Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

“Makalah Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila”

Dosen Pengampu : M Yunan Hidayat, S.Ag, MSI

Di susun oleh :

1. Siti Nabila Jahro’ 2330022672


2. Nurdiansyah 2330022771
3. Devi Puspita 2330022675
4. Rifky Fadly Saputra 2330022682
5. Muhammad Ghazali A. 2330022778

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

IIM SURAKARTA

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ahamdullillah puji syukur kepada Allah Azza Wajalla yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda tercinta kita Nabi
Muhammad SAW .

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan judul
“Pancasila Sebagai Dasar Negara”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini.

Sebagai penutup makalah ini saya mohon kritik dan saran yang membangun. Atas kritik
dan sarannya, kami mengucapkan terima kasih.

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................................3


a. Latar Belakang ....................................................................................................................3
b. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
c. Tujuan Penulisan .................................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................4
a. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.........................................5
b. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 ......................................5
c. Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara dalam Bidang Politik
Ekonomi,Sosial Budaya dan Hankam ..................................................................................

BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................................9


a. Kesimpulan ........................................................................................................................9
b. Saran ...................................................................................................................................9
c. Daftar Pustuka ....................................................................................................................

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pancasila sebagai dasar negara menjadi acuan berjalannya negara Indonesia. Rumusan
Pancasila bukan merupakan hasil pemikiran seseorang atau kelompok orang, namun
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, dan kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara Indonesia. Dilihat secara kultural nilai-
nilai Pancasila berakar pada kebudayaan dan tradisi yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, menjadikan Pancasila sebagai
sumber hukum utama untuk segala perundang-undangan. Hal ini juga menjadikan
Pancasila sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa seluruh kehidupan bernegara dan
bermasyarakat harus diatur oleh Pancasila sebagai asas kerohanian yang meliputi suasana
kebatinan. Pancasila sebagai pandangan hidup dalam kehidupan bangsa sangat
diperlukan, karena menjadi pegangan dan pedoman bangsa Indonesia dalam
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 ?
2. Apa penjabaran Pancasila dengan Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945 ?
3. Apa yang dimaksud Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Hankam ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
2. Mengetahui Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945.
3. Mengetahui Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Hankam.

`
3
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar Negara (Sahadi, 1998)
Cita-cita hukum tersebut terangkum dalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam UUD
1945 yang sama hakikatnya dengan Pancasila, yaitu:

1. Negara Persatuan Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia”
2. Keadilan sosial “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”

3. Kedaulatan Rakyat-Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan


/perwakilan.”

4. Ketuhanan dan kemanusiaan “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang menurut dasar”

Kemanusiaan yang adil dan beradab pembukaan UUD 1945 adalah sumber motivasi
dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber cita-cita leluhur
dan cita cita mahal, sehingga pembukaan UUD 19445 merupakan tertib hukum yang tertinggi
dan memberikan kemutlakan bagi tata tertib hukum Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945 diundangkan dalam berita Republik
Indonesia tahun 11 No 7. Ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakekatnya
Semua aspek penyelenggaraan pemerintah Negara yang berdasarkan Pancasila terdapat dalam
Alenia IV pembukaan UUD 1945 Dengan demikian Pancasila secara yuridis formal ditetapkan
sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia bersamaan dengan ditetapkan Pembukaan
UUD 1945 dan UUD 1945. Maka Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan
timbal balik sebagai berikut:

1. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945,


maka Pancasila memporelehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik, yaitu
perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurya terdapat dalam
Pancasila.

4
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan sebagai
berikut:

a) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
Tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV. B) Bahwa Pembukaan UUD 1945,
berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaedah Negara yang Fundamental dan
terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu :
• Sebagai dasarnya,karena pembukaan UUD 1945 itulah yang memberi factor-factor
mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.
• Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum sebagai tertib hukum tertinggi

2. Hubungan Secara Material

Bilamana kita tinjau Kembali psoses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945,
maka secara kronologis, materi yang dibahas di BPUPKI yang petama adalah dasar filsafat
Pancasila baru kemudian pembukaan UUD 1945. Setelah pada siding pertama pembukan UUD
1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat Pancasila baru kemudian pembukaan UUD
1945.Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat
Pancasila berikutnya tersusunlah piagam Jakarta yang disusun oleh panitia 9,sebagai wujud
pertama pembukaan UUD 1945.Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia,pembukaan
UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,adapun tertib hukum Indonesia
bersumber dari Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia.Hal ini
berati secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai- nilai yang terkandung
dalam Pancasila.Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi,sumber
nilai,sumber materi,sumber bentuk dan sifat.

B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan,
cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut
mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dar
pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari
Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD 1945.
Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945 bersifat
kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945 merupakan
penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan
dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan
dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam
batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi
hukum positif.

5
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang diciptakan
dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang berkedaulatan rakyat,
berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut
pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham perorangan. Demikian
pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas
kepentingan golongan atau perorangan.

Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan
suatu tujuan atau sutu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan
dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai
dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok
pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem negara
yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan
perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. Kedaulatan
rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung maksud
menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok
pikiran keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry, 2010; 210).
MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali secara berturut-turut terjadi pada
19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012:
245-246), keseluruhan batang tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amandemen dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

6
1. Pasal-pasal yang tertakait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara

2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara,
agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial

3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa negara, lambing
negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD NRI Tahun
1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang tubuh melalaui
pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.

Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara

Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara
yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada
kekuasaan yang tidak dipertanggung-jawabkan.
Pasal 3 ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD ayat (2) : MPR melantik Prisiden
dan / atau Wakil Presidenayat (3): MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan negara,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
1. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.
2. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

3. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
4. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.

6. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara, dan lagu kebangsaan.

1. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih

2. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia

3. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika

4. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dapat dipahami
sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh

7
Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung
pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan
asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945 bersifat
kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945 merupakan
penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan
batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya
popok-pokok pikiran Pembukkan UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh,
maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif

C. IMPLEMENTASI PACASILA DALAM BERBAGAI BIDANG

1) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG POLITIK.

Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologis
manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalahsebagai subjek Negara,
oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi harkat dan
martabat manusia.Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini
harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam
esensinya,sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri.Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik
dituangkan dalam pasal 26, 27 ayat (1).

Pasal-pasal tersebut adalahpenjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan


kemanusiaan yang adil danberadap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-
2 pancasila.Keduapokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di
Negara Republik Indonesia.
PASAL 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orangbangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (2) Penduduk
ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

PASAL 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjunghukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

8
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakannegara
dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subyek pendukung
pancasila, sebagai mana dikatakan oleh Noto Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan,
berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan adalah manusia.Manusia
adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus berdasar
danmerealisasikanharkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar
sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia.Dengan kata lain, pembuatan
kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang
merupakanpemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem
politik yang dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar
moral politik.

2) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG EKONOMI.

Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehinggalazimnya
pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang mempentingkan moralitas
kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebihtertuju kepada ekonomi kerakyatan,
yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara
luas.
Pengembangan ekonomi bukan hanyamengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia
mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.Implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang politikdituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34.

Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan
keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila.
Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan
kehidupan ekonominasional.
PASAL 27 (2)

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagikemanusiaan

PASAL 33 (1) :

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

PASAL 34 (2) :

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan


memberdayakanmasyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakannegara


dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiranyang sesuai dengan
maksud ini adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto(1999),
9
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000:239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan, melankan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral
kemanusiaan.

3) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA

Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan


atassistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut.Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa
ini.Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai
social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amukmassa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya yang
muaranya adalah masalah politik.Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa
reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai
yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat
humanistic,artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.Implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal , 29, pasal 31, dan pasal 32

Pasal-pasal tersebut adalah penjabarandari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha


Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap,dan persatuan yang massing-masing merupakan
pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan
bagi pembangunan bidang kehidupankeagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
PASAL 29 (1)

Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

PASAL 31 (1)

Setiap warga negara berhakmendapat pendidikan.

PASAL 32 (1)

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradabandunia dengan menjamin


kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila dalam


pembuatan kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertianbahwa nilai-nilai
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam proses
pembangunan masyarakat dan kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai
sumber nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan negara dalammengembangkan kehidupan sosial
budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2,kemanusiaan yang adil dan
beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-nilaiyang dimliki
bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal initidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila
sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradap.

10
4) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN.

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak
warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangkamengatur
ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.Implementasi pancasila dalam
pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal
30.Pasal-pasal tersebut merupakanpenjabaran dari pokok pikiran persatuan yang merupakan
pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan dan keamanan nasional.Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila
dalam pembuatan kebijakan negara pada bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan
kesadaranbahwa indonesia adalah negara hukum. Pertahanan dan keamanan negara di atur dan
dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan kekuasaan dengan kata lain, pertahanandan
keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan sehingga kebijakan yang terkait dengannya
harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.
PASAL 27 (3) :

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

PASAL30 (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua),
berdasar pada tujuan untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila ke
tiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat sertakebebasan kemanusiaan (sila
keempat), dan ditujukan untuk mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini
dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang
menghindari kesewenang-wenangan negara dalam melindungi dan membela wilayah negara dengan
bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.Pancasila juga
merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.Maka manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kehidupan kenegaraan.Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia,setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman
Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di
daerah.pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan
monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan
martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab
merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan negara. Oleh karenanya pertahanan dan
keamanan negara harus mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dan akhirnya agar benar-benar negara meletakan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara
hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
Saran

Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negaraIndonesia
harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab. Agar pancasila tidak terbatas pada coretan tinta belaka tanpa makna.

12
DAFTAR PUSTAKA

http: / / ridwanaz.co m/akademik/ kewarganegaraan/ mengetahui -arti-atau-pengertian- pancasila/


http: / / putracenter.net/ 20 10 /0 4/ 05 / implementasi -pancasila -dalam-kehidupan-berbangsa/
http: / / furq4 n.blo gspot .co .id/ 20 15 /1 0/ bagaimana -implementasi-pancasila-dalam.html Dr.
H. Syahrial, MA., Pendidikan Pancasila Bagi Perguruan
Tinggi.http://detydadarasamawa.blogspot.com/2012/12/makalah-pancasila-sebagai-ideologi.html
http: / /M uhammadArdianSetiawan.blo gspot .co m/Pancasila_Implementasi Nilai -Pancasila -
dalam-
Pembuatan-Kebijakan-Negara _ M uhammad -Ardian-Setiawan.html http: / /academia.edu/
implikasi -
pancasila-dalam-kebijakan-negara/ https:// brainly.co .id/ tugas/ 131 78 43 5#readmo re

http: / / hamiddarma di.blo gspot .co m/ 20 18 /0 9/ penjabaran -pancasila-dalam-batan g-


tubuh.html?m=1
https://www.academia.edu/30648367/Hubungan_antara_Pembukaan_UUD_1945_dengan_Pancasil
a

Anda mungkin juga menyukai