MAKALAH
DI SUSUN OLEH :
DELLA OKTAFIA 1816010
DIENS NANDA ELA 1816011
DESI RATNASARI 1816012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah yang berjudul Sunat Pada Wanita ini bisa selesai tepat pada
waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan materi dan pengarahan dalam penulisan makalah ini serta teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Waktu Khitan........................................................................2
2.2 Dasar hukum Khitan......................................................................................4
2.3 Manfaat Khitan..............................................................................................6
2.4 Khitan Perempuan dalam sudut pandang Kesehatan.....................................7
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................10
4.2 Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Khitan, yang sering disebut dengan sunat merupakan amalan atau praktek yang
sudah sangat lama dikenal dalam masyarakat dan diakui oleh agama-agama di
dunia. Khitan tidak hanya diberlakukan terhadap anak laki-laki, tetapi juga
terhadap anak perempuan. Dalam berbagai kebudayaan, peristiwa khitan
seringkali dipandang sebagai peristiwa sacral, seperti halnya peristiwa
perkawinan. Fenomena kesakralan hanya terlihat pada khitan laki-laki, sedangkan
khitan perempuan jarang terlihat adanya masa sacral tersebut.
Khitan merupakan salah satu fitrah yang berkaiatan erat dengan masalah
kebersihan. Dalam islam sendiri, khitan sangat dianjurkan bagi laki-laki maupun
perempuan. Dalam makalah ini, akan dijelaskan babakan mengenai khitan
khususnya khitan perempuan sebagai berikut.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sudut pandang wanita yang dikhitan dari segi agama dan ilmu
kesehatan
3
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut bahasa, khitan berasal dari kata khatana,yang berarti “khitan bagi laki-
laki”, sedang bagi perempuan adalah khafd. Arti dari bahasa tersebut adalah
bagian kemaluan laki-laki atau perempuan yang dipotong. Khitan (bagi laki-laki)
merupakan bagian dari ajaran Islam yang bertujuan untuk menjaga kesucian dan
kesehatan (Hafidz, 2007).
Khitan bagi anak laki-laki adalah memotong kulit yang menutupi kepala penis
hingga terbuka. Sementara bagi anak perempuan khitan dilakukan dengan cara
memotong bagian dari kulit yang ada di atas vagina (labia minora) atau kelentit
(clitoris) yang terdapat pada bagian atas farji, yaitu diatas pembuka liang vagina.
Bentuknya seperti biji dan menyerupai jengger ayam jantan (klitoris) (Khafidz,
2007)
Adapun mengenai waktu khitan, Ibnu Habib meriwayatkan dari Malik, bahwa
khitan itu dilaksanankan antara umur 7-10 tahun dan makruh dilakukan pada hari
kelahiran. Kemudian apabila seseorang telah dewasa, tetapi belum khitan juga,
kalau mungkin dia berkhitan sendiri, dan kalau tidak, maka kewajiban khitan itu
pun gugur, dan gugurnya kewajiban khitan itu lebih-lebih lagi bagi wanita yang
telah dewasa.
Sedang Abu Hanifah sendiri mengatakan:”Saya tak tahu kapan waktunya khitan
itu”. Oleh sebab itulah maka dalam madzhab Hanafi, mengenai waktu khitan tidak
5
ada kesatuan pendapat. Ada yang mengattakan nnti kalau umur anak sudah 7
tahun. Ada pula yang mengatakan 9,10,12 tahun atau bahkan nanti kalau sudah
dewasa. Adapun yang benar menurut Asy-Syafi’I bahwa khitan itu boleh saja
dilaksanakan ketika anak masih kecil. Bahkan menurut satu riwayat lain dari
beliau, bahwa seorang wali berkewajiban mengkhitankan anak perempuan
sebelum dewasa.
Maka dari keterangan diatas jelaslah bagi kita, bahwa setidaknya khitan bagi
wanita itu merupakan kebaikan (makramah), disamping demi terwujudnya
kebersihan dan kesucian, karena memang banyak kegunaannya. Maka wajiblah
bagi para orang tua untuk mengkhitankan anak-anak perempuan mereka
sebagaimana anak-anak lelaki. Jangan pedulikan keraguan orang mengenai
sunnah ini, bahwa ia betul-betul dianjurkan dalam hadits. Sedangkan bagi
kalangan tertentu cukup beralasan untuk mengatakan,”Wanita muslimat modern
memang dituntut untuk khitan”.(Ibrahim, 2011)
Namun demikian, perlu juga untuk diingat, bahwa untuk mengkhitankan anak
perempuan tak perlu diadakan walimah, lain halnya untuk anak lelaki. Dan bagi
siapapun yang mendapat undangan walimah khitan anak perempuan, wajib tidak
datang. Bahkan dalam kitab “Al-Mudkhil”, Ibnu Al-Haj mengatakan :”Sunnah
yang sudah berlaku ialah bahwa khitannya anak lelaki diumumkan, sedang
khitannya anak perempuan dirahasiakan”. (Ibrahim, 2011)
Khitan bagi laki-laki juga disyariatkan untuk dimeriahkan dengan resepsi dan
undangannya wajib dihadiri, berbeda halnya dengan khitan perempuan. Sebagian
ulama mengatakan bahwa sunnah hukumnya meramaikan prosesi khitan laki-laki
dan menyembunyikan khitan perempuan.
Ibnu Hajar mengatakan bahwa untuk khitan perempuan, dalam madzhab syafi’I
sekalipun pada praktiknya ada perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa
khitan wajib untuk seluruh perempuan, namun ada juga yang mengatakan ia
hanya wajib bagi perempuan yang ujung klentitnya cukup menonjol, seperti pada
perempuan daerah timur. Bahkan, ada sebagian ulama madzhab Syafi’I
mengatakan bahwa khitan perempuan tidak wajib.
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum khitan. Akan tetapi mereka sepakat
bahwa khitan telah disyariatkan, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
Menurut madzhab Hanafi, khitan bagi laki-laki hukumnya adalah sunnah. Para
pengikut Imam Malik juga memandang bahwa khitan bagi laki-laki hukumnya
adalah sunnah. Bahkan dalam kitab At-Talqin memperkuat bahwa hukum khitan
sunnah, bukan wajib. Menurut ulama dari madzhab Maliki, bagi wanita khitan
hanyalah disunnahkan saja. Pendapatnya ini berdasarkan hadits riwayat Syaddad
bin Aus, bahwa Nabi SAW. Bersabda:
الختان سنة للرجال مكرمة للنساء
“Khitan adalah sunnah bagi kaum lelaki dan merupakan kebaikan bagi kaum
wanita”. (H.R. Ath-Thabrani)
Adapun khitan bagi perempuan, atau biasa disebut khifadh, yakni memotong
sebagian kecil dari kulit kemaluan yang menonjol diatas lubang kecil (klitoris).
Namun, dalam hal ini Rasulullah mengingatkan bahwa dalam memotongnya tidak
boleh berlebihan (Ibrahim, 2011).
2. Parafimosis
Yaitu keadaan prepusium yang dapat ditarik ke belakang melewati glans
penis dengan sedikit tekanan, tetapi sulit untuk dikembalikanke depan seperti
semula.
3. Pencegahan tumor ganas
Walaupun masih ada pertentangan akan manfaat khitan terhadap pencegahan
tumor ganas, tetapi ada penelitian didapatkan bahwa khitan dapat mencegah
terjadinya akumulasi smegma yang mempunyai hubungan dengan terjadinya
tumor ganas penis. Jenis tumor ganas terbanyak adalah squmous cell
cardinoma. Menurut hasil statistik didapatkan pada penduduk yang tidak
dikhitan dibanding dengan mereka yang dikhitan.
4. Condyloma accuminata
Adalah suatu kelainan kulit berupa vegetasi oleh human papiloma virus
(HPV) tipe tertentu yang bertangkai dengan permukaan yang berjonjot.
Khitan diperlukan untuk membuang kelainan kulit prepusium tersebut. (Fuad,
2007)
WHO memperbolehkan khitan perempuan dibatasi hanya pada tipe 4. WHO juga
membedakan khitan perempuan sebagai tindakan Female Genital Mutilation
9
(FGM), tindakan yang jauh berbeda jika dibandingkan sunat pada kaum pria
(Male Circumcision).
Menurut Dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes, dari Lembaga gender dan Studi
Kependudukan Universitas YARSI, Jakarta, pemotongan klitoris pada khitan
perempuan tidak boleh dilakukan. Penghilangan klitoris sama aja dengan
menurunkan rangsangan seksual pada perempuan dan menghilangkan kenikmatan
seksual perempuan. Sangat penting untuk tidak mengubah bentuk klitoris karena
klitoris dikelilingi syaraf yang membuatnya peka secara seksual. Klitori juga
berfungsi mengeluarkan zat pelumas agar saat berhubungan intim organ
kewanitaan tidak merasakan sakit. Untuk mengaasi hal tersebut, dapat dilakukan
khitan secara simbolis, yaitu tidak memotong atau membuang klitoris namun
hanya dengan menggores sedikit atau hanya menempelkan gunting pada bagian
labia minora.
4.1 Kesimpulan
Khitan bagi anak perempuan adalah dengan cara memotong bagian dari kulit yang
ada di atas vagina (labia minora) atau kelentit (clitoris) yang terdapat pada bagian
atas farji. Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum khitan bagi wanita.
Khitan bagi laki-laki merupakan kewajiban, sedangkan bagi perempuan
merupakan suatu kemuliaan. Khitan dapat mencegah berbagai penyakit, seperti
fimosis, parafimosis, pencegahan tumor ganas, dan candylocoma accuminata.
Namun, pada praktek khitan pada perempuan banyak kalangan medis yang
memandang negative karena adanya dampak negative yang ditimbulkan dari
khitan ini bagi perempuan. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menganjurkan
khitan ini dilakukan secara simbolis saja, karena pada dasarnya khitan antara laki-
laki dan perempuan itu berbeda.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11