Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 2 – 3 TAHUN

Disusun Oleh :
Kelompok II

1. IRMA RAHMAWATI G1B013015


2. DWI SULISTIA NINGRUM G1B013020
3. LALA SHOFIA L G1B013040
4. FERO AMELIA FITRIYANI G1B013056
5. RADEN AYU ZAKIYYAH G1B013066
6. RIRIH RISYA C G1B013101

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah ulang tahun pertamanya, kebanyakan anak sudah mulai
mengarah kepada kemandirian pertama mereka - kemampuan berjalan.
Tahun-tahun sebelum mereka masuk sekolah adalah waktu untuk menambah
tekanan pada pengetahuan diri sendiri, dan waktunya untuk mulai perlahan-
lahan memahami konsep interaksi sosial dan perbedaan antara kelakuan
pribadi dan di muka umum.
Bahkan lebih banyak dari pada tahun pertama, seorang anak kecil harus
dimengerti sesuai tahap-tahap perkembangan tertentu. Usia kalender aktual
mungkin tidak begitu penting, dan kategori usia di bawah ini harus dianggap
sebagai panduan kasar. Yang lebih penting adalah kategori subyek, yang
mewakili masalah spesifik dalam kemajuan kearah kedewasaan.
Pertumbuhan(growth), berkaita dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun indiviu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pund, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metablik (retensi kalsium dan nitroge
tubuh) (Soetjiningsih,2005). Pertumbuhan anak secara universal digunakan
untuk menilai gizi, kesehatan dan pengembangan masing-masing anak dan
untuk memperkirakan secara keseluruhan status gizi dan kesehatan
masyarakat (Mandal, Gopal Chandra. 2008). Perkembangan (development)
menurut Caplin (2002) (dalam Desmita, 2010) mengartikan perkembangan
sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme
dari lahir sampai mati, serta perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari
bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturisasi/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
yaitu: faktor genetik, faktor lingkungan( faktor lngkungan pranatal dan faktor
lingkungan post-natal). Pertumbuhan pada anak usia 2-3 tahun Kebutuhan
dasar anak untuk tumbuh kembang meliputi kebutuhan fisik-biomedis (asuh),
kebutuhan emosi/kasih sayang (asah), kebutuhan akan stimulasi mental
(asah).
Milestone perkembangan anak usia 2-3 tahun, meliputi:
1. Keterampilan motorik
a. Motorik kasar
b. Motorik halus
2. Keterampilan kognitif
3. Keterampilan berbahasa
4. Keteramilan mengurus diri seendiri.
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,
mudah diukur, dan diulang. BB merupakan ukuran yang terpenting yang
dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada
semua kelompok umur karena BB merupakan indikator yang tepat untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak Alasannya adalah BB
sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan.
Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran BB tergolong obyektif dan dapat
diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak
memerlukan waktu lama.
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. Pengukuran TB sederhana dan mudah dilakukan. Apalabila
dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan memberikan informasi penting
tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak. Ukuran tinggi badan pada
masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggi maksimal dicapai.
TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan yang
berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk
mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau. Keuntungan
pengukuran TB adalah pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat dapat
dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Kerugiannya perubahan tinggi
badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi badan secara tepat.
Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur dan
pada anak umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri.
Secara lebih rinci Mubin dan Cahyadi (2006) menyatakan anak pada
usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa
sebelumnya, yaitu:
1. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat serta
mempelajari keterampilan motorik.
2. Perkembangan kognitif yang meliputi tahapan sensorimotor, tahapan
praoperasional, tahapan konkret operasional dan formal operasional.
Tahapan-tahapan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan
dan pengalaman anak.
3. mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat
memikat orang lain.
4. Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek
perkembangan anak. Masing-masing anak menunjukkan ekspresi yang
berbeda sesuai dengan suasana hati dan dipengaruhi oleh pengalaman
yang diperoleh sepanjang perkembangannya.
Hurlock (1999) mengatakan bahwa usia pra sekolah disebut sebagai
masa keemasan (the golden age) di mana proses perkembangan anak
harus mendapatkan perhatian secara maksimal. Pada usia ini anak sudah
memasuki sekolah di Pendidikan Usia Dini (2-3 tahun) dan di TK (4-
5tahun). Sehingga banyak orang tua berlomba-lomba untuk memilihkan
sekolah PAUD yang terbaik untuk anak-anaknya. Tumbuh kembang anak
usia 2-3 tahun merupakan suatu hal yang menyenangkan apabila
diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kita akan menemukan seorang
anak mampu berceloteh dan mulai tumbuh besar seperti anak lainnya.
Pada tahap ini, tentu saja segala hal mulai dari kesehatan hingga
psikis anak harus dijaga dengan baik agar mereka tetap mendapatkan
suatu pertumbuhan yang optimal di masa mendatang. berdasarkan definisi
anak usia dini menurut National Association for Education of Young
Children (NAEYC). Hurlock (1999) menyebut usia dini sebagai masa
kanak-kanak awal yang mengacu pada usia prasekolah untuk membedakan
dengan masa ketika anak harus mengahadapi tugas-tugas pada saat mulai
mengikuti pendidikan formal. Selain usia prasekolah, masa kanak-kanak
awal disebut pula sebagai usia bermain karena anak dini menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.

B. Rumusan Masalah
a. Mengetahui pengertian pertumbuhan dan perkembangan anak usia 2-3
tahun
b. Mengetahui milestone pertumbuhan anak usia 2-3 tahun
c. Mengetahui milistone perkembangan anak usia 2-3 tahun
d. Mengetahui alat deteksi dini tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun
e. Mengetahui kelainan tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun
f. Mengetaahui pencapaian tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia
2-3 tahun yang diamati.

C. Tujuan
a. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan usia 1-2 tahun
b. Mengidentifikasi pertumbuhan usia 1-2 tahun
c. Mengidentifikasi perkembangan usia 1-2 tahun
d. Mengetahui gangguan tumbu kembang usia 1-2 tahun
e. menjelaskan upaya deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang usia 1-2
tahun
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan Perkembangan adalah proses kontinu sejak dari
konsepsi sampai dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa
yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.
Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap
individu.
Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal
pertambahan ukuran organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada
yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu
Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan dari
tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik
(anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. Menurut
Whaley dan wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan
ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan
berat seluruh bagian tubuh (Supartini,2004).
Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses
pertumbuhan dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik,
maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman
Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks
Menurut Whaley dan wong (dalam Supartini, 2004), perkembangan
menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat
yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran. Perkembangan merupakan bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
(Riyadi, 2009).

B. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Ciri-ciri Pertumbuhan
a. Perubahan ukuran
Perubahan terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya
umur anak, terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan,
lingkaran kepala, dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru
atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan
tubuh (Narendra, et al., 2002).
b. Perubahan proporsi
Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan
tubuh anak atau orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif
mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur
lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi
umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat
kurang lebih setinggi simpisis pubis (Narendra, et al., 2002).
c. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-
lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, dan
menghilangnya refleks-refleks primitif (Narendra, et al., 2002, p.4).
d. Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru adalah sebagai akibat pematangan fungsi-
fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah
munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas,
dan munculnya anda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut
pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita (Narendra, et al.,
2002).

2. Ciri-ciri Perkembangan
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan sistem reproduksi disertai
dengan perubahan pada organ kelamin, perkembangan kecerdasan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Perubahan-perubahan
ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi
tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciriciri baru sebagai
tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu (Narendra, et al., 2002).
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Perkembangan awal merupakan masa kritis, karena hal tersebut akan
menentukan perkembangan selanjutnya. Seseorang tidak akan bisa
melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya (Narendra, et al., 2002).
c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap-tahap tersebut tidak dapat terbalik, misalnya anak
dapat berdiri terlebih dahulu sebelum berjalan (Narendra, et al., 2002).
d. Perkembangan mempengaruhi pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, dan juga daya nalar
(Narendra, et al., 2002).
C. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Usia 2-3 Tahun
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan
yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan
tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita,
yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui
penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-
upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal (Tim Dirjen
Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan
meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan
alat ukur tersendiri.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan
penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan
dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.
Parameter ukuran antropometrik yang paling sering digunakan adalah :
1. Pengukuran berat badan
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan
dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam
Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik
pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2. Pengukuran tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil
pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai
grafik pertumbuhan tinggi badan.
3. Pengukuran lingkar kepala anak
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
Otak berkembang 0,4- 1,5 mm pertahun, yang paling menonjol di daerah
frontal dan oksipital. (Sowel, Elizabeth R. 2004. Longitudinal Mapping of
Cortical Thickness and Brain Growth in Normal Children. The Journal of
Neuroscience. 24(38):8223– 8231•8223). Pengukuran dilakukan pada
diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran
sebagai standar.
Untuk menilai perkembangan anak dapat menggunakan berbagai jenis
instrument. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional
untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development
Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini
masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen
ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967
untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti
evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan
perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II
digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada
anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun
anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal
kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk
menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan
kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang
seumur.

D. Pertumbuhan Anak Usia 2-3 Tahun


Menurut Nugroho (2009), peningkatan ukuran tubuh terjadi secara
bertahap yang menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan
pertumbuhan pada anak umur 1-3 tahun adalah sebagai berikut:
1. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm pertahun.
Rata-rata tinggi anak usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia
2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan. Menurut
Behrman (2000), menyebutkan bahwa seperti halnya berat badan, tinggi
badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus, yaitu:
a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
c. Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur x 6) + 77 = 6n + 77
Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan
dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.
2. Berat Badan
Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg pertahun.
Rata-rata berat badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5
tahun berat badan batita mencapai 4 kali berat badan lahir. Selain dari
perkiraan tersebut dapat diperkirakan dengan rumus atau pedoman dari
Berhman (1992) yaitu :
a. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
b. Berat badan 3-12 bulan :
𝑢𝑚𝑢𝑟 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛) + 9 𝑛 + 9
=
2 2
c. Berat badan usia 1-6 tahun :
𝑢𝑚𝑢𝑟(𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)𝑥2 + 8 = 2𝑛 + 8
Keterangan : n adalah usia anak
3. Lingkar Kepala
Pada usia 1-2 tahun ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada.
Total laju peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5.
Lingkar kepala anak pada usia 2 tahun yaitu 46,9 - 49,5 cm ( + 2,5 cm) dan
mengalami kenaikan usia 3 tahun menjadi 47,7 - 50,8 cm ( + 1,25 cm).
4. Lingkar Dada
Lingkar dada untuk anak usia 2-3 tahun memiliki ukuran yang sama
dengan lingkar kepala anak usia yang sama.
5. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas pada saat lahir yaitu 11 cm menjadi 16 cm pada usia 1
tahun. Sedangkan pada usia 2-3 tahun lingkar lengan atas tidak
menunjukan banyak perubahan.

6. Lingkar Kepala
Secara normal, ukuran lingkar kepala adalah 34-35 cm. Kemudian akan
bertambah sekitar 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm
dan pada tahuntahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5
cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah
+ 10 cm. pengukuran lingkar kepala dapat diukur dengan menggunakan
pita pengukuran yang disebut meteran (Nursalam, et al., 2005, p.53).

E. Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun


1. Perkembangan Motorik
Perkembangan anak usia 2-3 tahun secara motorik kasar yaitu anak sudah
bisa menaiki dan menuruni tangga, menulis hal yang sederhana, memanjat
perabotan rumah tangga, melompat, mengeksplorasi rumah, dan
berkeliling rumah. Perkembangan anak usia 2-3 tahun secara motorik
halus yaitu telah mampu memegang benda berukuran kecil diantara ibu
jari dan telunjuk dan masih agak kaku, anak dapat menyusun 2-6
kotak/kubus, menunjuk mata dan hidung, serta menggambar garis di
kertas/pasir.
2. Perkembangan Bahasa
Perkembangan anak usia 2-3 tahun secara bahasa yaitu anak telah
menguasai 50-200 suku kata, anak dapat menyusun kata menjadi kalimat
sederhana, anak mengatakan 5-10 kata. Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun,
kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (”ini bola saya”), progresif
(”saya sedang bermain”), pertanyaan, dan kalimat penolakan.
3. Perkembangan Kognitif
Anak usia 2-3 tahun dapat disamakan dengan stadium praoperasional
Piaget (pralogika), ditandai oleh pemikiran ajaib, egosentris, dan
pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pemikiran ajaib meliputi
kerancuan dari kejadian yang kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme
(menghubungkan motivasi kepada benda mati dan kejadian) dan
kepercayaan yang tidak realistik terhadap kekuatan hasrat. Anak-anak
bahwa matahari turun ”karena lelah” atau bahwa perasaan marah kepada
saudara kandung sesungguhnya dapat membuat saudaranya sakit.
Egosentris mengacu kepada ketidakmampuan anak untuk mengambil
pandangan lain dan tidak berarti egois. Anak mungkin berusaha untuk
menyenangkan orang dewasa yang marah dengan membawa boneka
binatang kesayangan. Setelah usia 2 tahun, anak membuat konsep tentang
dirinya dan rasa kebutuhan untuk merasakan”semua”.
4. Perkembangan Emosional dan Sosial
Perkembangan anak usia 2-3 tahun secara bahasa yaitu memperlihatkan
rasa cemburu dan bersaing, memperlihatkan minat pada anak lain dan
bermain dengan mereka, menaruh minat pada apa yang dikerjakan, dapat
makan sendiri dan dapat mengontrol BAK dan BAB.

F. Kelainan Tumbuh Kembang Anak Usia 2-3 Tahun


1. Kelainan Pertumbuhan
a. Kretin
Kretin adalah kondisi pembesaran kelenjar gondok yang diakibatkan
oleh meningkatnya aktivitas kelenjar tersebut dalam upaya peningkatan
produksi hormon tiroksin maupun triiodotironin. Akibat yang
ditimbulkan oleh penyakit gondok pada fetus yaitu abortus, lahir mati,
kelainan perinatal, kretin neurologi, keterbelakangan mental sedangkan
pada anak meliputi juvenile hipothyroidesm,gangguan fungsi mental,
gangguan fisik.
b. Gagal tumbuh
Gagal tumbuh bukan merupakan suatu diagnosis tersendiri, akan tetapi
menggambarkan bahwa seorang anak yang tidak dapat mencapai
potensi pertumbuhan sesuai usianya. Meskipun sering ditemukan pada
usia di bawah 2 tahun, tetapi gagal tumbuh dapat terjadi kapan saja
pada masa anak anak.
Berbagai rekomendasi telah dikemukan oleh para ahli untuk
mendefinisikan seorang anak dengan gagal tumbuh. Ada tiga criteria
umum untuk menetukan gagal tumbuh dengan menggunakan kurva
pertumbuhan NCHS/CDC-2000:

1. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan di bawah


persentil ke-3 sesuai usianya pada lebih dari sau kali pengukuran.
2. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan per umur kurang
dari 80%.
3. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan penurunan berat badan
memotong 2 persentil mayor atau lebih dari pada kurva
pertumbuhan.
Kita harus berhati-hati untuk mengaplikasikan definisi tersebut tanpa
data-data longitudinal karena pertumbuhan adalah sesuatu peristiwa
yang berlangsung secara dinamis dan kontinu. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan sehubungan dengan criteria tersebut di atas, antara
lain anak dengan perawakan pendek, bayi kecil masa kehamilan, dan
bayi premature. Selama pertumbuhan anak mengikuti/pararel garis
kurva pertumbuhan normal maka tidak dapat disebut sebagai gagal
tumbuh.
c. Obesitas
Pada bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5% akan tetap obesitas
untuk 2 dekade berikutnya dan 80% remaja yang obesitas akan menjadi
dewasa yang obesitas.Menurut Taitz, 50% remaja yang obesitas sudah
mengalami obesitas sejak bayi. 4 Sedang penelitian di Jepang
menunjukkan 1/3 dari anak obesitas tumbuh menjadi obesitas dimasa
dewasa 1 dan risiko obesitas ini diperkirakan sangat tinggi, dengan OR
2,0 – 6,7. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obesitas pada usia
1-2 tahun dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi obesitas
dewasa, sedang obesitas pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang
tuanya obesitas, 79% akan menjadi obesitas dewasa.
2. Kelainan Perkembangan
a. Keterlambatan bicara (Speech Delay)
Keterlambatan bicara (Speech Delay) adalah salah satu penyebab
gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa
laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa
berkisar 5 – 10% pada anak sekolah.
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan banyak,
terdapat beberapa resiko yang harus diwaspadai untuk lebih mudah
terjadi gangguan ini. Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat
banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran,
penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut
ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara. Gangguan bicara pada
anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu
beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik
lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara
adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya
merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan
belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang
saling berhubungan.
b. Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah gangguan ketika otot-otot pada tubuh anak tidak
mau mendengarkan perintah dari otaknya. Down syndrome adalah
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak. Terakhir
adalah global developmental delay merupakan kondisi anak yang
memiliki gangguan perkembangan baik itu motorik, kognitif, dan
emosional.

3. Kelainan Mental Mental Emosional


a. Autisme
Autisme adalah istilah yang digunakan untuk sekumpulan gangguan
perkembangan secara neurologik dimana individu yang mengalaminya
akan mengalami gangguan pada kemampuan interaksi sosialnya dan
keterampilan komunikasinya, serta kecenderungan untuk mengulangi
suatu perilaku tertentu. Terdapat berbagai macam bentuk autisme, dari
seseorang yang dapat berperilaku baik pada berbagai keadaan, sampai
seseorang yang mengalami gangguan bicara dan keterampilan harian
sederhana (Suryana,2004).
Autisme biasanya didiagnosa pada usia balita atau usia prasekolah,
walaupun ada juga yang didiagnosa pada usia yang lebih tua. Menurut
laporan, sekitar 20% anak yang mengalami autisme mengalami sesuatu
yang disebut sebagai regresi, yaitu mereka tampaknya mengalami suatu
perkembangan normal tetapi kemudian kehilangan keterampilan
komunikasi dan sosial. Anak laki-laki mempunyai resiko tiga sampai
empat kali lipat untuk mengalami autisme dari pada anak perempuan.
Autisme dapat terjadi pada semua kelompok ras, etnik, dan sosial
manapun. Berbagai macam faktor yang diduga berhubungan dengan
autisme antara lain faktor infeksi, metabolisme, genetik, neurologik,
dan lingkungan.
Menurut bukti-bukti ilmiah yang ada saat ini tidak ada satupun
hipotesis yang mendukung pernyataan bahwa vaksin MMR, atau
kombinasinya, dapat menyebabkan terjadinya autisme maupun bentuk
autisme regresif. Pertanyaan-pertanyaan akan adanya kemungkinan
kaitan antara vaksin MMR dan autisme telah diteliti secara luas
oleh National Academy of Sciences, Institute of Medicine, Amerika.
Penelitian ini menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti epidemiologi
yang ada saat ini bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin
MMR dan autisme.
a. Tantrum
Temper tantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak
dan tidak terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak
suai 15 bulan hingga 6 tahun (Zaviera, 2008). Umumnya anak kecil
lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak
masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Pada
usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan
marahnya atau temper tantrum (Hurlock, 2000). Sikap yang
ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak senangnya, anak
melakukan tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-
jerit, melemparkan benda, berguling-guling, memukul ibunya atau
aktivitas besar lainnya (Hurlock, 2000)
b. Gangguan Kecemasan Atau Gangguan Mood
Merasa selalu sedih, tertekan, tidak dicintai, gugup, takut,
kesepian. Gangguan kecemasan dapat bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, dinakali oleh anak yang lebih besar, merasa terpisah dari
rumah atau orang tua. Contoh gangguan kecemasan lain pada anak
adalah gangguan mood (terutama kesedihan) yang berlangsung
melebihi periode normal. Anak tidak mampu lagi bergembira atau
berkonsentrasi, selalu kecapaian, melakukan aktivitas ekstrim,
apatis, selalu menangis, mengalami masalah tidur, berat badan
berubah drastis, mengalami keluhan fisik yang tidak jelas, merasa
diri tidak berharga, merasa tidak berteman, bahkan kadang-kadang
berpikir ingin mati.
Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara
duan dan enam tahun. Dalam jumlah tertentu kecemasan adalah
sesuatu yang normal. Stres utama dari bayi pertengahan sampai usia
prasekolah adalah kecemasan perpisahan (Wong, 2009). Kecemasan
yang timbul pada anak tidak selalau bersifat patologi tetapi dapat
juga disebabkan oleh proses perkembangan itu sendiri atau kareana
tingkah laku dari salah satu orangtua.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran Tumbuh Kembang Anak Usia 2-3 Tahun


Anak yang menjadi responden kami bernama Ravindra Alfaro (RA) yang
lahir pada tanggal 19 Mei 2013 dengan kata lain RA memiliki umur 2 tahun 6
bulan. RA bertempat tinggal di Wanadri Rt.01/ Rw. 01 – Bawang Kab.
Banjarnegara. Pengukuran dilakukan pada tanggal 21 Novmber 2015 dengan
hasil pengukuran terakhir sebagai berikut:
1. Indikator Pertumbuhan
a. Berat Badan (BB) : 11,5 kg
b. Tinggi Badan (TB) : 87 cm
c. Lingkar Dada : 51 cm
d. Lingkar Kepala : 50 cm
2. Indikator Perkembangan
No. Perkembangan Ya Tidak
Motorik Kasar
1. Anak sudah bisa berjalan √
2. Anak dapat menaiki dan menuruni tangga √
3. Anak dapat mengeksplorasi rumah √
Motorik Halus
1. Anak sudah bisa menggambar garis √
2. Anak sudah bisa menyusun puzzle √
3. Anak sudah bisa menyusun kubus √
Bahasa
1. Anak sudah bisa mengatakan 5-10 kata √
Anak dapat menyusun 2 kata membentuk
2. √
kalimat
3. Anak memiliki 5-200 kosa kata √
Sosialisasi dan Kemandirian
1. Anak memperlihatkan rasa cemburu √
2. Anak mulai mengajak bermain √
3. Anak sudah bisa makan sendiri √
4. Anak sudah bisa mengontrol BAB dan BAK √
5. Anak sudah bisa menggosok gigi sendiri √

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu kandung dari RA,
didapatkan hasil perkembangan yang seluruhnya baik yaitu dari 3
kategori motorik kasar seluruhnya sudah bisa dilakuakan oleh RA, 3
kategori motorik halus seluruhnya sudah bisa dilakuakan oleh RA, 3
kategori bahasa seluruhnya sudah bisa dilakuakan oleh RA, dan 5
kategori sosialisasi dan kemandirian seluruhnya sudah bisa dilakuakan
oleh RA.
3. Keterangan Lain
Selain data pertumbuhan dan perkembangan, kami juga mendapatkan
informasi lain yang mendukung pengukuran pertumbuhan dan
perkembangan yaitu:
a. Cara pengasuhan anak
Dari hasil wawancara, ibu kandung dari RA merupakan pengasuh
utama yang memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Cara pemberian ASI
Dari hasil wawancara, ibu kandung RA telah memberikan ASI
ekslusif semasa RA bayi.
c. Cara pemberian makan
Dari hasil wawancara, makanan yang paling disukai oleh RA adalah
bakso dan yang tidak disukai adalah daging.
d. Penyakit yang pernah diderita
Dari hasil wawancara dan menurut buku KMS, penyakit yang pernah
diderita oleh RA adalah diare.
B. PEMBAHASAN
1. Pertumbuhan
a. Berat Badan
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah diukur, dan diulang. BB merupakan ukuran yang
terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan
fisik anak pada semua kelompok umur karena BB merupakan indikator
yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak
Alasannya adalah BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja
seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan,
pengukuran BB tergolong obyektif dan dapat diulangi dengan
timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak memerlukan
waktu lama.
Pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh misalnya
pendek gemuk atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi penyakit
dapat mempengaruhi pengukuran BB seperti adanya bengkak (udem),
pembesaran organ (organomegali), hidrosefalus, dan sebagainya. Dalam
keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat digunakan untuk menilai
status nutrisi.
Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg
pertahun. Rata-rata berat badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg.
Pada usia 2,5 tahun berat badan batita mencapai 4 kali berat badan
lahir. Selain dari perkiraan tersebut dapat diperkirakan dengan rumus
atau pedoman dari Berhman (1992) untuk balita 1-6 tahun yaitu :
𝑢𝑚𝑢𝑟(𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)𝑥2 + 8 = 2𝑛 + 8
RA berumur sekitar 2 tahun sehingga berat badan normal untuk RA
adalah 2𝑥2 + 8 = 12 𝑘𝑔. Sedangkan menurut hasil wawancara berat
badan RA adalah 11,5 Kg atau kurang 0,5 dari berat badan normal
untuk usia 2 tahun.
Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang,
2002) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi
pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan
gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit
infeksi. Adapun faktor-faktor mempengaruhi berat badan antara lain:
1) Faktor dalam meliputi ras etnik atau bangsa, keluarga, genetik,
keturunan ,umur, jenis kelamin
2) Faktor luar meliputi gizi pada saat ibu hamil, zat kimia dan radiasi,
kekurangan hormon, penyakit infeksi, status ekonomi yang kurang,
pendidikan ibu.

b. Tinggi Badan
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. Pengukuran TB sederhana dan mudah dilakukan. Apalabila
dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan memberikan informasi
penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak. Ukuran
tinggi badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai
tinggi maksimal dicapai. TB merupakan indikator yang
menggambarkan proses pertumbuhan yang berlangsung dalam kurun
waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan fisik di masa lampau. Keuntungan pengukuran TB adalah
pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah
dan mudah dibawa. Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat
dan sukar untuk mengukur tinggi badan secara tepat. Pengukuran TB
pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur dan pada anak
umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri.
Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm
pertahun. Rata-rata tinggi anak usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi
badan pada usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang
diharapkan. Menurut Behrman (2000), menyebutkan bahwa seperti
halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan
rumus, yaitu:
Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur x 6) + 77 = 6n + 77.
RA berumur sekitar 2 tahun sehingga perkiraan tinggi badan normal
untuk RA adalah (2 x 6) + 77 =89 cm. Sedangkan menurut hasil
wawancara tinggi badan RA adalah 87 cm atau kurang 2 cm dari tinggi
badan normal untuk usia 2 tahun.

Pada tahun 2010, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian


Kesehatan, melakukan penelitian Atmarita, memperoleh hasil bahwa,
anak Indonesia dengan umur 5 tahun memiliki rata-rata tinggi badan
kurang 6,7 cm dari tinggi badan yangseharusnya dimiliki, dan anak
perempuan dengan tinggi kurang 7,3 cm. Seharusnya untuk anak
dengan usia 5 tahun mempunyai tinggi badan 110 cm.
Penyebab yang paling utama mengapa di Indonesia
balita mempunyai tinggi badan yang pendek adalah kekurangan gizi, ini
diakibatkan oleh konsumsi pangan hewani yang kurang. Disamping itu
juga ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan tinggi badan anak
menjadi pendek, seperti penyakit cushing penyebabnya karena hormone
kortisol terlalu banyak, sindromturner penyebabnya hilangnya
kromosom yang dialami anak perempuan, kurangnya hormon
pertumbuhan dan gangguan tiroid.

c. Lingkar Dada
Lingkar dada merupakan ukuran yang jarang digunakan untuk
mengukur status pertumbuhan normal pada anak, karena lingkar dada
untuk anak usia 2-3 tahun memiliki ukuran yang sama dengan lingkar
kepala anak usia yang sama. menurut sumber dokter Indonesia
menerangkan bahwa ukuran lingkar dada normal untuk anak usia 2
tahun adalah lebih besar dari ukuran lingkar kepala.
RA berumur sekitar 2 tahun sehingga perkiraan lingkar dada normal
untuk RA adalah sama dengan atau lebih dari ukuran lingkar kepala.
Sedangkan menurut hasil wawancara lingkar kepala RA adalah 50cm
dan lingkar dada RA adalah 51 cm. Sehingga dapat kita katakan bahwa
ukuran lingkar dada RA adalah normal karena memiliki ukuran yang
lebih besar dari lingkar kepalanya.
d. Lingkar Kepala
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari
estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status
gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk
menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK
secara berkala daripada sewaktu waktu saja.
Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari
hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini
bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya
kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal)
maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal
dengan hidrosefalus. Lingkaran kepala mencerminkan volume
intrakranial, dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Untuk rentang
normal menurut nellhaus adalah pada anak usia 2 tahun perempuan
yaitu 45 – 51 cm dan untuk laki-laki yaitu 46 – 51.
RA berumur sekitar 2 tahun dan berjenis kelamin laki-laki sehingga
perkiraan tinggi badan normal untuk RA adalah 46-51cm. Sedangkan
menurut hasil wawancara lingkar kepala RA adalah 50 cm. Sehingga
lingkar kepala RA tergolong normal.

2. Perkembangan

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, responden RA


diketahui mengalami tahap perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Adapun kemampuan perkembangan yang telah dicapai RA pada anak
seusianya adalah :
a. Anak sudah bisa berjalan
b. Anak dapat menaiki dan menuruni tangga
c. Anak dapat mengeksplorasi rumah
d. Anak sudah bisa menggambar garis
e. Anak sudah bisa menyusun puzzle
f. Anak sudah bisa menyusun kubus
g. Anak sudah bisa mengatakan 5-10 kata
h. Anak dapat menyusun 2 kata membentuk kalimat
i. Anak memiliki 5-200 kosa kata
j. Anak memperlihatkan rasa cemburu
k. Anak mulai mengajak bermain
l. Anak sudah bisa makan sendiri
m. Anak sudah bisa mengontrol BAB dan BAK
n. Anak sudah bisa menggosok gigi sendiri
Menurut Soetjiningsih (2007), tahap perkembangan anak usia 2 sampai
3 tahun antara lain :
a. Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak.
c. Mampu menyusun kalimat
d. Mempergunakan kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan
kepadanya
e. Menggambar lingkaran
f. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan
lain di luar keluarganya.

Dari hasil wawancara yang kami peroleh, diketahui bahwa RA


mendapatkan asuhan langsung dari sang ibu. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Suyami (2012), didapatkan bahwa terdapat hubungan
antara pola asuh orang tua dengan tingkat perkembangan sosial anak.
Menurut Hurlock dalam Suyami (2012), salah satu faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial anak adalah pada pola pengasuhan, karena
sosialisasi anak bermula atau terjalin pertama kali yaitu dengan ibu atau
orang orang tua. Keluarga mempunyai peranan penting dalam
pembentukan pribadi seorang anak dalam memberikan standar perilaku
dan sumber motivasi pada anak. Stimulasi psikososial yang diberikan oleh
pengasuh dalam hal ini orangtua mempengaruhi perkembangan kognitif
pada anak. Persepsi orangtua terhadap nilai anak diduga secara langsung
ataupun melalui perantara akan mempengaruhi perkembangan kognitif
anak (Chandriyani, 2009).
Selain pola asuh, status gizi juga mempengaruhi perkembangan anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutiari (2012), terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi waktu lahir dengan status
perkembangan. Menurut Gutama (2004), anak yang lahir dengan BBLR
akan mengalami gangguan fungsi kognitif dan kecerdasan intelektual.
Kekurangan gizi pada masa bayi hingga 2 tahun dapat mengakibatkan sel
otak berkurang 15-20% sehingga anak yang demikian kelak kemudian hari
akan terganggu perkembangan mental dan kemampuan motorik. Hasil
pengamatan yang kami dapatkan menunjukkan bahwa RA berada pada
kondisi normal dan tidak mengalami gangguan perkembangan pada
usianya.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Berat badan responden kurang 0,5 dari berat badan normal untuk usia 2 tahun
2. Tinggi badan responden 87 cm atau kurang 2 cm dari tinggi badan normal
untuk usia 2 tahun
3. Lingkar kepala RA adalah 50cm dan lingkar dada RA adalah 51 cm.
Sehingga dapat kita katakan bahwa ukuran lingkar dada RA adalah normal
karena memiliki ukuran yang lebih besar dari lingkar kepalanya.
4. Lingkar kepala RA adalah 50 cm. Sehingga lingkar kepala RA tergolong
normal.
5. Responden RA diketahui mengalami tahap perkembangan yang sesuai
dengan usianya.
6. Responden RA mendapatkan asuhan langsung dari sang ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2010), Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas 2010), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Bherman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 1. Jakarta:EGC

Chandriani. 2009. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif


Anak Usia 2-5 Tahun pada Keluarga Rawan Pangan Di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengan. Skripsi, Institut Pertanian Bogor

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Dietz, W.,H. Childhood Obesity. Dalam Textbook of Pediatric Nutrition, II nd ed,


Suskind, R.,M., Suskind, L.,L. (Eds). New York: Raven Press,1993; 279-
84.

Gutama. 2004. Aspek Gizi dan Stimulasi Pendidikan Anak Usia Dini (Nutrition
And Stimulation Aspect Of Early Child Education). Jakarta: Pusat Studi
Kebijakan Pangan dan Gizi- IPB, Direktorat Gizi Masyarakat-Depkes.

Hurlock, Elizabeth B. (1999). Perkembangan anak (Edisi keenam). Jakarta :


Erlangga.

Mandal, Gopal Chandra. 2008. Undernutrition among Integrated Child


Development Services (ICDS) Scheme Children aged 2-6 years of
Arambag, Hooghly District, West Bengal, India: A serious public health
problem. Italian Journal Of Public Health. Vol. 5 No. 1

Narendra, M.S, dkk. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Edisi Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi
1,Yogyakarta : Graha Ilmu

Soetjiningsih. 2005.Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC.

Sowel, Elizabeth R. 2004. Longitudinal Mapping of Cortical Thickness and Brain


Growth in Normal Children. The Journal of Neuroscience. 24(38):8223–
8231•8223.

Supartini, Yupi. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC.2004

Suryana, A. (2004). Terapi Autisme: Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif. Jakarta:
Progres
Sutiari, NK, dan Wulandari, dewa. 2011. Jurnal Ilmu Gizi. Hubungan Status Gizi
Waktu Lahir dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Pra-
sekolah di Desa Peguyangan Kota Denpasar. Volume 2 No 2;109-117

Suyami, lis suryani.2012. Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat perkembangan
Sosial Anak Usia 1-3 Tahun di Desa Buntalan Klaten

Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. 1997. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Balita. Jakarta: Depkes.RI

Wong. D.L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC


Zaviera, F. (2008). Mengenali & Memahami Tumbuh Kembang Anak.
Yogyakarta : Katahat

Anda mungkin juga menyukai