuk perjanjian
damai terakhir kalinya dengan Belanda. KMB tersebut menghasilkan
kesepakatan bahwa kedaulatan negara Indonesia akan diberikan
kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) dan diakui oleh Belanda. RIS kemudian
terbentuk pada tanggal 27 Desember 1949. Oleh karena hal ini, UUD 1945
dibatalkan secara otomatis setelah negara tersebut berdiri.

B. STRUKTUR

UUD 1945 telah mengalami perubahan struktur yang signifikan semenjak


UUD 1945 diamendemen sebanyak empat kali. Bahkan, diperkirakan hanya 11%
dari keseluruhan isi UUD yang tetap sama seperti sebelum adanya perubahan
UUD. Sebelum diamendemen, UUD 1945 terdiri atas:

1. Pembukaan, yang terdiri dari empat alinea.


2. Batang Tubuh, yang terdiri dari:
o 16 bab, 37 pasal, atau 65 ayat aturan utama.
o 4 pasal aturan peralihan.
o 2 ayat aturan pertambahan.
3. Penjelasan, yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.
Setelah diamendemen, UUD 1945 saat ini (menurut Pasal II Aturan Tambahan
UUD 1945) terdiri atas: 2 Bagian.

1. Pembukaan, yang terdiri dari empat alinea.


2. Pasal-Pasal, yang terdiri dari:
o 21 bab, 73 pasal, atau 194 ayat aturan utama.
o 3 pasal aturan peralihan.
o 2 pasal aturan tambahan.
Meskipun bagian "Penjelasan UUD 1945" tidak disebutkan secara formal
dari UUD 1945 setelah perubahan keempat, isi-isi dari bagian Penjelasan

4
telah diintegrasikan secara materiel ke dalam Batang Tubuh dan masih
menjadi bagian tidak terpisahkan dari UUD 1945.

C. Bentuk Undang - Undang

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN


1945
PEMBUKAAN
( P r e a m b u l e)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada


saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

D. Makna

 Alinea I bermakna bahwa bangsa Indonesia anti penjajahan, karena


penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kemudian, bangsa Indonesia juga mengakui bahwa setiap bangsa berhak
untuk merdeka. oleh karena itu bangsa Indonesia mendukung perjuangan
kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia.
 Alinea II menggambarkan cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu ingin
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

5
 Alinea III berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia, dan juga pengakuan
bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan yang dicapai adalah berkat
rahmat Tuhan dan bukan semata-mata hasil perjuangan bangsa
Indonesia sendiri.
 Alinea IV memuat tujuan dibentuknya pemerintahan dan negara Republik
Indonesia, serta memuat dasar negara Pancasila.

E. Proses Pergantian Dan Perubahan

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa


kali pergantian baik nama, subtansi materi yang dikandungnya maupun
masa berlakunya, beserta perubahan-perubahannya yakni dengan rincian
sebagai berikut :

1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);


2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus
1950);
3. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17
Agustus 1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18
Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus
2000-9 Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember
2001 – 10 Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10
Agustus 2002).

2. NORMA DAN KONSTITUSI

a. Konstitusi

Dalam bahasa Belanda konstitusi disebut constitutie, dalam bahasa


Inggris constitution, bahasa Jerman konstitution dan bahasa Latin
constitutio / constituere. Artinya membentuk suatu negara atau menyusun
suatu negara . Selanjutnya konstitusi mempunyai dua arti, yaitu secara
luas dan secara sempit. Konstitusi secara luas adalah keseluruhan dari
semua ketentuanketentuan dasar atau hukum dasar. Sedangkan arti

6
konstitusi secara sempit merupakan piagam dasar atau undang-undang
dasar suatu negara atau dikenal dengan istilah loi contitutionalle yang
berarti suatu dokumen lengkap tentang aturan dasar negara.

Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen


yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi
pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini harus dicermati
bahwa konstitusi dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis.
Menurut para ahli ilmu hukum dan ilmu politik konstitusi harus
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi.
Schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu sebagai kesatuan
organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi yang ada di
dalam negara. sebagai bentuk negara. sebagai faktor integrasi. sebagai
sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara.
Dalam pengertian relatif, konstitusi dibagi menjadi 2 pengertian yaitu :

 konstitusi sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya


dapat dijamin oleh penguasa
 konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil dan
dalam arti materiil, konstitusi yang dilihat dari segi isinya.

Selain itu ada juga istilah konstitusi dalam arti positif yaitu sebagai
sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu mengubah
tatanan kehidupan kenegaraan. Dan konstitusi dalam arti ideal yaitu
konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta
perlindungannya.
Untuk lebih mendalam tentang pengertian konstitusi, berikut disajikan
beberapa pengertian konstitusi menurut para ahli:

 CF Strong, mengartikan konstitusi sebagai sebuah kumpulan dari


asas-asas yang melaksanakan kekuasaan pemerintah, hak-hak
pemerintah dan hubungan antara pemerintah dan yang diperintah.

 EC Wade, mengatakan konstitusi adalah sebuah tulisan yang


menyatakan tentang rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan sebuah negara dan menentukan apa saja pokok kerja
dari badan itu.

 Herman Heller, membagi konstitusi menjadi tiga tingkat, yaitu:


konstitusi sebagai pengertian politik, mencerminkan kondisi sosial
politik sebuah negara. konstitusi sebagai pengertian hukum,
keputusan umum yang harus ditaati. konstitusi sebagai peraturan
hukum, peraturan hukum yang tertulis.

7
 Menurut K.C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem
ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan
yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu
negara. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan
yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang
mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala
negara angkatan perang, partai politik.

 Menurut L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan


tertulis maupun peraturan tak tertulis.

 Koernimanto Soetopawiro, menyebutkan istilah konstitusi berasal


dari bahasa latin cisme yang berarti bersama dengan dan statute
yang berarti membuat sesuatu agar berdiri.
Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama .

b. Norma
Untuk memahami apa itu norma, maka berikut ini disajikan beberpa
pengertian tentang norma. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku yang sesuai dan diterima oleh setiap warga
masyarakat. Pada hakikatnya, eksistensi norma, tumbuh, berlangsung
dan berkembang oleh adanya manusia-manusia yang hidup dalam
masyarakat. Norma sebagai produk kebudayaan yang berwujud sistem
sosial yang mengatur segala bentuk sikap dan tingkah laku masyarakat.
Pada awalnya norma dibentuk dari suatu kesepakatan atau konensus
bersama masyarakat yang terlibat di dalamnya. Menurut
Aristotels, manusia sebagai zoon politicon, yang artinya bahwa manusia
telah dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama
lain . Dalam kehidupan bermasyarakat manusia memerlukan aturan-
aturan tertentu karena tidak semua orang bisa berbuat sesuka hatinya
dan menurut kehendak masing-masing. Jika keinginan seseorang
dipaksakan terhadap orang lain, akan terjadi benturan dengan keinginan
pihak lain.

c. Macam – Macam Norma

 Norma Agama
Norma agama bersifat dogmatis, artinya bahwa ajarannya
sudah diyakini akan kebenarannya. Oleh sebab itu harus
dilaksanakan oleh mansuai dengan prinsip dalam
pelaksanaannya tidak boleh dikurangi ada/atau ditambah.
Sumber norma agam dari wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang di
tulis dalam kitab suci masing-masing agama dan kepercayaan
manusia di dunia. Sehingga norma agama menjadi peraturan

8
hidup yang harus diterima oleh manusia sebagai bentuk perintah,
larangan dan ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.

Di Indonesia ada 6 agama yang di akui oleh pemerintah, yaitu


Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, Hindu dan Kong
Hu Cu. Umat dari keenam agama ini memiliki norma agama yang
mengikat dirinya terhadap ajaran agama tersebut. Baik yang
mengajarkan terhadap hubungan dengan Tuhannya masing-
masing (vertikal), maupun yang menghatur hubungan berinterkasi
dengan sesesama manusia seiman dan dengan yang tidak
seiman (horizontal). Terhadap hubungan yang vertikal, itu adalah
kewajiban pemeluk agama mematuhi ajaran agama dan
kepercayaannya terhadap Tuhan-Nya. Umat manusia yang
beragama lain tidak boleh intervensi dan mengkriminalisasi,
karena masing-masng sudah mempunyai tata cara atau norma
tersesendiri dalam berhubungan dengan Tuhan secara vertikal.

 Norma Kesusilaan

pengertian norma kesusilaan, menyangkut pada dua sisi


tentang baik dan buruk. Norma kesusilaan secara esensial dapat
dikatakan sebagai pedoman hidup yang berkaitan dengan
perilaku baik dan buruk yang didasarkan atas kemampuan untuk
mengenali kebenaran dan keadilan serta membuat pembeda
diantaranya. Bagi yang melanggar norma kesusilaan akan
mendapatkan sanksi sosial antara lain, seperti : pengucilan,
pencibiran, penghinaan, dibuat perasaan tidak nyaman dan lain
sebagainya. Meskipun sanki sosial sudah hampir tidak
diterapkan, namun dipastikan tetap akan ada hubungannya
dengan rasa, praskena sansi sosial norma kesusilaan.

 Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan suatu aturan yang berisikan nilai-
nilai sosial yang mengatur tata cara berperilaku dan berinteraksi
dengan lingkungan sosial.

 Norma Hukum
Norma hukum bersifat formal, maksudnya sebagai bentuk
aturan yang dibuat oleh negara untuk ditaati, dipatuhi dan
dijalankan oleh masyarakat. Siapa saja yang melanggar norma
hukum, maka akan diproses secara formal oleh lembaga
penegak hukum untuk diadili agar diperoleh putusan yang seadil-
Norma kesopanan, pada umumnya bergerak pada dimensi
perilaku-perbuatan, tutur kata lisan dan sikap yang dibentuk atas
pengaruh budaya setempat dengan agama yang dianut dan
diyakininya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa norma

9
kesopanan merupakan pedoman dan peraturan kehidupan atau
nilai nilai yang telah diatur, berdasarkan kebiasaan adat-istiadat
setempat dan ajaran agama yang dianut masyarakat.

adilnya.Pelanggaran-pelangaran norma hukum berkaitan


dengan pelanggaran yang bersifat pidana, perdata dan
administrasi negara. Dapat dikatakan bahwa norma hukum
merupakan pedoman atau ketentuan hukum yang mengatur
masyarakat dalam suatu negara, baik yang tertulis ataupun tidak
tertulis.

 Jenis – jenis Norma Hukum

 Hukum Tertulis
Menurut buku Pendidikan Kewarganegaraan SMP VII
oleh Mochlisin, hukum tertulis adalah hukum yang
terdapat dalam naskah tertulis (peraturan perundang-
undangan). Contohnya adalah seperti undang-undang
dan peraturan pemerintah.

o Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-


perbuatan apa yang bisa dihukum terhadap para
pelanggarnya. Hukum ini juga mengatur bagaimana cara
mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan.

Menurut website Fakultas Hukum UMSU, tujuan dari


norma hukum ini adalah membatasi tingkah laku
masyarakat agar tidak mengancam hak orang lain.
Tentunya ada sanksi yang akan dihadapkan.

o Hukum Tidak Tertulis


Hukum yang hidup dan berkembang di masyarakat,
seperti hukum adat. Peraturannya tidak tertulis dalam
suatu buku, namun dalam bentuk kesepakatan.

o Hukum perdata berisi serangkaian kewajiban yang harus


ditaati oleh warga negara. Hukum ini mengurusi masalah
yang dilakukan oleh salah satu pihak individu ke orang
lain.

d. Dinamika Konstitusi Indonesia

10
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum, artinya
negara yang semua penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan
serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan didasarkan
atas kekuasaan belaka. (Ristek-Dikti. 2016 : 179). Ketentuanketentuan
yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan, kenegaraan dan hidup
bermasyarakat di negara Indonesia ada adanya konstitusi. Dalam
perkembangannya konstitusi di Indonesia sudah mengalami beberapa
kali perubahan, sesuai dengan kehendak rakyat. Oleh karena Negara
Indonesia menganut sistem demokrasi berdasarkan pada kedaulatan
rakyat, maka perubahan-perubahan konstitusi harus didukung oleh
rakyat, sebagai pemilik kedaulatan. Namun demikian, perubahan-
perubahan konstitusi harus benarbenar dicermati. Sebab perubahan
konstitusi mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam sistem
pemerintahan, kenegaraan dan kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.

Sebagai contoh sistem perubahan konsistusi yang berdampak pada


perubahan-perubahan pemerintahan, yaitu setelah amandemen UUD
1945, mulai dari istilah penulisan berubah menjadi UUD NRI 1945. Ada
perubahan, sebelum amandemen tidak ada kata-kata Negara Republik
Indonesia (NRI) setelah huruf UUD atau sebelum angka tahun 1945.
Namun setelah amandemen terjadi perubahan diantara UUD dan tahun
1945 di tambah dengan beberapa kosa kata, yaitu Negara Republik
Idonesia atau di singkkat (NRI). Contoh lain, dalam sistem pemerintahan
dan kenegaraan sudah terjadi perubahan yang sangat mencolok. Pada
sebelum perubahan konstitusi, sistem pemerintahan dan kenegaraan
diselenggarakan berdasarkan azas sentraliasi. Artinya semau
kewenangan dan tanggung jawab berada pada pemerintah pusat.
Presiden sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara memiliki kuasaan yang sentral atau penuh, kewenangan untuk
mengatur dan menentukan kebijakan berada di tangan presiden. Baik
kebijakan itu berlaku untuk jangkauan yang luas, seluruh Indonesia.
Maupun dalam jangkauan terbatas pada daerah-daerah tertentu, yang
berada di lingkutp provinsi, kabupaten/kota, kecamatan bahkan sampai
ke kelurahan dan dese menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Setelah amandemen kontitusi UUD NRI 1945, memungkinkan rakyat


dapat mengusulkan perubahan sistem pmerintahan dan kenegaraan
tersebut. Dengan dikuatkan oleh landasan-landasan hukum turunananya,
baik itu perubahan melalui amandemen UUD 1945, maupun berupa
ketetapan MPR RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, sudah
dapat dijadikan dasar hukum untuk melakukan perubahan dalam sistem
pemerintahan dan kenegaraan.

11
e. Fungsi Kongstitusi

Konstitusi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam ketata


negaraan, pemerintahan, dan pengaturan kehidupan berbangsa.
Fungsifungsi konstitusi yang dikutif dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi (Kemenristek-Dikti, 2016)
adalah sebagai berikut:

 Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme.


Landasan konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan
konstitusi, baik konstitusi dalam arti luas maupun konstitusi dalam
arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi undang-undang
dasar, undangundang organik, peraturan perundang-undangan
lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-
Undang Dasar (Astim Riyanto, 2009).

 Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan


pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian,
diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi.
Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl
Joachim Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah
merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh
dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan
yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan
oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib dan
Hamidi, 1999).
 Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar
dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenangwenang
terhadap rakyatnya;
 Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan
masyarakat yang dicitacitakan tahap berikutnya;
 Dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu
sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh
semua warga negaranya;

3. Mengatasi Pelanggaran Norma dan Konstitusi

1. Sanksi Melanggar Norma

norma hukum memiliki sanksi bagi pelanggarnya dan tercatat secara


tertulis. Sanksi dalam norma hukum dapat berupa pemidanaan, denda,

12
maupun hukuman sosial. Dimana sanksi tersebut berlaku bagi setiap
warga masyarakat yang melanggar norma hukum yang sudah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.

Ditetapkannya sanksi bagi pelanggar norma hukum adalah agar


masyarakat tetap mematuhi dan menjaga ketertiban kehidupan
bermasyarakat. Hadinya sanksi juga berdasarkan pasal yang dijatuhkan
kepada pelanggar, baik merujuk pada sanksi pidana atau perdata.

Ada pula sanksi hukum bagi pelanggar norma hukum, baik sanksi
berupa pidana yakni vonis terhadap tersangka oleh hakim dengan
hukuman penjara, hukuman kurungan, hukuman denda, atau hukuman
mati yang diatur dalam KUHP Pasal 10.

Sementara itu, hukum perdata hakim yang mengatur tentang norma


hukum bisa menjatuhkan hukuman berdasarkan putusan condemnatoir,
declaratoir, dan constitutief. Agar lebih mengenal apa saja sanksi bagi
norma hukum, berikut sanksi bagi pelanggar norma hukum sesuai
dengan KUHP.

Di bawah ini, diambil contoh Pasal 351 dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (KUHP).

1. Penganiayaan diancam dengan hukuman pidana penjara, paling


lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan kematian, pelaku diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Akibat lain yang mungkin muncul dari pelanggaran norma, yaitu


digunjingkan dan dijauhi masyarakat sekitar. Bisa disimpulkan bahwa hal
yang akan terjadi jika kita melanggar norma ialah dikenai sanksi,
dikucilkan, digunjingkan, serta dijauhi masyarakat sekitar.

2. Sanksi Pelanggar Konstitusi

konstitusi adalah pertama, mengatur pemerintah dalam menjalankan


tugas pemerintahan dengan batasan-batasan mana yang boleh dilakukan
dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Kedua, memberi tanggung jawab kepada pemerintah untuk memberi
perlindungan terhadap hak-hak rakyat.
Misalnya hak merdeka menyampaikan pendapat dan menentukan
pilihan, hak untuk memilih dan dipilih, hak mendapatkan keadilan, baik
keadilan hukum atau keadilan ekonomi, dan lainnya.

13
Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah tidak boleh bertindak
melampaui wewenang yang diberikan di dalam konstitusi. Kalau
pemerintah melanggar, maka rakyat mempunyai hak untuk
memberhentikan dan mengganti.
Tugas untuk mengawasi pemerintah agar menjalankan tugasnya sesuai
wewenang yang diberikan di dalam konstitusi, maka rakyat menunjuk
perwakilan rakyat, yang dinamakan DPR dan MPR dalam konstitusi
Indonesia, atau House of Representatives dan Congress di Amerika
Serikat.

Kalau pemerintah melanggar ketentuan konstitusi, melanggar


ketentuan UUD, maka perwakilan rakyat wajib memberhentikan
pemerintah . Karena untuk tujuan itu lah DPR dan MPR dibentuk.
Meskipun presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.
Sebagai pembanding, presiden Amerika Serikat juga dipilih secara
langsung oleh rakyat. Tetapi, House of Representatives dan Congress
dapat memberhentikan presiden kalau melanggar konstitusi.
Dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat dikatakan: “â€.. That
whenever any Form of Government becomes destructive of these ends, it
is the Right of the People to alter or to abolish it, and to institute new
Government, Intinya, rakyat mempunyai hak untuk memberhentikan dan
mengganti presiden kalau melanggar konstitusi.
Selain itu, tugas inti DPR lainnya adalah membuat undang-undang untuk
mengatur kehidupan bermasyarakat, demi kepentingan rakyat umum,
bukan untuk kepentingan sekelompok rakyat tertentu.

4. Penutup / Kesimpulan

UUD 1945 adalah dokumen peraturan perundang-undangan


yang bertujuan untuk membentuk pemerintahan Indonesia pada tahun
1945. UUD ini disusun oleh Kongres Nasional Indonesia (BPUPKI) dan
disahkan oleh Kongres Nasional Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 17
Agustus 1945. UUD tersebut didasarkan pada asas-asas Konstitusi
Indonesia yang meliputi hak untuk memilih, hak untuk memilih, hak untuk
memilih, dan hak untuk memilih.

UUD tersebut merupakan perubahan besar dari UUD Tahun


1945 yang berlandaskan asas UUD Negara RI. UUD didasarkan pada
asas-asas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang
berdasarkan pada asas-asas Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, yang berlandaskan pada asas-asas Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. UUD merupakan reformasi besar-besaran
terhadap Undang-Undang Dasar Indonesia, yang bertujuan untuk
memajukan persatuan dan kesatuan negara, serta bertujuan untuk
membentuk pemerintahan yang kuat.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://gramedia.com/literasi/norma-hukum/,
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18588,https://lms-
paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=
%2F253393%2Fmod_resource%2Fcontent%2F3%2FMODUL
%2010%20KWN%20NORMA%20DAN%20KONSTITUSI.pdf,
https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/sejarah-undang-undang-
dasar-negara-republik-indonesia-tahun-1945-sebagai-konstitusi-di-
indonesia/, https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-uud/,
https://news.detik.com/berita/d-5993291/undang-undang-dasar-1945-
pengertian-kedudukan-sifat-dan-amandemennya.

15

Anda mungkin juga menyukai