Anda di halaman 1dari 21

DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA DALAM

KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
NURSAVITRI
22031170

DOSEN PEMBIMBING:
INDRIANI, M.Pd

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Pendidikan
Pancasila ini, yang membahas tentang “Dinamika dan tantangan Pancasila masa
pemerintahan Presiden Joko Widodo” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah, penulis ingin menyampaikan kepada dosen
mata kuliah Pendidikan Pancasila, Indriani, M.Pd yang telah memberikan nasihat dan bimbingan
kepada penulis, dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membagi pengetahuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan semua makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk dijadikan sebagai
bahan referensi atau untuk pengembangan wawasan dan keterampilan ilmu pengetahuan dalam
mempelajari bahasan ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempatan.
Oleh karena itu, penulisan dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang membangun.

Padang, 09 September 2022

Nursavitri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… .2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
1. Dinamika Pancasila ……………………………………………………… ……………..
1.1 Pancasila dalam Pra-Kemerdekaan……………………………………………..
1.2 Pancasila dalam Era Kemerdekaan………………………………………….
…..
1.3 Pancasila dalam Era Orde
Lama………………………………………………...
1.4 Pancasila dalam Era Orde
Baru…………………………………………………
1.5 Pancasila dalam Era
Reformasi…………………………………………………
2. Tantangan Pancasila di zaman sekarang (Revolusi Industri 4,0)
…………………………
3. Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila Bagi Masa Depan………………………..…..
3.1 Tujuan Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan…………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia. Pancasila sendiri disusun berdasarkan
pemikiran tokoh bangsa. Tokoh perumusan Pancasila antara lain Mr. Mohammad Yamin, Prof.
Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Rumusan tersebut diusulkan tanggal 29 Mei, 30 Mei, dan 1 Juni.
Ada perubahan sila pada Pancasila yakni sila pertama yang sebelumnya berbunyi dengan
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islambagi pemeluk-pemeluknya” diubah
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama tersebut diubah karena adanya usulan dari
rakyat Indonesia bagian timur. Jika tidak diubah, maka rakyat Indonesia bagian timur lebih baik
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Atas dasar persatuan dan kesatuan,
maka sila tersebut diubah. Sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila harus diketahui oleh
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya pun harus diketahui dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut
maka diperlukan adanya pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui mata kuliah pendidikan
Pancasila. Namun, adanya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi di Indonesia sebagai mata
kuliah wajib mengalami pasang surut. P-4 pada ketetapan MPR RI, Nomor II/MPR/1978, tentang
Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau Ekaprasetia Pancakarsa menjadi salah
satu sumber pokok materi pendidikan Pancasila di Indonesia. Namun pengamalan nila-nilai
Pancasila melalui mata kuliah tersebut tidak selalu berjalan dengan mulus. Pada masa
kepemimpinan Presiden Soeharto mata kuliah pendidikan Pancasila menjadi semakin teguh
dalamsistem pendidikan di Indonesia.
Setiap bidang kegiatan yang dikejar oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan
juga dengan bagaimana keadaan bidang itu pada masa yang akhirnya. Demikian juga dalam
bidang pendidikan, para ahli pendidikan sebelum menangani bidang itu, terlebih dahulu
memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun yang
internasional. Dengan cara ini mereka tahu apa yang sudah dikerjakan oleh bangsanya dan
hasil yang diperoleh, mereka juga memeriksa apakah sudah cocok dengan keadaan atau
tujuan pendidikan sekarang. Sebagai bahan tambahan, mereka juga mencari informasi
tentang sejarah pendidikan dunia. Di dalam kehidupan bangsa Indonesia prinsip hidup yang
tersimpul didalam pandangan hidup atau fisafat hidup bangsa (jatidiri) oleh
pendiri bangsa/Negara dirumuskan dalam rumusan sederhana mendalam yang termasuk
lima prinsip, yaitu Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga asal nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain
adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai
kuasa materialis pancasila. Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara sejarah
kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan
dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara. Pancasila sebagai satu-satunya
ideologi yang dianut bangsa Indonesia tak ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang
terdiri atas berbagai dan sukubangsa dapat dipersatukan oleh pancasil. Itu sebabnya sering
kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba menggulingkannya,akan
berhadapan langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dannegara
indonesia. Sebagai dasar negara Republik Indonesia pancasila nilai-nilainya telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilai tersebut meliputi nilai budaya, adatistiadat
dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati diri
bangsa Indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan hidup.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki bentuk Negara kepulauan dan bentuk
pemerintahan republic sehingga disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan pancasila. Dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, masyarakat Indonesia mengenal pancasila sebagai dasar Negara, pedoman,
dan pandanganhidup,yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat sendiri. Pancasila
merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidupbangsa Indonesia sejak dahulu.
Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia.
Sila-sila pancasila itu tidak terlepassatu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik
dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup
bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang
satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.Lantas perumusan pancasila juga dapat
dijadikan sebagai pandanganhidup bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan
berbangsa danbernegara. Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga
merupakandasar Negara Indonesia, yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Hal ini terdapat padaPembukaan UndangUndang
Dasar 1945, yang merupakan Naskah Proklamasi Indonesia.Pancasila juga
merupakan ideology terbuka, yaitu bersifat khas danorisinil. Kelima sila dalam pancasila ini
memang bersifat universal sehingga dapat ditemukan dalam gagasan berbagai masyarakat
lain. Letak kekhasan dan orisinilitasnya yaitu sebagai falsafah dan ideology Negara.
Pancasila juga berperan dalam sejarah ketatanegaraan RepublikIndonesia yaitu yang
berpusat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang benar-benar harus dijiwai oleh seluruh
masyarakat Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah dinamika Pancasila dalam konteks sejarah Indonesia?
2. Apa sajakah tantangan Pancasila di era sekarang?
3. Bagaimanakah pengertian konsep urgensi dan esensi pendidikan Pancasila untuk
masa depan?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui dinamika pancasia diseluruh orde dalam konteks sejarah Indonesia.
2. Memhami dan mengetahui segala tantangan Pancasila di era sekarang.
3. Data menjelaskan konsep urgensi dan esensi pendidikan Pancasila untuk masa
depan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Dinamika Pancasila
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia, sehingga dapat diartikan bahwa
pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology Negara yang diharapkan menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia , sebagai dasar pemersaty, lambing persatuan dan
kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan Negara. Pancasila sebagai satu-satunya
ideology yang dianut bangsa Indonesia. Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai
ideology yang sakti. Siapapun coba menggulingkannya, akan berhadapan langsung
kepada
dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai
dasar Negara republic Indonesia pancasila nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa
Imdonesia sejak zaman dahulu. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat istiadat,
religious yang diimplemestasikan dalam kehidupan sehari-hari
Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudianmenjadi satu
sumber
pokok materi pendidikan Pancasila. Diperkuat denganTap MPR RI Nomor 11/
MPR/1988
tentang GBHN. Dirjen Dikti, dalam rangkamenyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU) menerbitkanSk, Nomor 25/DIKTI/KEP/1985. Dampak dari
beberapa kebijakan pemerintahtentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa
perguruan tinggi terutama perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan
penataran P-4pola 100 jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
pancasila tanpa penataranP 4pola45selai .Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang
memperkokoh keberadaan dan penyempurnaan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :

1. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi.2.

2. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan KurikulumInti


Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).

3. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan

Jati diri bangsa Indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan
pandangan hidup. Tindak –tanduk serta perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu kala
telah tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik Indonesia berusaha
merumuskan nilai-nilai luhur itu kedalam sebuah ideologi bernama pancasila.
Negara yang berpaham kedaulatan rakyat, yaitu Negara tidak biasa memaksakan
kehendaknya kepada rakyat karena rakyat adalah sumber dari kekuasaan Negara.
Sedangkan arah perumusan norma-norma hukum harus memberikan jaminan kemudahan
dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi rakyat.
Pancasila dapat diperuntukan kepada negara, masyarakat dan pribadi bangsa
Indonesia. Dengan perkataan lain pancasila itu sebagai norma hukum dan dasar negara
Republik Indonesia, sebagai social etis bangsa Indonesia dan sebagai pegangan moral
rakyat atau negara Republik Iindonesia. Lahirnya pancasila itu dalam penanaman pidato
Ir. Soekarno selaku anggota “Dokuritzu zumbi Tyoosakai” atau badan penyelidik usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan oleh sidangnya yang pertama pada
tanggal 28 s/d 1 Juni 1945 di Jakarta. Yang diucapkannya dalam sidang, dipimpin oleh
ketuanya Radjiman Wedyodiningrat. Dikenal di dalam pidato Ir. Soekarno pada tahun
1945 di Jakarta. Pancasila sebagai dasar negara asala mulanya itu dari pengambilan
pancasila, panca sama dengan lima dan sila sama dengan asas atau dasar, dan
didirikannnya Negara Indonesia. Dari kutipan diatas dapat diketahui arti pancasila itu
secara umum, dan anggapan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia dalam pembukaan
undang-undang dasar Republik Indonesia 1945 menurut presiden Ir. Soekarno.

1.1 Pancasila dalam Pra-Kemerdekaan


Ketika Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua Badan dan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), pada tanggal 29 Mei 1945, meminta kepada sidang untuk
mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu menimbulkan rangsangan
anamnesis yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke belakang. Hal ini
mendorong mereka untuk menggali kekayaan kerohanian, kepribadian dan wawasan
kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah. Begitu lamanya penjajahan di bumi pertiwi
menyebabkan bangsa Indonesia hilang arah dalam menentukan dasar negaranya. Dengan
permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur negarawan bangsa Indonesia berpikir keras
untuk menemukan kembali jati diri bangsanya. Pada sidang pertama BPUPKI yang
dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, tampil berturut-turut untuk berpidato
menyampaikan usulannya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan dasar
negara:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan dan
5. Kesejahteraan Rakyat.

Selanjutnya Prof. Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teori- teori
Negara, yaitu:
1. Teori negara perseorangan (individualis)
2. Paham negara kelas
3. Paham negara integralistik.
Kemudian disusul oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima
dasar negara yang terdiri dari:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan).
1.2 Pancasila dalam Era Kemerdekaan
Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh Amerika
Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI
berganti nama menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada
Amerika dan sekutunya. Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam
penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari.
Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad
Soebardjo di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol No 1.
Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan
agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas
nama bangsa Indonesia. Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti
Melik. Isi Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang
tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.

1.3 Pancasila dalam Era Orde Lama


Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap
munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran”
Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945” dengan Pancasila
sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak
lainnya menyetujui ‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya
dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan
tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99). Majelis
(baca: konstituante) ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini
menyebabkan Presiden Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui
oleh cabinet tanggal 3 Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4
Juli 1959 dan diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00
di depan Istana Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).
Dekrit Presiden tersebut berisi:
1. Pembubaran konstituante
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.

1.4 Pancasila dalam Era Orde Baru


Terdapat dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap
munculnya Dekrit Presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi “anjuran”
Presiden/ Pemerintah untuk “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945” dengan Pancasila
sebagaimana dirumuskan dalam Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara. Sedangkan pihak
lainnya menyetujui ‘kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”, tanpa cadangan, artinya
dengan Pancasila seperti yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar yang
disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara. Namun, kedua usulan
tersebut tidak mencapai kuorum keputusan sidang konstituante (Anshari, 1981: 99). Majelis
ini menemui jalan buntu pada bulan Juni 1959. Kejadian ini menyebabkan Presiden
Soekarno turun tangan dengan sebuah Dekrit Presiden yang disetujui oleh cabinet tanggal 3
Juli 1959, yang kemudian dirumuskan di Istana Bogor pada tanggal 4 Juli1959 dan
diumumkan secara resmi oleh presiden pada tanggal 5 Juli 1959 pukul 17.00 di depan Istana
Merdeka (Anshari, 1981: 99-100).
Dekrit Presiden tersebut berisi:
1. Pembubaran konstituante
2. Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku
3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
Adapun nilai dan norma-norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut meliputi 36
butir, yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganutpenganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. .Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan teposeliro.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

3. Sila Persatuan Indonesia


a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber Bhinneka
Tunggal Ika.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.

5. Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia


a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial

1.5 Pancasila dalam Era Reformasi


Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik. Puncak
dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah
berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat
sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya “reformasi” di segala bidang politik,
ekonomi dan hukum (Kaelan, 2000: 245). Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap
Pancasila. Dasar Negara itu untuk sementara waktu seolah dilupakan karena hampir selalu
identik dengan rezim Orde Baru. Dasar negara itu berubah menjadi ideologi tunggal dan
satu- satunya sumber nilai serta kebenaran. Negara menjadi maha tahu mana yang benar dan
mana yang salah. Nilai-nilai itu selalu ditanam ke benak masyarakat melalui indoktrinasi
(Ali, 2009: 50). Dengan seolah-olah “dikesampingkannya” Pancasila pada Era Reformasi
ini, pada awalnya memang tidak nampak suatu dampak negatif yang berarti, namun semakin
hari dampaknya makin terasa dan berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia. Dalam kehidupan sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya,
akibatnya terjadi konflik-konflik horisontal dan vertikal secara masif dan pada akhirnya
melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam
bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur,
yang pada akhirnya terjadi disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya
moral generasi muda. Dalam bidang ekonomi, terjadi ketimpangan-ketimpangan di berbagai
sektor diperparah lagi dengan cengkeraman modal asing dalam perekonomian Indonesia.
Dalam bidang politik, terjadi disorientasi politik kebangsaan, seluruh aktivitas politik
seolah-olah hanya tertuju pada kepentingan kelompok dan golongan. Lebih dari itu, aktivitas
politik hanya sekedar merupakan libido dominandi atas hasrat untuk berkuasa, bukannya
sebagai suatu aktivitas.

2. Tantangan Pancasila di zaman sekarang (Revolusi Industri 4,0)


Sejarah revolusi dimulai dari 1.0, 2.0, 3.0, hingga 4.0. Fase merupakan real change
dari perubahan yang ada. 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang
efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, 2.0 dicirikan oleh produksi massal dan
standarisasi mutu, 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur
berbasis otomasi dan robot. 4.0 selanjutnya hadir menggantikan 3.0 yang ditandai dengan
cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2015; Irianto, 2017). Istilah 4.0
berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan
komputerisasi manufaktur. Emanuel Dimitrios Hatzakis, dalam artikelnya yang berjudul The
Fourth Industrial Revolution, menyatakan bahwa salah satu ciri dari era revolusi industri
keempat adalah semakin banyaknya perkembangan teknologi dalam kehidupan kita
(Hatzakis, 2016).
Fenomena ini sekarang sudah semakin terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Memang jika kita berbicara konsep revolusi industri, maka konteks yang digunakan adalah
konteks industri, mencakup produksi, bisnis, pasar, dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam
tulisan ini saya ingin membawa konsep revolusi industri tersebut ke dalam konteks
kehidupan bermasyarakat karena sebenarnya masyarakat juga merupakan elemen dari
industri kehidupan. Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip 4.0.
Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang
untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau
Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar.
Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk
analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a)
kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan
mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan
masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia
dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak
aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang
merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan
menjalankan tugas seefektif mungkin. Secara sederhana, prinsip 4.0.Irianto (2017)
menyederhanakan tantangan 4.0 yaitu; (1) kesiapan ; (2) tenaga kerja terpercaya; (3)
kemudahan pengaturan sosial budaya; dan (4) diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja
dan peluang 4.0 yaitu; (1) inovasi ekosistem; (2) basis yang kompetitif; (3) investasi pada
teknologi; dan (4) integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.Revolusi
industri 4.0 banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia. 4.0 secara fundamental
telah mengubah cara beraktivitas manusia dan memberikan pengaruh yang besar terhadap
dunia kerja. Pengaruh positif 4.0 berupa efektifitas dan efisiensi sumber daya dan biaya
produksi meskipun berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan. 4.0 membutuhkan
tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam literasi digital, literasi teknologi, dan literasi
manusia. (Yahya, 2018:28)
Revolusi industri 4.0 indonesia akan mendorong 10 prioritas nasional dalam inisiatif
making Indonesia 4.0 yang bersifat lintas sektoral yaitu:
1. Perbaikan alur aliran barang dan material
2. Desain ulang zona industri
3. Mengakomodasi standar-standar berkelanjutan
4. Memberdayakan UMKM
5. Membangun infrastruktur digital nasional
6. Menarik minat investasi asing
7. Peningkatan kualitas SDM
8. Pembangunan ekosistem Inovasi
9. Insentif untuk investasi Teknologi
10. Harmonisasi aturan kebijakan
Revolusi Industri 4.0 merupakan sebuah persoalan yang akan menjadi tantangan besar
bagi Negara Indonesia agar dapat bersaing dengan Negara-negara luar, sehingga Negara
Indonesia menjadi Negara yang kuat yang berasaskan kepada Ideologi Pancasila. Dalam
menghadapi tantangan revolusi 4.0 bangsa Indonesia harus menanamkan nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan, serta berasaskan kepada keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila bagi Masa Depan


Pendidikan Pancasila untuk masa depan, sebelum membahas lebih jauh tentang
urgensi dan esensi pendidikan pancasila akan dibahas terlebih dahulu mengenai hakikat
pancasila. Memahami hakikat pancasila bearti memahami makna pancasila. Artinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bahwa pancasila mempunyai fungsi dan peran
tersendiri. Sudah jelas pancasila dasar negara, namun disamping itu pancasila mempunyai
fungsi sebagai pandangan hidup bangsa. Artinya bahwa pandangan hidup sebuah bangsa
lahir dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad untuk mewujudkan. Melihat betapa pentingnya fungsi pancasila dalam
kehidupan bangsa Indonesia maka sudah seharusnya pancasila dipahami secara menyeluruh
dan mendalam oleh orangnya sendiri.
Pengertian esensi berasal dari kata Essence yang artinya hakikat, inti, hal yang pokok
dari segala sesuatu. Esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya. Pengertian
urgensi dilihat dari bahasa latin bernama Urgere yaitu yang berarti mendorong. Istilah
urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita, memaksa kita, untuk diselesaikan.
Dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakal pada budaya bangsa
indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) berupaya mengantarkan warga
negara indonesia menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air, menjadiwarga negara yang demokraktis yang berkeadaban .,yang memiliki daya
saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan system nilai pancasila. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
berkontribusi penting menunjang tujuan negara indonesia yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. PPKN berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara indonesia.maka untuk kedepannya, bangsa ini harus benar-benar
berpedoman pada pancasila.untuk dapan mengentaskan kemiskinan, membasmi praktik KKN
(Korupsi Kolusi dan Nepotisme), berbagai bentuk kejahatan dan lain sebagainnya,keberadaan
pancasila tetap harus dipertahankan.karna jika pancasila sudah di ujung tanduk oleh akses-
akses negative, maka akan menjadi apa bangsa ini kemudian. Esensi dan urgensi pendidikan
pancasila memiliki nilai-nilai sebagai pandangan hidup bangsa yang sudah terwujud dalam
kehidupan sehari hari untuk masa depan. Pengembangan nilai-nilai tersebut adalah
Nilai-nilai cinta tanah air
Kesadaran berbangsa dan bernegara
Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara
Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup
Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
Kemampuan awal bela negara
Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada
mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti
mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi:
1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat kuliah Agama,
Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Ini menunjukan bahwa negara
berkehendak agar Pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam Kurikulum
Perguruan Tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Pendidikan pancasila diharapkan
menjadi ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa guna mengembangkan jiwa
profesionalitasnya sesuai dengan bidang studi masing-masing
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
Fakta sejarah dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan pancasila, baik
menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materinya, rancangan modal pembelajaranya,
dan evaluasinya. Formasi pendidikan pancasila tentu saja tidak hanya memiliki prespektif
waktu kebelakang yang berisi alasan-alasan historis perlunya perilaku tertentu bagi generasi
muda. Pada dasarnya, tujuan pendidikan pancasila memformulasikan apa yang penting dari
masa lampau, masalah yang dihadapi pada sekarang, dan cita-cita tentang kehidupan ideal
dimasa lampau.
3. Pancasila sebagai dasar negara
Setiap hal yang menyangkut dengan urusan-urusan ataupun masalah kenegaraan harus
diputuskan dengan dilandasi ataupun didasar dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila.norma hukum pokok serta disebut pokok kaidah fundamental dari pada suatu
negara itu dalam hukum mempunyai hakikat serta kedudukan tetap kuat dan tidak berubah
bagi negara di bentuk. Dengan kata lain, dengan jalan hukum tidak dapat diubah. fungsi serta
kedudukan pancasila sebagai pokok kaidah yang fundamental. Hal tersebut penting sekali
dikarenakan undang-undang harus bersumber serta berada dibawah pokok kaidah negara
fundamental itu.pancasila menurut ketetapan MPR No.III/MPR/2000 merupakan sumber
hukum nasional.
4. Pancasila sebagai ideologi negara
Adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai
keadilan.
Pancasila sebagai ideologi negara berarti juga sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mepersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif,
sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka.
5. Pancasila sebagai sistem filsafat
Adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling
berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi pancasila pada dasarnya
satu bagian atau unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki fungsi serta
tugas masing-masing.
Manusia memerlukan filsafat karena beberapa alasan. Pertama, manusia telah
memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi, telah mengembangkan
berbagai macam teknik untuk memperoleh ketenteraman dan kenikmatan. Akan tetapi, pada
waktu yang sama manusia merasa tidak tenteram dan gelisah karena mereka tidak tahu
dengan pasti makna hidup mereka dan arah tempuh dalam kehidupan mereka. Kedua, filsafat
bekerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran yang sangat penting untuk
membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi mereka.

6. Pancasila sebagai sistem etika


Merupakan Way of life bangsa Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang
disusun untuk memberikan tuntunan atau paduan kepada setiap warga negara Indonesia
dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk
mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki
kemampuan menampikan sikap spirutualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
Untuk menggambarkan peran pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, antara lain pancasila sebagai intelektual bastion (Sofian
Effendi). Pancasila sebagai common, denominator values (Muladi). Pancasila sebagai
paragdigma ilmu pentingnya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu bagi masa
depan bangsa untuk memperlihatkan pancasila sebagai rambu-rambu normati bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Selain itu, pengembangan ilmu dan
teknologi Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia itu sendiri dan melibatkan
partisipasi masyarakat luar.
Pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student
centered learning), untuk memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila baik sebagai etika,
filsafat negara, maupun ideologi bangsa secara spesifik. Dengan harapan, nilai-nilai
Pancasila akan terinternalisasi sehingga menjadi guiding principles atau kaidah penuntun
bagi mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalismenya sesuai dengan
jurusan/program studi masing-masing. Implikasi dari pendidikan Pancasila tersebut adalah
agar mahasiswa dapat menjadi insan profesional yang berjiwa Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila adalah untuk
membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan di masa yang akan datang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003, pasal 3
menegaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Harapan
tersebut memang tidak mudah untuk diwujudkan. Akan tetapi, pendidikan dianggap
merupakan alternatif terbaik dalam melakukan rekayasa sosial secara damai. Pendidikan
adalah alternatif yang bersifat preventif untuk membangun generasi baru bangsa yang lebih
baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi,
penekanannya dengan memberikan kontribusi dalam pendalaman penghayatan dan
penerapan nilai-nilai Pancasila kepada generasi baru bangsa.
Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang
berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan perundang undangan. Orang yang
bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian,
pemahaman, penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih baik
daripada warga negara yang lain karena merekalah yang akan menentukan meresap atau
tidaknya nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang
disusun/dibentuknya.
Demikian pula halnya bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu yang
esensial bagi program studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi suatu kewajaran
bahkan keharusan Pancasila disebarluaskan secara masif, antara lain melalui mata kuliah
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Dalam hal ini, Riyanto (2009: 4) menyatakan bahwa
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi merupakan suatu keniscayaan karena
mahasiswa sebagai agen perubahan dan intelektual muda yang di masa yang akan datang
akan menjadi inti pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap
tingkatan lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga
infrastruktur politik, lembaga-lembaga bisnis, dan sebagainya
3.1 Tujuan Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan
Tujuan pendidikan pancasila dapat dilacak keterkaitannya dengan tujuan nasional dan
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan pancasila adalah agar subjek didik memiliki
moral yang sesuai dengan nilai pancasila moralitas itu mampu itu terwujud dalam kehidupan
sehari-hari (UU No.2 Tahun 1989). Perilaku moral adalah perilaku keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai agama, perilau
kemanusian yang adil dan beradap, perilaku yang mendukung persatuan bangsa indonesia.
Adapun tujuan pendidikan pancasila untuk masa depan adalah:
1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sebagai warga negara Indonesia.
2. Menguasai pengetahuan tentang beragam masalah dasar berkehidupan bermasrakat,
berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang
berlandasan pancasila dan UUD 1945.
3. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma pancasila,
sehingga mampu menanggapi perubahan yang terjadi dalam rangka keterpaduan iptek
dan
pembangunan.
4. Untuk membentuk karakter manusia yang profesional dan bermoral.
5. Kesadaran gaya hidup yang sederhana dan cinta produk dalam negeri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasarpemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dannegara. Pancasila terdiri dari
4 perkembangan yaitu pancasila era pra kemerdekaan, kemerdekaan, orde lama, orde
baru, dan reformasi. Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa
Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Dinamika
Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia Penetapan Pancasila
sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan, tetapi merangkum semuanya
dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka " Bhinneka
Tunggal Ika.”

B. Saran
Dengan adanya makalah tentang Dinamika Pancasila dan tantangan Pancasila ini
diharapkan kepada seluruh mahasiswa ataupun para pembaca untuk lebih memperhatikan
dan memahami apa saja yang dibahas dalam materi ini. Selain daripada itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan, karena penulis juga masih dalam tahap proses
pembelajaran. Penulis juga mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi
sumber yang membuka pola piker pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.

Akhir kata “tiada manusia yang sempurna”, demikian pula dengan penulisan kalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat amat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Deepublish , Yogyakarta, 2015
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi
Hak Anak Di Indonesia , Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human
Trafficking Di Daerah Perbatasan Indonesia, Jumal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.
Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan
Perundang-Undangan Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.
Laurensius Arman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak
Berkelanjutan Di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2,
2017.
Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hokum Yang Baik Untuk
Mewujudkan
Indonesia Sebagai Negara Hokum, Jurnal Hokum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Anda mungkin juga menyukai