Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

Kelompok 4

Disusun Oleh:

Chintya Valensia (06131382227078) / 04

Silviana Herawati (06131382227087) / 13

Ria Anjelina Agusta Pratiwi (06131382227091) / 17

Revalina Putri Rizal (06131382227097) / 23

Melia Septiani (06131382227100) / 25

DOSEN PENGAMPU:

Mazda Leva Okta Safitri, M.Pd.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

PALEMBANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
― Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia―

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan


dan hambatan. Akan tetapi, dengan bantuan dari berbagai pihak, tantangan
tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini , semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.

Palembang, 20 Januari 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

2.1 Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi ................ 3

A. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam Tertib Hukum


Indonesia ......................................................................................... 8
B. Syarat adanya Tertib Hukum Indonesia ..................................... 8

2.2 Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara


Fundamental ........................................................................................... 9

2.3 Isi dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945 .................................... 12

A. Isi dan Makna Pembukaan UUD 1945 .................................... 12


B. Kedududkan Pembukaan UUD 1945 ....................................... 15

2.4 Fungsi Pembukaan UUD 1945 dan Pokok Pikiran dalam Pembukaan
UUD 1945 ............................................................................................. 17

A. Fungsi Pembukaan UUD 1945 ................................................ 17


B. dan Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 ................... 18

2.5 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal – pasal UUD
1945, Pancasila, dan Proklamasi ........................................................... 22

A. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal –Pasal UUD


1945 .......................................................................................... 22
B. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila ... 24

ii
C. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ............................................... 27

2.6 Hukum Dasar Tertulis dan Hukum Dasar Tidak Tertulis ............... 30

A. Hukum Dasar Tertulis .............................................................. 30


B. Hukum Dasar Tidak Tertulis.................................................... 31

2.7 Sruktur Pemerintahan Indonesia beradasarkan UUD 1945 ............ 32

A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945


Sebelum Diamandemen ............................................................ 4
B. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945
Setelah Diamandemen ............................................................. 36

2.8 Hak Asasi Manusia menurut UUD 1945 ........................................ 39

A. Hak Asasi Manusia dalam Pembukaan UUD 1945 ................. 39


B. Hak – Hak Asasi dalam Batang Tubuh UUD 1945 ................. 40
C. Hak Asasi dalam Penjelasan UUD 1945.................................. 42
D. Hubungan Hak Asasi Manusia dengan UUD 1945 ................. 43

BAB III PENUTUP .............................................................................. 44

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 44

3.2 Saran ............................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 45

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat
negara (pilisophisce gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib hukum di
Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan
kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh karenanya,
Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis maupun
yang tak tertulis atau convensi. Indonesia adalah negara demokrasi yang
berdasarkan atas hukum, oleh karena itu dalam segala aspek pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara diatur dalam system peraturan perundang –
undangan.
Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam
konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal ini tidaklah lepas dari
eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks ketatanegaraan
Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum
tertinggi di Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai
dasar Negara Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan
asas kerohanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk
dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia. Maka kedudukan
Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, sesuai
dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang
termuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat
disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber
hukum positif Indonesia.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib
Hukum Tertinggi?
2. Apa yang dimaksud dengan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok
Kaidah Negara Fundamental?
3. Bagaimana isi dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 ?
4. Bagaimana Fungsi Pembukaan UUD 1945 dan Pokok Pikiran dalam
Pembukaan UUD 1945?
5. Bagaimana Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan pasal –
pasal UUD 1945, Pancasila, dan Proklamasi?
6. Bagaimana Hukum Dasar Tertulis dan Hukum Dasar Tidak Tertulis?
7. Apa saja Sruktur Pemerintahan Indonesia beradasarkan UUD 1945?
8. Bagaimana Hak Asasi Manusia menurut UUD 1945?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan Menjelaskan Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib
Hukum Tertinggi
2. Mengetahui dan Menjelaskan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok
Kaidah Negara Fundamental
3. Mengetahui dan Menjelaskan Isi dan kedudukan Pembukaan UUD
1945
4. Mengetahui dan Menjelaskan Fungsi Pembukaan UUD 1945 dan
Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
5. Mengetahui dan Menjelaskan Hubungan antara Pembukaan UUD
1945 dengan pasal – pasal UUD 1945, Pancasila, dan Proklamasi
6. Mengetahui dan Menjelaskan Hukum Dasar Tertulis dan Hukum
Dasar Tidak Tertulis
7. Mengetahui dan Menjelaskan Sruktur Pemerintahan Indonesia
beradasarkan UUD 1945
8. Mengetahui dan Menjelaskan Hak Asasi Manusia menurut UUD
1945
BAB II

PEMBAHASAN

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun


ini Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai sistem
ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut secara umum dapat kita
katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD
1945 ialah komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas
Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya, berubah menjadi hanya
terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD 1945, yang semula
ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut disahkan
oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang
dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan
kembali ke dalam pasal-pasal amandemen.

Perubahan mendasar UUD 1945 setelah empat kali amandemen,


juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke
dalam lembaga-lembaga negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang
berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-anggota DPR
ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu,
demikian besar dan luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan
memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara,
serta mengubah Undang-Undang Dasar.

Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara


belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar
tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan
rakyat, penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini
membuka peluang bagi berkembangnya praktek penyelengaraan negara
yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai
berikut:

3
4

1. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan


kekuasaan terpusat pada presiden.
2. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat.
3. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi
persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses tahapan
pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
4. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai,
justru yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli.

Sistem ketatanegaraan bangsa Indonesia sudah memadai namun


aplikasinya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Aplikasi yang
menjalankannya belum seperti yang diharapkan. Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang terbentang dari Sabang sampai Merauke adalah
sebuah negara besar. Negara yang diperjuangkan dengan segenap
pengorbanan, baik melalui perang maupun diplomasi.

Perjuangan itu, melahirkan banyak pahlawan pejuang kemerdekaan.


Mulai dari Sultan Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Imam Bonjol,
Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, hingga Kiyai Haji Zaenal Mustafa,
adalah sebagian dari para tokoh yang gigih berjuang mengangkat senjata
melalui perang melawan penjajah.

Dalam bidang diplomasi, Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir,


Mohammad Roem, Syafroeddin Prawiranegara, dan Mohammad Natsir,
misalnya, adalah para tokoh yang gigih memperjuangkan kedaulatan negara
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perjuangan itu sangat
panjang, penuh pengorbanan darah dan air mata. Diplomasi itu pun, sangat
gigih, penuh negoisasi dan kompromi.Itulah kilas balik perjuangan bangsa
kita, Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan hingga saat sekarang ini.
Masa yang kita kenal dengan sebutan ERA REFORMASI.

Era reformasi yang dimulai pada tahun 1999, membawa perubahan-


perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan dan ketatanegaraan
5

kita sebagaimana nampak pada perubahan yang hampir menyeluruh atas


Undang Undang Dasar 1945. Perubahan undang-undang dasar ini,
sebenarnya terjadi demikian cepat tanpa dimulai oleh sebuah perencanaan
panjang. Hal ini terjadi karena didorong oleh tuntutan perubahan-perubahan
yang sangat kuat pada awal reformasi antara lain tuntutan atas kehidupan
negara dan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih demokratis,
penegakan hukum yang lebih baik, penghormatan atas hakhak asasi manusia
dan berbagai tuntutan perubahan lainnya.

Begitu luasnya perdebatan awal ketika memulai perubahan ini, untuk


menghindari disorientasi dalam perubahan-perubahan yang akan dilakukan,
seluruh fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada saat itu
menyepakati lima prinsip yaitu tidak mengubah pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar filosofis
dan dasar normatif dari berdirinya NKRI. Oleh karena itu, perubahan atas
Pembukaan UUD 1945 akan berarti mengubah negara RI. Dengan
demikian, amandemen UUD 1945 pun tidak boleh bertentangan dengan
dasar filosofis dan dasar normatif yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945. Dengan demikian, amandemen UUD 1945 pada hakikatnya dilakukan
untuk menyempurnakan, melengkapi, dam memperjelas implementasi dasar
filosofi dan dasar normatif dalam Pembukaan UUD ke dalam batang tubuh
UUD 1945.

 Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Kesepakatan atas NKRI didasari oleh pertimbangan, bahwa para
pendiri negara RI. Selain itu pengalaman sejarah ketika berdiri
negara Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus
1950) ternyata telah mengancam integrasi bangsa Indonesia,
sehingga muncul kehendak bangsa Indonesia untuk kembali kepada
bentuk NKRI.
 Mempertegas sistem pemerintahan presidensil. Kesepakatan untuk
mempertahankan sistem presidensial dimaksudkan untuk
mempertegas sistem presidensial dalam UUD 1945 agar tidak
6

kembali kepada sistem parlementer sebagaimana terjadi pada era


parlementer tahun 1950-an yang dipandang telah melahirkan
instabilitas politik nasional. Dengan demikian, pada hakikatnya
kehendak untuk mempertahankan sistem presidensial adakah untuk
menciptakan pemerintahan yang kuat dan efektif.
 Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam
penjelasan dimasukkan ke dalam pasal-pasal. Keberadaan Penjelasan
UUD 1945 selama masa Orde Baru menimbulkan masalah yuridis
karena sering menjadi dasar penafsiran bagi praktik otoritarian Orde
Baru, padahal kedudukan hukumnya tidak jelas, apakah Penjelasan
UUD 1945 termasuk bagian dari UUD atau hanya memorie van
toelechting yang tidak bersifat mengikat. Selain itu secara teoretik
tidak dikenal adanya Penjelasan atas suatu UUD di negara manapun.
Oleh karena itu, Penjelasan UUD 1945 harus dihapuskan, tetapi
muatan yang bersifat normatif dimasukkan ke dalam batang tubuh.
Perubahan dilakukan dengan cara addendum.
 Perubahan dilakukan secara ‗adendum‘ dimaksudkan untuk tetap
melestarikan nilai historis UUD 1945 serta mempertahankan prinsip-
prinsip para pendiri negara yang terkandung dalam UUD 1945.
Secara politis, nilai historis UUD 1945 itu perlu dilestarikan karena
terdapat sebagian rakyat Indonesia yang tidak menghendaki
terjadinya amandemen atas UUD 1945.
 Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yang telah
dilakukan selama 4 kali Perubahan Pertama tahun 1999, Perubahan
Kedua tahun 2000, Perubahan Ketiga tahun 2001 dan Perubahan
Keempat tahun 2002, telah membawa implikasi politik yang sangat
luas dalam sistem ketatanegaraan Indoneisa.

Kalau kita membaca dengan cermat perubahan tersebut, akan nampak


bahwa empat kali perubahan merupakan satu rangkaian perubahan yang
dilakukan secara sistematis dalam rangka menjawab tantangan baru
kehidupan politik Indonesia yang lebih demokratis sesuai dengan
perkembangan dan perubahan masyarakat. Tuntutan perubahan sistem
7

politik dan ketatanegaraan dalam bentuk perubahan Undang Undang Dasar


1945, adalah pesan yang sangat jelas disampaikan oleh gerakan reformasi
yang dimulai sejak tahun 1998.

2.1 Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang


meliputi suasanakebatinan Negara Indonesia serta yang mewujudkan
suatu cita-cita hukum dengan menguasaidasar tertulis / Undang-Undang
Dasar maupun tidak tertulis. Adapun pokok-pokok pikirantersebut
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai sumber hukum
positifIndonesia. Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan
resmi pembukaan Undang-Undang 1945. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnyadiwujudkan ke dalam pasal-
pasal UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam peraturan- peraturan
hukum positif dibawahnya seperti Ketetapan MPR, Undang Undang,
PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang, dan peraturan-
peraturan lainnya.

Maka seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus


bersumber padaPembukaan UUD 1945 yang mengandung asas
kerohanian negara atau dasar filsafat negaraRI. Kedudukan UUD 1945,
berkaitan eratdengan tertib hukum Indonesia dan memiliki duaaspek
yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor-faktor mutlak bagi
terwujudnyatertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi.
Sementara kedudukan Pancasila,sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu sebagai sumber dari segalasumber hukum
Indonesia. Maka seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia
harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang mengandung asas
kerohanian negara atau dasarfilsafat negara RI.
8

A. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum


Indonesia
1. Menjadi dasar tertib hukum, karena Pembukaan UUD 1945
memberikan empatsyarat adanya tertib hukum Indonesia.
2. Menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan
kedudukannya sebagai asas hukumdasar tertulis (UUD) maupun
hukum dasar tidak tertulis (Konvensi) serta peraturan-
peraturanhukum lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974:
45)

B. Syarat adanya Tertib Hukum Indonesia


Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 termuat
unsur-unsur seperti yangdiisyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum
yaitu ―kebulatan dari keseluruhan peraturanhukum‖. Adapun syarat-
syarat yang dimaksudkan mencakup hal-hal berikut:
1. Adanya kesatuan objek (penguasa) yang mengadakan peraturan-
peraturan hukum. Hal initerpenuhi dengan adanya suatu
Pemerintah Republik Indonesia
2. Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar
keseluruhan peraturan hukum. Haliniterpenuhi oleh adanya dasar
Filsafat Negara Pancasila
3. Adanya kesatuan daerah dimana keseluruhan peraturan hukum
itu berlaku, terpenuhi oleh penyebutan ―seluruh tumpah darah
Indonesia‖
4. Adanya kesatuan waktu dimana keseluruhan peraturan hukum itu
berlaku. Hal itu terpenuhi oleh penyebutan ―disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD
Negara Indonesia‖ yang berlangsung saat sejak timbulnya
Negara Indonesia sampai seterusnya selama Negara Indonesia
ada.
9

2.2 Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara Fundamental


Dasar-dasar pokok Undang-Undang Dasar Negara dalam hakikatnya
terpisah dari Undang-Undang Dasar Negara, dinamakan Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental (Staats fundamental norm).
Pokok kaidah fundamental negara mengandung tiga syarat mutlak.
Pertama, ditentukan oleh pembentuk negara. Kedua, memuat ketentuan-
ketentuan tentang dasar negara. Ketiga, memuat bukan hanya mengenai
soal organisasi negara. Karena Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 memenuhi persyaratan tersebut,
maka merupakan hakikat Pokok Kaidah Fundamental Negara Indonesia.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 mempunyai kedudukan dua macam terhadap tertib hukum
Indonesia. Pertama, menjadi dasarnya, karena Pembukaan yang
memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.
Kedua, memasukkan diri di dalamnya sebagai ketentuan hukum yang
tertinggi sesuai dengan kedudukannya asli sebagai asas bagi hukum
dasar lainnya, baik yang tertulis (Undang-Undang Dasar Negara)
maupun yang convention, dan peraturan-peraturan hukum lainnya yang
lebih rendah (Notonagoro, 1955: 44 – 45).

Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945 memuat empat hal yang menjadi syarat
bagi adanya suatu tertib hukum. Pertama, adanya suatu pemerintah
Republik Indonesia, maka ada kesatuan subjek atau penguasa. Kedua,
adanya Pancasila, maka ada kesatuan asas kerohanian. Ketiga, dengan
disebutkannya seluruh tumpah darah Indonesia, maka ada kesatuan
daerah. Keempat, dengan disebutkannya, disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam bentuk negara, maka timbul suatu masa
baru yang terpisah dari waktu yang lampau dan merupakan jangka
waktu yang berlangsung terus. Jadi, peraturan-peraturan hukum yang
ada di negara Indonesia mulai saat berdirinya negara Indonesia
10

merupakan suatu tertib hukum ialah tertib hukum Indonesia


(Notonagoro, 1959: 15).
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dalam segala sesuatunya memenuhi syarat-syarat mutlak
bagi Pokok Kaidah Fundamental Negara yang menurut pengertian
ilmiah mengandung beberapa unsur mutlak, yaitu:antara lain :
1) Dari segi terjadinya
Di tentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu
pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk
negara. Pembukaan UUD 1945 ditentukan oleh Pembentuk
negara dan hakekatnya dipisahkan dengan Batang Tubuh UUD
1945. Pembukaan UUD 1945 ditentukan oleh Pembentuk negara
dapat dikemukakan sebagai berikut: PPKI merupakan wakil-
wakil Bangsa Indonesia yang berjuang menegakkan
kemerdekaan. Yang cukup mempunyai sifat representatif.
Soekarno-Hatta yang atas nama Bangsa Indonesia
memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, masing-masing
adalah keta dan wakil ketua dari PPKI. Jadi pada saat PPKI
menetapkan Pembukaan mempunyai kualitas sebagai pembentuk
negara, oleh karena melakukan tugas itu atas kuasa dan bersama-
sama membentuk negara.
2) Dari segi isinya
Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara, sbb.
a.) Tujuan negara (baik tujuan khusus maupun tujuan umum)
Tujuan khusus tercermin dalam kalimat ―.... melindungi
segenap dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesehjahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa ....‖
tujuan umum, dalam kalimat ―.... ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi ....”.
b.) Ketentuan diadakannya UUD negara
11

Tercermin dalam kalimat ―.... maka disusunlah


kemerdekaan kebangsaan indonesia dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia ....‖.
c.) Bentuk Negara
Hal ini tersimpul dalam kalimat ―.... yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat ...‖
d.) Dasar filsafat negara ( asas kerohanian negara )
pernyataan ini tersimpul dalam kalimat ―.... dengan
berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan nyang adil dan beradab, persatuan
indonesia, dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan , serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia ―.

Pokok kaidah negara yang fundamental mempunyai hakikat


dan kedudukan hukum yang tetap terlekat pada kelangsungan hidup
negara, oleh karena itu tidak dapat diubah, sebab mengubah
pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran negara RI
(Notonegoro).

Dalam dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 maka


pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sbb. :
(1) Dalam hubungannya dengan tertib hukum indonesia, maka
pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat kedudukan yang
terpisah dengan batang tubuh UUD 1945 ; kedudukannya lebih
tinggi.
(2) Pembukan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi
pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi dari batang
tubuh UUD 1945
(3) Pembukan UUD 1945 yang merupakan pokok kaidah negara
yang fundamental menguasai hukum dasar negara baik yang
tertulis (UUD) mau pun tidak tertulis , jadi merupakan sumber
hukum dasar negara.
(4) Pembukan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental mengandung pokok-pokok pikiran yang dijabarkan
dalam pasal-pasal UUD1945.
12

Pembukan UUD1945 tetap kepada kelangsungan hidup negara RI 17


agustus 1945 hakikat kedudukan pembukan UUD 1945 adalah sebagai
naskah proklamasi yang terperinci, sebagai penjelmaan proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945. Sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental , maka pembukaan UUD 1945 hakikat kedudukan hukum yang
kuat , bahkan secara yuridis tidak dapat diubah hal ini berdasarkan alasan-
alasan:

(a) Menurut tata hukum peraturan hukum hanya dapat diubah atau
dihapuskan oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi
tingkatnya. Pembukaan UUD 1945 ditentukan oleh pembentuk
negara, sedangkan semua pengasa negara setelah terbentuknya
negara, kedudukannya lebih rendah.
(b) Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib
hukum yang tertinggi di negara RI , sehingga suatu ketentuan hukum
dibawah UUD1945 , secara yuridis tidak dapat meniadakan
Pembukaan UUD 1945.
(c) Hakikat isi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
senantiasa terlekat pada kelansungan hidup negara RI. Pembukaan
UUD 1945 merupakan pengeja wantahan Proklamasi Kemerdekaan
bangsa Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok dari tujuan kaidah negara


yang bersifat fundamental, dimana memuat prinsip negara seperti bentuk
negara, dasar negara dan tujuan negara itu sendiri. Jadi Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
segala sesuatunya memenuhi syarat-syarat mutlak bagi Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental. Pokok Kaidah Fundamental Negara dalam
hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, dan tak
berubah bagi negara yang dibentuk, sehingga dengan jalan hukum tidak
dapat diubah (Notonagoro, 1959: 17)

2.3 Isi dan Kedudukan Pembukaan UUD 1945


A. Isi dan makna pembukaan UUD 1945
1. Pada alinea pertama ―Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan‖. Hal ini bermakna bahwa Indonesia dan dunia harus
13

menghapus dan melawan penjajahan yang ada di dunia ini.


Keteguhan dan kuatnya pendirian Bangsa Indonesia bahwa
kemerdekaan bertentangan dengan penjajahan. Dalam alenia ini
terkandung hak kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial (kemerdekaan itu hak segala bangsa). Pernyataan
yang terkandung dalam alenia 1 merupakan pernyataan yang bersifat
universal (kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa).
Alenia 1 mengandung dua dalil , yaitu :
 Dalil objektif : penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
 Dalil subjektif : aspirasi BI untuk bebas dari penjajahan
berarti menegaskan yaitu tugas BI melawan penjajahan
mendukung kemerdekaan.
2. Pada Alinea kedua, ―Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur‖. Dalam alinea ini bermakna untuk
menunjukan kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan
kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan hasil kerja keras pada
pejuang yang rela mengorbankan harta, jiwa, dan nyawanya dan
masa sekarang menentukan masa yang akan datang (cita-cita
merdeka, bersatu , berdaualat , adil , dan makmur ).
Alinea ini juga menunjukan ketepatan penilaian :
 Perjuangan BI telah sampai pada tingkat yang menentukan ,
 Momentum tersebut di manfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
 kemerdekaan bukan tujuan akhir , melainkan : merdeka ,
bersatu , berdaulat , adil , dan makmur

3. Pada aline ketiga, ―Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
14

kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan


ini kemerdekaannya‖. Hal ini bermakna bahwa kemerdekaan
Indonesia juga didapat atas bantuan Tuhan yang masa esa dan juga
keinginan luhur bangsa untuk kehidupan yang bebas.

4. Pada Alinea keempat, ―Kemudian dari pada itu untuk membentuk


suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu
susunan negara RI yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Masa Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makna yang terkandung pada alinea keempat dalam pembukaan UUD
1945 ini yaitu prinsip-prinsip bangsa Indonesia yang akan menjadi
penuntun bangsa untuk meraih cita-citanya.

Alinea keempat ini meliputi empat hal :

 Tujuan Negara : meliputi tujuan khusus ― ... melindungi segenap


bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesehjahteraan umum , mencerdaskan kehidupan
bangsa . . .‖ dan tujuan umum ― ... ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi, dan
keadialn sosial ...‖.
 Tentang ketentuan diadakannya UUD negara, dalam kalimat ― ...
maka di sususnlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu undang-undang dasar negara indonesia ...‖
15

 Bentuk negara , termuat dalam kalimat ―... dalam suatu susunan


negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat
 Dasar filsafat (kerohanian) negara, dalam ―.... dengan berdasar
kan kepada ketuhanan yang maha esa , kemanusian yang adil dan
beradap , pesatuan idonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan , serta
mewujudkan keadilan sosial

B. Kedudukan Pembukaan UUD 1945


Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa UUD 1945 bukanlah
hukum biasa, melainkan hukum dasar. Sebagai hukum dasar, UUD 1945
merupakan sumber hukum tertinggi dari keseluruhan produk hukum di
Indonesia.
Produk-produk hukum seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan setiap
tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Sekarang
yang menjadi pertanyaan adalah: dalam kedudukannya yang demikian,
dimanakah letak UUD 1945 dalam tata urutan peraturan perundangan
kita atau secara hierarki dimanakah kedudukan UUD 1945 dalam tata
urutan perundangan Republik Indonesia.
Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian
diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir
diatur dengan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai
jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
16

4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah meliputi:
a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur;
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota;
c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan
perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau
nama lainnya.

Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan


hukum dasar, melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, yaitu
hukum dasar yang tertulis. Disamping itu masih ada hukum dasar yang lain,
yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis
tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan negara-meskipun tidak tertulis yaitu yang biasa
dikenal dengan nama ‗Konvensi‘. Namun Kedudukan Pembukaan UUD
1945 adalah Hukum dasar yang tertulis yaitu:

1. Sebagai (norma) hukum :


a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga
Negara/Masyarakat, setiap WNRI dan penduduk di RI.
b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan ditaati.
2. Sebagai hukum dasar:
a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk
hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan
Pemerintah berlandaskan UUD 1945.
b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang
lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
17

2.4 Fungsi Pembukaan UUD 1945 dan Pokok Pikiran dalam


Pembuukaan UUD 1945

A. Fungsi Pembukaan UUD 1945


Undang-Undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan
hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar,
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan sumber
hukum tertulis. Dengan demikian, setiap produk hukum seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi. Pada
akhirnya, semua peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan muaranya adalah Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No.
10 Tahun 2004). Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Alat Kontrol
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai alat kontrol
apakah aturan hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan
norma hukum yang lebih tinggi, yaitu UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
b) Pengatur
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga berperan sebagai
pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi, dan
dilaksanakan.
c) Penentu
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga berfungsi sebagai
penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
18

B. Pokok Pikiran dalam Pembuukaan UUD 1945


Pembukaan UUD negara RI 1945 mempunyai isi yang terdiri
dari 4 alinea, dimana setiap alinea pada pembukaan UUD 1945
mempunyai makna dan isi yang berbeda. Perlu kita ketahui bahwa
setiap alinea mempunyai makna khusus tersendiri jika ditelusuri
lebih lanjut. Sama halnya pada sebuah teks memiliki yang makna
khusus, maka pastilah teks tersebut juga memiliki pokok pikiran.
Pokok pikiran pembukaan UUD 1945 merupakan gambaran
suasana kebatinan yang mendalam dari undang-undang itu sendiri,
setiap pokok pikiran tersebut mewujudkan cita-cita hukum yang
menguasai dasar hukum negara baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Berikut Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945:

1. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea pertama


Pembukaan UUD 1945 menunjukkan keteguhan dan tekad bangsa
Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan dan menentang
penjajahan. Pernyataan ini tidak hanya tekad bangsa untuk merdeka,
tetapi juga berdiri di barisan paling depan untuk menghapus
penjajahan di muka bumi. Secara umum, alinea ini memuat 2 dalil
yakni: objektif dan subjektif. Secara objektif, didalilkan bahwa
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusian dan perikeadilan, serta kemerdekaan
merupakan hak asasi semua bangsa di dunia. Dalil itu menjadi alasan
bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh dan mempertahankan
kemerdekaan, serta membantu perjuangan bangsa lain yang masih
terjajah untuk memperoleh kemerdekaan. Adapun kandungan dalam
dalil subjektif yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri
dari penjajahan. Bangsa Indonesia telah berjuang selama ratusan
tahun memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan ini
didorong oleh penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan dan
kesadaran akan hak sebagai bangsa untuk merdeka.
19

2. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea kedua


Pembukaan UUD 1945 menunjukkan penghargaan atas perjuangan
bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Ini juga berarti
kesadaran bahwa kemerdekaan dan keadaan sekarang tidak dapat
dipisahkan dari keadaan sebelumnya. Kemerdekaan yang diraih
merupakan perjuangan para pendahulu bangsa Indonesia. Mereka
telah berjuang dengan mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan
bangsa dan negara. Selain itu, ada pula kesadaran bahwa
kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia.
Kemerdekaan yang diraih harus mampu mengantarkan rakyat
Indonesia menuju cita-cita nasional, yaitu negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Negara yang ‖merdeka‖ berarti
negara yang terbebas dari penjajahan bangsa lain. Dan ‖Bersatu‖,
artinya menghendaki bangsa Indonesia bersatu dalam negara
kesatuan bukan bentuk negara lain.

3. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea ketiga


Pembukaan UUD 1945 memuat makna bahwa kemerdekaan
didorong oleh motivasi spiritual, yaitu kemerdekaan yang dicapai
oleh bangsa Indonesia merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa. Dengan demikian, hal tersebut merupakan perwujudan sikap
dan keyakinan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Alinea ketiga juga secara tegas menyatakan kembali kemerdekaan
Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Melalui alinea ketiga ini, bangsa Indonesia menyadari bahwa tanpa
rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, bangsa Indonesia tidak akan
merdeka. Kemerdekaaan yang dicapai tidak semata-mata hasil jerih
payah perjuangan bangsa Indonesia, tetapi juga atas kuasa Tuhan
Yang Maha Esa. Selain itu, alinea ketiga Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 juga memuat motivasi riil dan
material, yaitu keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan yang
bebas. Kemerdekaan merupakan keinginan dan tekad seluruh bangsa
20

Indonesia untuk menjadi bangsa yang bebas serta merdeka.


Maksudnya: bebas dari segala bentuk penjajahan, bebas dari
penindasan, dan bebas menentukan nasib sendiri.

4. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat


Pembukaan UUD 1945 memuat tujuan pembentukan Negara
Republik Indonesia yang merdeka 17 Agustus 1945. Pembentukan
Negara Republik Indonesia memiliki tujuan yang hendak
diwujudkan, sesuai isi alinea 4, yaitu: "Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial." Selain mencantumkan tujuan
bangsa Indonesia setelah merdeka, dalam alinea keempat juga
terdapat ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar; bentuk
negara—yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat; dan dasar
negara—yakni Pancasila. Terkait dasar negara, secara jelas pada
alinea keempat tertulis rumusan Pancasila. Dengan demikian, secara
yuridis-konstitusional dasar negara ini adalah sah, berlaku, dan
mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat, dan setiap
warga negara di Republik Indonesia.

Pada dasarnya, hakikat pokok pikiran pembukaan UUD 1945


dibagi menjadi 4 yaitu, pokok pikiran persatuan, pokok pikiran
keadilan sosial, pokok pikiran kedaulatan rakyat, dan pokok pikiran
Ketuhanan.
1. Pokok Pikiran Persatuan
Pokok pikiran pertama ini berbunyi bahwa ―Negara melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar atas persatuan‖. Pokok pikiran tersebut jelas
menyatakan bahwa negara siap melindungi bangsanya serta seluruh
wilayah Indonesia dari paham-paham individualis ataupun golongan.
21

2. Pokok Pikiran Keadilan Sosial


Pokok pikiran yang kedua ini berbunyi ―Negara ingin mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖. Hal ini merupakan
cerminan sila kelima Pancasila yang dimaksudkan supaya
masyarakat memiliki pengertian dan kesadaran akan hak-hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh setiap individu. Pokok pikiran
pembukaan UUD 1945 ini dibuat dengan berpedoman kepada pasal
27 – 34 UUD 1945.

3. Pokok Pikiran Kedaulatan Rakyat


Pokok pikiran ketiga disini merupakan pancaran dari sila keempat
Pancasila yang terfokus pada kedaulatan rakyat. Sebagai negara
yang menerapkan sistem demokrasi dan musyawarah mufakat. Dari
sini diharapkan kedaulatan rakyat dan permusyawaratan/ perwakilan
dapat berjalan di Indonesia dengan lancar sesuai dengan kaidah
kedaulatan rakyat yaitu kedaulatan dipegang oleh rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-undang. Pokok pikiran ini
dirumuskan atas dasar pada pasal 1 ayat 2-3 dan pasal 27 UUD
1945.

4. Pokok Pikiran Ketuhanan


Pokok pikiran yang keempat ini, merupakan pancaran dari sila
pertama sekaligus kedua dari Pancasila. Pokok pikiran ini berbunyi
bahwa ―Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab‖. Secara tersirat
pokok pikiran ini menegaskan kepada pemerintah dan perangkat
hukum lainnya untuk tetap menerapkan budi pekerti kemanusiaan
yang baik dan ketaqwaan terhadap Tuhan. Dari pokok pikiran yang
ke-4 ini diharapkan, harkat dan martabat manusia juga dapat
dijunjung tinggi dalam keadaan apapun dan kapanpun. Pokok
22

pikiran pembukaan UUD 1945 yang keempat ini dibuat dengan


berpedoman pada pasal 34 – 37 UUD 1945.

2.5 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal –Pasal UUD
1945, Pancasila, dan Proklamasi 17 Agustus 1945

A. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal –Pasal


UUD 1945

Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian yang memiliki
kedudukan berbeda, yaitu :

1.Pembukaan UUD yag terdiri dari empat alinea, dimana alinea terakhir
memuat Dasar nagara Pancasila.

2.Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal


Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Hubungan antara
Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945,dapat dilihat dari
beberapa aspek sebagai berikut :

a.Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan


UUD 1945

1.Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian


peristiwa dankeadaan yang mendahului terbentuknya negara
yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang
mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebuttidak
mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.

2.Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan


setelahnegara Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut
mempunyai hubungan kausal danorganis dengn Pasal-pasal
UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :

 UUD itu ditentukan akan ada


23

 Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan


pemerintahan negara yang memenuhi berbagai
persyaratan
 Negara Indonesia berbentuk Republik yang
berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara
Pancasila)

b.Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan


UUD 1945. Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam
Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut :

1.Negara mengatasi segala paham golongan dan paham


perseorangan,dalam ―Pembukaan‖ itu mengehendaki
persatuan segenap bangsa Indonesiaseluruhnya.
2.Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
3.Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan
danpermusyawaratan perwakilan.
4.Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
menurut dasarkemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum
yang menguasaihukum dasar negara, UUD menciptakan
pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah
hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.

c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD


1945Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah
Fundamentalnegara Republik Indonesia, dengan demikian
Pembukaan memiliki kedudukanyang lebih tinggi daripada Pasal-
pasal UUD 1945.
24

B. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai
implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum
terikat oleh struktur kekuasaan secara formal yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi
1998) Cita-cita hukum tersebut terangkum didalam empat pokok
pikiran yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
sama hakikatnya dengan Pancasila yaitu:
1. Negara Persatuan " Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia ―
2. Keadilan sosial ― Negara hendak mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Kedaulaatan rakyat ― Neara yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan / perwakilan.
4. Ketuhanan dan kemanusiaan ― Negara berdasarkan atas
ketuhanan yang menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradap.

Pembukaan UUD 1945 adalah sumber motivasi dan aspirasi


perjuangan dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber
cita-cita luhur dan cita-cita mahal sehingga pembukaan
UUD19445 merupakan tertib hukum yang tertinggi dan
memberikan kemutlakan bagi tertib hukum Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945


diundnagkan dalam berita Republik Indonesia tahun 11 No 7,
ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pada
hakekatnya semua aspek penyelenggaraan pemerintah
Negarayang berdasarkan Pancasila terdapat dalam alenia IV
pembukaan UUD 1945.

Dengan demikian Pancasila secara yuridis formal ditetapkan


sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia bersamaan
dengan ditetapkan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945. Maka
25

Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 mempnyai hubungan


timbal balik sebagai berikut:

a. Hubungan Secara Formal


Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di
dalam Pembukaan UUD 1945 maka Pancasila memperoleh
kedudukan sebagai norma dasar hukum positif titik Dengan
demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang
pada asas-asas sosial ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-
asas kultural religius dan asas-asas kenegaraan yang
unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secara
formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alinea ke-4
2. Bahwa Pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian
ilmiah, merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
dan terhadap tertib hukum Indonesia yang mempunyai dua
macam kedudukan, yaitu:
 Sebagai dasarnya karena pembukaan UUD 1945
itulah yang memberi faktor-faktor mutlak bagi
adanya tertib hukum Indonesia.
 Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum sebagai
tertib hukum tertinggi.

3. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945


berkedudukan dan berfungsi, Selain sebagai Muqaddimah
dan UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri
yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-
pasalnya. Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah
26

Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945


bahkan sebagai sumbernya.

4. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan


mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental yang menjelmakan
dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik
Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

5. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945


dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat tetap dan
tidak dapat diubah serta terletak pada keberlangsungan hidup
Negara Republik Indonesia.

b. Hubungan Secara Material

Jika ditinjau kembali proses perumusan Pancasila dan


pembukaan UUD 1945 maka secara kronologis materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat
Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada
sidang pertama Pembukaan UUD 1945 BPUPKI kemudian
membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya
tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia Sembilan
sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan


UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi adapun
tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila atau dengan
kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti
secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber
tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai sumber materi,
sumber bentuk, dan sifat. Selain itu dalam hubungannya dengan
hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara
27

material yang merupakan esensi atau intisari dari pokok kaidah


negara fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila.

C. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17


Agustus 1945
Dalam Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 yang kemudian
dinyatakan berlaku oleh Ketetapan MPR No.V/MPR/1973
ditandaskan dengan tegas hubungan antara Pembukaan dengan
Proklamasi adalah: Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan
kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak
dapat diubah oleh siapapun juga termasuk MPR hasil Pemilihan
Umum (Pemilu).
Dengan demikian Pembukaan UUD 1945 merupakan
rangkaian yang tak dapat dipisahkan dari Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
hakekatnya adalah pencetusan segala perasaan-perasaan yang
sedalamdalamnya yang terbenam dalam kalbu rakyat Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan beserta anak kandungnya yang berupa
Pembukaan UUD 1945 telah melukiskan pandangan hidup, tujuan
hidup, falsafah hidup, dan rahasia hidup kita sebagai bangsa.
Apabila Proklamasi itu merupakan suatu Proclamation of
Independence, maka Pembukaan UUD 1945 adalah merupakan
Declaration of Independenece Negara Republik Indonesia. (Kansil,
1986).
Sulandra (!985) berpendapat bahwa isi pengertian yang
terdapat dalam proklamasi pada pokoknya memuat dua hal, yaitu :
1. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia.
2. Tindakan-tindakan yang segera harus diselenggarakan berhubung
dengan kemerdekaan itu. (Darji Darmodiharjo,1985).
28

Berpegang kepada isi pengertian dan dengan memperhatikan


keseluruhan isi pengertian yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 khususnya alinea ketiga yang juga pada pokoknya memuat
pernyataan kemerdekaan dan alinea keempat memuat tindakan-
tindakan yang harus dilaksanakan setelah adanya negara, maka
dapatlah ditentukan letak dan sifat hubungan antara Proklamasi dan
Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Disebutkan kembali pernyataan kemerdekaan dalam alinea ketiga
Pembukaan UUD 1945 menunjukkan bahwa antara Proklamasi dan
Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus
1945 bersama-sama ditetapkannya UUD, Presiden, dan Wakil
Presiden merupakan realisasi bagian kedua Proklamasi.
3. Pembukaan UUD 1945 hakekatnya merupakan pernyataan
kemerdekaan yang lebih terperinci dengan memuat pokok-pokok
pikiran adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong
ditegakkannya kemerdekaan, dalam bentuk negara Indonesia
merdeka, berdaulat, bersatu., adil, dan makmur dengan berdasarkan
asas kerohanian Pancasila.
Dengan demikian sifat hubungan antara Pembukaan UUD
1945 dan Proklamasi adalah :
a. Memberikan penjelasan terhadap dilaksanakan Proklamasi pada
tanggal 17 Agustus 1945, yaitu menegakkan hak kodrat dan hak
setiap bangsa akan kemerdekaan dan demi ini pulalah bangsa
Indonesia berjuang terus-menerus sampai pada akhirnya
mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaannya. (Alinea I dan alinea II).
b. Memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi 17
Agustus 1945, yaitu bahwa perjuangan gigih menegakkan hak kodrat
dan hak moral atas kemerdekaan itu adalah penjajahan atas bangsa
Indonesia yang tidak sesuai dengan perikeadilan dan
29

perikemanusiaan. Bahwa perjuangan bangsa Indonesia itu telah


diridhoi oleh Tuhan yang Maha Esa sehingga pada akhirnya berhasil
memproklamirkan kemerdekaannya (Alinea I, II, dan III).
c. Memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakannya
Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu bahwa kemerdekaan bangsa
Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan luhur, disusun dalam
suatu UUD Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Pancasila (Alinea IV). (Darji Darmodiharjo,
1985).
Khususnya memperhatikan isi pengertian bagian kedua
proklamasi yang menetapkan tindakan-tindakan segera yang harus
diselenggarakan berhubung dengan pernyataan kemerdekaan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bagian pertama Proklamasi, memperoleh penjelasan, penegasan,
dan pertanggungjawabannya pada alinea I sampai dengan alinea III
Pembukaan UUD 1945.
2. Bagian kedua Proklamasi memperoleh penjelasan dan penegasan
pada alinea IV Pembukaan UUD 1945, yaitu :
a. Hal. tujuan negara.
b. Hal Undang-Undang Dasar Negara yang akan disusun
sebagai landasan pembentukan pemerintah negara.
c. Hal bentuk negara Republik yang berkedaulatan rakyat.
d. Hal atas kerohanian (filsafat) negara Pancasila.
Berpegang pada sifat hubungan antara Proklamasi 17 Agustus 1945
dan Pembukaan UUD 1945 yang tidak hanya menjelaskan dan
menegaskan tetapi juga mempertanggung jawabkan Proklamasi
sehingga hubungan itu tidak hanya bersifat fungsional-organis, tetapi
tegas bersifat monitis-organis, artinya bahwa antara Proklamasi dan
Pembukaan UUD 1945 merupakan amanat kesatuan yang bulat. Apa
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan amanat
keramat Proklamasi 17 Agustus 1945.
30

Jadi kalau Proklamasi memberitahukan kepada dunia, bahwa rakyat


Indonesia telah menjadi satu bangsa merdeka, dan merupakan sumber
kekuatan dan tekad perjuangan kita, serta telah melahirkan dan
membangkitkan kembali kepribadian bangsa Indonesia, maka
Pembukaan UUD 1945 memberikan pedoman-pedoman untuk mengisi
kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan usaha-usaha
kenegaraan kita, untuk menginsyafi tujuan usaha mengembangkan
kebangsaan kita.
Proklamasi kemerdekaan yang berisi pernyataan kemerdekaan
adalah sumber hukum pembentukan negara kesatuan RI, karena tanpa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tidak ada negara RI.
Proklamasi kemerdekaan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk
pernyataan kemerdekaan yang berbentuk Pembukaan UUD 1945
khususnya alenia ketiga.

2.6 Hukum Dasar Tertulis dan Hukum Dasar Tidak Tertulis


A. Hukum Dasar Tertulis
Hukum tertulis merupakan hukum yang dapat ditemui dalam
bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara.
Hukum tertulis terbagi sebagai berikut:
1. Hukum tertulis yang dikodifikasi, itu hukum yang disusun secara
lengkap sistematis, teratur, dan dibukukan sehingga tidak
memerlukan aturan pelaksanaan. Contohnya kitab undang-undang
hukum pidana dan kitab undang-undang hukum perdata.
2. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasi, yaitu hukum yang
meskipun tertulis namun tidak disusun secara sistematis dan masih
terpisah-pisah sehingga masih memerlukan aturan pelaksanaan
dalam penerapannya. Contohnya undang-undang dan peraturan
pemerintah.
31

B. Hukum Dasar Tidak Tertulis


Hukum tidak tertulis merupakan hukum yang hidup diyakini
dan dipatuhi dalam masyarakat meskipun tidak dibentuk oleh
prosedur formal. Hukum tidak tertulis merupakan perbuatan yang
diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta
diakui oleh masyarakat. Dalam praktik penyelenggaraan negara
hukum tidak tertulis disebut dengan konvensi. Hukum tidak tertulis
dipatuhi karena adanya kekosongan hukum tertulis yang sangat
dibutuhkan masyarakat atau negara. Contoh hukum tidak tertulis
adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain. Oleh karena itu
hukum tidak tertulis atau kebiasaan sering digunakan Hakim untuk
memutuskan perkara yang belum pernah diatur dalam undang-
undang.
Menurut Kansil hukum tak tertulis merupakan hukum yang
masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis
namun berlakunya ditaati seperti perundang-undangan. Melihat
definisi tersebut hukum dapat diketegorikan sebagai hukum tak
tertulis. Karena hukum adat tidak mengenal kodifikasi terhadap
aturan hukum. Hukum yang tak tertulis dapat terbentuk dari pola-
pola tingkah laku (kebiasaan) masyarakat. Di dalam melakukan
inventarisasi hukum , yang perlu kita pahami adalah terdapat tiga
konsep pokok mengenai hukum, yaitu :
1. Hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat
dandiundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang
berwenang.
2. Hukum dikonstruksikan sebagai pencerminan dari kehidupan
masyarakat itu sendiri (norma tidak tertulis).
3. Hukum identik dengan keputusan hakim (termasuk juga)
keputusan-keputusan kepala adat.
32

2.7 Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945


Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Pembukaan
UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD
1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara
Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah
republik.

Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik,


Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala
negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal
4 Ayat 1 yang berbunyi, ―Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.‖ Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang
terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling
bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi
pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti
kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan
pemerintahan, Kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan membentuk
undang-undang, dan Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan
mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-
komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif,
legislatif dan yudikatif. Jadi, system pemerintahan negara
menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar
lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara yang bersangkutan.
33

Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-


cita atau tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia
adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada
dalam satu system pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan
saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara
Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden
adalah kepala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-
departemen yang akan melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan
undang-undang. Setiap departemen akan dipimpin oleh seorang menteri.
Apabila semua menteri yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang
perdana menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet. Kabinet
dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.
Perbandingan Antara Indische Staatsregeling Dengan UUD
1945Secara umum telah diyakini bahwa sistem pemerintahan Indonesia
menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) itu adalah sistem
presidensial. Keyakinan ini secara yuridis samasekali tidak berdasar.
Tidak ada dasar argumentasi yang jelas atas keyakinan ini. Apabila
diteliti kembali struktur dan sejarah penyusunan UUD 1945 maka
tampaklah bahwa sebenarnya sistem pemerintahan yang dianut oleh
UUD 1945 itu adalah sistem campuran. Namun sistem campuran ini
bukan campuran antara sistem presidensial model Amerika Serikat dan
sistem parlementer model Inggris.
Sistem campuran yang dianut oleh UUD 1945 adalah sistem
pemerintah­an campuran modelIndische Staatsregeling (‗konstitusi‘
kolonial Hindia Belanda) dengan sistem pemerintahan sosialis model
Uni Sovyet. Semua lembaga negara kecuali Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), merupakan turunan langsung dari lembaga-lembaga
pemerintahan Hindia Belanda dahulu, yang berkembang melalui
34

pengalaman sejarahnya sendiri sejak zaman VOC. Sementara itu, sesuai


dengan keterangan Muhammad Yamin (1971) yang tidak lain adalah
pengusulnya, MPR itu dibentuk dengan mengikuti lembaga negara Uni
Sovyet yang disebut Sovyet Tertinggi. Secara ringkas, maka apabila
lembaga-lembaga pemerintahan Hindia Belanda menurut Indische
Staatsregeling dan lembaga-lembaga negara Indonesia menurut UUD
1945 tersebut disejajarkan, maka akan tampak sebagai berikut:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat
2. Presiden/Wakil Presiden
3. Dewan Pertimbangan Agung
4. Dewan Perwakilan Rakyat
5. Badan Pemeriksa Keuangan
6. Mahkamah Agung

A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945


Sebelum Diamandemen

Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan


UUD 1945 sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD
1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara tersebut
sebagai berikut:

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).


2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
35

Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem


pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem
pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri
dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden
yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan
pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu
tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan
presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun
adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada
dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan
pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih
stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar
pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem
pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada
keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk
menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu
disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang
berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa
konstitusi negara itu berisi.
1. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif,
2. Jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah
melakukan perubahan atau amandemen atas UUD 1945. dengan
mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat
konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang
lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah
36

dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah
menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.

B. Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945


Setelah Diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa
transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru
berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, sistem
pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem
pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan
mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas.
Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem
pemerintahan presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab
kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota
dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif
dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan
peradilan dibawahnya.
37

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem


pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem
presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di
Indonesia adalah sebagai berikut;
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul
dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden
meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan
atau persetujuan dari DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan
atau persetujuan dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki
sistem presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain
adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks
and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada
parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran. Sebelum
diadakan amandemen UUD 1945, sebagai konstitusi tertulis UUD 1945
menyediakan satu pasal yang khusus mengatur tentang cara perubahan
UUD, yaitu pasal 37, yang berbunyi :
a. Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah
anggota MPR harus hadir.
b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
anggota yang hadir.Amandemen UUD 1945 dilaksanakan secara
bertahap, yaitu:
1. Amandemen Pertama (19 Oktober 1999)
2. Amandemen Kedua (18 Agustus 2000)
3. Amandemen Ketiga (10 November 2001)
4. Amandemen Keempat (10 Agustus 2002)
38

Adapun Kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia yaitu:

 Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat


dijatuhkan DPR.
 Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan
tidak dibayangi krisis kabinet.
 Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR.

Adapun Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia yaitu:

 Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi


kekuasaan di tangan Presiden.
 Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak
perogatif presiden.
 Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
 Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat
perhatian.

Secara garis besar sistem pemerintahan Indonesia dari masa ke masa


sejarah Indonesia terbagi atas tiga masa, yaitu masa Orde lama, masa
Orde baru, dan masa reformasi.
a) Sistem pemerintahan Indonesia masa orde lama
Masa pemerintahan orde lama berjalan dari tahun 1945
hingga tahun 1968 di bawah kepemimpinan presiden Soekarno.
Penyebutan masa ―orde lama‖ merupakan istilah yang diciptakan
pada masa orde baru. Sebenarnya Soekarno tidak begitu menyukai
istilah ―orde lama‖ ini. Ia lebih suka menyebut masa
kepemimpinannya dengan istilah ―orde revolusi‖. Pada tanggal 18
agustus 1945, Indonesia mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar
Negara. Sebenarnya di bawah UUD 1945 telah tercantum bahwa
Indonesia menggunakan system pemerintahan presidensial.namun
setelah tiga bulan terjadi penyimpangan terhadap UUD
1945.Penyimpangan itu adalah mengenai pembentukan cabinet
parlementer dengan Sultan Syahrir sebagai perdana menteri.
39

Sehingga pada masa ini, dipengaruhi oleh Belanda, Indonesia


menggunakan system parlementer. Masa parlementer berakhir
ketika dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
b) Sistem pemerintahan masa orde baru
Istilah ―orde baru‖ di pakai untuk memisahkan kekuasaan era
Soekrno (orde lama) dengan masa kekuasaan era Soeharto. Era orde
baru juga digunakan untuk menandai setelah masa baru setelah
ditumpasnya pemberontakan PKI tahun 1965. Pada masa orde baru,
awalnya demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan. Namun,
dalam perkembangannya kehidupan demokrasi era orde baru tidak
jauh berbeda dengan demokrasi terpimpin. System pemerintahan
presidential juga terlihat ditonjolkan.kemudian soeharto menetapkan
demokrasi pancasila sebagai system pemerintahan Indonesia.
c) Sistem pemeritahan masa reformasi
Era reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan soeharto
pada tahun 1998 hingga sekarang. Pada era reformasi, pelaksnaan
system pemerintahan demokrasi pancasila diterapkan sesuai dengan
asa demokrasi yang berlandaskan pancasila. Pada era ini,
pemerintahan memberikan ruang gerak kepada partai politik dan
DPR untuk turut serta mengawasi pemerintahan secara kritis.

2.8 Hak Asasi Manusia Mneurut UUD 1945


A. Hak Asasi Manusia dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 hak untuk menentukan nasib
sendiri " bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan". Pengakuan bahwa
kemerdekaan adalah hak segala bangsa adalah pengakuan HAM kolektif
dari satu bangsa untuk hidup bebas dari segala penindasan oleh bangsa
lain. Pengakuan ini menegaskan kedudukan yang sejajar Semua bangsa
di dunia karena penjajahan pada dasarnya adalah bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
40

Alinea kedua Pembukaan menyebut Indonesia sebagai negara yang


adil dan makmur kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
Prinsip negara hukum mengakui adanya asas legalitas, yaitu tindakan
Aparatur Negara haruslah didasarkan pada hukum dan bukan didasarkan
pada kekuasaan.
Alinea ketiga menyebutkan hasrat bangsa Indonesia untuk
"berkehidupan kebangsaan yang bebas" yang menekankan HAM
kolektif yang dimiliki sebuah bangsa.
Alinea ke-4 pembukaan menegaskan tujuan pembentukan
pemerintahan negara Indonesia untuk "melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan
melaksanakan ketertiban dunia". Dan ini memuat pula intisari doktrin
HAM. Pada alinea ini merupakan pengakuan dan perlindungan hak-hak
asasi dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan pendidikan.

B. Hak-Hak Asasi dalam Batang Tubuh UUD 1945

Batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal
peralihan dan 2 ayat aturan tambahan juga memuat rumusan-rumusan
yang cukup luas mengenai materi HAM, baik secara eksplisit maupun
implisit. HAM dalam batang tubuh UUD 1945 dicantumkan dalam pasal-
pasal berikut:

1. Hak akan warga negara, pasal 26 UUD 1945 yang menjadi warga
negara ialah orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara
(ayat 1) dan syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan
ditetapkan dengan undang-undang (ayat 2)

2. Pasal 27 tentang persamaan dalam hukum dan penghidupan yang


layak bagi kemanusiaan. Pasal 27 ayat (1) telah menetapkan bahwa
segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan
41

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu


dengan tidak kecuali. Pasal 27 ayat(2) telah menetapkan pula bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

3. Pasal 28 UUD 1945 menyatakan dengan tegas tentang


kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya dijamin oleh pemerintah
dan pemerintah akan mengundangkan undang-undang yang akan
mengaturnya.

4. Pasal 29 UUD 1945 dalam ayat (2) dengan tegas menyatakan


bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaan itu.

5. Pasal 30 UUD 1945 dalam pasal ini dinyatakan bahwa tiap-tiap


warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara yang syarat-syaratnya diatur dengan undang-undang.

6. Pasal 31 UUD 1945 menegaskan tentang hak-hak asasi di bidang


pendidikan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran, yang untuk itu maka pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur
dalam undang-undang sejalan dengan pendidikan pasal 32
menyatakan bahwa pemerintah memajukan Kebudayaan Nasional
Indonesia, jadi dalam arti ini setiap unsur-unsur kebudayaan macam-
macam kebudayaan yang ada telah dimiliki penduduk mempunyai
hak untuk dilindungi dan dikembangkan.

7. Tentang hak ekonomi diatur dalam pasal 33 UUD 1945 yang


dengan tegas menyatakan, perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hayat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara, bumi dan air dan kekayaan alam dan
42

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan


untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

8. Pasal 34 UUD 1945 tentang Kesejahteraan Sosial fakir miskin dan


anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

C. Hak Asasi dalam Penjelasan UUD 1945

HAM dalam penjelasan UUD 1945 yaitu meliputi:

1. Hak akan kebebasan dan kemandirian peradilan, yang termuat


dalam penjelasan pasal 24 dan 25 UUD 1945 " kekuasaan
kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintahan. Berhubungan dengan itu, harus
diadakan jaminan dalam undang-undang tentang kedudukan para
hakim."

2. Hak mempertahankan tradisi budaya yang termuat dalam


penjelasan pasal 32 UUD 1945 "kebudayaan bangsa Iyalah
kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budidaya rakyat
Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat
sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan
harus menuju ke arah kemajuan adat budaya persatuan dengan tidak
menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri
serta memperingati derajat kemanusiaan bangsa Indonesia ".

3. Hak mempertahankan bahasa daerah, yang termuat dalam


penjelasan pasal 36 UUD 1945 "di daerah-daerah yang mempunyai
bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyat dengan baik-baik bahasa
bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Bahasa-
bahasa itu pun merupakan sebagian dari kebudayaan Indonesia yang
hidup ".
43

D. Hubungan Hak Asasi Manusia dengan UUD 1945

Hubungan HAM dengan UUD 1945 dapat diterjemahkan dalam


moral bangsa sebagai berikut:

1. Kebijaksanaan harus diarahkan pada kebijaksanaan politik dan


hukum, dengan perlakuan serta hak dan kewajiban yang sama Bagi
siapapun perorangan atau kelompok yang berada di dalam batas
wilayah NKRI.

2. Kebijaksanaan ekonomi dan kesejahteraan, dengan kesempatan


serta beban tanggung jawab yang sama Bagi siapapun yang ingin
berusaha atas dasar persaingan yang sehat.

3. Kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan dengan kebebasan


serta batasan-batasan yang perlu menjaga ketahanan dan pertahanan
mental terhadap anasi dan eksploitasi dari dalam dan luar negeri

4. Kebijaksanaan luar negeri meningkatkan kehormatan bangsa yang


merdeka yang bisa mengatur diri sendiri kalau mau serta mampu
menyumbang pada hubungan baik antara bangsa-bangsa dunia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Negara Republik Indonesia


tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks
ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib
hukum tertinggi di Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila
sebagai dasar Negara Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar
dan asas kerohanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk
dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia. Maka kedudukan Pancasila
sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Oleh karena itu Pancasila
dalam konteks ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sangat
berhubngan dengan pembukaan UUD 1945

3.2 Saran

Semoga dengan adanya penjelasan pada makalah dari materi ini


dapat menambah ilmu pengetahuan kita tentang Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Negara Republik Indonesia.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2018. Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik


Indonesia. Diakses pada 19 Januari 2023, dari;
https://repository.unikom.ac.id/37224/1/%28Pertemuan%20VI%29
%20PANCASILA%20DALAM%20KONTEKS%20KETATANEG
ARAAN%20INDONESIA.pdf

Afifah, 2017. Pembukaan UUD sebagai Hukum Tertib Tertinggi. Diakses


pada 19 Januari 2023, dari;
https://www.scribd.com/document/364608080/Pembukaan-UUD-
1945-Sebagai-Tertib-Hukum-Tertinggi-samuEL-HALOMOAN-
SAGALA-03011381722101#

Anonym, 28 September 2020. Kedudukan dan Makna Pembukaan UUD


1945. Diakses pada 19 Januari 2023, dari;
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/kedudukan-dan-makna-
pembukaan-uud-1945-7212/

Natonegoro, 1980. PrinsipPenyelnggaraan Negara. Diakses pada 19


Januari 2023, dari;
http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/original_files/extract/117
9/EPUB/xhtml/raw/slgre9.xhtml

Suparyanto, Yudi. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XII, Klaten:


Intan Pariwara.

Suteng, Bambang. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X, Jakarta :


Erlangga.

Syamsul Dwi Maarif, 2021. Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD


1945. Diakses pada 19 Januari 2023, dari; https://tirto.id/penjelasan-
pokok-pokok-pikiran-dalam-pembukaan-uud-1945-gjqr

45
46

Mafaza Fifi, 2019. Bahan Ajar (PPKn kelas 9 BAB 2). Diakses pada 19
Januari 2023, dari;
https://www.gurusiana.id/read/fifimafaza/article/bahan-ajar-ppkn-
kelas-9-bab2-255200

Modul 8 Makna Undang-Undang Dasar Tahun 2018 terbitan Kemdikbud.


Surajiyo, Agus Wiyanto . Hubungan Proklamasi Dengan Pancasila
Dan Pembukaan UndangUndang Dasar 1945. Diakses Pada 20
Januari 2023, dari;
https://media.neliti.com/media/publications/17978-ID-hubungan-
proklamasi-dengan-pancasila-dan-pembukaan-undang-undang-
dasar-1945.pdf

Yuyus Kardiman, dkk. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas


XI 2013; Penerbit Erlangga.

Anonym, 2020. Sistem Pemerintahan Indonesia. Diakses pada 20 Januari


2023, dari; https://pemerintahan.uma.ac.id/2020/10/sistem-
pemerintahan-indonesia/

Anonym, Hak Asasi Manusia Menurut UUD 1945. Diakses pada 20 Januari
2023, dari;
https://www.academia.edu/34609651/Makalah_Hak_Asasi_Manusia
_Menurut_UUD

Yuyus Kardiman, dkk. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas


XII 2013; Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai