Anda di halaman 1dari 8

Bimbingan Konseling AUD

“Pandangan Ahli Ini Tentang Perkembangan AUD ”

DI SUSUN OLEH
Nama : Hamidah Azzahra
Npm : A1I021017
Kelas :PAUD 4A

DOSEN PENGAMPU :
Dra.Sri Suparahayuningsih,M.Pd

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2023
Bagaimana pandangan ahli ini tentang perkembangan AUD (Marten Luther, Jhon Amus
Comenius, Jhon locke, Jen J Reusseau, Johan Pestalozzi, F. Foebel, John Dewey, Rudolp
Steiner, Maria Montessori, John Bolwbey, Imam al Gozali, Ki Hajar sewantara, Howard
Gardener).

1. Menurut Marten Luther


Martin Luther adalah salah seorang tokoh pendidikan yang mengajukan pertama
kali perlu adanya sekolah. Menurutnya sekolah merupakan sebuah sarana yang
benar-benar diperlukan untuk mengajar anak belajar membaca. Ditekankan oleh
Martin Luther bahwa keluarga merupakan institusi yang paling penting untuk
membuat dasar pendidikan dan perkembangan bagi anak. Dua pandangan Luther ini
memperlihatkan bahwa ia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting
dalam hidup anak. Pendidikan merupakan bekal dan fondasi untuk membuat anak
tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Tanpa pendidikan anak tidak
akan mendapatkan bekal bagi hidupnya setelah dewasa nanti. Agar anak
memperoleh apa yang dibutuhkannya setelah dewasa maka sekolah dan keluarga
haruslah bermitra dan bekerja sama karena sekolah dan keluarga merupakan mitra
harmonis yang mampu menjadikan anak menjadi pribadi yang religius dan sebagai
sarana penegak moral.

2. Menurut Jhon Amus Comenius


J.A. Comenius sangat meyakini bahwa pendidikan harus dimulai sejak dini. Jadi
sejak anak lahir kedua pendidikan harus sudah mulai diberikan. Pendidikan yang
diberikan sejak dini tersebut harus berlangsung secara alami dengan memerhatikan
berbagai aspek antara lain aspek kematangan (maturation) dan memberikan
kesempatan pada anak untuk menggunakan segenap pancaindranya saat menerima
pendidikan dimaksud. Comenius sangat percaya bahwa pendidikan semacam inilah
yang disebut dengan pendidikan dan pembelajaran yang terbaik untuk anak. Sebab
bagaimanapun juga dalam setiap gerak-geriknya anak haruslah menggunakan panca
indranya, dan pengalaman-pengalaman sensorial yang dialami anak usia dini
merupakan dasar semua pembelajaran. Oleh karena itu, Comenius meyakini bahwa
penggunaan buku yang ada ilustrasinya akan sangat membantu mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak dalam menguasai sesuatu. Comenius juga
menekankan pentingnya bermain dalam pertumbuhan dan perkembangan diri anak.
Kegiatan bermain akan memberi peluang kepada anak untuk mengekspresikan diri
dan bereksplorasi secara bebas. Situasi dan kondisi ini akan membentuk
pengalaman yang sangat berarti bagi perkembangan diri anak dan sekaligus sebagai
pijakan dasar dalam belajar
3. Jhon Locke
Jhon locke mengakui bahwa pada saat lahir anak tidak berdaya dan tidak
memiliki apa apa. Anak berada dan hidup di dalam lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap proses pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang
membentuk dan memberi warna kertas putih. Warna atau isi ini sebagai
pengalaman. Melalui pengalaman yang dimiliki anak saat berada di lingkungannya
bersama dengan pengaruh lingkungan pada saat itu menentukan pola pikir dan sifat
alami atau karakter anak. John Locke sangat mempercayai bahwa agar anak untuk
mendapatkan pembelajaran dari lingkungannya diperlukan satu cara yaitu
mendapatkan pelatihan- pelatihan sensoris. Pelatihan ini bertujuan untuk
membentuk kesiapan belajar(learning readiness). Kesiapan inilah yangmemengaruhi
keberhasilan anak belajar kelak.

4. Jen J Reusseau
Rousseau mengembangkan pemikiran bahwa pendidikan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan alami yang disebutnya sebagai pendekatan naturalistik.
Pendidikan naturalistik membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara
tidak membandingkan anak satu dengan anak lain serta memberikan kebebasan
anak untuk mengeksplorasi tanpa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Sebagai seorang naturalis, Rousseau meyakini bahwa orang dewasa berperan
sebagai pendidik dengan memberi dukungan (support) kepada anak untuk dapat
berkembang secara alami. Dengan kata lain, siapkan lingkungan yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak agar anak dapat berkembang
maksimal dan beri kesempatan kepada anak untuk berkembang sendiri. Orang
dewasa cukup mendukung dan memfasilitasi upaya anak untuk berkembang.
Rousseau mengemukakan juga bahwa kesiapan anak merupakan faktor
penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, orang dewasa perlu
membantu anak membangun kesiapan belajar.

5. Johan Pestalozzi
Pestalozzi sangat menekankan pada pengembangan aspek sosial sehingga anak
dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu menjadi anggota
masyarakat yang berguna Pandangan dasar Pestalozzi yang pertama menekankan
pada pengamatan alam. Semua pengetahuan pada dasarnya bersumber dari
pengamatan. Pandangan mendasar Pestalozzi ini ternyata terbukti oleh penelitian
peoples (1988) yang telah dikemukakan terdahulu bahwa 75% pengetahuan
manusia diperoleh melalui pengamatan. Kembali pada pandangan Pestalozzi,
pengamatan seorang anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian, bahkan
pengertian yang tanpa pengamatan merupakan sesuatu pengertian yang kosong
(abstrak). Pandangan kedua adalah menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui
keaktifan anak akan mampu mengolah kesan pengamatan menjadi suatu
pengetahuan. Keaktifan akan mendorong anak melakukan interaksi degan
lingkungannya. Pandangan ketiga adalah pembelajaran pada anak harus berjalan
secara teratur setingkat demi setingkat atau bertahap. Prinsip ini sangat cocok
dengan kodrat anak yang tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pandangan
dasar tersebut membawa konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang diberikan
pada anakpun harus disusun secara bertingkat, dimulai dari urutan bahan yang
termudah sampai tersulit, dari bahan pengembangan yang sederhana sampai yang
terkompleks.

6. F.Feobel
Pandangan dasar dari Frobel pengembangan otoaktivitas merupakan prinsip
utama. Anak didik harus didorong untuk aktif sehingga dapat melakukan berbagai
kegiatan (pekerjaan) yang produktif. Prinsip kedua adalah kebebasan atau suasana
merdeka. Otoaktivitas anak akan tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan
kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai
potensinya masing-masing. Melalui suasana bebas atau merdeka, anak akan
memperoleh kesempatan mengembangkan daya fantasi atau daya khayalnya,
terutama daya cipta untuk membentuk sesuatu dengan kekuatan fantasi anak.
Prinsip ketiga yang dikemukakan Frobel adalah pengamatan dan peragaan. Kegiatan
ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak. Prinsip ini
selaras dengan apa yang telah dikemukakan Pestalozzi terdahulu. Agar
pembelajaran tidak verbalistik maka anak harus diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan terhadap berbagai kondisi lingkungan alam di sekitar. Pada lingkungan
alam yang jauh atau sulit untuk diamati maka dapat dilakukan dengan menggunakan
prinsip peragaan. Pendidik dapat meragakan hal-hal yang tidak mungkin diamati
anak secara langsung, baik berupa lingkungan fisik, sosial maupun keagamaan.

7. John Dewey
Dewey mengemukakan bahwa minat anak menjadi hal yang penting dalam
pembelajaran. Minat ini yang menjadi acuan dalam menentukan topik pembahasan
dalam pembelajaran. Penyusunan kurikulum berpusatkan kepada anak. Anak perlu
belajar dari kehidupan sehingga memperoleh keterampilan sebagai bekal kehidupan.
Pembelajaran di kelas melibatkan kegiatan fisik, penggunaan benda-benda sebagai
alat yang dapat dimanipulasi anak secara konkret sehingga dapat mengembangkan
kemampuan intelektual. Interaksi antaranak juga diperlukan sehingga anak dapat
belajar dari lingkungan sosialnya.

8. Rudolp Stainer
Stainer memiliki pandangan yang bersumber dari perpaduan jiwa seseorang
humanis dan ilmuan.Stainer berpendapat bahwa anak berkembang melalui
pengalaman dan proses berpikir. Perkembangan diri anak adalah perkembangan
kesadaran. Anak perlu banyak berhubungan dengan lingkungannya dan
mengeksplorasi lingkungan untuk memperoleh suatu pemahaman. Pembelajaran
perlu dilakukan dengan menggunakan media yang berkaitan dengan lingkungan.

9. Maria Montessori
Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak cacat mental akhirnya
ditindaklanjuti dengan pendirian Casai dei Bambini atau Children’s House di
daerah-daerah kumuh di Roma tahun 1907. Lingkungan diatur sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan oleh anak-anak cacat mental di bawah lima tahun. Ada
prinsip-prinsip yang diyakini oleh Maria Montessori:
 Menghargai anak Setiap anak itu unik sehingga pendidik dalam memberikan
pelayanan harus secara individual. Anak memiliki kemampuan yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu pendidik harus menghargai anak
sebagai individu yang memiliki kemampuan yang luar biasa.
 Absorbent Mind ( pemikiran yang cepat menyerap)
Informasi yang masuk melalui indera anak dengan cepat terserap ke dalam
otak. Daya serap otak anak dapat diibaratkan seperti sebuah sponse yang
cepat menyerap air. Untuk itu pendidik hendaknya jangan salah dalam
memberikan konsep-konsep pada anak.
 “sensitive periods” (masa peka). Masa peka dapat digambarkan sebagai
sebuah pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada
waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi
apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya.
Montessori memberikan panduan periode sensitif atau masa peka ini dalam
sembilan tahapan sebagai berikut:

 Lingkungan yang disiapkan


-Pendidik hendaknya menyi
a
pkan suatu lingkungan yang dapat memunculkan keinginan anak untuk
mempelajari banyak hal. Lingkungan yang disiapkan harus dirancang untuk
menfasilitasi kebutuhan dan minat anak, sehingga pendidik harus
meyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dan minat
anak.
-Lingkungan ditata dengan berbagai setting sehingga anak tidak bergantung
dengan orang dewasa. Lingkungan yang disiapkan ini membuat anak bebas
untuk bergerak, bermain dan bekerja.
 Pendidikan Diri Sendiri
Dengan lingkungan yang disiapkan oleh pendidik, memungkinkan anak
dapat bereksplorasi, berekspresi, mencipta tanpa dibantu olah orang
dewasa. Hasil yang diperoleh anak karena karyanya sendiri jauh luar biasa
dan menakjubkan dibanding jika mereka dibantu. Karya yang dihasilkan
beragam dan unik sedangkan yang dibantu hasil karya anak seragam dan
sama. Jadi sebenarnya anak dapat belajar sendiri jika kita memberi fasilitas
sesuai dengan potensi dan minatnya.

10. John Bolwbey


Menurutnya, secara genetis anak akan dekat dan nyaman dengan ibunya. Anak
juga dekat dengan orang-orang yang dapat membuatnya nyaman dan membantunya
untuk bertahan hidup. Orang dewasa yang dapat menangkap sinyal bayi, seperti
menangkap arti suara, arti suara tangis, senyuman, tatapan bahasa tubuhditampilkan
anak, dan lainnya akan membuat anak dekat dengan orang ini. Bowlby
mengemukakan bahwa anak usia dini (3-4 tahun) sudah bisa terpisah dengan orang
tuanya (pengasuhnya) untuk waktu tidak terlalu lama dan mengerti mengapa harus
terpisah. Ia bisa diajak kerja sama. Pendidikan menurut Bowlby adalah melatih anak
untuk bekerja sama dengan orang- orang di sekitar anak..

11. Imam Al Ghozali


Memiliki konsep pendidikan anak yang holistik yaitumencakup aspek spiritual,
moral, sosial, kognitif dan fisik. Tujuanpendidikannya pun tidak terbatas pada
taqorrub ila Allah tapi jugapengembangan potensi jasmani dan rohani.

12. Ki Hajar Dewantara


Dewantara seorang tokoh Indonesia yang hidup pada 1889 samapai 1959.ia
berpendapat bahwa anak-anak ialah makhluk yang memiliki koadratnya masing-
masing.kaum pendidik hanya membantu menuntun kodratnya ini. Jika anak
memiliki kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi
baik. Jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka ia akan lebih baik lagi jika
dibantu melalui pendidikan. Kodrat dan lingkungan merupakan konvergensi yang
saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain.

13. Howard Gardener


Gardner menyatakan bahwa sejatinya setiap anak ialah anak yang cerdas.
Pandangan Gardner ini menentang bahwa kecerdasan hanya dilihat dari faktor
kecerdasan intelektual (IQ). Ia meyakini bahwa setiap anak itu memiliki kecerdasan
karena kecerdasan itu bisa dilihat dari berbagai dimensi dan anak memiliki banyak
kemampuan dengan berbagai dimensinya. Setiap kecerdasan yang dimiliki anak
akan membuat anak mampu meraih sebuah kemahiran dan itu akan
mengantarkannya untuk mencapai sebuah kesuksesan. Oleh karena itu,
pendidik/guru perlu memfasilitasi setiap kecerdasan yang dimiliki anak dalam
proses pembelajaran dan kegiatan belajar. Gardner meyakini bahwa setiap anak
memiliki peluang untuk belajar dengan gaya masing-masing dan bila hal ini
dipenuhi maka anak akan berkembang dengan sukses. Gardner mengutarakan
serangkaian kelebihan teori kecerdasan jamak, yaitu:
a. memiliki dukungan riset multidisiplin yakni antropologi,
psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi,
fisiologi hewan dan neuroanatomi.
b. apabila dibandingkan dengan teori kecerdasan lain, jumlah kecerdasan
dalam kecerdasan jamak beragam, sehingga akan tampak “keadilan” dalam
menentukan dominasi kecerdasan tertentu untuk tiap individu. Dijelaskan
Gardner (Amstrong, 2003: 12) bahwa kecerdasan jamak memiliki
karakteristik konsep sebagai berikut ini :
(a) semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam
pengertian ini, tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari
kecerdasan yang lain
(b)semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama
(c)terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan.

Anda mungkin juga menyukai