Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nursavitri

NIM: 22031170
PRODI: Pendidikan Biologi

RINGKASAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN

1. Johann Heinrich Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi seorang ahli pendidikan Switzerland yang hidup pada tahun 1741-
1827. Pemikiran Pestalozzi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pendidikan karena
pembaharuan yang dilakukannya dalam praktek pendidikan saat ini.

Pestalozzi mendirikan sekolah di tanah pertaniannya dengan nama “Neuhof”. Di sekolah itu
Pestalozzi mengembangkan idenya tentang keterpaduan antara kehidupan rumah, pendidikan
kejuruan dan pertanian.

Prinsip-prinsip bimbingan yang diberikan pada anak, diantaranya:

 Pendidikan harus didasarkan pada psikologi anak


 Anak berkembang secara fisik, mental, moral melalui pengalaman
 Pengalaman-pengalaman harus melalui kesan yang menyenangkan, pengamatan yang hati-
hati, pengertian yang jelas dan pengaplikasian belajar dalam aktivitas sehari-hari.
 Perkembangan belajar melalui hal-hal yang paling mudah yang lebih sulit/kompleks dan dari
yang kongkrit ke abstrak, dari pengalaman menuju ke keputusan dan aturan-aturan.
 Guru harus mempertimbangkan dan respek kepada hal-hal yang disenangi oleh anak.
Kesiapan dalam belajar lebih lanjut, kebebasan berekspresi diri dan kebutuhan sosial dan
emosional.
 Disiplin dibutuhkan tetapi harus bersifat membangun bukan untuk menghukum. Bahkan bila
anak tertarik dan aktif, disiplin yang terlalu keras menjadi tidak dibutuhkan.

2. Maria Montessori

Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Italia. Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama yang
mendapat gelar Doctor of Medicine. Montessori seperti yang dikutip oleh Soejono (1988:77-
102)  sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang. Setelah
lulus dari kedokteran, ia bekerja diklinik Psikiater Universitas Roma.
Dari pekerjaannya yang berhubungan dengan anak-anak yang menyandang cacat mental,
Montessori banyak menemukan ide dan gagasan bagi pendidikan untuk anak normal, lebih
khusus lagi diperuntukan bagi anak dibawah lima tahun.

Montessori membuat ‘sekolah’ pertamanya didaerah kumuh di Roma pada tahun 1907, sekolah


ini disebut Casa dei bambini yang artinya rumah anak. Sekolah tersebut dipersiapkan untuk anak
cacat mental. Pada tahun 1909, Montessori menerbitkan buku tentang Scientific Pedagogy as
Aplied to Child Education in the Children’s House, sebagai wujud nyata dari minatnya yang
begitu besar terhadap pendidikan anak. Secara perlahan pemikiran Montessori berkembang
dibeberapa negara Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya tetapi ada juga menentang
pemikirannya. Pada tahun 1915, semasa perang dunia pertama Montessori mendirikan
sekolah Word Exhibition di San Fransisco, Amerika. Ia juga mendirikan gerakan Montessori di
India yang terus berkembang hingga saat ini. Semasa hidupnya banyak dihabiskan untuk
penelitian dan juga banyak penghargaan diterimanya berkenaan dengan prestasinya.
Maria Montessori meninggal di Belanda 1952 pada masa usia 81 tahun, dan digantikan oleh
putranya sebagai direksi Association Montessori International yang berkantor pusat di
Amsterdam.

Pandangan Montessori
Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa usia dini. Beberapa
pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini dapat
dicermati dari beberapa falsafah berikut ini:

 Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam keadaan
pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
 Anak usia dini senang sekali belajar `selalu ingin tabu dan mencoba’. Tugas orang dewasa
adalah mendorong, memberi kesempatan belajar dan membiarkan anak belajar sendiri.
 Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai
pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentang usia sejak lahir sampai
umur 6
 Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan.
 Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, Ia membutuhkan kesempatan untuk bergerak,
bereksplorasi, belajar melalui alat inderanya.
 Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar,
yang disebut dengan periode sensitive untuk belajar.
 Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak,
maka semakin berkembang kecerdasannya.
 Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri. Anak harus
bebas bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya didalam kelas dengan disertai
disiplin diri.
 Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, dan tidak
boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.
 Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan
atau menjadi sama dengan anak lain.
 Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksanakan tugas-tugas
sederhana.
 Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap’matang’untuk belajar, dia
tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan merasakan kepuasan,
menambah kepercayaan diri dan keinginan untuk belajar lebih banyak.

3. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat. Soewardi bersekolah di sekolah dokter Batavia (STOVIA) tetapi karena sakit ia tidak
bisa menamatkan pendidikannya. Kemudian ia bekerja sebagai jurnalis di beberapa surat kabar. Ia
juga aktif berorganisasi dengan mendirikan partai politik Indische Partij bersama Douwes Dekker dan
Cipto Mangunkusumo. Bersama kedua sahabatnya tersebut Soewardi diasingkan ke Belanda pada
tahun 1913 karena mengkritik pemerintah kolonial dengan membuat tulisan berjudul “Seandainya
Aku Seorang Belanda”. Setelah datang dari pengasingan, pada 3 Juli 1922, Soewardi mendirikan
“Taman Siswa”. Agar perjuangannya lebih mudah diterima rakyat ia melepas nama
kebangsawanannya dengan menggunakan nama Ki Hadjar Dewantara. Setelah kemerdekaan
Indoensia tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan pertama di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara wafat tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta.
Hari kelahirannya ditetapkan menjadi Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 16 Desember 1959.
Tiga semboyan yang ia ciptakan menjadi semboyan pendidikan di Indonesia, yaitu: “Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” yang berarti “di depan memberi contoh, di
tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan”. Bahkan Tut Wuri Handayani,
menjadi bagian dari logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

4. Muhammad Syafei
Muhammad Syafei seperti yang ditulis Soejono (1988: 63-76) pendiri dari INS di Kayu Tanam, lahir
di Sumatera Barat 31 Oktober 1926. Lembaga INS yang didirikan oleh Syafei dianggap sebagai
reaksi spontan terhadap corak pendidikan dimasa itu, yang hanya mementingkan intelektualisme dan
bercorak verbalistic, suatu pendidikan yang hanya menghasilkan pegawai rendahan yang dibutuhkan
oleh penguasa di waktu itu.
Sistem pendidikan yang diciptakan oleh beliau ada persamaannya dengan Arbeit Schule,
berorientasi “life and community-centered”,  sehingga hubungan sekolah dan masyarakat
menjadi sangat eras. Di camping ini, sistem itu didasari dengan keTuhanan YME dan
berdasarkan rasa nasional yang kuat. Anak-anak dididik dengan tujuan agar
menjadi manusia yang beriman, harmonic dalam perkembangan, berbudi luhur, kreatif,
aktif, dan produktif.
Pendidikan yang ditanamkan kepada anak tentang budi pekerti, cinta tanah air, cinta
lingkungan, rasa ‘Rasionalisme yang tinggi, pelaksanaan atas kebesaran Tuhan
YME,  sedangkan bidang pendidikan yang diterapkan pada anak diantaranya: bidang
olahraga, kesenian, pertanian, serta pendidikan dan pembelajaran yang disesuaikan dengan
bakat anak.
Dalam mendidik dan melakukan pembelajaran, pendidik harus menguasai ilmu, mempunyai
sikap sabar, dalam mendidik anak, harus pandai bergaul atau dapat bersosialisasi dan memiliki
keterampilan di segala bidang untuk memperlancar tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai