Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kesempatan dan waktu yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah yang berjudul judul
Gambaran Gejala Pernapasan pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik
Pengolahan Crude Palm Oil(CPO) Pt.Smart,Tbk di Belawan tahun 2013.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami menunggu kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta agar kedepannya dapat
memperbaiki baik bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.

Latar Belakang.................................................................................. 1

B.

Tujuan............................................................................................. 3

C.

Manfaat........................................................................................... 3

BAB II..................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
A.

Telaah Jurnal Terkait...........................................................................5

B.

Pembahasan.................................................................................... 14

BAB III.................................................................................................. 16
PENUTUP............................................................................................... 16
A.

Simpulan....................................................................................... 16

B.

Saran............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja

tidak saja sangat penting dalam

meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya, baik


kesejahteraan berupa kesehatan ataupun ekonomi. Seperti dalam UndangUndang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 164-166 tentang
Kesehatan Kerja ayat 1 yang berbunyi Upaya kesehatan kerja ditujukan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Oleh
karena itu, pada masa sekarang ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan
semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi
setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada pekerja pabrik/perusahaan di
Indonesia belum terekam dengan baik. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Faktor utama dari teknologi yang menjadi
penyebab penyakit akibat kerja adalah bahan kimia, radiasi dan
sebagainya. Sebagian diantaranya dapat menyerang saluran pernapasan.
Penyakit saluran napas banyak ditemukan secara luas dan
berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena
pada dasarnya saluran pernapasan merupakan salah satu bagian yang
paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang mudah terhirup yang
terdapat di lingkungan. Di antara semua penyakit akibat kerja, 10% sampai
30% adalah penyakit paru. ILO mendeteksi bahwa sekitar 40.000 kasus
baru pneumoconiosis terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Di Inggris pada
tahun 1996 ditemukan 330 kasus baru penyakit paru yang berhubungan
dengan pekerjaan. Di New York ditemukan 3% kematian akibat penyakit
paru kronik. Di Indonesia angka sakit mencapai 70% dari pekerja yang
terpapar debu tinggi. Sebagian besar penyakit paru akibat kerja
1

mempunyai akibat serius yaitu terjadinya penurunan fungsi paru, dengan


gejala utama yaitu sesak napas (Anhar, 2005).
Gangguan

sistem

pernapasan

merupakan

penyebab

utama

moorbiditas dan mortalitas. Hal tersebut diperkuat dengan data ILO yang
menyatakan bahwa penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah
kanker, kecelakaan, dan gangguan pernapasan. Gangguan saluran
pernapasan akibat kerja misalnya asbestosis, silicosis, pneumoconiosis,
kanker paru dan asma kerja (Wilson, 2006). Lebih dari 80% bahan
berbahaya ditempat kerja masuk melalui sistem pernapasan. Efek
pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ lainnya,
tetapi kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru
(Harrington, 2005).
Quality control merupakan bagian dari departemen laboratorium
yang menangani proses uji mutu suatu bahan mentah menjadi barang
produksi untuk menghasilkan tingkat kualitas yang diinginkan, memiliki
sejumlah bahan-bahan kimia dari yang aman digunakan sampai dengan
tingkat berbahaya yang selayaknya memiliki pengendalian yang baik
terhadap penggunaan bahan-bahan kimia tersebut untuk melindungi para
pekerja terhadap paparannya (Wita, 2013). Beberapa bahan kimia tersebut
ada yang merupakan golongan alkohol, asam, alkana, metana, dan bersifat
korosif yang dapat merusak jaringan hidup, salah satunya adalah NaOH.
NaOH merupakan salah satu bahan kimia yang berbahaya.
Senyawa yang mempunyai sifat berwarna putih atau praktis putih,
berbentuk serpihan atau batang, sangat basa, bila dibiarkan di udara akan
cepat menyerap karbondioksida dan lembab serta mudah larut dalam air
dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Senyawa ini sangat mudah
terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. NaOH dapat masuk
melalui kulit, kontak mata, inhalasi dan oral. Efek berbahaya yang dapat
ditimbulkan pada manusia dalam kasus inhalasi yaitu korosif paru-paru,
menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dan selaput lendir
dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan koma. Serta dapat
memicu pneumonitis kimia dan paru.

Dalam jurnal Gambaran Gejala Pernapasan pada Pekerja Bagian


Quality ControlPabrik Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Pt.Smart,Tbk di
Belawan tahun 2013 yang mana para pekerjanya terpajan bahan kimia
berupa NaOH dan asam asetat. Menghirup baik langsung maupun tidak
langsung dapat terkena gangguan kesehatan pernapasan. Efek terhadap
kesehatan yang ditimbulkan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain intensitas, lamanya terpajan, dan status kesehatan pekerja yang
terpajan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gangguan yang disebabkan bahan iritan di suatu
perusahaan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gangguan yang disebabkan oleh NaOH pada pekerja di
perusahaan.
b. Mengetahui kelebihan isi jurnal Gambaran Gejala Pernapasan
pada Pekerja Bagian Quality ControlPabrik Pengolahan Crude
Palm Oil (CPO) Pt.Smart,Tbk di Belawan tahun 2013.
c. Mengetahui kekurangan isi jurnal Gambaran Gejala Pernapasan
pada Pekerja Bagian Quality ControlPabrik Pengolahan Crude
Palm Oil (CPO) Pt.Smart,Tbk di Belawan tahun 2013.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui gangguan yang dapat terjadi oleh bahan iritan di
suatu perusahaan.
b. Mengetahui dan mempelajari pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menghindari gangguan yang dapat terjadi pada pekerja di
suatu perusahaan.
2. Bagi Tempat Kerja
Mendapat rekomendasi demi perbaikan program pencegahan dari
penyakit akibat kerja (PAK) khususnya gangguan bahan iritan.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Mendapat tambahan referensi dalam bidang K3 dengan mengetahui
kasus-kasus penyakit akibat kerja (PAK) khususnya gangguan bahan
iritan di perusahaan.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Jurnal Terkait
1. Pernapasan
Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan
oksigen (

) dan

yang berada di luar tubuh dihirup (inspirasi)

melalui organ pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan


karbon dioksida (

), maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan

kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga


terjadi suatu keseimbangan antara

dan

di dalam tubuh

(Syaifuddin, 2011).
Sistem pernapasan berperan untuk menukar udara ke
permukaan dalam paru. Adapun fungsi pernapasan, sebagai berikut :
a. Mengambil

dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam

darah. Selanjutnya terjadi proses pembakaran dal sel dan jaringan.


b. Mengeluarkan
yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran
dibawa oleh darah yang berasal dari sel (jaringan).
c. Untuk melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan
mengubah suhu tubuh.
d. Melindungi sistem pernapasan jaringan lain terhadap serangan
patogenik.
e. Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi,
berteriak dan menghasilkan suara.
2. Gejala Gejala Gangguan Pernapasan
Penyakit paru dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala
umum maupun tanda dan gejala pernapasan. Adapun tanda dan gejala
pernapasan mencakup batuk, sputum yang berlebihan atau abnormal,
hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada (Wilson, 2006).
a. Batuk
Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat
iritasi

percabangan.

Kemampuan
5

untuk

batuk

merupakan

mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran napas


bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit
pernapasan. Namun, batuk bukan merupakan gejala yang spesifik
dan batuk di pagi hari merupakan keluhan yang sering ditemukan
(Ringel,2012). Selain itu, menurut WHO (1995), paparan jangka
panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat menyebabkan
gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum
atau mengi.
b. Sputum
Sputum adalah mukus yang dibatukkan keluar karena
tertimbun dalam faring. Timbunan tersebut dapat terjadi karena
mukus yang dihasilkan berlebihan, sehingga proses normal
pembersihan

pada

saluran

pernapasantidak

efektif

lagi.

Pembentukanmukus yang berlebihan dapat disebabkan karena


gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi pada membrane mukosa.
Pembentukan sputum pada seseorang perlu dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya. Sputum yang dihasilkan
sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan besar berasal
dari sinus atau saluran hidung, dan bukan dari saluran napas
bagian bawah. Sputum yang berwarna kekuningan menunjukkan
adanya infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk
adanya penimbunan nanah. Banyak penderita infeksi pada saluran
napas bagian bawah mengeluarkan sputum berwarna hijau pada
pagi hari, tetapi makin siang menjadi kuning. Dalam hal sifat dan
konsistensi sputum juga perlu diperhatikan. Sputum yang
berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru
akut. Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau
putih merupakan tanda bronkitis kronik. Sedangkan sputum yang
berbau busuk merupakan tanda asbes paru atau bronkiektasis.
c. Hemoptisis
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan batuk darah, atau sputum yang berdarah. Setiap
proses yang mengganggu kesinambungan pembuluh darah paru
dapat mengakibatkan perdarahan. Penyebab hemoptisis lain yang
6

sering adalah karsinoma bronkogenik, infark paru, bronkiektasis,


dan abses paru.
d. Dispnea
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas
dan merupakan gejala utama dan merupakan gejala utama dari
penyakit kardiopulmonar. Seseorang yang mengalami dispnea
sering mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik.
Sesak napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit, sebab
orang normal juga akan mengalami hal yang sama setelah
melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat yang berbeda.
e. Nyeri Dada
Nyeri yang berasal dari saluran pernapasan bagian bawah
menyatakan secara tidak langsung iritasi dinding dada dan/atau
pleura. Nyeri dada terutama berkaitan dengan pernapasan. Dan
nyeri

dada

ini

dapat

digolongkan

dengan

menggunakan

templatnyeri umum; di mana, berapa lama, seberapa berat, sifat,


apa yang membuat lebih baik, dan apa yang memperburuk
(Ringel, 2012).
3. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernapasan
a. Debu inert
Debu yang relatif inert dapat menimbulkan beberapa efek:
1) Peningkatan beban pembersihan bronkopulmonar
Hal ini menyebabkan meningkatnya sekresi mukus, transport
bronkial melalui ekspektorasi, dan akhirnya batuk dengan
dahak.
2) Perubahan-perubahan obstruktif pada fungsi paru
Perubahan-perubahan ini berupa sediit penurunan volume
ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1.0), sedikit penurunan
kapasitas vital (VC), dan peningkatan volume gas intratoraks.

b. Debu fibrogenik
Debu yang mengandung kuarsa menyebabkan silikosis.
Dan debu yang mengandung asbes secara khas menyebabkan
ganguan fungsi paru restriktif, yaitu penurunan VC dan volume gas
intratoraks serta compliance(elastisistas) paru.
c. Iritan kimia
Paparan jangka panjang terhadap berbgai bahan kimia iritan
dapat menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan
atau tanpa sputum atau mengi. Gejala dapat atau tidak disertai
dengan peningkatan reaktifitas bronkus. Paparan kadar tinggi
(tidak disengaja) dapat menyebabkan bronkitis akut berat (sering
hemoragik) dengan obstruksi saluran napas dan/atau edema paru.
d. Alergen
Golongan ini meliputi bahan-bahan yang berasal dari
binatang atau tumbuhan (mis, spora jamur) dan mungkin bahanbahan kimia tertentu (mis, garam-garam platinum).
e. Karsinogen
Debu asbes dan uranium adalah contoh terbaik dari agen
penyebab kanker paru akibat kerja. Peranan merokok baik sebagai
faktor penyebab maupun sinergistik sudah dipastikan. Sifat-sifat
karsinogenik agen-agen yang ditemukan di tempat kerja dapat
dideteksi dengan penelitian epidemiologis (WHO, 1995).
4. Pernapasan sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia
Jalan masuk yang paling penting terhadap pemajanan bahan
kimia di lingkungan kerja suatu industri adalah saluran pernapasan.
Sebab, hampir semua bahan yang merupakan pencemar udara dapat
dihisap dan masuk melalui saluran pernapasan. Namun, jumlah
seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi melalui saluran pernapasan
tersebut tergantung dari kadarnya di udara, lama waktu pemajanan,
dan volume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban
kerja menjadi lebih besar. Apabila bahan beracun yang ada berbentuk
aerosol, maka pengendapan dan penyerapan dapat terjadi di dalam
saluran pernapasan. Hal tersebut yang akan menyebabkan penyakitpenyakit pernapasan (Moeljosoedarmo, 2008).

Pemajanan dengan zat kimia yang berada di udara yang terjadi


melalui penghirupan zat tersebut tidak dapat dihindari, kecuali jika
kita memakai perlengkapan yang dapat membersihkan kontaminan.
Meskipun demikian, untuk dapat mencapai alveoli paru kontaminan
itu harus berupa gas atau bahan yang memiliki ukuran sedemikian
rupa, sehingga ketika berada di saluran udara ke aru tidak dapat
dibersihkan. Bahaya yang sebenarnya dan yang potensial, yang
bekaitan dengan pemajanan zat kimia melalui saluran pernapasan,
terutama terlihat jelas pada lingkungan kerja industri,dan pencemaran
di daerah perkotaan yang penduduknya sangat padat (Loomis, 1978).
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernapasan
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan
maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur. Faal paru tenaga kerja sangat dipengaruhi oeh usia
tenaga kerja itu sendiri. Meningkatnya umur seseorang maka
kerentanan

terhadap

penyakit

akan

bertambah,

khususnya

gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja (Notoatmodjo,


2002).
Berdasarkan hasil penelitian Afdhal (2012) pada pekerja
pembuat dodol di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat
yang berjumlah 58 orang, pekerja yang berumur 30 tahun
sebanyak 24 pekerja (41,4%); 10 pekerja (17,2%) diantaranya
mengalami keluhan pernapasan. Sedangkan pekerja yang berumur
30 tahun sebanyak 34 pekerja (58,6%); 13 pekerja (22,5%)
diantaranya mengalami keluhan pernapasan. Hal ini menunjukkan
lebih banyak pekerja yang berumur 30 tahun yang mengalami
keluhan pernapasan.

b. Masa Kerja
Masa kerja atau lamanya seseorang kerja pada sebuah
industri berbanding lurus dengan lamanya paparan terhadap
bahanbahan-bahan berisiko yang dapat merusak kesehatan pekerja.
Dari hasil penelitian Mengkidi (2006) pada karyawan PT. Semen
Tonasa Pangker Sulawesi Selatan menunjukkan, responden dengan
masa kerja 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak
33 orang (63,5%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru
sebanyak 19 orang (36,5%). Responden dengan masa kerja < 15
tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 14 orang
(35,9%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 25 orang
(64,1%). Hal ini menunjukkan juga bahwa lamanya masa kerja
juga menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatnya
gangguan-gangguan pernapasan.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dalam kegiatan industri, paparan terhadap risiko yang
dapat mengganggu kesehatan pekerja memang tidak dapat
dihindari. Upaya-upaya dalam pencegahan harus selalu dilakukan
baik dari pihak perusahaan maupun pekerja. Ada beberapa
pengendalian baik secara teknis maupun administratif yang dapat
dilakukan, namun yang paling sering dilakukan adalah melengkapi
tenaga kerja dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya
dan risiko yang dihadapi pekerja. Walaupun pemberian alat
pelindung diri merupakan jenis pengendalian yang terakhir, namun
efek yang didapatkan pekerja dengan memakai alat pelindung diri
juga cukup dirasakan.
Pemilihan alat pelindung diri pernapasan berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhannya dan jenis bahaya paparannya. Alat
pelindung saluran pernapasan dapat digambarkan atas dasar
kemampuan dan keterbatasannya dan dibagi dalam 3 kelompok
besar (Moeljosoedarmo, 2008):

10

1) Alat pembersih udara


Alat pembersih udara membersihkan (memurnikan)
udara yang terkontaminasi. Udara di lingkungan kerja yang
dialirkan melewati suatu elemen pembersih udara akan dapat
menghilangkan gas-gas dan uap bahan kimia yang khusus,
aerosol atau suatu campuran dari pencemar-pencemar tersebut.
Ada 2 jenis respirator pembersih udara:
a) Respirator Pembersih Aerosol
b) Respirator Pembersih Gas atau Uap Bahan Kimia
2) Alat penyalur udara
Alat penyalur udara adalah kelompok respirator yang
menyediakan udara yang dapat dihisap oleh pemakai, ini
tergantung kepada udara di luar gedung. Ada 2 jenis alat
penyalur udara:
a) Topeng Berpipa Saluran Udara
b) Respirator yang terdiri dari sebuah topeng yang menutup
seluruh muka atau menutup separuh muka atau penutup
kepala yang dihubungkan dengan sebuah pipa yang
digunakan untuk mengirim udara pernapasan baik dari
suatu kompresor, dan harus dilengkapi dengan alat
pengaman khusus sesuai yang ditentukan oleh lembaga
yang berwenang (di Amerika oleh OSHA).
3) Gabungan antara alat pembersih udara dan alat penyalur udara
Respirator jenis ini adalah gabungan dari respirator
dengan pipa aliran udara dan suatu alat pembantu untuk
memurnikan udara sebagai pembantu yang memberikan
perlindungan apabila penyediaan udara gagal atau macet.
6. Bahan Kimia Industri
a. Pengaruh Buruk Bahan Kimia terhadap Tubuh
Reaksi tubuh terhadap bahan-bahan kimia dapat terjadi baik
secara akut maupun secara kronis (Moeljosoedarmo, 2008).

11

1) Pengaruh akut
Pengaruh akut atau pemajanan akut umumnya termasuk
pemajanan terhadap konsentrasi tinggi dalam jangka waktu
yang pendek dan segera menghasilkan beberapa akibat seperti
penyakit, iritasi, dan kematian. Pemajanan kerja akut sering
dihubungkan dengan terjadinya kecelakaan. Ciri-ciri khusus
pada pemajanan akut adalah mendadak dan berat dan
digolongkan dengan absorbsi cepat dari bahan-bahan yang
mengganggu.
2) Pengaruh kronis
Berlawanan dengan pengaruh akut, pengaruh kronis
atau sakit digolongkan dengan gejala-gejala atau penyakit yang
berlangsung lama atau sering kambuh. Pengaruh kronis sering
berkembang

lama.

Istilah

pemajanan

kronis

adalah

menunjukkan terhadap pemajanan berkelanjutan/kontinu untuk


jangka waktu yang lama, umumnya bertahun-tahun. Keracunan
kronis

berarti

berkelanjutanada

bahwa
di

suatu

dalam

tingkat

jaringan.

bahan
Tanda-tanda

secara
dari

keracunan kronis umumnya berbeda dengan yang sering


terlihat dari keracunan akut oleh bahan beracun yang sama, dan
karena kadar tingkat atau kontaminan relatif rendah, tenaga
kerja sering tidak menyadari terhadap pemajanan seperti yang
mereka alami.
7. Quality Control
Quality Controlmerupakan adalah suatu pengawasan dan
pengendalian mutu yang dilakukan pada setiap tahap atau stasiun
proses produksi dalam sebuah industri. Dari tahap bahan baku yang
datang dari supplier, sampai produk jadi yang siap dikonsumsi. Tujuan
dilaksanakannya Quality Control adalah untuk mengawasi dan
mengendalikan proses produksi dalam sebuah industri sehingga
dihasilkan produk jadi yang sesuai dengan standar mutu atau
persyaratan yang telah ditetapkan (Ajisetiawan,2010).
8. Crude Palm Oildan Proses Uji Mutunya

12

Crude Palm Oil adalah minyak kelapa sawit yang diolah oleh
industri-industri kelapa sawit di Indonesia untuk dijadikan bahan
pokok rumah tangga seperti minyak goreng dan margarin. CPO yang
telah mengalami pemurnian akan menjadi RBDPO (Refinery
Bleeching Deodorasi Palm Oil). Setelah mengalami fraksinasi,
RBDPO akan diproses menjadi ROlein (minyak goreng) dan RStearin
(margarin). Untuk setiap tahap uji mutu yang dilakukan adalah sama.
Adapun proses uji mutunya adalah:
a. Uji DOBI (Determinasi of Bleeching Index)
Uji DOBI merupakan proses yang dilakukan pada saat
sampel datang pertama kali ke laboratorium dan masih dalam
bentuk CPO dan diuji setiap 4 jam. Pada proses yang pertama ini,
sampel hanya diberi larutan hexane dan ditentukan penyerapannya
dengan menggunakan spectrophotometer.
b. Uji FFA (Free Fatty Acid)
Uji FFA merupakan uji asam lemak bebas yang dipantau
dan terus diuji setiap jam sampai mendapatkan tingkat asam lemak
bebas yang serendah-rendahnya. Semakin rendah nilainya, maka
semakin bagus kualitasnya. Nilai FFA sendiri ditentukan oleh
customersesuai dengan permintaannya. Untuk minyak goreng yang
dijual di Indonesia, nilai FFA harus dibawah 5%. Sedangkan untuk
minyak goreng eksport, kualitas FFA harus dibawah 3%. Adapun
proses ujinya adalah:
Sampel CPO + isopropyl alcohol + NaOH
NaOH atau natrium hidroksida merupakan larutan yang
bersifat korosif/merusak jaringan hidup. Dari segi fisik, NaOH
tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam air, Apabila terpapar
dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar, dan iritasi pada
saluran pernafasan. Efek jangka panjang jika terhirup dapat
menyebabkan pneumonitis dan edema paru. Penyebab parah iritasi
saluran pernafasan bagian atas adalah batuk, luka bakar pada
saluran pernafasan, kesulitan bernafas, dan koma.
c. Uji IV (Iodine Value)

13

Uji IV merupakan uji tingkat iodine yang juga diuji setiap


jam. Tetapi nilai IV berbanding terbalik dengan FFA. Semakin
tinggi tingkat nilai IV, maka semakn baik kualitasnya. Adapun
proses uji mutunya:
(Sampel + pelarut x + wijs) diperam selama 15 menit di ruang
gelap + KI 15% + aquades
Pelarut x merupakan campuran siklohexana dan asam asetat
dengan perbandingan 1 : 1
d. Uji PV (Peroxide Value)
Uji PV merupakan uji untuk melihat bilangan peroxide atau
tingkat ketengikan minyak. PV diuji setiap 4 jam sekali, dan
tingkat PV dengan kualitas yang bagus adalah tingkat yang rendah.
Artinya, semakin rendah nilai PV maka semakin bagus kualitas
minyak tersebut. Adapun proses ujinya:
Sampel 5 gram + pelarut x
Pelarut x merupakan campuran asam asetat dan klroform
denganperbandingan 3 : 2. Sampel dan pelarut tersebut diaduk
selama 1 menit + aquades + indicator amilum dan dititrasi dengan
Na2S2O3.
e. Uji Warna
Untuk uji warna, yang dilihat adalah moisturedengan
menggunakan alat Lovibond Tintometer model F.
B. Pembahasan
PT.Smart, Tbk merupakan bagian dari Sinarmas Group yang salah
satunyaberlokasi di Belawan. Menghasilkanminyak goreng dan margarine
dari Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit sebagai bahan
baku.Bahan kimia yang digunakan dalam melakukan uji mutu kualitas
CPO tergolong kedalam bahan kimia yang bersifat korosif dan iritan.
Diantara beberapa bahan kimia tersebut, ada beberapa bahan kimia yang
sangat menyebabkan gejala pernapasan pada pekerja seperti NaOH, asam
asetat dan wijs. Hasil jurnal menyatakan bahwa bahan kimia NaOH
memiliki pengaruh yang tinggi terhadap gejala pernapasan.
1. Kelebihan dan kekurangan dari isi jurnal

a. Kelebihan Jurnal:
14

1) Jurnal singkat, padat dan jelas yang mencakup abstrak,


pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, kesimpulan, saran,
dan daftar pustaka.
2) Bahan kimia yang bersifat asam seperti asam asetat dan wijs
disimpan di dalam lemari asam.
b. Kelemahan Jurnal:
1) Tidak terdapat volume dan halaman pada jurnal.
2) Bahan kimia seperti NaOH dapat menyebabkan batuk dan
bersin jika terhirup oleh pekerja.
3) Tabung yang berisi bahan kimia diletakkan diatas meja pekerja
dengan keadaan terbuka.
4) Banyak pekerja yang tidak menggunakan APD, sehingga
berisiko dapat mengalami gejala-gejala pernapasan.
2. Rekomendasi kelompok
a. Perusahaan harus menetapkan peraturan tentang

k3

dan

memberikan punishment bagi yang melanggar serta memberikan


reward bagi yang mematuhi peraturan.
b. Memberikan sirkulasi udara pada laboratorium.
c. Perusahaan menyediakan APD guna meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja.

15

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Gangguan yang disebabkan bahan iritant di suatu perusahaan
umumnya adalah penyakit, iritasi, dan kematian
2. Bahan kimia NaOH memiliki pengaruh yang tinggi terhadap gejala
pernapasan.
3. Bahan kimia yang bersifat asam seperti asam asetat dan wijs disimpan
di dalam lemari asam.
4. Bahan kimia seperti NaOH dapat menyebabkan batuk dan bersin jika
terhirup oleh pekerja.
5. Tabung yang berisi bahan kimia diletakkan diatas meja pekerja dengan
keadaan terbuka.
6. Banyak pekerja yang tidak menggunakan APD, sehingga berisiko
dapat mengalami gejala-gejala pernapasan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui gangguan yang dapat
terjadi oleh bahan iritant di suatu perusahaan.
b. Mahasiswa diharapkan untuk mengetahui dan mempelajari
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan
yang dapat terjadi pada pekerja di suatu perusahaan.
2. Bagi Tempat Kerja
a. Perusahaan harus menetapkan peraturan tentang

k3

dan

memberikan punishment bagi yang melanggar serta memberikan


reward bagi yang mematuhi peraturan.
b. Memberikan sirkulasi udara pada laboratorium.
c. Perusahaan menyediakan APD guna meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Menambah referensi dalam bidang K3 dengan mengetahui kasus
kasus penyakit akibat kerja (PAK) khususnya gangguan bahan iritant
di perusahaan.

16

DAFTAR PUSTAKA
Afdhal, T. S 2012. Gambaran Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Pembuat Dodol
Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Skripsi FKM
USU Medan.
Ajisetiawan. 2010. Penanganan Quality Control Di PT.Campina Ice Cream
Industryavailable
http:///www.Ajisetiawan01.wordpress.com/2010/10/13/penanganan-qualitycontrol-di-pt campina-ice-cream-industry/. Diakses tanggal 29 Maret 2016.
Anhar AS, Yuliani S, Daru L. 2005. Hubungan Paparan Debu Gamping dengan
Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekrja Batu Gamping di UD. Usaha
Maju, Kalasan Yogyakarta. Universitas Diponegoro.
Harrington, J. M & Gill, F. S 2005, Buku Saku Kesehatan Kerja, EGC, Jakarta.
Loomis, T. A. 1978. Toksikologi Dasar Edisi Ketiga. IKIP Semarang Press:
Semarang.
Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Karyawan PT. Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan. Tesis Magister FKM UNDIP: Semarang.
Moeljosoedarmo, S. 2008. Higiene Industri. FK UI: Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2002. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta:
Jakarta.
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. EGC:
Jakarta.
Ringel, E. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Indeks: Jakarta.
Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi Fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan & kebidanan. Monica Ester Ed. 4. Jakarta : EGC.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
WHO. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. EGC: Jakarta.
Wilson, L. M 2006, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, EGC,
Jakarta.

17

Wita, Rizka, Lina Tarigan, Halinda Sari Lubis. 2013. Gambaran Gejala
Pernapasan pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan
Crude Palm Oil (CPO) Pt.Smart,Tbk di Belawan Tahun 2013. Universitas
Sumatera Utara.

18

Anda mungkin juga menyukai