Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kesempatan dan waktu yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah yang berjudul judul
Gambaran Gejala Pernapasan pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik
Pengolahan Crude Palm Oil(CPO) Pt.Smart,Tbk di Belawan tahun 2013.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami menunggu kritik dan saran yang membangun
agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta agar kedepannya dapat
memperbaiki baik bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................. 1
B.
Tujuan............................................................................................. 3
C.
Manfaat........................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
A.
B.
Pembahasan.................................................................................... 14
BAB III.................................................................................................. 16
PENUTUP............................................................................................... 16
A.
Simpulan....................................................................................... 16
B.
Saran............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja
sistem
pernapasan
merupakan
penyebab
utama
moorbiditas dan mortalitas. Hal tersebut diperkuat dengan data ILO yang
menyatakan bahwa penyebab kematian akibat pekerjaan terbesar adalah
kanker, kecelakaan, dan gangguan pernapasan. Gangguan saluran
pernapasan akibat kerja misalnya asbestosis, silicosis, pneumoconiosis,
kanker paru dan asma kerja (Wilson, 2006). Lebih dari 80% bahan
berbahaya ditempat kerja masuk melalui sistem pernapasan. Efek
pemajanan seperti itu juga dapat dirasakan pada sistem organ lainnya,
tetapi kerusakannya sering kali terletak pada saluran udara dan paru
(Harrington, 2005).
Quality control merupakan bagian dari departemen laboratorium
yang menangani proses uji mutu suatu bahan mentah menjadi barang
produksi untuk menghasilkan tingkat kualitas yang diinginkan, memiliki
sejumlah bahan-bahan kimia dari yang aman digunakan sampai dengan
tingkat berbahaya yang selayaknya memiliki pengendalian yang baik
terhadap penggunaan bahan-bahan kimia tersebut untuk melindungi para
pekerja terhadap paparannya (Wita, 2013). Beberapa bahan kimia tersebut
ada yang merupakan golongan alkohol, asam, alkana, metana, dan bersifat
korosif yang dapat merusak jaringan hidup, salah satunya adalah NaOH.
NaOH merupakan salah satu bahan kimia yang berbahaya.
Senyawa yang mempunyai sifat berwarna putih atau praktis putih,
berbentuk serpihan atau batang, sangat basa, bila dibiarkan di udara akan
cepat menyerap karbondioksida dan lembab serta mudah larut dalam air
dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Senyawa ini sangat mudah
terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. NaOH dapat masuk
melalui kulit, kontak mata, inhalasi dan oral. Efek berbahaya yang dapat
ditimbulkan pada manusia dalam kasus inhalasi yaitu korosif paru-paru,
menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dan selaput lendir
dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan koma. Serta dapat
memicu pneumonitis kimia dan paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Jurnal Terkait
1. Pernapasan
Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan
oksigen (
) dan
dan
di dalam tubuh
(Syaifuddin, 2011).
Sistem pernapasan berperan untuk menukar udara ke
permukaan dalam paru. Adapun fungsi pernapasan, sebagai berikut :
a. Mengambil
percabangan.
Kemampuan
5
untuk
batuk
merupakan
pada
saluran
pernapasantidak
efektif
lagi.
dada
ini
dapat
digolongkan
dengan
menggunakan
b. Debu fibrogenik
Debu yang mengandung kuarsa menyebabkan silikosis.
Dan debu yang mengandung asbes secara khas menyebabkan
ganguan fungsi paru restriktif, yaitu penurunan VC dan volume gas
intratoraks serta compliance(elastisistas) paru.
c. Iritan kimia
Paparan jangka panjang terhadap berbgai bahan kimia iritan
dapat menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan
atau tanpa sputum atau mengi. Gejala dapat atau tidak disertai
dengan peningkatan reaktifitas bronkus. Paparan kadar tinggi
(tidak disengaja) dapat menyebabkan bronkitis akut berat (sering
hemoragik) dengan obstruksi saluran napas dan/atau edema paru.
d. Alergen
Golongan ini meliputi bahan-bahan yang berasal dari
binatang atau tumbuhan (mis, spora jamur) dan mungkin bahanbahan kimia tertentu (mis, garam-garam platinum).
e. Karsinogen
Debu asbes dan uranium adalah contoh terbaik dari agen
penyebab kanker paru akibat kerja. Peranan merokok baik sebagai
faktor penyebab maupun sinergistik sudah dipastikan. Sifat-sifat
karsinogenik agen-agen yang ditemukan di tempat kerja dapat
dideteksi dengan penelitian epidemiologis (WHO, 1995).
4. Pernapasan sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia
Jalan masuk yang paling penting terhadap pemajanan bahan
kimia di lingkungan kerja suatu industri adalah saluran pernapasan.
Sebab, hampir semua bahan yang merupakan pencemar udara dapat
dihisap dan masuk melalui saluran pernapasan. Namun, jumlah
seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi melalui saluran pernapasan
tersebut tergantung dari kadarnya di udara, lama waktu pemajanan,
dan volume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban
kerja menjadi lebih besar. Apabila bahan beracun yang ada berbentuk
aerosol, maka pengendapan dan penyerapan dapat terjadi di dalam
saluran pernapasan. Hal tersebut yang akan menyebabkan penyakitpenyakit pernapasan (Moeljosoedarmo, 2008).
terhadap
penyakit
akan
bertambah,
khususnya
b. Masa Kerja
Masa kerja atau lamanya seseorang kerja pada sebuah
industri berbanding lurus dengan lamanya paparan terhadap
bahanbahan-bahan berisiko yang dapat merusak kesehatan pekerja.
Dari hasil penelitian Mengkidi (2006) pada karyawan PT. Semen
Tonasa Pangker Sulawesi Selatan menunjukkan, responden dengan
masa kerja 15 tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak
33 orang (63,5%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru
sebanyak 19 orang (36,5%). Responden dengan masa kerja < 15
tahun mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 14 orang
(35,9%) dan tidak mengalami gangguan fungsi paru 25 orang
(64,1%). Hal ini menunjukkan juga bahwa lamanya masa kerja
juga menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatnya
gangguan-gangguan pernapasan.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dalam kegiatan industri, paparan terhadap risiko yang
dapat mengganggu kesehatan pekerja memang tidak dapat
dihindari. Upaya-upaya dalam pencegahan harus selalu dilakukan
baik dari pihak perusahaan maupun pekerja. Ada beberapa
pengendalian baik secara teknis maupun administratif yang dapat
dilakukan, namun yang paling sering dilakukan adalah melengkapi
tenaga kerja dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya
dan risiko yang dihadapi pekerja. Walaupun pemberian alat
pelindung diri merupakan jenis pengendalian yang terakhir, namun
efek yang didapatkan pekerja dengan memakai alat pelindung diri
juga cukup dirasakan.
Pemilihan alat pelindung diri pernapasan berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhannya dan jenis bahaya paparannya. Alat
pelindung saluran pernapasan dapat digambarkan atas dasar
kemampuan dan keterbatasannya dan dibagi dalam 3 kelompok
besar (Moeljosoedarmo, 2008):
10
11
1) Pengaruh akut
Pengaruh akut atau pemajanan akut umumnya termasuk
pemajanan terhadap konsentrasi tinggi dalam jangka waktu
yang pendek dan segera menghasilkan beberapa akibat seperti
penyakit, iritasi, dan kematian. Pemajanan kerja akut sering
dihubungkan dengan terjadinya kecelakaan. Ciri-ciri khusus
pada pemajanan akut adalah mendadak dan berat dan
digolongkan dengan absorbsi cepat dari bahan-bahan yang
mengganggu.
2) Pengaruh kronis
Berlawanan dengan pengaruh akut, pengaruh kronis
atau sakit digolongkan dengan gejala-gejala atau penyakit yang
berlangsung lama atau sering kambuh. Pengaruh kronis sering
berkembang
lama.
Istilah
pemajanan
kronis
adalah
berarti
berkelanjutanada
bahwa
di
suatu
dalam
tingkat
jaringan.
bahan
Tanda-tanda
secara
dari
12
Crude Palm Oil adalah minyak kelapa sawit yang diolah oleh
industri-industri kelapa sawit di Indonesia untuk dijadikan bahan
pokok rumah tangga seperti minyak goreng dan margarin. CPO yang
telah mengalami pemurnian akan menjadi RBDPO (Refinery
Bleeching Deodorasi Palm Oil). Setelah mengalami fraksinasi,
RBDPO akan diproses menjadi ROlein (minyak goreng) dan RStearin
(margarin). Untuk setiap tahap uji mutu yang dilakukan adalah sama.
Adapun proses uji mutunya adalah:
a. Uji DOBI (Determinasi of Bleeching Index)
Uji DOBI merupakan proses yang dilakukan pada saat
sampel datang pertama kali ke laboratorium dan masih dalam
bentuk CPO dan diuji setiap 4 jam. Pada proses yang pertama ini,
sampel hanya diberi larutan hexane dan ditentukan penyerapannya
dengan menggunakan spectrophotometer.
b. Uji FFA (Free Fatty Acid)
Uji FFA merupakan uji asam lemak bebas yang dipantau
dan terus diuji setiap jam sampai mendapatkan tingkat asam lemak
bebas yang serendah-rendahnya. Semakin rendah nilainya, maka
semakin bagus kualitasnya. Nilai FFA sendiri ditentukan oleh
customersesuai dengan permintaannya. Untuk minyak goreng yang
dijual di Indonesia, nilai FFA harus dibawah 5%. Sedangkan untuk
minyak goreng eksport, kualitas FFA harus dibawah 3%. Adapun
proses ujinya adalah:
Sampel CPO + isopropyl alcohol + NaOH
NaOH atau natrium hidroksida merupakan larutan yang
bersifat korosif/merusak jaringan hidup. Dari segi fisik, NaOH
tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam air, Apabila terpapar
dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar, dan iritasi pada
saluran pernafasan. Efek jangka panjang jika terhirup dapat
menyebabkan pneumonitis dan edema paru. Penyebab parah iritasi
saluran pernafasan bagian atas adalah batuk, luka bakar pada
saluran pernafasan, kesulitan bernafas, dan koma.
c. Uji IV (Iodine Value)
13
a. Kelebihan Jurnal:
14
k3
dan
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Gangguan yang disebabkan bahan iritant di suatu perusahaan
umumnya adalah penyakit, iritasi, dan kematian
2. Bahan kimia NaOH memiliki pengaruh yang tinggi terhadap gejala
pernapasan.
3. Bahan kimia yang bersifat asam seperti asam asetat dan wijs disimpan
di dalam lemari asam.
4. Bahan kimia seperti NaOH dapat menyebabkan batuk dan bersin jika
terhirup oleh pekerja.
5. Tabung yang berisi bahan kimia diletakkan diatas meja pekerja dengan
keadaan terbuka.
6. Banyak pekerja yang tidak menggunakan APD, sehingga berisiko
dapat mengalami gejala-gejala pernapasan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui gangguan yang dapat
terjadi oleh bahan iritant di suatu perusahaan.
b. Mahasiswa diharapkan untuk mengetahui dan mempelajari
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan
yang dapat terjadi pada pekerja di suatu perusahaan.
2. Bagi Tempat Kerja
a. Perusahaan harus menetapkan peraturan tentang
k3
dan
16
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal, T. S 2012. Gambaran Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Pembuat Dodol
Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Skripsi FKM
USU Medan.
Ajisetiawan. 2010. Penanganan Quality Control Di PT.Campina Ice Cream
Industryavailable
http:///www.Ajisetiawan01.wordpress.com/2010/10/13/penanganan-qualitycontrol-di-pt campina-ice-cream-industry/. Diakses tanggal 29 Maret 2016.
Anhar AS, Yuliani S, Daru L. 2005. Hubungan Paparan Debu Gamping dengan
Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekrja Batu Gamping di UD. Usaha
Maju, Kalasan Yogyakarta. Universitas Diponegoro.
Harrington, J. M & Gill, F. S 2005, Buku Saku Kesehatan Kerja, EGC, Jakarta.
Loomis, T. A. 1978. Toksikologi Dasar Edisi Ketiga. IKIP Semarang Press:
Semarang.
Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Karyawan PT. Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan. Tesis Magister FKM UNDIP: Semarang.
Moeljosoedarmo, S. 2008. Higiene Industri. FK UI: Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2002. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta:
Jakarta.
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. EGC:
Jakarta.
Ringel, E. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Indeks: Jakarta.
Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi Fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan & kebidanan. Monica Ester Ed. 4. Jakarta : EGC.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
WHO. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. EGC: Jakarta.
Wilson, L. M 2006, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, EGC,
Jakarta.
17
Wita, Rizka, Lina Tarigan, Halinda Sari Lubis. 2013. Gambaran Gejala
Pernapasan pada Pekerja Bagian Quality Control Pabrik Pengolahan
Crude Palm Oil (CPO) Pt.Smart,Tbk di Belawan Tahun 2013. Universitas
Sumatera Utara.
18