Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA


SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok dalam Mata Kuliah Hukum Tata Negara

Dosen Pengampuh:
Dr Hj Zuhraini.S.H.M.H

Disusun oleh Kelompok 2:


1. Abie Raka Pratama (2021020003)
2. Ahmad Arbain (2021020011)
3. Akbar Riyan Jaya Saputra (2021020016)
4. Isna Fadhilah (2021020272)
5. M. Zacky Alfanzah (2021020235)
6. Taffana Naurah Salsabila (2021020414)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pertama dari mata kuliah Hukum
Tata Negara dengan judul “Sejarah Ketatanegaraan Indonesia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Bandar Lampung, 11 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Perkembangan Konstitusi Indonesia......................................................................4
B. Implikasi Perkembangan Konstitusi terhadap Ketatanegaraan Indonesia..............6
C. Sistem Ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1954 Pasca Amandemen.. 10
BAB III
PENUTUP..................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara pada Republik Indonesia
dimulai pada tahun 1945. Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik
Indonesia sebagai suatu kumpulan besar manusia, yang sehat jiwanya dan
berkobar-kobar hatinya, menimbulkan suatu kesadaran batin yang dinamakan
bangsa. Persatuan Indonesia merupakan ide besar yang merupakan cita-cita
hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
Persatuan Indonesia telah menjiwai proses penetapan bentuk negara.
Bentuk negara yang telah dipilih harus memungkinkan terwujud dan terjaminnya
Persatuan Indonesia. Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi
dan keinginan untuk bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah
adanya UUD 1945 yang merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar
UUD 1945 berbagai struktur dan unsur Negara mulai ada. Walaupun secara jelas
pada masa itu belum ada lembaga-lembaga yang diamanatkan oleh UUD.
Dalam catatan sejarah mengenai timbulnya negara yang konstitusional
merupakan proses panjang dan selalu menarik untuk dikaji dalam membangun
sebuah pemerintahan yang konstitusional. Dimulai sejak jaman Yunani yaitu
masa Aristoteles yang telah berhasil mengumpulkan begitu banyak konstitusi
dari berbagai negara.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia merupakan
hukum tertinggi yang ditetapkan secara konstitusional, sedangkan hukum itu
merupakan produk politik, karena dalam kenyataannya setiap produk hukum
merupakan produk politik, sehingga hukum dapat dilihat sebagai kristalisasi dari
pemikiran politik yang saling interaksi dikalangan politisi (M. Agus Santoso,
2009: 9). Sedangkan politik itu kental dengan kepentingan, oleh karena itu tidak
mustahil karena kepentingan itulah kemudian dapat merubah produk hukum

1
juga, demikian halnya terhadap konstitusi di Indonesia yang selalu berubah dan
mengikuti perkembangan politik.
Amandemen UUD Negara Republik Indonesia dilakukan untuk
menyempurnakan atau memperbaiki isi dari undang-undang sebelumnya, dalam
kaitannya dengan sistem ketatanegaraan, amandemen UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk menutupi berbagai kelemahan yang
terkandung dalam UUD 1945 dalam praktek ketatanegaraan selama ini. Dalam
proses amandemen UUD Negara Republik Indonesia dilaksanakan dengan aturan
atau kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945, yakni
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan NKRI,
mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
Dari pembahasan latar belakang di atas penulis akan menjelaskan
mengenai sejarah ketatanegaraan Indonesia karena terdapat beberapa hal yang
harus kita ketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam memahaminya. Dari uraian
dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi pambahasan
adalah perkembangan konstitusi di Indonesia, implikasi perkembangan konstitusi
terhadap ketatanegaraan Indonesia, dan juga sistem ketatanegaraan Indonesia
berdasarkan UUD 1954 pasca amandemen.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan konstitusi di Indonesia?
2. Bagaimana implikasi perkembangan konstitusi terhadap ketatanegaraan
Indonesia?
3. Bagaimana ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasca
amandemen?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui perkembangan konstitusi di Indonesia.

2
2. Dapat mengetahui implikasi perkembangan konstitusi terhadap ketatanegaraan
Indonesia.
3. Dapat mengetahui ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasca
amandemen.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Konstitusi Indonesia


Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk
menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala
arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet”
telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu
merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun
ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori
konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau
penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri,
dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-
Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal
37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh
Rakyat Indonesia melalui suatu referendumPerubahan UUD 1945 kemudian
dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda sidang Tahunan MPR
dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002
bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas
melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945
berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi
Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, juga yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

4
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, konstitusi yang berlaku adalah UUD
1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
setelah mengalami beberapa proses. Menurut UUD yang berdaulat itu adalah
rakyat dan dilakukan oleh MPR, sebagaimana ditetapkan pada pasal 1 ayat 2
UUD 1945. Karena MPR melakukan kedaulatan rakyat, oleh UUD ditetapkan
pula beberapa hak dan wewenangnya seperti menetapkan UUD dan GBHN,
memilih dan mengangkat presiden dan mengubah UUD.
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari keinginan
Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk
mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia
Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda
tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada
tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara
Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk
seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia
Serikat saja. Untuk itu perlu membuat UUD baru.
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949
merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak
17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia
Serikat tidak bertahan lama karenaterjadinya penggabungan dengan Republik
Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia
Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan

5
kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan
didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu
dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-
undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh
badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah
undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 – Sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar
1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama
pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

B. Implikasi Perkembangan Konstitusi terhadap Ketatanegaraan Indonesia


Istilah konsitusi berasal dari bahasa Perancis, yaitu constituer berarti
membentuk, yang dimaksud ialah membentuk suatu negara, dalam bahasa Inggris
dipakai istilah constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut konstitusi, dalam
praktek dapat berarti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar.
konstitusi dapat diartikan sebagai suatu. pernyataan tentang bentuk dan susunan
suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun sesudah berdirinya negara yang
bersangkutan .
Konfigurasi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan
ketatanegaraan suatu bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami
perkembangan politik pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi
perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan tersebut

6
juga sejalan dengan perkembangan dan perubahan konstitusi di Indonesia seperti
diuraikan dalam pembahasan berikut ini :
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar 1945
Pada masa periode pertama kali terbentuknya Negara Republik
Indonesia, konstitusi atau UndangUndang Dasar yang pertama kali berlaku
adalah UUD 1945 hasil rancangan BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD 1945 kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga
tertinggi negara. Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan
Daerah dan Utusan Golongan. dalam menjalankan kedaulatan rakyat
mempunyai tugas dan wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan
mengangkat Presiden dan wakil Presiden serta mengubah UUD. Selain MPR
terdapat lembaga tinggi negara lainnya dibawah MPR, yaitu Presiden yang
menjalankan pemerintahan, DPR yang membuat Undang-Undang, Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Menyadari bahwa negara Indonesia baru saja terbentuk, tidak mungkin
semua urusan dijalankan berdasarkan konstitusi, maka berdasarkan hasil
kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3 Aturan Peralihan
menyatakan :”Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
PPKI.” Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali.
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh Komite Nasional, dengan
sistem pemerintahan presidensial artinyakabinet bertanggung jawab pada
presiden.

2. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya


Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS)

7
Sebagai rasa ungkapan ketidakpuasaan bangsa belanda kemerdekaan
Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata (agresi) oleh Belanda pada tahun
1947 dan 1948, dengan keinginan Belanda untuk memecah belah NKRI
menjadi negara federal agar dengan secara mudah dikuasaikembali oleh
Belanda, akhirnya disepakati untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag Belanda, dengan menghasilkan tiga buah persetujuan
antara lain :
a. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat;
b. Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat; dan
c. Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan
Belanda.
Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945
menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS), maka
berubah pula bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat (federal), yaitu
negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri sendirisendiri
kemudian mengadakan ikatan kerja sama secara efektif.

3. Periode 17Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959, masa berlaku Undang-
Undang Dasar
Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950). Ternyata Konstitusi RIS tidak
berumur panjang, hal itu disebabkan karena isi konstitusi tidak berakar dari
kehendak rakyat, juga bukan merupakan kehendak politik rakyat Indonesia
melainkan rekayasa dari pihak Balanda maupun PBB, sehingga menimbulkan
tuntutan untuk kembali ke NKRI. Satu persatu negara bagian menggabungkan
diri menjadi negara Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk kembali
ke NKRI dengan menggunakan UUD sementara 1950. Bentuk negara pada
konstitusi ini adalah Negara Kesatuan, yakni negara yang bersusun tunggal,
artinya tidak ada negara dalam negara sebagaimana halnya bentuk negara
serikat. Ketentuan Negara Kesatuan ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS

8
1950 yang menyatakan Republik Indonesia merdeka dan berdaulat ialah
negara hukum yang demokrasi dan berbentuk kesatuan. Pelaksanaan
konstitusi ini merupakan penjelmaan dari NKRI berdasarkan Proklamasi 17
Agustua 1945. Kepala Negara sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tidak
dapat diganggu gugat karena kepala negara dianggap tidak pernah melakukan
kesalahan, kemudian apabila DPR dianggap tidak representatif maka Presiden
berhak membubarkan DPR.

4. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang-
Undang Dasar 1945.
Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan dasar dekrit
Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959. Berlakunya kembali UUD 1945 berarti
merubah sistem ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai
kepala negara selanjutnya juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan,
dibantu Menteri-Menteri kabinet yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Sistem pemerintahan yang sebelumnya parlementer berubah menjadi sistem
presidensial. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk baru bersifat sementara
dan tidak berdasar secara konstitusional, akibatnya menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan kemudian meletuslah Gerakan 30 September
1966 sebagai gerakan anti Pancasila yang dipelopori oleh PKI, walaupun
kemudian dapat dipatahkannya. Pergantian kepemimpinan nasional terjadi
pada periode ini, dari Presiden Soekarno digantikan Soeharto, yang semula
didasari oleh Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian dilaksanakan
pemilihan umum yang kedua pada tahun 1972. Keberadaan partai politik
dibatasi hanya tiga partai saja, sehingga demokrasi terkesan mandul, tidak ada
kebebasan bagi rakyat yang ingin menyampaikan kehendaknya.

5. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku


pelaksanaan perubahan Undang-Undang Dasar 1945

9
Sebagai implementasi tuntutan reformasi yang berkumandang pada
tahun 1998, adalah melak ukuran perubahan terhadap UUD 1945 sebagai
dasar negara Republik Indonesia. Dasar hukum perubahan UUD 1945 adalah
Pasal 3 dan Pasal 37 UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR sesuai dengan
kewenangannya, sehingga nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi di Negara
Kesatuan Rapublik Indonesia nampak diterapkan dengan baik. Dalam
melakukan perubahan UUD 1945, MPR menetapkan lima kesepakatan, yaitu :
a. Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945;
b. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial;
d. Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang memuat hal-hal normatif akan dimaksukkan kedalam pasal-pasal
(batang tubuh); dan
e. Melakukan perubahan dengan cara addendum
Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga ke empat
kali, sehingga mempengaruhi proses kehidupan demokrasi di Negara
Indonesia. Seiring dengan perubahanUUD 1945 yang terselenggara pada
tahun 1999 hingga 2002, maka naskan resmi UUD 1945 terdiri atas lima
bagian, yaitu UUD 1945 sebagai naskah aslinya ditambah dengan perubahan
UUD 1945 kesatu, kedua, ketiga dan keempat, sehingga menjadi dasar negara
yang fundamental/dasar dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

C. Sistem Ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1954 Pasca Amandemen


Setelah amandemen sistem konstitusi berubah menjadi Check and
balances, Check and balances merupakan pembatasan kekuasaan lembaga negara
oleh Undang-Undang Dasar, Atas dasar hal tersebut, perubahan pasal 1ayat 2
UUD 1945 dilakukan, sebelumnya pasal tersebut berbunyi "Kedaulatan ditangan

10
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR" kemudian diubah menjadi
"Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Hal ini menjelaskan bahwa kedaulatan rakyat berdasarkan kedaulatan yang
termuat dalam Undang-Undang Dasar dan dilaksanakan berdasarkan UUD oleh
lembaga-lembaga negara. Maka dari itu kedaulatan rakyat, dilaksanakan oleh
lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan
wewenangnya masing-masing yang telah diatur dalam UUD. Rakyat memiliki
keistimewaan yaitu memiliki kewenangan secara langsung untuk dapat
melaksanakan kedaulatannya menentukan Presiden dan Wakil Presidennya
melalui pemilihan umum. Adapun perubahan lembaga-lembaga negara dan
kewenangannya setelah amandemen UUD 1945 sebagai berikut:
1. MPR
Sebelum di amandemen MPR menjadi lembaga negara tertinggi, namun
setelah perubahan pasal 1 ayat 2 yang menjadi "Kedaulatan di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar", dengan perubahan ini,
menimbulkan hilangnya supremasi MPR sebagai lembaga yang melakukan
kedaulatan rakyat secara menyeluruh, dengan demikian kedudukan MPR
sebagai lembaga tertinggi sudah tidak relevan. Selain itu, MPR tidak lagi
memiliki kewenangan untuk mengangkat presiden, maka MPR tidak perlu lagi
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara untuk dijalankan oleh Presiden
setiap lima tahun sekali.
2. DPR
Setelah amandemen, kekuasaan membentuk undang-undang tidak lagi berada
di tangan presiden, namun berada ditangan DPR (pasal 20 ayat 1), namun
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang. Selain itu pada pasal
20 ayat 2, 3, 4 dan 5 setiap rancangan undang-undang harus dibahas oleh DPR
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama (ayat 2), jika rancangan itu
tidak mendapat persetujuan bersama, maka rancangan undang-undang itu

11
tidak dapat diajukan lagi pada masa persidangan itu (ayat 3). Presiden
mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama, (ayat
4) dan apabila Presiden dalam waktu tiga puluh hari setelah rancangan
undang-undang itu disetujui bersama, undang-undang itu sah menjadi undang-
undang dan wajib diundangkan. Hal ini dilakukan untuk menempatkan posisi
DPR yang sejajar dengan presiden dalam membentuk undang-undang.
3. DPD
Dengan amandemen UUD 1945 ini, dibentuk lembaga negara yang baru dan
tidak dikenal pada struktur ketatanegaraan sebelumnya yaitu Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Pembentukan DPD bertujuan untuk memberikan
tempat bagi daerah-daerah menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan
tingkat nasional untuk mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan-
kepentingan daerahnya sehingga memperkuat kesatuan nasional.
4. BPK
Sebelum amandemen BPK atau badan pemeriksa keuangan hanya
ditempatkan pada satu ayat saja yaitu ayat 5 pasal 23 UUD 1945. Namun
dikarenakan BPK memiliki posisi strategis dalam ketatanegaraan negara, dan
pada prakteknya banyak lembaga negara yang menjalankan fungsi yang sama,
pada akhirnta BPK setelah diamandemen diatur dalam satu bab tersendiri
yaitu bab VIIIA, 3 pasal dan tujuh ayat. Pasal 23E mengatur tentang
kewenangan BPK memeriksa pengelolaan dan tanggung tentang keuangan
negara (ayat 1) yang hasilnya diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD
sesuai kewenangannya (ayat 2) dan ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan/atau badan lain sesuai undang-undang (ayat 3).
5. Kekuasaan Kehakiman
Setelah amandemen terdapat perubahan peraturan yang memiliki tujuan guna
mempertegas posisi kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka
dan pengaturan yang lebih lengkap tentang wewenang dari masing-masing
lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman serta mekanisme pengisian

12
anggota dari badan-badan kekuasaan kehakiman itu. Hal ini penting karena
kekuasaan kehakiman yang bebas harus dijamin dan diatur secara tegas dalam
undang-undang dasar agar tidak disalahgunakan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dalam makalah ini yang dapat penulis simpulkan bahwa
sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara pada Republik Indonesia dimulai pada
tahun 1945. Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik Indonesia sebagai suatu
kesadaran batin yang dinamakan bangsa.
Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi
merupakan salah satu syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu
negara yang merdeka, oleh karenanya begitu pentingnya konstitusi itu dalam suatu
negara. Konstitusi merupakan suatu kerangka kehidupan politik yang
sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban dunia dimulai, karena
hampir semua negara menghendaki kehidupan bernegara yang konstitusional,
adapun ciri-ciri pemerintahan yang konstitusional diantaranya memperluas
partisipasi politik, memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak
pemerintahan otoriter dan sebagainya (Adnan Buyung Nasution, 1995 : 16).
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, juga yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-Undang
Dasar 1945)
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi Republik
Indonesia Serikat)
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950)
4. Periode 5 Juli 1959 – Sekarang (Penetapan berlakunya kembali Undang-
Undang Dasar 1945)
Perkembangan ketatanegaraan juga sejalan dengan perkembangan dan
perubahan konstitusi di Indonesia seperti diuraikan dalam pembahasan berikut ini :

14
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar 1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS)
3. Periode 17Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959, masa berlaku Undang-
Undang Dasar
4. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang-
Undang Dasar 1945.
5. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku
pelaksanaan perubahan Undang-Undang Dasar 1945
Setelah amandemen sistem konstitusi berubah menjadi Check and
balances, Check and balances merupakan pembatasan kekuasaan lembaga negara
oleh Undang-Undang Dasar, Atas dasar hal tersebut, perubahan pasal 1ayat 2
UUD 1945 dilakukan, sebelumnya pasal tersebut berbunyi "Kedaulatan ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR" kemudian diubah menjadi
"Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

15
DAFTAR PUSTAKA

Safira, Martha Eri. Tanpa Tahun. Hukum Tata Negara: dalam Bingkai Sejarah dan
Perkembangan Ketatanegaraan di Indonesia. Ponorogo: CV. Senyum
Indonesia.
Santoso, M. Agus. 2013. Yustisia Vol. 2 No 3: Perkembangan Konstitusi di
Indonesia. Samarinda: Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.
Sejarah dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia. 2015. Link:
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776. Diakses pada
tanggal 11 Mei 2022. (Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia)
Widianti, Savitri. 2021. Sistem Penyelenggaraan Negara Sesudah dan Sebelum
Amandemen UUD 1945. Link:
https://www.kompasiana.com/savitriwidianti6942/61b82e4a06310e02cc430
e54/sistempenyelenggaraan-negara-sebelum-dan-sesudah-amandemen-uud-
1945. Diakses pada tanggal 10 Mei 2021. (Kompasiana).

16

Anda mungkin juga menyukai