Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Strategi Guru


Menurut Masitoh dkk., (2005:6.3) dalam Mursid (2015:98) stategi guru sebagai
segala usaha guru dalam menerapkan berbagai stategi pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Menurut Dick dan Carrey, bahwa strategi pembelajaran adalah semua
komponen materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan untuk membantu anak dalam
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Hilda Taba,strategi pembelajaran adalah
pola dan urutan tingkah laku guru untuk menampung semua variabel pembelajaran secara
sadar dan sistematis.
Sedangkan menurut pendapat Prajudi Atmosudijo (1982:94) dalam buku Martinis
Yamin (2012:64), membedakan stategi dengan taktik. Taktik adalah gerakan siasat yang
bertujuan menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dari kesempatan nyata yang sedang
dihadapi di dalam rangka menyusekseskan apa yang harus di capai secara jangka pendek.
2. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

Menurut Mursid ( 2015:101-110), strategi guru terdiri sebagai berikut :

1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada anak

Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang.anak juga

merupakan mahkluk yang aktif. Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki

karakteristik sebagai berikut Masitoh dkk (2005:85-86) . (1) Prakarsa kegiatan

tumbuh dari anak, (2) anak memilih bahan-bahan dan memusatkan apa yang akan

dikerjakan, (3) anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh

indranya, (4) anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan

objek, (5) anak menstranformasi dan menggabungkan bahan-bahan, (6) anak

menggunakan otot kasarnya.

2. Strategi pembelajaran melalui bermain

Bermain merupakan kebutuhan anak, bermain merupakan aktifitas yang menyatu

dengan dunia anak yang dialaminya terkandung beberapa macam fungsi seperti

pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, efektif, sosial, dengan bermin

akan mengalami suatu proses yang mengantarkan pada pengembangan


kemampuan manusiawi. Sebagai berikut: (1) menarik perhatian dan

membangkitan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun

sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk geometri yang dibentuk anak dan

sebagainya. (2) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja

dengan dilakukan dengan pengalaman lain (3) menunjukan aspek-aspek penting

dalam bekerja secara kelompok (4) menekankan pentingnya kerja sama.

Karakteristik pembelajaran melalui bermain.

3. Strategi pembelajaran melalui bercerita

Pencapaian tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditempuh dengan strategi

pembelajaran melalui bercerita seperti yng diungkapkan masitoh dkk. (2005:10.6)

mengidentifikasikan manfaat cerita bagi anak sebagai berikut : (1) bagi anak

mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkunganya merupakan

kegiatan yang mengasikkan. (2) guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita

untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.(3) kegiatan bercerita juga

memberikan sejumblah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan agama. (4)

pembelajaran melalui bercerita memberikan pengalaman belajar untuk

mendengarkan. (5) membantu anak untuk membangun bermacam peran yang

mungkin dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak

kepada masyarakat.

4. Strategi pembelajaran melalui bernyanyi

Dalam strategi bernyanyi memiliki banyak manfaat, bernyanyi bersifat

menyenangkan, bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan,

bernyanyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, bernyanyi

dapat membantu daya ingatan anak, bernyanyi dapat membantu membangun rasa

percaya diri anak, dan bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor, bernyanyi

dapat membantu pengembangan keterampilan berfikir dan kemampuan motorik

anak, bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.


5. Strategi pembelajaran terpadu

Anak adalah mahluk seutuhnya yang memiliki berbagai aspek kemampuan yang

semuanya perlu dikembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak

dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut.dengan pembelajaran

terpadu pembelajaran yang mengintegrasikan kedalam semua bidang kurikulum

atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada

anak diharapkan dapat berkembang secara optimal.

Karakteristik pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut : (1) dilakukan melalui

kegiatan pengalam langsung, (2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, (3)

memberikan kesempatamn kepada anak untuk menggunakan semua pemikiranya,

(4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar, (5) menghargai perbedaan

B. Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

1.Pengertian Perkembangan Kognitif

Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi (pembuahan) namun

terwujud atau tidaknya suatu potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan

kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif yang dibawa sejak lahir atau

merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat

intelegensi atau perilaku. Menurut Piaget dalam Hasnida (2014: 46) mengatakan

bahwa ketika sesorang anak mulai membangun pemahamanya tentang dunia, otak

yang berkembangpun akan membangun skema. Ini merupakan tindakan atau

represtasi mental yang mengorganisasi pengetahuan. Dalam teori piaget skema

perilaku aktifitas fisik mencirikan masa bayi dan skema mental aktifitas kognitif

yang berkembang pada masa kanak-kanak. Menurut Piaget seperti yang dikuti

Jamaris dalam Hendra Sofyan (2014:37), pengertian dari perkembangan kognitif

adalah:
Perkembangan kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam otak

pada waktu manusia sedang berfikir, kemampuan kognitif berkembang secara

bertahap dan berjalan dengan perkembangan fisik dan perkembangan saraf-saraf

yang berda didalam susunan saraf pusat otak. Teori yang menjelaskan

perkembangan kognitif adalah teori yang disusun dan dikembangkan oleh Jen

Piaget.

Dari menurut pendapat Piaget seperti yang dikuti Jamaris dalam Hendra Sofyan

(2014:37) ada perbedaan pendapat seperti :

Menurut Novan Ardy Wiyani (2014:61) kognitif diartikan sebagai suatu hal yang

berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan

faktual yang empiris. Desmita mengungkapkan jika kata kognisi digunakan oleh

para ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktifitas mental yang berhubungan

dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengelolaan informasi yang memungkinkan

seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan merencanakan

masa depan atau semua proses psikologi yang berhubungan bagaimana individu

mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memikirkan, menilai,

dan memikirkan lingkunganya. Jadi perkembangan kognitif pada anak usia dini

dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh terhadap kemampuan

berfikir anak usia dini.

2. Pentingnya Perkembangan Kognitif Anak

Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan

eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indra sehingga dengan

pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya

dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk tuhan

yang harus memberdayakan apa yang ada didunia ini untuk kepentingan dirinya

dan orang lain.


Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, symbol,

penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat piaget, adalah

pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagi berikut:

1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia

lihat, ia dengar dan ia rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang

utuh dan komprehensif.

2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian

yang pernah dialaminya.

3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka

menghubungkan satu peritiea dengan peristiwa lain.

4.Agar anak memahami berbagai symbol-symbol yang tersebar didunia

sekitarnya.

5 Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi melaluai

proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan).

6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga

pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

3. Teori Perkembangan Kognitif Anak

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Singgih (2012:162) adalah

sebagai berikut :

Piaget dengan teori-teorinya bermaksud menerangkan perkembangan kognisi pada

anak-anak yang baru dilahirkan dan seterusnya lebih menghendakinya sebagai

sumbangannya terhadap pengetahuan tentang kemanusian dari pada sebagai

penerapan teori-teorinya didalam ruangan-ruangan kelas. Tidak bertentangan

dengan Roussearu Atau Montessori, Piaget mengganggap hal belajar sebagai


suatu proses yang aktif dan harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan

anak.

Piaget (1969) mengatakan bahwa tugas guru bukan memberikan pengetahuan

yang diberikan kepada anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau

memberikan alat-alat atau cara-cara yang menimbulkan minat serta merangsang

anak untuk memecahkan masalah atau mengatasi persoalan-persoalan sendiri.

Tugas-tugas guru atau pendidik memang tidak semudah yang dibayangkan.

Pengetahuan mengenai perkembangan kognitif dengan penahapannya bisa

membantunya. Disamping itu guru atau pendidik harus zcukup peka dan luwes,

seperti juga dikemukakan oleh Ginsburg & opper (1969), terhadap aktivitas anak,

ia belajar dari anak dan diarahkan oleh anak. untuk mengajar anak angka-angka,

harus diperlihatkan bentuk-bentuk benda yang dapat dihitung. Untuk mengajar

warna anak dibutuhkan, dan guru tidak memperlihatkan warna tertentu terhadap

anak untuk dipelajari.

Teori Piaget ini adalah mengenai tugas-tugas mengkonservasikan angka-angka

yang diberikan kepada anak pada masa pra-operasional. Suatu pendapat yang

salah, jika proses belajar diartikan sebagai mempercepat proses perkembangan

kognitif, dengan antara lain mempercepat memberikan tugas-tugas

mengkonservasikan angka-angka pada anak-anak. Sedangkan tugas-tugas

mengkonservasikan angka-angka baru bisa dilakukan anak-anak pada masa

konkrit-operasional.

Dari penjelasan teori diatas, penulis lebih menfokuskan kepada poin “b” dan poin

“c”. Karena memperlihatkan bagaimana seharusnya seorang guru kepada anak

didiknya dalam proses pembelajaran dalam membimbing kognitif anak.

4. Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak


Adapun aspek-aspek perkembangan kognitif anak menurut Piaget dalam Singgih

(2012:141) adalah sebagai berikut :

1. Kematangan, kematangan ini merupakan pengembangan dari susunan

syaraf. Misalnya kemampuan melihat atau mendengar disebabkan oleh

kematangan yang sudah dicapai oleh susunan syaraf yang bersangkutan.

2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan

lingkungannya, dengan dunianya.

3. Transmisi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam

hubungannya denganlingkungan sosial, misalnya cara pengasuhan dan

pendidikan dari orang lain yang diberikan kepada anak.

4. Equilibrasi, yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak, agar

ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri

terhadap lingkungannya

5.Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Anak

Menurut Piaget dalam Singgih (2012:146-159) proses belajar seseorang Pola dan

tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu

dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :

1. Tahapan sensori motor / 0-2 tahun

pada masa ini merupakan masa yang mana ketika bayi mempergunakan sistem

pengindraan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya

mengenal obyek-obyek. Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi masih sangat

tergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagaian alat-alat indrinya sudah langsung

bisa berfungsi. Fungsi-fungsi lainnya juga sudah bisa diperlihatkan seperti

terhadap suara, sentuhan-sentuhan yang menimbulkan rasa sakit dan bau-bauan.

Bayi bukan saja secara pasif menerima rangsangan terhadap alat-alat indra,
melainkan juga bisa memberikan jawaban terhadap rangsangan yakni refleks-

refleks, jelas bahwa refleks yang diperlihatkan bayi bukan sesuatu kemampuan

yang timbul dari hasil belajar dalam hubungan dengan lingkungan atau

rangsangan yang timbul dari lingkungan, melainkan sesuatu keammpuan yang

sudah ada ketika bayi dilahirkan. Refleks-refleks pada bayi umumnya mempunyai

tujuan untuk memungkinkan ia bisa melangsungkan hidupnya, gerak pada mulut

untuk memperoleh makan, bersin untuk mengeluarkan benda-benda yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh dan lainnya.Dengan berfungsi alat-alat indra serta

kemampuan melakukan gerak-gerak motorik dalam bentuk refleks-reflek si bayi

berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.

2. Tahap Pra-Oprasional /2-7 tahun

Perkembangan yang jelah terlihat pada tahap ini bahwa berbeda dengan tahap

sebelumnya ialah kemampuan mempergunakan simbol. Fungsi simbolik, yakni

kemampuan untuk mewakilkan sesutau yang tidak ada, tidak terlihat dengan

sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatau hal mewakili sesutau yang tidak ada.

Fungsi simbolik ini bisa nyata atau abstrak. Sebagaimana diketahui, pada akhir

masa sensori-motor, anak sudah mulai mempergunakan fungsi simbolik, antara

alain, terlihat dengan kemampuannya untuk melakukan hal-hal yang sudah lewat,

sebagai hasil mengamati sesuatu misalnya gerak-gerik motorik. Pada anak sudah

mulai ada kegiatan-kegiatan mental berupa rangkaian simbol-simbol, jadi untuk

mewakili sesuatu yang tidak ada, meskipun masih sangat sederhana.

Pada masa pra oprasional ini, anak bisa menemukan obyek-obyek yang tertutup

atau tersembunyi. Untuk bisa melakukan ini, anka harus bisa melakukan

simbolisasi terhadap obyek yang tidak ada atau tidak diketahuinya ketika terjadi

pemindahan obyek. Anak juga sudah bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru

dan mengamati suatu model tingkah laku. Ia memperlihatkan suatu tingkah laku

sebagaimana tingkah laku yang sama diperlihatkan oleh anak atau orang lain pada
waktu yang sudah lewat. Agar bisa melakukan ini anak harus membentuk

tanggapan internal terhadap sesuatu tingkah laku yang dilihatnya, sebab anak.

tidak langsung meniru model tingkah laku, melainkan ia mengamati, menyimpan

dan pada saat lain memperlihatkan sesuaru (memproduksi).

Pada masa ini pula anak mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu,

mula-mula dengan satu dimensi, misalnya menelompokkan benda atas dasar

warnanya atau ukuran dan bentuknya saja. Semakin lama semakin mampu

memperkembangkan kemampuan mengelompokkan ini atas dasar dua, tiga

dimensi dan seterusnya. Pada masa pra-oprasional ini, dasar-dasar

mengelompokkan benda atas dasar sifat-sifat khusus dengan satu dimensi saja.

Piaget Singgih Gunarsa (2012) mengatakan bahwa anak-anak pada masa pra-

oprasional belum bisa memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda

secara serempak.

3.Tahap Konkrit Operasional / 7-11 tahun

Pada masa ini anak-anak sudah mulai bisa melakukan bermacam-macam tugas,

misalnya tugas untuk menyusun tongkat-tongkat dan menjawab pertanyaan

mengenai konservasi angka maupun isi dengan benar. Menurut Peaget Singgih

Gunarsa (2012) anak-anak pada masa ini konkrit operasional ini bisa melakukan

tugas-tugas konservasi dengan baik, karena anak-anak ada masa ini telah

mengembankan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi yaitu: 1.

Negasi 2. Hubungan timbal balik (resiprokasi) 3. Identitas 4.Tahap Formal

Operasional / 11- dewasa.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak Menurut

Hasnida (2014:45) sebagai berikut :


1. Faktor Hereditas atau Keturunan

Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli ernama

schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-

potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan

teorinya, taraf intelegnsi sudah ditentukan sajak anak dilahirkan, sejak faktor

lingkungan tidak berarti pengaruhnya.

Para ahli psikologo Loehlin, Lindzey dan Spuhler berpendapat bahwa taraf

intelegnsi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan. Pembawaan

ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir (batasan kesanggupan), meskipun

menerima latihan dan pelajaran yang sama perbeda-perbedaan itu masih tetap ada.

2. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh Jhon Locke, dia berpendapat

bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa. Menurut pendapatnya,

perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan

Jhon Locke tersebut perkembangan taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh

pengalaman dna pengetahua yang diperoleh dari lingkungan.

3. Kematangan

Tiap orang (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang apai kesanggupan

menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan

usia kronologis (usia kalender).

4. Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan yang diluar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi

pembentukan sengaja (sekolah, formal) dan pembentukan tidak ruh alam sekitar
atau informal), sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk mempertahankan

hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

5. Bakat

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi

perbuatan itu. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar tak usah

dipertanyakan lagi, jika seseorang tidak berminta untuk mempelajari sesuatu tidak

dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal

tersebut, sebaliknya jika seseorang belajar dengan penuh minat maka dapat

diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik.

Sedangkan bakat diartikan sebagai kemmapuan bawaan, sebagai potensi yang

masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Disamping

intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan

hasil belajar seseorang, hampir tidak ada orang yang membantah bahwa anak

yang belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya memperbesar

kemungkinan berhasilnya usaha tersebut.

6. Kebebasan

Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir devergen (menyebar) yang berarti

bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam

memecahkan masalah-masalah,juga bebas dalam memilih masalah sesuai

kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai