Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Sarbaini, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Mayka Lara Santi (2110129320015)

2. Muhammad Arie Dharma (2110129210026)

3. Nor Hidayah (2110129320019)

4. Raudatul Janah (2110129220041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat-Nya lah kami diberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelsaikan tugas makalah ini dalam mata kuliah Pancasila yang berjudul “Pancasila
Sebagai Dasar Negara”.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini karena memberikan banyak wawasan dan membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami berharap nantinya kami dapat memperbaiki struktur maupun isi
makalah ini sehingga dapat menjadi makalah yang lebih baik dan lebih bermanfaat lagi.
Kami menyadari adanya keterbatasan ilmu maupun pengalaman yang kami miliki, kami juga
menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Khusunya bagi para
mahasiswa-mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengembangan keterampilan kependidikan demi terciptanya pendidik profesional.

Banjarmasin, 16 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

I.3. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

II.1. Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara ...................................................... 3

II.2. Perumusan dan Pengesahan Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia


danUUD1945 dari aspek kenegaraan ............................................................... 5

II.3.Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dan aktualisasi produkperundang-


undangan dalam sejarah kenegaraan Indonesia .................................................. 7

II.4.Persoalan aktualisasi produk per-UU-an dalam kehidupan bernegaradan


solusinya ............................................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 13

III.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 13

III.2. Saran ................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan


Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan sadar akan keberadaannya
yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya, alam semesta, dan
penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan cipta, karsa, dan karya untuk
mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke generasi.

Pancasila merupakan dasar Negara bagi Negara kita. Sebagai dasar Negara,
Pancasila lahir berdasarkan nilai-nilai budaya yang terkandung sejak zaman nenek
moyang kita dahulu. Nilai-nilai tersebut lahir dan melekat secara tidak sengaja pada
nenek moyang kita.

Pancasila itu terdiri dari Panca dan Sila. Nama Panca diusulkan oleh Ir. Soekarno
sedangkan nama Sila diusulkan oleh salah seorang ahli bahasa. Pancasila dirasakan
sudah sempurna dan mencakup segala aspek pada Bangsa Indonesia.

Setelah puluhan tahun lahirnya Pancasila dari tahun 1945 hingga saat ini, Negara
di dunia mengalami pengembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan.
Masuknya era globalisasi menjadikan bangsa dunia hampir tidak memiliki batas.
Dambak baik dan buruknya globalisasi tentunya mari kita kaji bersama dengan
melandaskan Pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat Idonesia dalam
menghadapi segala permasalahan seiring perkembangan zaman. Kondisi bangsa saat
ini mencerminkan adanya penyimpangan dari Pancasila tidak sesuai dengan nilai
seharusnya. Namun masih ada upaya pelurusan kembali terhadap nilai-nilai Pancasila.

Kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia di era globlalisasi,


mengharuskan kita untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila, agar generasi penerus
bangsa tetap dapat menghayati dan mengamalkannya dan agar intisari nilai-nilai yang
luhur itu tetap terjaga dan menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa.

1
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai dasar negara?
2. Bagaimana proses perumusan dan pengesahan Pancasila dasar negara Republik
Indonesia dan UUD 1945 dari aspek kenegaraan?
3. Apa yang dimaksud dengan dinamika Pancasila sebagai dasar negara dan
akultualisasi produk perundang-undangan dalam sejarah kenegaraan indonesia?
4. Bagaimana Persoalan aktualisasi produk per-UU-an dalam kehidupan
bernegara dan solusinya?
I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pancasila sebagai dasar negara.
2. Untuk mengetahui proses perumusan dan pengesahan Pancasila dasar negara
Republik Indonesia dan UUD 1945 dari aspek kenegaraan.
3. Untuk mengetahui dinamika pancasila sebagai dasar negara dan akultualisasi
produkk per undang undangan dalam sejarah indonesia
4. Untuk mengetahui persoalan aktuaalisasi produk per-UU-an dala kehidupan
bernegara dan solusinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan pada


Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.
Artinya, Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang menjiwai
kegiatan dalam membentuk Negara. Setijo menyatakan, bahwa konsep Pancasila
sebagai dasar Negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir
sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan
Pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara atau filosophische grondslag bagi
Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat diterima oleh seluruh
anggota sidang.

Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia 9 dan
menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar” pada tanggal 22 Juni
1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi nama Jakarta
Charter, atau PiagamJakarta, yang di dalamnya terdapat Pancasila pada alinea IV,
Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa


perubahan yang bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar Negara. Sejak itu
Pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai berikut:
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara,
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan
pemerintah maupun penyelenggara Negara yang lain untuk memelihara budi
pekerti luhur.

Penetapan Pancasila sebagai dasar Negara itu memberikan pengertian bahwa


Negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa Negara

3
harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-
undangan. Mengenai hal itu “Negara Pancasila adalah suatu Negara yang didirikan,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia
(kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai
manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa
(keadilan sosial).”

Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)


sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap Negara yangdidirikan diatasnya,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia.
Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban
Negara.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar


Negara sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang maha esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhana yang maha esa, yang
ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, ber-Keadilansocial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang maha esa, yang ber-
Kemanusian yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin
olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berKetuhanan yang maha esa, yang ber-
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan
yangmaha esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-
PersatuanIndonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan

II.2. Perumusan dan Pengesahan Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia dan UUD
1945 dari aspek kenegaraan

Proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat dipisahkan
dengan proses perumusan dan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
sebab disamping diciptakan untuk menyongsong lahirnya Negara Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang fundamental. Oleh karena itu kedua-
duanya mempunyai hubungan asasi.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang dipilih menjadi falsafah hidup
bangsa. Dasar negara tersebut dirumuskan oleh leluhur bangsa melalui proses yang
panjang. Dalam proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia, ada sejumlah sidang serta diskusi yang dilakukan. Proses tersebut diawali
melalui sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan (BPUPKI). BPUPKI
mengadakan sidang pertama persiapan kemerdekaan Indonesia pada 29 Mei hingga 1
Juni 1945. Dalam sidang tersebut, sejumlah tokoh kemerdekaan mengemukakan
pendapatnya mengenai dasar negara Indonesia. Ada tiga tokoh yang mengemukakan
pendapat yaitu, Supomo, Moh.Yamin, dan Soekarno.

Setelah sidang pertama BPUPKI selesai, badan kepanitiaan persiapan


kemerdekaan Indonesia itu mengambil masa reses. Dalam masa reses tersebut,
sejumlah anggota BPUPKI melakukan perumusan kembali yang kemudian disebut
sebagai Panitia Sembilan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, kepanitiaan kecil tersebut berhasil merumuskan dasar
negara yang sudah melalui persetujuan berbagai pihak terkait. Hasil rumusan tersebut
dinamakan Piagam Jakarta atau Djakarta Charter.

Hasil rumusan tersebut kemudian diumumkan dalam sidang kedua BPUPKI pada
tanggal 10 Juli 1945. Kemudian rumusan Piagam Jakarta disetujui untuk dijadikan

5
rancangan dasar hukum atau Undang-undang Dasar negara yang setelah itu diambil alih
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Setelah menyelesaikan tugas BPUPKI dibubarkan, dan sebagai gantinya pada


tanggal 7 Agustus 1945 Jepang mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Iinkai.

Untuk keperluan membentuk PPKI tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1945 tiga
orang tokoh pendiri negara, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan
di Saigon. Dalam pertemuan tersebut, Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI dan
Mohammad Hatta sebagai wakilnya.PPKI beranggotakan 21 orang termasuk Ketua dan
Wakil Ketua.

Setelah kembali ke tanah air, pada tanggal 14 Agustus 1945 Ir. Soekarno
mengumumkan bahwa Indonesia akan merdeka secepat mungkin dan bukan merupakan
pemberian dari Jepang melainkan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri.Sebagai
buktinya, atas kehendak bangsa Indonesia sendiri, anggota PPKI ditambah menjadi
enam orang sehingga anggota seluruhnya menjadi 27 orang.Semua anggota PPKI
berasal dari bangsa Indonesia.

Setelah Jepang menyerah kepada pihak sekutu tanggal 14 Agustus 1945,


kesempatan tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang untuk segera
menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945,
Ir. Soekarno didampingi oleh Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia ke seluruh dunia.

Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang dan
menghasilkan keputusan sebagai berikut:

1. Menetapkan UUD 1945.


2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta.
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat.

Salah satu keputusan sidang PPKI adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar


1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tercantum rumusan sila-sila

6
Pancasila sebagai dasar negara.Rangkaian kalimat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan hal itu adalah sebagai berikut:

“ ..., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu


Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”

II.3. Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dan aktualisasi produk perundang-
undangan dalam sejarah kenegaraan Indonesia
Dinamika Pancasila sebagai dasar negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Pancasila
sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno; sebagaimana
diketahui bahwa Soekarno termasuk salah seorang perumus Pancasila, bahkan penggali
dan memberi nama untuk dasar negara. Pancasila sebagai ideologi dalam masa
pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui
TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula,
ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan
organisasi masyarakat (Ormas).

Bahkan pada masa reformasi masih mengalami pasang surut yakni, enggannya
para penyelenggara negara mewacanakan tentang pancasila, bahkan berujung pada
hilangnya pancasila dikurikulum nasional. Meskipun pada akhirnya timbul kesadaran
penyelenggara negara tentang pendidikan pancasila di perguruan tinggi.

Pancasila merupakan dasar negara, ideologi bangsa, pandangan hidup dan


falsafah Negara Republik Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada tahun 2011 Pemerintah Pusat
sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 29 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemerintah Daerah dalam Rangka Revitalisasi dan Aktualisasi
Nilai-Nilai Pancasila. Untuk itulah maka Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban
memegang teguh Pancasila melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik

7
Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Permendagri tersebut dikeluarkan dengan maksud untuk meningkatkan rasa


nasionalisme dan kebangsaan diperlukan adanya revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai
Pancasila demi menjaga persatuandan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian mengenai aktualisasi nilai-nilai
pancasila dalam penyusunan produk hukum daerah. Nilai-nilai Pancasila adalah suatu
sistem nilai yang bulat dan utuh yang terkandung dalam kelima sila dari Pancasila.

Meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan


dan keadilan. Untuk menjaga konsistensi dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke
dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara, maka perlu Pancasila formal yang
abstrak-umum-universal itu ditransformasikan menjadi rumusan Pancasila yang umum
kolektif, dan bahkan menjadi Pancasila yang khusus individual (Suwarno, 1993: 108).
Artinya, Pancasila menjadi sifat-sifatdari subjek kelompok dan individual, sehingga
menjiwai semua tingkah laku dalam lingkungan praksisnya dalam bidang kenegaraan,
politik, dan pribadi.

Dalam konteks Indonesia, hal ini dapat diimplementasikan dengan


menyesuaikannya dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila
(sebagai filosofische grondslag) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (sebagai staats fundamental norm). Segala hal yang akan dilaksanakan di
Indonesia wajib disesuaikan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 karena kedua hal ini
merupakan dasar dalammelaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Selain itu, segala sesuatu yang dilaksanakan di Indonesia tentunya harus
berdasarkan hukum mengingat negara Indonesia adalah negara hukum.

II.4. Persoalan aktualisasi produk per-UU-an dalam kehidupan bernegara dan


solusinya

1. Bergesernya Kedaulatan Rakyat menjadi sekadar Kedaulatan Hukum.

Makna hakiki dari kedaulatan rakyat adalah dimanifestasikannya kehendak


rakyat melalui proses yang transparan dan akuntabel khususnya dalam mengisi struktur

8
kekuasaan dalam lembaga-lembaga negara. Agar kedaulatan rakyat berjalan dalam
mekanisme sistem yang teratur sehingga tidak kontradiktif dengan tujuan bernegara dan
agar terpeliharanya ketertiban dan keteraturan maka konstitusi memberi rambu-rambu
pembatasan kekuasaan negara.

Bahkan konstitusi memberi akses kontrol setiap cabang kekuasaan negara


terhadap cabang kekuasaan negara lainnya. Prinsip hubungan ini secara teoritis dikenal
sebagai pemisahan kekuasaan negara dalam Triac Politica yang dikemukakan oleh John
Lock maupun Montesqiue.

Secara substantif telah dipahami bahwa kedaulatan rakyat dalam Pembukaan


UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila arti harfiahnya adalah
bahwa batasan kedaulatan rakyat dalam UUD 1945 adalah batasan sosio filosofis, tidak
semata-mata pembatasan hokum normatif.

Sehingga norma dasar bernegara adalah kedaulatan rakyat berdasarkan


Pancasila. Hal inilah yang telah mengalami degradasi atau kemorosotan makna sebab
kedaulatan rakyat semata-mata hanya ditafsirkan sebagai kedaulatan rakyat yang
dibatasi norma hukum dalam Batang Tubuh UUD 1945.

Akibat langsung pemaknaan yang keliru ini adalah dilakukannya amandemen


UUD 1945 secara serampangan bahkan telah jauh dari pemahaman konstitusi sebagai
kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum digugat padahal yang keliru adalah penyelewengan Pancasila
oleh kekuasaan orde baru. Lebih lanjut kesesatan terjadi lagi dalam amandemen
terhadap pasal 1 ayat 2 UUD 1945 naskah aslinya berbunyi :
”Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat’

Dilakukan amandemen menjadi :


”Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD ini”

Makna yang terkandung dalam naskah pertama adalah kedaulatan rakyat yang
direpresentasikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sungguhpun MPR semasa
orde baru tidak benar-benar mencerminkan representasi rakyat namun pemaknaan
terhadap hakekat kedaulatan rakyat terrepresentasi oleh MPR masih dapat diterima,
namun berbeda denganamandemen terhadap pasal tersebut kedaulatan rakyat telah

9
terreduksi menjadi hanya sekadarkedaulatan hukum. Sebab MPR telah digantikan oleh
hukum (UUD). Rakyat sebagai sesuatu yang tidak terbatas terminologinya,
terrepresentasi dalam MPR tidak boleh digeser menjadirakyat yang adalah fakta sosio
politis menjadi terrepresentasi oleh hukum yang adalah instrument diam bukan organ
yang hidup.

2. Hirarki Peraturan dalam UUD 1945

Tata urutan Peraturan yang pernah berlaku di Indonesia masing-masing berbeda


mulai dari Tap MPRS No. XX/MPRS/1966, Tap MPR No. III/MPR/2000, UU No. 10
Tahun 2004 terakhir dengan UU No. 12 tahun 2011 sama sekali tidak member
kejernihan untuk menegaskan kembali pemahaman yang benar terhadap Tata Urutan
Peraturan di Indonesia. Belum lagi banyaknya produk hukum yang dimasukkan dalam
Tata Urutan Peraturan yang sebenarnya tidak dikenal oleh UUD 1945.

Kekacauan seperti ini terutama disebabkan adanya keinginan untuk memperkuat


lembaga-lembaga negara dengan segala produk hukumya. Sehingga Tata Urutan
Peraturan menjadi segala-galanya sebab dianggap sesuatu yang tidak ada dalam Tata
Urutan Peraturan menjadi tidak memiliki legitimasi hukum. Pemikiran para ahli hukum
menjadi sangat legalistik dan sangat formalistik.

Sesungguhnya yang wajib ada dalam Tata Urutan Peraturan cukup terbatas
terhadap jenis Peraturan Hukum yang diperintahkan langsung oleh UUD 1945 saja.
Sebab sejalan dengan tradisi hukum Indonesia yang menjadi sumber referensi utama
banyak negara diTata urutan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
telah mengalami perubahan sebanyak 4 (empat) kali sejak tahun 1966 hingga tahun
2011.

Penerapan Asas Hukum dan Politik Kodifikasi Hukum solusi mengatasi Konflik
Norma Hukum Dalam kondisi sebagaimana diutarakan dalam 2 (dua) masalah pokok di
atas pada level selanjutnya tidak bisa dihindari terjadinya konflik atau benturan antara
norma hukum di bawah UUD atau konstitusi kita. Sesungguhnya hal ini tidak perlu
terjadi apabila politik perundang-undangan ataupun politik hukum kita dijalankan
secara tertib. Adapun jalan keluar dari permasalahan adanya benturan norma hukum
atau tumpang tindihnya peraturan dapat ditempuh setidak-tidaknya dengan 2 (dua) cara,
yaitu sebagai berikut :

10
1. Menerapkan asas hukum secara tegas dan konsisten.

Asas Kepastian Hukum wajib dipergunakan bila mana ada aturan hukum yang
berbenturan yaitu hanya satu aturan hukum yang dapat dipakai, sehingga tidak perlu
ada keraguan untuk mengeyampingkan salah satu aturan yang berbenturan dimaksud.

Berangkat dari asas ini menjadi jelas bahwa sebenarnya tidak perlu ada hambatan
bila ditemukan adanya 2 (dua) aturan yang saling berbenturan yang mengatur hal yang
sama. Permasalahannya adalah aturan mana yang dipakai dan mana yang
dikesampingkan dalam implementasinya acap sulit ditentukan. Peristiwa ini terjadi
karena adanya “ego sektoral” masing-masing instrument terkait. Sikap saling
mempertahankan kepentingan sektoral inilah yang membuat benturan norma hukum ini
tidak lagi hanya sekadar persoalan hukum tetapi telah menjadi persoalan politik.

1. Asas norma hukum yang sifatnya khusus mengenyampingkan norma hukum yang
bersifat umum (lex specialis derogat lex generalis).
2. Asas norma hukum yang lebih tinggi kedudukannya mengenyampingkan norma
hukum yang lebih randah (lex superior derogat lex inferiory).
3. Asas norma hukum yang baru mengenyampingkan norma hukum yang lama (lex
posterior derogat lex anteriory).
4. Asas norma hukum yang menyangkut kepentingan umum mengeyampingkan asas
norma hukum yang mengatur kepentingan privat.
5. Asas norma hukum yang mengatur bila mana norman hukum baru belum ada
maka norma hukum lama masih langsung berlaku.
6. Asas norma hukum yang terdapat dalam hukum dasar atau konstitusi wajib dicari
dan ditemukan dalam rangka menemukan hukum yang paling adil.
7. Asas norma hukum yang diterima oleh masyarakat sebagai norma yang hidup
wajib dipakai untuk menentukan norma hukum yang paling sesuai diterapkan.

2. Penyempurnaan sistematika hukum antara lain penerapan Kodifikasi Hukum

Sejarah ketatanegaraan kita mencatat bahwa pada masa kolonialpun sebenarnya


benturan antara norma hukum maupun tumpang tindihnya aturan hukum yang satu
dengan yang lainnya juga terjadi, namun hal ini diatasi dengan pola penerapan Politik
Kodifikasi Hukum. Produk hukum dari politik kodifikasi ini adalah lahirnya kumpulan
peraturan dalam suatu Kitab Hukum contohnya yang masih menjadi hukum positip kita

11
sampai ratusan tahun terakhir adalah KUHP, KUHD, KUH Perdata dengan segala
perubahan-perubahannya.

Kekacauan aturan-aturan hukum yang terjadi dapat diselesaikan dengan cara


mengatur kembali sistematika hukum kita. Mendesain kembali mana yang merupakan
norma hukum pokok yang mengatur norma-norma hukum yang lahir atas perintah
Konstitusi, UUD 1945 dan mana yang jabaran dari UU Pokok dimaksud. Selanjutnya
sistematika hukum yang sejenis yaitu yang mengatur hal yang sama dikelompokkan
dalam suatu kitab hukum yang mudah diketahui dan diakses para pihak pemangku
kepentingan.

12
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap sendi-sendi ketatanegaraan


padaNegara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-nilai
Pancasila.Artinya, Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang
menjiwaikegiatan dalam membentuk Negara. Setijo menyatakan, bahwa konsep
Pancasilasebagai dasar Negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada
hariterakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya
untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara atau
filosophischegrondslag bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut
ternyata dapatditerima oleh seluruh anggota sidang.

Proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara tidak dapat dipisahkan
dengan proses perumusan dan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
sebab disamping diciptakan untuk menyongsong lahirnya Negara Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang fundamental. Oleh karena itu kedua-
duanya mempunyai hubungan asasi.

III.2. Saran

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, kami akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, M. 2017. Aktulisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Penyusunan Produk Hukum


Daerah Tahun 2012-2016. Analisis Tentang Implementasi. Jawa Tengah.

Nasution, A.t.dkk. (2019, September 12). Makalah Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia.
https://osf.io/preprints/inarxiv/a78ns/

Simanjuntak, Barita. 2017. Permasalahan Perundang-Undangan dan Strategi Mengatasi


Permasalahan Tumpang Tindih Peraturan Perundang-Undangan. Memaknai
Konstitusi dalam Politik Perundang-Undangan.
https://komisi-kejaksaan.go.id/permasalahan-perundang-undangan-dan-
strategi-mengatasi-permasalahan-tumpang-tindih-peraturan-perundang-
undangan/

Hari ini, Berita 2020. Proses Perumusan dan Penetapan Pancasila


https://kumparan.com/berita-hari-ini/proses-perumusan-dan-penetapan-
pancasila-1twxT9O7a3Z

Novianingsih, Yurika Nendri. 2021. Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Kelas 7.
https://m.tribunnews.com/amp/pendidikan/2021/07/27/sejarah-penetapan-
pancasila-sebagai-dasar-negara-indonesia?page=3

14

Anda mungkin juga menyukai