Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) HIV/AIDS

DI SUSUN OLEH :
Navalia Ardiana 1816028
Nindia Okta Salsabila 1816029
Nur Indah Sari 1816030

AKADEMI KEBIDANAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan anugerah ilmu pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Penyakit Menular Seksual (PMS) HIV/AIDS” ini selesai tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan ataupun kekurangan, baik itu dari segi penulisan, isi dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik maupun
saran yang membangun dari para pembaca.

Demikianlah pengantar ini kami sampaikan, dengan harapan semoga makalah ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengucapkan terima
kasih atas waktu dan perhatian yang diberikan.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual..........................................................3
2.2 Bahaya Penyakit Menular Seksual ..............................................................3
2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual ..............................................3
2.4 Definisi HIV/AIDS.......................................................................................3
2.5 Etiologi.........................................................................................................4
2.6 Mekanisme Penularan Penyakit...................................................................5
2.7 Manifestasi Klinis.........................................................................................6
2.8 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan.....................................................7
2.9 Infertilitas......................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN


Pembahasan Kasus............................................................................................11

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................12
4.2 Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab
pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan
penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang.
Dewasa dan remaja (15- 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang
aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus
IMS baru yang didapat. Kasus- kasus IMS yang terdeteksi hanya menggambarkan
50%- 80% dari semua kasus IMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan
keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan IMS (Da Ros, 2008).

Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering,


terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi
klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory
disease (WHO, 2008).

Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa
muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan
remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban
dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya
penyuluhan- penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan
kesehatan lainnya. Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan
dan memberikan informasi bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi,
juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular
seksual di kalangan remaja.

1.2       Tujuan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang
penyakit – penyakit yang berhubungan dengan penyakit menular seksual.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Penyakit Menular Seksual


2.1.1 Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi
(ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran
reproduksi merupakan infeksi yang disebabkan oleh masukknya dan
berkembang biaknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran reproduksi
(Kumalasari.2012)

2.3  Tanda dan Gejala Penyakit Menular Seksual


1. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
3. Pengeluaran lender pada vagina/alat kelamin.
4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya.
5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal.
6. Timbul becak-bercak darah setelah berhubungan seks.
7. Bintil – bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.
(Kumalasari, 2012)

2.2 HIV/AIDS
2.2.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeks sehingga sel darah putih akan menurun
jumlahnya. Akibatnya system kekebalan tubuh menjadi lemah dan
penderita mudah terkena berbagai penyakit kondisi ini disebut HIV
(Kumalasari, 2012)

2
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Kumalasari, 2012).

2.2.2 Penyebab
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab
AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae.
Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang
berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang
dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari
6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis
penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam
transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional
dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk
menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk
ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus
yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin
oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain. (Kumalasari, 2012)

2.2.3 Faktor Pemicu


Terdapat banyak faktor yang bisa menjadi pemicu penyakit ini. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Berhubungan seksual tanpa pengaman, terutama kondom.
2. Memiliki penyakit menular seksual lain. Banyak infeksi menular seksual
menghasilkan luka terbuka pada kelamin. Luka terbuka menjadi pintu HIV
untuk memasuki tubuh.

3
3. Menggunakan obat suntik. Orang yang menggunakan obat suntik sering
kali berbagi jarum dan suntikan.
4. Pria yang belum disunat.

2.2.4 Dampak yang ditimbulkan


1. Dampak ekonomi
2. Dampak sosial
3. Dampak psikologis

2.2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan


Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan
pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV. Dengan
demikian, masyarakat (terutama kelompok perilaku resiko tinggi) dapat
mengubah kebiasaan hidup mereka sehingga tidak mudah terjangkit HIV.
Dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS
adalah sebagai berikut :
1. Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat
2. Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril
3. Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba
4. Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV
5. Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil

2.3 Infertilitas
2.3.1 Pengertian
Infertilitas atau ketidaksuburan pasangan usia subur (PUS) untuk memperoleh
keturunan setelah melakukan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha
pencegahan lebih dari satu tahun (Kumalasari, 2012).

2.3.2 Penyebab Terjadinya infertilisasi


1. Gangguan senggama
2. Ketidaktahuan pasangan suami dan isteri pada siklus masa subur

4
3. Reaksi imunologis (kekebalan)
4. Adanya tumor otak
5. Adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid

2.3.3 Pencegahan Infertilisasi


1. melakukan pola hidup sehat yang teratur dan seimbang
2. mengatasi gangguan kesehatan reproduksi yang dialami
3. mengatasi masalah psikologi bersama pasangan
4. Berkonsultasi mengenai siklus masa subur
5. berhenti merokok
6. mengghentikan pengunaan alcohol
7. konsultasikan penggunaan obat-obatan yang dipergunakan

2.3.4 Langkah – langkah yang dilakukan


1. pemeriksaan umum
anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan penunjang.
2. pemeriksaan khusus
pemeriksaan ovulasi, pemeriksaan sperma, pemeriksaan lender serviks,
pemeriksaan tuba, pemeriksaan endometrium.

2.3.5 Penanganan Infertilitas


Penanganan dilakukan sesuai dilakukan sesuai dengan usia pernikahan dan
dilakukan secara bertahap dari resiko yang pal;ing ringan dengan biaya yang
murah, sampai dengan penanganan yang menggunakan teknologi modern
yang membutuhkan biaya besar.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keturunan adalah
sebagai berikut :
1. konsultasi medis terkait dengan senggama yang benar yang
memungkinkan terjadinya pembuahan.
2. Manajemen masa subur yang benar

5
3. Pemberian obat-obatan untuk kesuburan
4. Tidakan inseminasi buatan
5. Bayi tabung.

2.4 Data kasus


Berdasarkan data infodatin tahun 2017 adalah epidemic HIV/AIDS menjadi
masalah di Indonesia yang merupakan Negara urutan ke 5 paling beresiko
HIV/AIDS di asia (Kemenkes, 2013). Laporan kasus HIV meningkat setiap
tahunnya sejak pertama kali dilaporkan (tahun 1987), lonjakan peningkatan
paling banyak adalah pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015, yaitu
sebesar 10.315 kasus.

Sementara terkait kasus infertilisasi berdasarkan penelitian yang dilakukan


didapat datapPenduduk di Indonesia kurang lebih sebesar 175.000.000 jiwa
dengan jumlah PUS 29.976.000 jiwa. Di Indonesia kejadian perempuan infertil
15% pada usia 30-34 tahun,meningkat 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada
usia 40-44 tahun. Hasil survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah
menikah selama 12 bulan 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena

6
infertilitas pada wanita, dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui
penyebabnya. Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak
524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS6. Menurut penelitian Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) di Jakarta, 36% infertilas terjadi pada pria dan 64%
terjadi pada wanita. Penelitian lain menunjukan di angka kejadian infertilitas
wanita terjadi sekitar 15% pada usia produktif (30-34 tahun), meningkat sampai
dengan 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun.

7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan :
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS.
2. Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.
3. Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum
dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).
4. Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan
pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV.
5. Sifilis dapat di cegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara
aman misalkan menggunakan kondom.
6. Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit gonore ini adalah
menghindari gaya hidup seks bebas dan selalu setia kepada pasangan.

4.2 Saran
1. Bagi instansi terkait
a. Dalam rangka mencegah penyebar luasan penyakit seksual ini maka
perlu meningkatkan upaya promotif dengan cara melakukan penyuluhan
tentang penyakit menular seksual sehingga masyarakat lebih bias
waspada.
b. Melakukan pengendalian terhadap makin banyaknya kegiatan seks bebas.
2. Bagi masyarakat
a. Agar dapat mengendalikan dan memutus mata rantai penyebaran
penyakit seksual dengan cara tidak berganti – ganti pasangan.
b. Dan melakukan hubungan seksual secara aman

8
DAFTAR PUSTAKA

I.Kumalasari. 2012. Kesehatan Reproduksi. Salemba menika

Jekethek. 2010. Tips Mendeteksi Penyakit Seksual.


http://jekethek.blogspot.com/2010/06/tips-mendeteksi-penyakit-
seksual.html

helath. 2017. Infertilitas. https://id.wikipedia.org/wiki/Infertilitas

Anda mungkin juga menyukai