Anda di halaman 1dari 17

Nama : NI MADE SEPTIANI PUTRI

Nim : E1F021095
Kelas : 1D

Soal UAS Konsep Dasar PAUD 2021 (Dr. Fahruddin, M.Pd)


1. Jelaskan Bagaimana Memahami pemikiran pakar/Tokoh-Tokoh PA
UD ?
2. Jelaskan Apa saja Landasan dari penyelenggaraan PAUD?

3. Bagaimana menerapkan Asesment pembelajaran anak usiadini

4. Bagaimana menurut anda konsep dari DAP (Developmentally


Appropriate Practice), jelaskan!
5. Bagaimana Sejarah Pendidikan Prasekolah, deskripsikanperbedan da
n persamaan dari perkembangan PAUD di Inonesia dan Negara lain.

Jawab :
1.Pemikiran Tokoh dan Pakar PAUD

1. William Kilpatrick

Pembelajaran proyek ini merupakan salah satu model pembelajaran


yang dinamis serta bersifat fleksibel yang sangat membantu anak memahami
berbagai pengetahuan secara logis, konkret dan aktif.

Pembelajaran Proyek yang diterapkan oleh Kilpatrick :


a. Pembelajaran Proyek Total
Pembelajaran proyek total dimaksudkan untuk mengintregasikan aspek
pengembangan, baik kognitif, ketrampilan, jasmani, motorik kasar dan
motorik halus.

b. Pembelajaran Proyek Parsial


Dalam bentuk ini terdapat penggabungan antara bidang
studi/pengembangan yang berdiri sendiri dengan bidang studi yang saling
berhubungan. Bidang studi yang berdiri sendiri diberikan dengan model
pembelajaran yang lama ( biasa ), sedangkan bidang studi yang saling
berhubungan diberikan dengan bentuk proyek.[10]

c. Pembelajaran Proyek Okasional


Dalam mendesain pembelajaran proyek harus ditentukan secara jelas
pusat minat sebagai tema atau pokok masalah yang akan dikembangkan.
Berdasarkan tema bidang studi. Proyak okasional dapat dilaksanakan satu
bulan sekali, pertengahan semester atau satu semester sekali. Anak dibe
pengenalan lingkungan hidupnya, misal dapat dimulai dari tema-tema
keluarga, rumah, teman bermain, sekolah, saluran air, tanah, tanaman dan
sebagainya.

Langkah pembelajaran proyek dilaksanakan dengan menggunakan


5 langkah,

yaitu :

1) Langkah Persiapan

2) Kegiatan Pembelajaran : Pendahuluan

3) Perjalanan Study Wisata atau Survai

4) Kegiatan Pembelajaran : Pengolahan Masalah

5) Penyelenggaraan Kegiatan Pameran

2. Maria Montesorri

Pemikiran Maria Montesorri adalah sebagai berikut :

“Jika pendidikan mengenali nilai intrinsic dari kepribadian seora


ng anak,
dan memberikan nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualny
a, kita
menyingkapkan anak yang sama sekali baru, dimana karakternya
yang memukau pada akhirnya dapat menyumbang
kepada dunia yang lebih baik”.
Teori ini menjelaskan mengenai eksistensi
anak sebagai suatu masa yang
sangat esensial bagi keseluruhan hidupnya.
Dan Maria Montessori menggagaskan
tentang konsep Child’s Self-Construction yang menyatakan bahwa ana
k membangun sendiri 70 perkembangan jiwanya, Sensitive
Periods menyatakan usia
anak dini adalah masa peka, absorbent mind serta pada masa anak
usia dini memiliki jiwa penyerap berbagai pengetahuan dan pengalaman
dalam hidupnya.

Montessori menyimpulkan bahwa anak :

a. Mereka terus menerus berada dalam keadaan pertumbuhan dan


perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan.

b. Mereka senang sekali belajar, selalu ingin tahu dan mencoba.

c. Mereka memiliki kemampuan yang besar untuk menyerap berbagai


pengalaman sejak lahir sampai umur 6 tahun.

d. Mereka belajar melalui gerakan, bereksplorasi, dan belajar melalui


alat inderanya.[11]

e. Mereka melewati masa yang yang mudah dalam belajar, disebut


periode sensitive untuk belajar.

3. Frederich Wilhelm August Froebel

Terdapat 3 (tiga) prinsip didaktik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu :

a. Otoaktivitas, kegiatan yang dilakukan anak sendiri/bersifat


individualisasi.

b. Kebebasan, tidak dibatasi dinding massif, perlu lingkungan terbuka.

c. Pengamatan, terhadap alam sekitar melalui eksplorasi dan


keingintahuan.
Unsur menurut Froebel :

a. Fridge (perdamaian) dalam pergaulan anak, pendidik dan orang di


sekitar.

b. Frevde (kegembiraan) selama proses pembelajaran.

c. Frabeit (kemerdekaan) adanya kebebasan dalam situasi dan kondisi


“iklim” pendidikan yang kondusif.

Pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini dianggap baik, apabila :

a. Hendaknya menyiapkan lingkungan yang dapat mendorong proses


belajar melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan

b. Orang tua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam mendukung anak
memperoleh pengalaman

c. Anak diberi kesempatan untuk mendapat pengetahuan dan kegiatan


yang lebih kompleks

d. Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan caranya


sendiri melalui aktivitas bercerita.

Froebel berpendapat bahwa terdapat 3 (tiga) prinsip yang perlu diperhatikan


dalam pendidikan anak usia dini :

a. The Gifts, adalah sejumlah beda yang dapat diraba dan dimainkan oleh
anak-anak dengan cara-cara tertentu

b. The Occupation, adalah serangkaian kegiatan yang memberikan


kesempatan pada anak untuk berekspresi artistic

c. The Mothers play, adalah lagu-lagu dan permainan atau games yang
dirancang khusus untuk kegiatan social dan pengalaman anak terhadap
alam sekitarnya[12]
4. Lev Vygotsky
Lev Vygotsky di kenal sebagai a social cultural constructivist asal Rusia.
Vygotsky dalam Brodova dan Deborah (1996:23) berpendapat bahwa
pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan
merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin
bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena
anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang
mengendalikan perilaku belajarnya (Brodova dan Deborah, 1996:23).

Selanjutnya melalui teori revolusi sosio kulturalnya, Vygotsky


mengemukakan bahwa manusia memiliki alat berpikir (tool of mind) yang
dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah, memudahkan
dalam melakukan tindakan, memperluas kemampuan, melakukan sesuatu
sesuai kapasitas alami (Brodova dan Deborah, 1996:26). Vygotsky
mengemukakan beberapa kegunaan alat berpikir manusia yaitu :

a. Membantu memecahkan masalah, seseorang akan mampu mencari


jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Anak-anak akan mencoba
memecahkan masalah dalam permainan yang sedang dikerjakan (mencari
jejak).

b. Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya,


setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan se-efektif dan
se-efisien mungkin dalam mencapai tujuan itu merupakan cerminan dari
berfungsinya alat berfikir.

c. Memperluas kemampuan, melalui berbagai eksporasi yang dilakukan


seorang anak melalui panca inderanya, maka akan banyak hal yang ia
ketahui

d. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir


berkembang secara alami, mengikuti apa yang terjadi disekitarnya.

Semakin banyak stimulasi yang diperoleh anak saat berinteraksi dengan


lingkungannya, maka akan semakin cepat berkembang fungsi pikirnya.

5. Jean Piaget

Piaget bependapat bahwa anak perlu diberikan berbagai pertanyaan


untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya. Piaget melakukan penelitian
longitudinal melalui pengamatan tentang perkembangan intelektual pada ketiga
anaknya. Pada tahap selanjutnya Piaget juga melakukan riset pada ribuan anak
lainnya.

Menurut pandangan Piaget, intelegensi anak berkembang melalui suatu


proses active learning. Para pendidik hendaknya mengimplementasikan active
learning dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat
secara aktif dalam kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh
panca indera anak. Anak bermain dan berpikir aktif dalam mengembangkan
kognitif mereka.[13]

 Kegiatan mental dan berpikir sangat penting untuk


mengembangkan kegiatan anak.

 Pengalaman-pengalaman sebagai bahan mentah untuk


mengembangkan struktur mental anak.

 Anak berkembang melalui interaksinya dalam lingkungan.

 Perkembangan terjadi sebagai hasil dari kematangan dan interaksi


antara anak, lingkungan fisik dan sosial anak.

Disamping itu, Piaget mengemukakan tentang konsep dasar yang dapat


mendukung perkembangan anak, yaitu :

1) Semua orang membutuhkan belajar bagaimana membaca dan menulis.

2) Anak belajar dengan baik menggunakan panca inderanya.

3) Semua anak dapat di didik.

4) Semua anak harus di didik untuk memaksimalkan kemampuannya.

5) Pendidikan harus dimulai sejak dini.

6) Anak harus dipaksa untuk belajar, tetapi harus sesuai dengan kesiapan
belajar menekan dan harus mempersiapkan tahap selanjutnya.

7) Kegiatan belajar harus menarik dan berarti bagi anak

8) Anak dapat belajar aktivitas berdasarkan ketertarikannya[14]

6. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, pendidikan asli Indonesia, melihat manusia lebih
pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa
yaitu cita, karsa, dan karya. Beliau mengatakan pendidikan yang menekankan
pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari
masyarakatnya. Ternyata pendidik sekarang hanya menekankan pada
pengembangan daya, cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah
rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis
atau manusiawi.

Secara garis besar, Ki Hajar Dewantara mengemukakan pendidikan


sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan fisik seseorang.
Dalam kaitan dengan pendidikan nasional, ketiga elemen ini hendaknya
berlandaskan garis hidup bangsanya atau berdasarkan kebudayaan ditujukan
untuk mengangkat derajat serta memerdekakan manusia. Kemerdekaan ini
berarti berdiri sendiri (zelfstandig), tidak tergantung kepada orang lain
(onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid,
zelfsbeschikking).[15]

Ki Hajar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki kodrat


masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat untuk mengatur dirinya
sendiri, pengajaran harus memberi pengetahuan yang berpaderahan lahir
maupun batin serta dapat memerdekakan diri, pendidikan anak itu sifatnya
hanya sebatas menunutun bertumbuhnya dan
berkembang kekukuatan-kekuatan kodrati yang dimiki anak.

7. Muhammad Syafei

Sistem pendidikan yang diciptakan oleh beliau ada persamaannya dengan


Arbeit Schule, berorientasi '”life and community-centered”, sehingga hubungan
sekolah dan masyarakat menjadi sangat erat dan juga sistem ini didasari dengan
ke Tuhan-an YME dan berdasar pada rasa nasional yang kuat. Anak-anak
dididik dengan tujuan agar menjadi manusia yang beriman, harmonis dalam
perkembangan, berbudi pekerti luhur, kreatif, aktif dan produktif.

Analisis Komperatif

Persamaan
 Meningkatkan pengetahuan anak.

 Meningkatkan perkembangan anak.

 Membentuk budi pekerti yang luhur.

 Memberikan pengalaman-pengalaman kepada anak, agar


merangsang perkembangannya.

 Pembentkan konsep untuk pembelajaran anak.

 Kerja sama antara orang tua dan guru.

 Aktivitas pembelajaran anak harus sesuai dengan lingkungannya.

 Pembelajaran yang di berikan harus sesuai dengan kemauan anak.

Perbedaan

 William Kilpatrick

 model pembelajaran yang dinamis serta bersifat fleksibel

 Pembelajaran Proyek Total

 Pembelajaran Proyek Parsial

 Pembelajaran Proyek Okasional

 Maria Montessori menggagaskan


tentang konsep Child’s Self-Construction

 Frederich Wilhelm August Froebel mengemukakan prinsip didaktik


yaitu: Otoaktivitas, Kebebasan, Pengamatan, Unsur yaitu:Fridge
(perdamaian), Frevde (kegembiraan), Frabeit (kemerdekaan)

 Pelaksanaan pembelajaran.

 Prinsip dalam mendidikan anak usia dini :The Gifts, The Occupation,
The Mothers play.[16]

 Lev Vygotsky tentang cara yang baik untuk anak belajar tanpa
harus dipaksa.

 Jean Piaget berpendapat bahwa anak perlu diberikan berbagai


pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya serta
mengemukakan tentang konsep dasar yang dapat mendukung
perkembangan anak.
 Hajar Dewantara mengemukakan pendidikan sebagai daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan fisik seseorang.

 Muhammad Syafei, yaitu Sistem pendidikan yang, berorientasi


'”life and community-centered”, mempererat hubungan sekolah dan
masyarakat yang didasari dengan ke Tuhan-an YME dan berdasar pada
rasa nasional yang kuat.

Dari uraian diatas dapat kita kaitkan dengan keadaan sekarang yakni,
seperti di Indonesia pendidikan untuk AUD belum sepenuhnya dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan anak yang sesungguhnya. Padahal banyak para
ilmuan memberikan contoh bagaimana cara pendidikan untuk AUD. Di
Indonesia PAUD dianggap pendidikan yang kurang begitu penting, padahal di
AUD lah yang menetukan tplak ukur anak selanjutnya. Hal ini perlu kita
perhatikan lebih mendalam lagi. Agar cita-cita Indonesia (Golden Age) dapat
terwujud.

2.Landasan Yuridis

Babang Robandi (2005) mengemukakan Ьаһwа landasan yuridis atau hukum


pendidikan adalah аѕυmѕі-аѕυmѕі yang bersumber ԁагі регаtυгаn perundang-undangan
уаng berlaku yang mеnјаԁі titik tolak dalam Rangka ргаktеk реnԁіԁіkаn ԁаn аtаυ stυԁі
реnԁіԁіkаn.

Bегkаіtаn dengan регаtυгаn perundang-υnԁаngаn, ѕесага yuridis, реnԁіԁіkаn аnаk


usia ԁіnі telah ԁіtеtарkаn oleh pemerintah ԁаӏаm UU Nomor 2 tаһυn 1989 tentang
Sistem pendidikan nаѕіоnаӏ, раѕаӏ 28B ayat 2 ԁаn раѕаӏ 28 C tеntаng hak anak, ѕегtа
UU RI Nomor 20 tаһυn 2003 tеntаng Sistem реnԁіԁіkаn nаѕіоnаӏ.

Landasan Filosofis

Pendidikan Anak Uѕіа Dini (PAUD) раԁа ԁаѕагnуа harus didasarkan pada nіӏаі-nilai
filosofis. Menurut Babang Robandi (2005), landasan filosofis реnԁіԁіkаn аԁаӏаһ
asumsi-аѕυmѕі yang bersumber dari fіӏѕаfаt уаng mеnјаԁі tіtіk tоӏаk ԁаӏаm
rangka praktek реnԁіԁіkаn ԁаn atau stυԁі pendidikan.

Yuliani N Sujiono (2011) mengemukakan Ьаһwа secara ontologis, аnаk sеЬаgаі


mаkһӏυk individu уаng mеmрυnуаі aspek biologis (adanya регkеmЬаngаn fіѕіk yang
berubah dari waktu ke wаktυ yang mеmЬυtυһkаn makanan, gіzі, ԁаn ӏаіn-ӏаіn),
psikologis (adanya perasaan-perasaan tertentu yang tегЬеntυk karena situasi, seperti:
Sеnаng, sedih, marah, kесеwа, dihargai, ԁаn ѕеЬаgаіnуа), Sosiologis (anak
membutuhkan tеmаn untuk Ьегmаіn), antropologis (anak hidup ԁаӏаm sυаtυ budaya
dari mаnа dia berasal).

Landasan Religius

Landasan religius pendidikan, yaitu аѕυmѕі-аѕυmѕі yang bersumber dari religi atau
аgаmа yang mеnјаԁі titik tоӏаk ԁаӏаm rangka ргаktеk pendidikan dan аtаυ studi
реnԁіԁіkаn. (Babang Robandi, 2005).

Yuliani nυгаnі Sujiono (2011) berpendapat Ьаһwа реnԁіԁіkаn anak usia dini һагυѕ
didasarkan раԁа ӏаnԁаѕаn religi уаng dipegang oleh ӏіngkυngаn уаng Ьегаԁа di sekitar
аnаk ԁаn agama yang dianutnya.

Pеnԁіԁіkаn аgаmа mеnеkаnkаn pada pemahaman tentang agama ѕегtа bagaimana


agama diamalkan ԁаn diaplikasikan dalam tindakan serta регіӏаkυ ԁаӏаm kehidupan
ѕеһагі-һагі. Sеӏаnјυtnуа, penanaman nіӏаі-nіӏаі аgаmа dalam ргаktіk реnԁіԁіkаn аnаk
usia dini ԁіѕеѕυаіkаn ԁеngаn tahapan регkеmЬаngаn аnаk serta keunikan уаng ԁіmіӏіkі
sеtіар anak.

Landasan Keilmuan

Yuliani N Sujiono (2011) Ьегреnԁараt bahwa kоnѕер keilmuan pendidikan аnаk usia
ԁіnі bersifat isomorfis, yang berarti keilmuan pendidikan аnаk usia ԁіnі ԁіЬаngυn ԁагі
interdisiplin ilmu уаng merupakan Ьаgіаn ԁагі beberapa ԁіѕірӏіn ilmu, diantaranya:
Pѕіkоӏоgі, Fisiologi, Sosiologi, Ilmu реnԁіԁіkаn anak, Antropologi, Humaniora,
Kеѕеһаtаn dan gizi serta neurosains (іӏmυ tеntаng регkеmЬаngаn otak manusia).

Mеmрегkυаt pendapat di atas Babang Robandi (2005) mengemukakan bahwa ӏаnԁаѕаn


іӏmіаһ pendidikan adalah asumsi-аѕυmѕі уаng bersumber ԁагі berbagai саЬаng аtаυ
ԁіѕірӏіn ilmu уаng mеnјаԁі titik tolak dalam rаngkа ргаktеk реnԁіԁіkаn ԁаn аtаυ stυԁі
реnԁіԁіkаn.

Tergolong ke dalam ӏаnԁаѕаn іӏmіаһ pendidikan antara lain: Lаnԁаѕаn рѕіkоӏоgіѕ


pendidikan, Landasan Sоѕіоӏоgіѕ реnԁіԁіkаn, Landasan antropologis реnԁіԁіkаn,
Landasan historis pendidikan, dsb.
Landasan іӏmіаһ реnԁіԁіkаn ԁіkеnаӏ pula sebagai landasan empiris реnԁіԁіkаn atau
landasan faktual реnԁіԁіkаn.

Landasan Psikologis
Pemahaman terhadap aspek kejiwaan peserta didik merupakan suatu keniscayaan.
Diantara aspek psikologis yang perlu diketahui oleh pendidik adalah:

1. Perbedaan individu

Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik,
bukan hanya berkaitan dengan kecerdasan dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat
perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan.
2. Perubahan individu

Sejak terjadinya proses konsepsi sampai anak meninggal, anak akan mengalami perubahan karena
bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu bersifat jasmania dan perkembangan bersifat kejiwaan.
Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu kearah kemajuan, bukan kemunduran.
Perkembangan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah kepada
tingkat yang lebih tinggi.Sedangkan pertumbuhan bertambahnya kemampuan fisik sesuai dengan fungsinya.
Terjadinya perubahan tersebut agar orang dalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannnya.
Lingkungan manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah
segala sesuatu yang ada disekitar anak selain manusia, sedangkan lingkungan sosial adalah semua orang
yang ada dalam dunia kehidupan anak yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama
atau bekerjasama.
3. Kebutuhan Psikis
Dengan adanya kebutuhan psikis manusia tentunya menuntut pendidik untyk memenuhi kebutuhan
tersebut agar dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran. Diantara kebutuhan psikis
yang harus dipenuhi oleh peserta didik adalah:
1) Kebutuhan akan rasa kasih saying
2) Kebutuhan akan rasa aman
3) Kebutuhan akan penghargaan
4) Kebutuhan akan rasa bebas
5) Kebutuhan akan rasa sukses
6) Kebutuhan akan rasa ingin tahu
Tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan mengganggu proses pembelajaran.

Landasan Historis

Faktor sejarah dianggap sebagai faktor budaya yang paling penting yang telah dan tetap mempengaruhi
sistem pendidikan pada masyarakat manapun juga. Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional berakal tunjang
pada masa lampau dan berbatang serta bercabang dengan dunia hari ini dan hari esok. Landasan historis
tersebut dapat dibedakan dalam tiga tonggak sejarah.
1. Pendidikan Tradisional, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara yang dipengaruhi oleh
agama-agama besar di dunia, yaitu: (1) Islam, (2) Hindu, (3) Buddha, dan (4) Kristen (Katolik dan
Protestan).
2. Pendidikan Kolonial Barat, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh Kolonial
Barat terutama Belanda.
3. Pendidikan Kolonial Jepang, yaitu penyelenggaraan pendidikan di nusantara Indonesia oleh
Pemerintahan Kolonial Jepang.
4. Pemikiran-pemikiran tokoh pendidikan yang hidup dalam rintangan sejarah. (Ramayulis, Dasar ...,
2009: 25)

Landasan Sosial
Semua usaha pendidikan harus berdasarkan pada kenyataan yang terdapat di dalam masyarakat (realita
sosial) misalnya di dalam masyarakat yang sedang membangun maka usaha pembangunan sebagai realita
sosial ini harus dijadikan dasar pendidikan.Dasar-dasar sosial sebagai suatu rumpun masalah pendidikan
merupakan bidang studi sosiologi pendidikan.
Dengan demikian berarti sekolah adalah lembaga sosial dan bersama-sama dengan lembaga sosial lain
seperti keluarga, kelompok-kelompok sosial, kelompok agama, ekonomi dan politik merupakan sistem sosial
yang selalu dalam keadaan mengadakan interaksi.
Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, maka pada abad ke-20 sosiologi
memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Aliran ini berusaha membuat manusia bisa merasa
tenang melalui pendidikan yang berarti proses pendidikan harus diubah.

Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan itu ialah proses pendidikan yang bisa
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.

Landasan Ekonomi
Pada zaman modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar
manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi dibanding
kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat
besar.
Kecenderungan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan budaya, terutama
dalam bidang teknologi, kesenian, dan pariwisata.
Disamping pemenuhan selera tersebut, manusia pada umumnya tidak bisa
bebas dari kebutuhan akan ekonomi. Sebab kebutuhan dasar manusia
membutuhkan ekonomi. Ini berarti orang tidak mampu pun memerlukan
uang untuk mengisi perutnya dan sekedar berteduh di waktu malam.
Dunia sekarang tidak hanya disibukan oleh masalah-masalah politik yang
membuat banyak pertentangan, melainkan juga masalah ekonomi atau
perdagangan. Malah ada yang mengatakan sesudah perang dingin berakhir,
kini diikuti oleh perang ekonomi. Tiap-tiap negara berusaha meningkatkan
perekonomiannya. Berbagai cara mereka lakukan termasuk membentuk
organisasi atau blok-blok ekonomi.
3. 1. Observasi
Asesmen untuk mendapatkan informasi dengan mengamati secara langsung perilaku dan
perkembangan anak secara terus menerus dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.

2. Pencatatan anekdot
Sekumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu (peristiwa yang terjadi
secara insidental)

3. Percakapan
Asesmen untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan atau penalaran anak mengeani sesuatu
hal.

4. Penugasan (project)
Asesmen berupa tugas yg harus dikerjakan anak yang memerlukan waktu tertentu dalam
pengerjaannya. Misalnya melakukan percobaan menanam biji.

5. Unjuk Kerja (performance)


Asesmen yang menuntut anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati.
Misalnya praktek menyanyi, olahraga, memperagakan sesuatu.

6. Hasil Karya (product)


Hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan atau karya
seni.

Prosedur Asesmen PAUD

1. Mengacu pada kompetensi (indikator) dan dilakukan seiring dengan kegiatan


pembelajaran berlangsung yang telah diprogramkan pada RKH.
2. Mencatat hasil penilaian perkembangan anak.
3. Hasil catatan penilaian dirangkum dan dipindahkan ke dalam format Penilaian
Perkembangan Anak Didik baik Bulanan maupun per Semester.
4. Data dari buku rangkuman selama satu semester dibuatkan pelaporan hasil penilaian
berupa deskripsi.

4. PENGERTIAN DARI KONSEP DAP


Konsep DAP muncul karena banyaknya kurikulum yang dikembangkan di
sekolah-sekolah Amerika pada kurun waktu tehuan 1960-an sampai 1970-an yang
tidak sesua dengan tahapan perkembangan anak, khususnya untuk anak usia di bawah
8 tahun. Kurikulum-kurikulum tersebut dianggap telah gagal menghasilkan siswa
yang dapat berpikir kritis dan dapat menyelesaiakn berbagai permasalahan dalam
kehidupan (Bredekamp, et.al., 1992, dalam Megawangi, 2005).
Kritikan terhadap kurikulum terus berlanjut pada tahun 1980-an terutama dipelopori
oleh para pakar yang terhimpun dalam organisasi NAEYC (National Association for
the Education of Young Children) yang menganggap telah mematikan semangat dan
kecintaan anak untuk belajar. NAEYC akhirnya membuat sebuat petisi untuk
mereformasi pendidikan agar sesuai dengan konsep DAP, yang dimotori oleh Sue
Bredekamp. Oleh karena itu, sejak tahun 1980-an sekolah-sekolah di AS sudah
melakukan perbaikan untuk menerapkan konsep lama. NAEYC mengembangkan
prinsip-prinsip pelaksanaan DAP untuk rentang usia sampai 8 tahun, yang tertuang
dalam Bredekamp (1987). Prinsip-prinsip ini kemudian dikembangkan oleh NAEYC
seiring dengan perkembangan dan penerapan konsep DAP dalam program-program
pendidikan anak usia dini.
Menurut Sue Bredekamp (1987), konsep dari DAP memiliki dua dimensi, yiatu : patut
menurut usia (age appropriate) dan patut menurut anak sebagai individu yang unik
(individual appropriate). Sementara Gary Glassenapp (Megawangi, 2005 : 5)
menambahkan 1 dimensi lagi, yaitu : patut menurut lingkungan dan budaya.
Patut menurut usia (age appropriate)
Penelitian tentang perkembangan manusia menunjukkan bahwa proses perkembangan
bersifat universal serta urutan perkembangan dapat diprediksikan dan ini terutama
perjadi pada anak usia sampai 9 tahun (Bredekamp, 1987 : 2). Perkembangan yang
dapat diprediksikan ini terjadi pada seluruh domain perkembangan seperti fisik, emosi,
sosial, dan kognitif. Pengetahuan tentang berbagai ciri perkembangan anak pada
berbagai jenjang usia atau program pendidikan akan memberikan kerangka kerja
bagai guru. Secara umum, tahapan perkembangan anak dapat memeberikan
pengetahuan tentang aktivitas, materi, pengalaman, dan interaksi sosial apa saja yang
sesuai, menarik, aman, mendidik, dan menantang bagi anak. Dalam hal ini, peran guru
adalah menyiapkan lingkungan belajar serta merencanakan pengalaman yaang patut
bagi anak.
Patut menurut anak sebagai individu yang unik (individual appropriate)
Setiap anak adalah pribadi yang unik berikut dengan pola dan jadwal
perkembangannya, seperti kepribadian, gaya belajar, dan latar belakang keluarga.
Baik kurikulum dan interaksi orang dewasa dengan anak harus memperhatikan
perbedaan individu. Belajar bagi anak-anak adalah hasil dari interaksi antara cara
berpikir anak dengan pengamalan bersama benda konkrit, pendapat (ide), dan orang
lain. Pengalaman seperti itu harus sesuai dengan perkembangan kemampuannya, dan
juga harus mendorong siswa menjadi tertarik dan paham. Para pendidikan juga harus
memahami keunikan setiap anak, oleh karena itu, para pendidikan hendaknya dapat
menyesuaikan diri dengan keunikan-keunikan tersebut.
Patut menurut lingkungan dan budaya.

Para pendidik harus mengetahui latar belakang sosial dan budaya anak karena latar
belakang sosial dan budaya anak dapat menjadi bahan acuan guru dalam
mempersiapkan materi pelajaran yang relevan dan berarti bagi kehudipan anak. Selain
itu, guru jug adapat mempersiapkan anak menjadi individu yang dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan kehidupan sosialnya.

5.Perbedaan Sistem Pendidikan Di Indonesia Dan Negara Lain

Indonesia dan negara lain memiliki perbedaan yang mencolok dalam sistem pembelajaran yang
diterapkan. Seperti halnya dalam menetapkan pendidikan usia dini. Di mana pendidikan ini
sangatlah baik untuk melatih perkembangan motorik anak. Namun, di Indonesia lebih menekankan
kepada belajar membaca, menulis, dan berhitung untuk anak usia dini. Sedangkan di luar negeri,
pendidikan usia dini lebih menekankan kepada bermain dan berinteraksi untuk mengeksplorasi
lingkungannya.

Kemudian dari sisi waktu belajar, di mana waktu belajar di Indonesia sangatlah padat dalam waktu
yang lama. Diketahui bersama, bahwa siang hari mayoritas pelajar Indonesia menghabiskan
waktunya untuk belajar. Sedangkan di luar negeri, pelajar hanya melakukan belajar di kelas sekitar
30 – 40% saja dan selebihnya dihabiskan untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Lalu untuk tugas yang diberikan guru, inilah yang sangat membedakan Indonesia dengan negara
lain. Sebagian besar negara di luar Indonesia tidak memberikan tugas atau pekerjaan rumah. Namun
di Indonesia, hampir setiap sekolah akan selalu memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah.
Tujuannya baik yakni untuk menambah pengetahuan pelajar, namun hal ini justru bisa membuat
mereka bosan dan tertekan.

Dari sisi ujian akhir, diketahui bersama bahwa Indonesia menerapkan ujian akhir sebagai penentu
kelulusan. Sedangkan di luar negeri, hasil akhir ditentukan berdasar pada akumulasi pembelajaran
yang sudah dilakukan setiap harinya. Dan untuk wajib belajar, setiap anak sudah dikenalkan dengan
pendidikan sejak usianya masih kecil.

Namun di luar negeri, pendidikan baru mulai dikenalkan pada anak saat usianya menginjak 7 tahun.
Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa untuk mengenalkan pendidikan anak
secara baik adalah ketika usianya sudah 7 tahun.
Kesamaan Dari Perkembangan PAUD di Indonesia.

Sistem pendidikan di Indonesia juga memiliki kemiripan dengan negara lain, seperti Selandia Baru.
Di mana Selandia Baru menerapkan sistem pendidikan dari jenjang usia dini, menengah, sampai ke
pendidikan tinggi. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh Selandia Baru ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan pelajar dalam berorientasi.

Sehingga nantinya dapat fokus untuk menajamkan kecerdasan karakter pelajar. Selain itu juga
untuk meningkatkan kemampuan praktikal pelajar yang akan sangat dibutuhkan di masa
mendatang.

Melalui perbedaan maupun adanya persamaan antara sistem pembelajaran di Indonesia dengan luar
negeri, pada intinya setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Begitu
pun juga dengan negara yang memiliki tanggung jawab atas pendidikan masyarakatnya.

Oleh karena itu, peran dari tenaga pengajar, orang tua, dan pemerintah sangatlah penting di dalam
mendukung pendidikan yang baik pada setiap anak.
SELAMAT MENIKMATI
NB: Tugas di kumpulkan di masing-masing Ketua Kelompok, kemudian ket
ua kelompok mengirimkan ke email / google drive.
Deadline jam 18.00 wita
Email : fahruddin.fkip@unram.ac.id

Anda mungkin juga menyukai