Anda di halaman 1dari 5

COVID-19 DENGAN KOMORBID DIABETES

dr. Nisvi Dewi Andaningrum, Sp.PD

Gambaran Angka kematian akibat diabetes sudah cukup tinggi. Bila seseorang
diabetes menderita COVID-19 angka kematiannya menjadi bertambah lebih tinggi. Diabetes
adalah komorbid kedua setelah Hipertensi. Angka kematian penderita COVID-19 dengan
Diabetes itu sekitar 8%, menyusul penyebab berikutnya adalah komorbid Kardiovaskular
atau Kelainan Jantung dan Pembuluh Darah.

Tabel 1. Prevalensi COVID-19 dengan komorbid

Dari penelitian yang dilakukan di Cina ada dua penelitian di Cina yang bisa kita
bandingkan bahwa pasien COVID-19 dengan Diabetes angka kematiannya cukup tinggi
dimana bisa mencapai 7 sampai 10 kali lipat dari non diabetes. Hal ini bisa dilihat dalam
study Chinese CDC dan NDC sebagai berikut :

Tabel 2. Angka Kematian Pasien COVID-19 dengan Diabetes

1
Angka kematian pasien COVID-19 dengan Diabetes lebih tinggi dari non diabetes
karena lebih mudah terkena COVID-19. Penderita diabetes mempunyai gangguan imunitas,
terkait dengan diabetes ini terjadi akut atau kronik. Sangat penting untuk mengendalikan
diabetes karena mempengaruhi hasil pengobatan COVID-19. Pengaruh kendali gula darah
pasien diabetes berkaitan dengan peningkatan produksi sitokin sebagai faktor inflamasi. Bila
produksi sitokin sangat tinggi maka angka kesakitan pasien COVID-19 dengan diabetes akan
makin tinggi. Semakin tinggi angka kesakitan makan akan meningkatkan angka kematian.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengendalikan diabetes. Hal ini berkaitan dengan
adanya produksi Interleukin 6 yang meningkat. Interleukin 6 ini mempengaruhi terjadinya
badai sitokin menjadi lingkaran setan yang akan menyebabkan kadar gula darah pada
penderita diabetes bermasalah. Sedangkan, COVID-19 sendiri dapat meningkatkan sitokin
yang menyebabkan pasien diabetes itu sulit dikendalikan kadar gulanya. Usia juga
mempengaruhi berat atau ringan gejala pada penderita COVID-19. Bila usia meningkat
ditambah ada diabetes akan memperberat badai sitokin. Badai sitokin akan mempersulit
perawatan penderita diabetes sehingga bisa meningkatkan terjadinya komplikasi akut seperti
KAD (Ketoadadosis Diabetikum) dan HONK ( Hiperosmolar Non Ketotik).

Alasan terjadinya permasalahan kadar gula darah pada penderita diabetes dengan
COVID-19 yaitu sebagai berikut:

1. Pola makan yang salah


2. Menurunnya aktivitas karena kegiatan banyak dilakukan di rumah
3. Gangguan dan gejala kelainan pencernaan karena Gastropathy Diabetikum
4. Penghentian atau penundaan pengobatan karena takut kontrol ke akses pelayanan
kesehatan
5. Stres psikologis karena gangguan adaptasi kondisi lingkungan yang berubah yang
meningkatkan produksi hormon glucocorticoid
6. Ketakutan dan ketidaknyamanan yang berlebihan yang menggangu kestabilan gula darah
7. Adanya COVID-19 yang memproduksi cytokin secara berlebihan. Sitokin ini
menyebabkan pasien menjadi bertambah kritis.
8. Pemakaian preparat glukokortikoid yang dapat meningkatkan kadar gula darah

2
Strategi Pengelolaan Kadar Glukosa Darah Berdsarkan Tipe DM pada pasien COVID-19
yaitu :

DM TIPE 1 DM TIPE 2 GLUCOCORTICOID –


ASSOCIATED DIABETES
1. Pompa insulin atau insulin 1. Pasien COVID-19 gejala 1. Pemantuan kadar glukosa
basal – bolus adalah ringan dengan peningkatan darah setelah makan siang
regimen yang optimal glukosa ringan – sedang, dan sebelum makan malam
2. Insulin analog adalah obat antidiabetes non insulin sangat penting karena pada
pilihan pertama yang dapat digunakan glucocorticoid associated
direkomendasikan 2. Pasien dengan demam atau diabetes peningkatan
3. Pengobatan insulin harus diobati dengan glukosa sering terjadi
secara terindivisualisasi glukokortikoid, pengobatan diantara waku setelah
dengan insulin adalah makan siang dan sebelum
pilihan pertama tidur
3. Insulin intravena 2. Insulin adalah pilihan
direkomendasikan untuk pertama pengobatan
pasuen dengan kondisi kritis

Strategi Pengelolaan Kadar Glukosa darah Berdasarkan Klasifikasi Gejala sebagai berikut :

GEJALA RINGAN  Obat antidiabetes oral dan insulin dapat


dilanjutkan sesuai dengan regimen awal
 Progresivitas COVID-19 dapat dipercepat dan
diperburuk dengan adanya hiperglikemia.
Pasien dengan komorbid DM
direkomendasikan untuk meningkatkan
frekuensi pengukuran glukosa darah, dan
berkonsultasi dengan dokter untuk penyesuaian
dosis bila target glukosa tidak tercapai
GEJALA SEDANG  Pertahankan regimen awal jika kondisi mental
pasien, nafsu makan, dan kadar glukosa dalam
batas normal
 Ganti OAD dengan insulin untuk pasien
dengan gejala COVID-19 yang nyata yang
tidak bisa makan secara teratur
 Disarankan mengganti regimen insulin premix
menjadi insulin basal – bolus atau pompa
insulin agar lebih fleksibel dalam mengatur
kadar glukosa darah
BERAT dan KRITIS  Insulin intravena harus menajdi pengobatan lini
pertama
 Pasien yang sedang dalam pengobatan

3
continous renal replacement therapy (CRRT,
proporsi glukosa dan insulin dalam larutan
penggantian harus ditingkatkan atau dikurangi
sesuai dengan hasil pemantauan kadar glukosa
untuk menghindari hipoglikemia dan fluktuasi
glukosa yang berat
 Menggunakan insulin NPH (Neutral Protamine
Hage) insulin kerja lama (lomg acting) selama
pengobatan glukokortikoid untuk mengontrol
kadar glukosa
 Hitung glukosa 7 titik (Jika perlu, ditambahkan
dengan nokturnal) selama pengobatan insulin.

Hitung Glukosa 7 titik adalah


1. Sebelum makan pagi
2. Sudah makan pagi
3. Sebelum makan siang
4. Sudah makan siang
5. Sebelum makan malam
6. Sesudah makan malam
7. Jam 3 pagi
Kita dapat memodifikasi agar petugas lebih jarang kontak dengan pasien dengan
melakukan cek gula darah tiap 3 jam.

Tabel 3. Target Gula Darah Penderita dalam Perawatan di Rumah Sakit

4
DAFTAR PUSTAKA

Bornstein SR, Dalan R, Hopkins D, Mingrone G, Boehm BC Endocrine and metabolic


link to coronavirus infection. Nature Reviews Endocrinology. 2020
CDC. Interim Additional Guidance for Infection Prevention and Control
recommendations for Patients with Suspected or Confirmed COVID-19 in Outpatient
Hemodialysis Facilities. 2020
Center for Medicare & Medicaid Services. Guidance for Infection Control and
Prevention of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in dialysis facilities. 2020
Expert team of Chinese Medical Association Nephrology Branch. Recommendations for
prevention and control of novel coronavirus infection in blood purification center (room)
from the Chinese Medical Association Nephrology Branch. Chinese Journal of Nephrology.
2020;36(2):82-4.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoaman Kesiapsiagaan
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19). 2 ed: Kementerian Kesehatan RI; 2020
Guo W, Li M, Dong U, Zhou H, Zhang Z, Tian C, et. Al. Diabetes is a risk factor for the
progression and prognosis of COVID-19 Diabetes/Metabolism Research and Reviews.
2020:e3319
Meshkani SE, Mahdian D, Abbaszadeh-Goudarzi K, Abroudi M Dadashizadeh G, Lalau
JD, et al. Metformin as a protective agen against natural or chemical toxicities: a
comprehensive review on drug repositioning. J Endocrinol Invest. 2020;43 (1):1-19
Naicker S, yang C-W, Hwang S-J, Liu B-C, Chan J-H, JhaV. The Novel Coronavirus
2019 Epidemic and Kidneys. Kidney International. 2020.
World Helath Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection
(SARI) ehen COVID-19 disease is suspected. Interim Guidance, 13 March 2020

Anda mungkin juga menyukai