Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu: Drs. Afandi Tobing, M.Si

Disusun Oleh :

MOH. IQBAL SAID

222 300 079

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

EKONOMI MANAJEMEN

2022
Profil Penulis

Nama : MOH. IQBAL SAID

Nomor Stanbuk : 222 30 079

Kelas : M1M22

Jurusan : S1 Ekonomi Manajemen

No. HP : 085311112193
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah

Lahirnya Pancasila” dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi

tugas kuliah yang diberikan oleh Dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan

Pancasila, Drs. Afandi Tobing, M.Si.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan informasi dari media

online yang berhubungan dengan Pancasila. Saya menyadari bahwa makalah ini masih

kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun

demi kesempurnaannya.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk pembaca khususnya

Penulis, sehingga dapat menambah wawasan mengenai Sejarah Lahirnya Pancasila.

Akhir kata, Penulis ucapkan terimakasih.

Palu, 09 September 2022

Penyusun

MOH. IQBAL SAID

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2

1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 2

BAB II SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA ....................................................... 3

2.1 PENGERTIAN PANCASILA..................................................................... 3

2.2 SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA ...................................................... 4

2.3 TOKOH-TOKOH YANG MEMBERIKAN GAGASAN DALAM

PERUMUSAN PANCASILA .................................................................... 12

2.4 RUMUSAN PANCASILA ......................................................................... 13

2.5 FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA ......................................... 21

2.6 PENGAMALAN NILAI NILAI PANCASILA DALAM

BERNEGARA ............................................................................................ 22

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 26

3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 26

3.2 PENUTUP ................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara historis, bangsa Indonesia telah melewati berbagai peristiwa

sejarah yang telah membentuk karakteristik dan kearifan serta kedewasaan

bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju ketika

mampu menjaga keotentikan sejarah yang dimilikinya. Keotentikan sejarah

dari sebuah bangsa akan sangat membantu keberlangsungan negara tersebut di

masa yang akan datang, karena sejarah telah membentuk suatu bangsa yang

belajar dari peristiwa masa lalu, khususnya sejarah dalam menggali semangat

pembentukan negara Indonesia.

Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak

pernah berbicara ataupun menulis tentang pancasila, baik dalam sebagai

pandangan hidup, atau apalagi sebagai dasar negara. Dalam pidatonya, beliau

menyebutkan atau menjelaskan bahwa gagasan tentang pancasila tersebut

terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam

sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap

pertanyaan ketua BPUPKI Dr. Radjiman Widyodiningrat mengenai apa yang

akan dijadikan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk ? Lima dasar atau

sila yang buliau ajukan itu dinamakan Filosofische Grondslag yaitu nilai-nilai

esensial yang terkandung dalam pancasila, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, kerakyatan serta keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah

dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan

negara.

Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses

sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya

1
kerajaan-kerajaan pada abad ke IV dan ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan

Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII ketika timbulnya kerajaan-

kerajaan besar di Jawa Timur dan lainnya. Dasar-dasar pembentukan

Nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara

lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada

tahun1908, kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928.

Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara utuh dan kaitannya

dengan jati diri bangsa Indonesia ini. Diperlukan pemahaman sejarah bangsa

Indonesia dalam membentuk suatu negara. Agar dapat mengimpelentasikan

nilai-nilai Pancasila dengan baik dalam berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang tersebut, maka penulis mengemukakan

beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Apa pengertian Pancasila ?

2. Bagaimana sejarah lahirnya Pancasila ?

3. Apa makna dari Pancasila ?

4. Siapa saja tokoh tokoh yang terlibat dalam lahirnya Pancasila ?

5. Apa fungsi dan kedudukan Pancasila ?

6. Bagaimana cara menerapkan Nilai Pancasila Dalam Bernegara ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

2. Mengetahui Pengertian Makna dari Pancasila

3. Mengetahui tokoh tokoh yang terlibat dalam lahirnya Pancasila

4. Mengetahui Fungsi kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara

5. Mengetahui cara menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam Bernegara

2
BAB II

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

3.1 Pengertian Pancasila

Pancasila adalah pilar Ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua

kata dari bahasa Sanskerta: पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip

atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan

bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima ideologi utama penyusun Pancasila merupakan lima sila Pancasila.

Ideologi utama tersebut tercantum pada alinea keempat dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Istilah pancasila pertama kali dikenal dalam pidato Ir. Soekarno sebagai

anggota Dokritzu Tyunbi Tjosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia) 1 Juni 1945 di Jakarta, badan ini

kemudian setelah mengalami penambahan anggota menjadi

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Dari uraian tersebut dinyatakan: Pancasila adalah Lima, Sila adalah Asas atau

dasar. Pancasila merupakan pedoman bagi semua warga bangsa Indonesia untuk

berinteraksi dalam konteks kebersamaan untuk mengokohkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan tidak dapat

3
dilepaskan keterkaitannya dengan Pancasila. Pancasila menjadi roh bagi

Pendidikan Kewarganegaraan.

Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia telah dipilih berdasarkan

perenungan yang mendalam oleh the founding futhers bangsa Indonesia. Oleh

sebab itu, keyakinan terhadap Pancasila sebagai falsafah bangsa merupakan akar

kebenaran untuk memahami eksistensi bangsa Indonesia. Di mana pun berada,

dalam arti kendatipun tidak dalam wilayah Indonesia, namun manakala dirinya

adalah warga bangsa Indonesia maka Pancasila menjadi filsafat hidupnya.

3.2 Sejarah Lahirnya Pancasila

A. Periode Pengusulan Pancasila

Cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya

rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan

bangsa Indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip

oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai

Modal Rasionalitas Politik, menengarai bahwa benih nasionalis mesudah mulai

tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat

menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Per himpoenan Indonesia

menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan

dan keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober

1928 merupakan momen- momen perumusan diri bagi bangsa Indonesia.

Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki

tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang

difasilitasi Laksamana Maeda,tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak

penjajah Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan

hanya atas dasar konstituensi, melainkan juga atas dasar integritas dan rekam

jejak di dalam konstituensi masing- masing. Oleh karena itu, Pabottinggi

menegaskan bahwa diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang

4
keniscayaan mengumpulkan the best minds atau the best character yang

dimiliki suatu bangsa, terutama disaat bangsa tersebut hendak membicarakan

masalah-masalah kenegaraan tertinggi, sudahterpenuhi. Dengan demikian,

Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian mitologis, melainkan sakti dalam

pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan

esensialsekaligus. (Pabottinggi, 2006: 158-159).

Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan

penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah

bangsa Indonesia hingga sampaikepada masa sekarang ini. Perumusan

Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam siding BPUPKI pertama yang

dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh

Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota

60orang. Badan ini diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat yang

didampingi oleh dua orangKetua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji

Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).BPUPKI dilantik oleh Letjen

Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei

1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang

pertamadengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.

Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan

beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus

Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan

tentang dasar negara menurut pandangannya masing-masing. Meskipun

demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat

persatuan dan kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Pengusul calon

dasarnegara dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1

Juni 1945. Pada hariitu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang

dasar negara sebagai berikut:

5
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,

b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,

c. Mufakat atau Demokrasi,

d. Kesejahteraan Sosial,

e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno

diberi namaPancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika

seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka

3, yaitu Trisila yang terdiri atas

1. Sosio- Nasionalisme.

2. Sosio-Demokrasi.

3. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi

asas Gotong-Royong.

Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian

hari diterbitkan olehKementerian Penerangan Republik Indonesia dalam

bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui

bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan kontroversiseputar lahirnya

Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam

pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari

lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul

upaya-upaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga

dikesankan seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan

perumusan Pancasila.

Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi

dasar filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno,

dan kemudian dibentuk panitia kecil 9 orang (Ir. Soekarno, Mr. Soepomo,

6
Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A.

Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta) yang bertugas menampung

usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29

Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.

B. Periode Perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada

10 - 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”

yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu

merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada alinea

ke-empat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam

Jakarta” ini dikemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan

sejumlah perubahan di sana-sini. Ketika para pemimpin Indonesia sedang

sibuk mempersiapkan kemerdekaan menurut skenario Jepang, secara tiba-tiba

terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan

peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa itu

ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang

di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:

7
1. Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan

bagi Indonesia (PPKI).

2. Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang

19 Agustus 1945.

3. Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.

Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil

Jenderal Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang

berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh).

Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera

membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai

dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari

Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang,

yaitu : Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar

Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan

Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary,

I Gede Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono

Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17)

Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika

dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945

yang meluluh lantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang

semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya

menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945. Konsekuensi dari

menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan

Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum

tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala

tentara Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.

Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI

8
yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa

lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil

keputusan politis yang penting. Keputusan politis penting itu berupa

melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat

rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

C. Periode Pengesahan Pancasila

Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu

Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer

Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas tentang hari kemerdekaan

Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di luar dugaan

ternyata pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa

syarat.

Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke

Indonesia.Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak

agar kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya karena

mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu. Para

pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada sekutu sehingga

Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan,

termasuk Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalah

pahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan

sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas

Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”), tindakan

pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB

menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975:

26). Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia pada 17Agustus 1945.

9
Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh

Soekarno pada dinihari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi

Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator

tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwi tunggal. Selanjutnya,

naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan

kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam

Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik

yang berubah.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus

1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa

Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI

yang semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu

dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota

PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh

komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar

Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri,

dan Ahmad Subarjo. Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan

perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti:

Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan

perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan

mencakup hal-hal berikut:

1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD 45) yang terdiri atas

Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam

Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari

rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).

10
3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI

ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan.

Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman

Singodimejo. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah

sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila

yang disahkan PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang

termaktub dalam Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari

wakil yang mengatasnamakan masyarakat Indonesia Bagian Timur yang

menemui Bung Hatta yang mempertanyakan 7 kata di belakang kata

“Ketuhanan”, yaitu “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk - pemeluknya”. Tuntutan ini ditanggapi secara arif oleh para pendiri

negara sehingga terjadi perubahan yang disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata

yang dianggap menjadi hambatan di kemudian hari dan diganti dengan istilah

“Yang Maha Esa”. Kemudian pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno

mengeluarkan dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit

Presiden 5 Juli 1959 mencerminkan suasana kembali ke UUD 1945 sehingga

rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 berlaku

sebagai dasar negara sampai sekarang.

11
3.3 Tokoh-tokoh yang memberikan gagasan dalam perumusan Pancasila

Pada sidang BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945

ada beberapa Tokoh yang berperan penting memberikan gagasannya dalam

perumusan Pancasila sebagai dasar Negara yaitu Mr. Muh Yamin, Prof. Dr.

Soepomo dan Ir. Soekarno. Adapun gagasan yang mereka utarakan yaitu :

A. Mr. Muh Yamin

Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan 2 rumusan dasar

negara.

a. Secara lisan

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

b. Secara tertulis

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat

B. Prof. Dr. Soepomo

Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, mengajukan lima rancangan dasar

negara yaitu :

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Mufakat dan Demokrasi

12
4. Musyawarah

5. Keadilan Sosial

C. Ir. Soekarno

Dalam pidatonya tanggal 1 Juni mengusulkan rumusan dasar negara,

yaitu :

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan

3. Mufakat atau Demoksras

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Ir. Soekarno mengusulkan nama Pancasila sebagai dasar negara

menurut Ir. Soekarno nama Pancasila diperoleh dari kawan beliau yang

merupakan seorang ahli Bahasa.

3.4 Rumusan Pancasila

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang disahkan

pada tanggal 18 Agustus 1945 dimuat dalam Berita Republik Indonesia Nomor 7

tahun 1946. Undang-Undang Dasar tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu

Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memuat cita-cita kenegaraan (staatsidee)

dan cita-cita hukum (reichtsidee), yang selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal

Undang-Undang Dasar. Lima dasar negara terdapat di dalam Pembukaan alinea

keempat, akan tetapi nama Pancasila tidak terdapat secara eksplisit. Secara

ideologis, dasar negara yang lima itu adalah Pancasila. Rumusan lima nilai dasar

sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

13
3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat

Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia. Dasar tersebut kukuh karena

digali dan dirumuskan dari nilai kehidupan rakyat Indonesia yang merupakan

kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita. Karena itulah Pancasila disepakati

secara nasional, Pancasila merupakan suatu perjanjian luhur yang harus dijadikan

pedoman bagi bangsa, Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Itu pulalah bentuk

dan corak masyarakat yang hendakkita capai atau wujudkan, yaitu masyarakat

Indonesia modern, adil,dan sejahtera. Dari sejarah ketatanegaraan kita terbukti

bahwa Pancasila mampu mempersatukan bangsa kita yang majemuk.

Berikut adalah nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila sebagaimana

tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila pada prinsipnya

menegaskan bahwa bangsa Indonesia dan setiapwarga negara harus

mengakui adanya Tuhan. Oleh karenaitu, setiap orang dapat menyembah

Tuhan-nya sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Segenap rakyat

Indonesia mengamalkan dan menjalankan agamanya dengan cara yang

berkeadaban yaitu hormat menghormati satu sama lain. Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya.

Negara Indonesia adalah satu negara yang ber-Tuhan. Dengan demikian,

14
segenap agama yang ada di Indonesia mendapat tempat dan perlakuan yang

sama dari negara.

Sila ini menekankan fundamen etis-religius dari negara Indonesia yang

bersumber dari moral ketuhanan yang diajarkan agama-agama dan

keyakinan yang ada, sekaligus juga merupakan pengakuan akan adanya

berbagai agamadan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Tanah

Air Indonesia. Kemerdekaan Indonesia dengan rendah hati diakui ”Atas

berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Dengan pengakuan ini,

pemenuhan cita-cita kemerdekaan Indonesia, untuk mewujudkan suatu

kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,

mengandung kewajiban moral. Kewajiban etis yang harus dipikul dan

dipertanggung jawabkan oleh segenap bangsa bukan saja di hadapan

sesamanya, melainkan juga dihadapan sesuatu yang mengatasi semua,

Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan menyertakan moral ketuhanan sebagai dasar negara, Pancasila

memberikan dimensi transendental pada kehidupan politik serta

mempertemukan dalam hubungan simbiosis antara konsepsi ‘daulat

Tuhan’ dan ‘daulat rakyat’. Dengan Pancasila, kehidupan kebangsaan dan

kenegaraan terangkat dari tingkat sekular ke tingkat moral atau sakral. Di

sini, terdapat rekonsiliasi antara tendensi kearah sekularisasi dan

sakralisasi. Dengan wawasan ketuhanan diharapkan dapat memperkuat

etos kerja karena kualitas kerjanya ditransendensikan dari batasan hasil

kerjamaterialnya. Oleh karena teologi kerja yang transcendental memberi

nilai tambah spiritual, maka hal itu memperkuat motivasi di satu pihak dan

di pihak lain memperbesar inspirasi dan aspirasi para warga negara.

Dengan wawasan teosentris, kita dituntut untuk pandai menjangkarkan

kepentingan (interest) kepada nilai (value) dalam politik.

15
Dengan sila ketuhanan ini, sekaligus dengan penjabarannya di

konstitusi, ditegaskan bahwa Indonesia sebagai Negara Pancasila adalah

sebuah negara religious (religious nation state).

Di negara ini tidak boleh ada sikapdan perbuatan yang anti-Ketuhanan

dan anti keagamaan. Saat yang sama, ”Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing danuntuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaann yaitu”.Di dalam konsepsi

yang demikian, negara tidak mewakili agama tertentu tetapi negara harus

memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanannya jika warganya

dalam melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya

sendiri. Ajaran agama, dengan demikian, harus dilaksanakan dengan penuh

toleransi dan berkeadaban di samping peran proaktif negara dengan

menyelenggarakan dialog antar umat beragama.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila pada

prinsipnya menegaskan bahwa kita memiliki Indonesia Merdeka yang

berada pula lingkungan kekeluargaan bangsa-bangsa. Prinsip

Internasionalisme dan Kebangsaan Indonesia adalah Internasionalime yang

berakardi dalam buminya Nasionalisme, dan Nasionalisme yang hidup

dalam taman sarinya Internasionalisme. Bahwa, akan dihargai dan

dijunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Sila ini menegaskan bahwa kebangsaan Indonesia merupakan bagian

dari kemanusiaan universal, yang dituntut mengembangkan persaudaraan

dunia berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan dan

berkeadaban. Kemanusiaan berasal dari kata “manusia”, yaitu makhluk

yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta.

16
Karena potensi seperti yang dimilikinya itu manusia tinggi martabatnya.

Dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma.

Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia

sesuai dengan martabatnya. Adil berarti patut, tidak memihak atau

berpegang pada kebenaran. Keputusan dan tindakan didasarkan pada suatu

objektivitas, tidak pada suatu subjektifitas. Di sinilah yang dimaksud

dengan wajar/sepadan. Beradab kata pokoknya “adab”, sinonim dengan

sopan, berbudi luhur, susila. Beradab artinya berbudi luhur, berkesopanan

dan bersusila sekaligus menuju tingkat kemajuan lahir dan batin.

Maksudnya sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan

pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan dan kesusilaan. Adab terutama

mengandung pengertian tata kesopanan, kesusilaan atau moral. Dengan

demikian beradab berarti berdasarkan nilai-nilai kesusilaan yang

merupakan bagian dari kebudayaan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan kesadaran sikap dan

perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi akal budi dan hati

nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan

umum, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam

dan hewan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah akhlak mulia yang

dicerminkan dalam sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan

kodrat, hakikat, dan martabat manusia. Potensi kemanusiaan tersebut

dimiliki oleh semua manusia, tanpa kecuali. Mereka harus diperlakukan

sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya, sebagai

makhluk Tuhan yang mulia.

17
Kemanusiaan yang adil dan beradab diejawantahkan dalam

implementasi hak dan kewajiban asasi manusia serta komitmen terhadap

penegakan hukum.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Sila Persatuan Indonesia (Kebangsaan Indonesia) dalam Pancasila pada

prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan Negara

Kebangsaan. Bangsa yang memiliki kehendak untuk bersatu, memiliki

persatuan perangai karena persatuan nasib, bangsa yang terikat pada tanah

airnya. Bangsa yang akan tetap terjaga dari kemungkinan mempunya sifat

chauvinistis. Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak

terpecah-pecah. Persatuan juga menyiratkan arti adanya keragaman, dalam

pengertian bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu

kebulatan.

Persatuan Indonesia dalam Sila Ketiga ini mencakup persatuan dalam

arti ideologi, politik, ekonomi sosial budaya, dan keamanan. Persatuan

Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Yang

bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang

bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan

Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa

Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dengan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia

yang abadi. Perwujudan persatuan Indonesia adalah perwujudan dari

paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha

Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab.

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/ perwakilan.

18
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan (mufakat atau Demokrasi) dalam Pancasila

pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan terus

memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah untuk

mencapai mufakat dalam perwakilan. Bangsa Indonesia akan tetap

memelihara dan mengembangkan kehidupan demokrasi. Bangsa Indonesia

akan memelihara serta mengembangkan kearifan dan kebijaksanaan dalam

bermusyawarah. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yaitu sekelompok

manusia yang berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Rakyat meliputi

seluruh manusia itu, tidak dibedakan oleh tugas (fungsi) dan profesi

(jabatannya). Kerakyatan adalah asas yang baik serta tepat sekali jika

dihubungkan dengan maksud rakyat hidup dalam ikatan negara.

Cita-cita pemuliaan daulat rakyat bergema kuat dalam sanubari para

pendiri bangsa sebagai pantulan dari semangat emansipasi dan

egalitarianisme dari aneka bentuk penindasan, yang ditimbulkan oleh

kolonialisme danfeodalisme. Cita-cita kerakyatan hendak menghormati

suararakyat dalam politik dengan memberi jalan bagi peran dan pengaruh

besar yang dimainkan oleh rakyat dalam proses pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh pemerintah.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia

untuk merumuskan dan/atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak

rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat

atau mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tatacara (prosedur)

mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan

bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan-badan perwakilan.

Selain kedua ciri tersebut, demokrasi Indonesia juga mengandung ciri

“hikmat-kebijaksanaan”. Cita hikmat-kebijaksanaan merefleksikan

19
orientasi etis, sebagaimana dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa susunan Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya didasarkan

pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, permusyawaratan,

dan keadilan.

5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Kesejahteraan)

dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa seyogyanya tidak

akan ada kemiskinan dalam Indonesia Merdeka. Bangsa Indonesia bukan

hanya memiliki demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi.

Indonesia harus memiliki keadilan politik dan keadilan ekonomi sekaligus.

Indonesia harus memiliki kehidupan yang adil dan makmur bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Secara khusus, keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila ini

menekankan prinsip keadilan dan kesejahteraan ekonomi, atau apa yang

disebut Soekarno sebagai prinsip sociale rechtvaardigheid. Yakni, bahwa

persamaan, emansipasi dan partisipasi yang dikehendaki bangsa ini bukan

hanya di bidang politik, melainkan juga di bidang perekonomian.

Prinsip Keadilan dan kesejahteraan sosial menurut sila kelima

Pancasila tidaklah sama dengan prinsip komunisme (yang menekankan

kolektivisme) dan liberalism (yang menekankan individualisme). Sila

Kelima bertolak dari pengertian bahwa antara pribadi danmasyarakat satu

sama lain tidak dapat dipisahkan.

Masyarakat adalah tempat hidup dan berkembangnya individu/pribadi,

sedangkan pribadi adalah komponen utama masyarakat. Tidak boleh terjadi

praktik perekonomian yang hanya mementingkan kolektivisme, sebaliknya

tidak boleh juga perekonomian dikembangkan dengan mengedepankan

20
kepentingan pribadi/individu. Individualitas dikembangkan seiring dengan

sosialitas. Hak milik pribadi diperbolehkan namun memiliki fungsi sosial,

sedangkan kekayaan bersama (bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya) dipergunakan untuk kesejahteraan bersama.

3.5 Fungsi dan Kedudukan Pancasila

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia: sebagai nilai-nilai kehidupan

dalam masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai

acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan

napas jiwa bangsa Indonesia dan karena Pancasila lahir bersama dengan

lahirnya bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia: merupakan bentuk peran

dalam menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di

bedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal

perbuatan bangsa Indonesia

3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: merupakan

kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah

membentuk sikap, watak, perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah

melahirkan pandangan hidup.

4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia: untuk mengatur tatanan

kehidupan bangsa Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua

pelaksanaan sistem ketatanegaraan Indonesia sesuai Pancasila.

5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara

Republik Indonesia: sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena

segala kehidupan negara Indonesia berdasarkan Pancasila, itu juga harus

berlandaskan hukum. Semua tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus

berlandaskan hukum.

21
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu

mendirikan negara: karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah

perjanjian luhur yang disepakati oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan,

pelihara, dan dilestarikan.

7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia: karena dalam

Pancasila, mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah

menjadikan Pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa.

3.6 Pengamalan Nilai Nilai Pancasila dalam Bernegara

Di dalam Butir butir Pancasila mempunyai Nilai nilai yang dapat kita amalkan
dalam bernegara atau bermasyarakat yaitu bisa kita lihat dalam ketetapan MPR no.
I/MPR/2003
1. Ketuhanan yang Maha Esa

a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan

yang adil dan beradab.

c. Menghargai dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dengan

kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah

yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha

Esa.

f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan

ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa kepada orang lain.

22
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengakui persamaan derajat, kewajiban, dan hak asasi setiap manusia

tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis

kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya.

c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

e. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.

f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

h. Berani membela kebenaran dan keadilan.

i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.

j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan

bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

a. Mampu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

b. Sanggup rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsa apabila

diperlukan.

c. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.

d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air

Indonesia.

e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

23
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika

g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan dan Perwakilan

a. Sebagai warga dan masyarakat negara Indonesia, setiap manusia memiliki

kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

d. Menjalankan musyawarah dengan semangat kekeluargaan.

e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai

hasil musyawarah.

f. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan iktikad

baik dan rasa tanggung jawab.

g. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan dalam musyawarah.

h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani

yang luhur.

i. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan

kesatuan demi kepentingan bersama.

j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dapat dipercayai untuk

melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1. Mengembangkan sikap perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap

dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

24
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan,

gaya hidup mewah, dan berfoya-foya.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan dan pihak umum.

9. Gemar bekerja keras.

10. Mengapresiasi hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

11. Gemar melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa

Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (The Founding

fathers). Adapun dengan nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai

agama, kebudayaan, dan adat istiadat. Pancasila juga merupakan pandangan hidup

bangsa dan dasar filsafat kenegaraan. Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa

Indonesia menunjukkan Beberapa hal-hal yaitu, betapapun lemahnya

pemerintahan suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dan Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa

Indonesia karena bersumber dan digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan

adat istiadat yang hidup dan berkembang di negara Indonesia.

3.2 Saran

Sekarang ini adalah Era global dimana warga asing lebih mudah masuk ke

negara kita tidak hanya untuk berliburan bahkan mereka banyak yang mencari

kerja dan menetap, yang pastinya nanti akan berdampak pada kehidupan

bermasyarakat mulai dari budaya, cara bersosialisai maupun cara berpikir.

Maka dari itu sudah sepantasnya Kita sebagai Rakyat Indonesia menanamkan

nilai – nilai luhur Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara agar

terhindar dari budaya budaya asing yang bertolak belakang dari nilai nilai dasar

negara Kita.

Semoga dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami Sejarah

Lahirnya Pancasila dan dapat mengamalkan nilai nilai luhur dari Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anjeli Yuliana Annisa. 2021. Sejarah Lahirnya Pancasila

https://www.academia.edu/63443245/Makalah_sejarah_lahirnya_pancasila

(diakses pada tanggal 8 September 2022)

Nasrawati, A & Kamil, R. 2016. Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara.

https://www.academia.edu/28560934/MAKALAH_SEJARAH_PERUMUSA

N_PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA (diakses pada tanggal 9

September 2022)

Wikipedia. Pancasila adalah pilar ideologis negara, bagi seluruh rakyat Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila#:~:text=Pancasila%20adalah%20pilar

%20ideologis%20negara,bernegara%20bagi%20seluruh%20rakyat%20Indon

esia. (diakses pada tanggal 9 September 2022)

Eddie Siregar. 2012. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

https://www.academia.edu/8174729/Empat_Pilar_Kebangsaan

27

Anda mungkin juga menyukai