Anda di halaman 1dari 13

BERMAIN KONSTRUKTIF DALAM MEMBANGUN

PENGETAHUAN ANAK USIA DINI BERDASARKAN


PERSPEKTIF TEORI PIAGET
Rezti Fany Dwi Putri (220032301034)
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Pascasarjana Psikologi UNM,
Reztifany96@gmail.com

Abstrak

Pengetahuan sangat penting bagi tumbuh kembang dan terbentuknya perilaku


anak usia dini. Pengetahuan merupakan dasar dari terbentuknya keterampilan diri
melalui penginderaan seseorang. Anak yang mampu mengoptimalkan kemampuan
penginderaannya dalam membangun pengetahuan sejak dini mampu menjadikan
generasi yang memiliki inovasi, kreatifitas, memiliki gagasan terkait problem solving
dan rasa percaya diri. Piaget meyakini bahwa anak mampu membangun
pengetahuannya karena memiliki ketertarikan dengan secara aktif mencari informasi
terhadap dunianya Dalam membangun pengetahuan seorang anak dapat dilakukan
melalui bermain. Kegiatan yang dilakukan dengan bermain sangatlah tepat bagi anak
usia dini karena dilakukan dengan perasanaan senang dan tidak ada paksaan, namun
dalam memilih permainan benar-benar perlu diperhatikan untuk memaksimalkan
perkembangan bagi anak. Saat bermain anak membangun imajinasi, bereksplorasi
dan mengembangkan potensinya. Proses yang terjadi dalam membangun pengetahuan
meliputi skema, asimilasi dan akomodasi. Piaget merekomendasikan pada anak usia
dini bermain konsktuktif guna mengembangkan kreatifitas dan keterampilan yang
mampu memicu kesuksesan sekolahnya dimasa akan datang.
Kata kunci : Bermain Konstruktif, Pengetahuan, Teori Piaget
Abstract
Knowledge is very important for the growth and development and formation
of early childhood behavior. Knowledge is the basis for the formation of self-skills
through one's senses. Children who are able to optimize their sensing abilities in
building knowledge from an early age can make a generation that has innovation,
creativity, has ideas related to problem solving and self-confidence. Piaget believes
that children are able to build their knowledge because they have an interest in
actively seeking information about their world In building a child's knowledge can be
done through play. Activities carried out by playing are very appropriate for early
childhood because they are done with a happy feeling and there is no coercion, but in
choosing a game really needs to be considered to maximize development for children.
When playing children build imagination, explore and develop their potential. The
process that occurs in building knowledge includes schema, assimilation and
accommodation. Piaget recommends that early childhood play constructively to
develop creativity and skills that can trigger future school success.
Keywords: Constructive Play, Knowledge, Piaget Theory
PENDAHULUAN
Menurut Piaget, bermain merupakan hal yang penting untuk memberi peluang
kepada anak agar mampu mengeksplor dunianya melalui pemrosesan informasi
terkait asimiliasi dan akomodasi. Dengan bermain anak akan menemukan sesuatu
yang dapat mengembangkan kemampuannya. Bermain secara tidak langsung
menciptakan situasi belajar melalui objek, peristiwa, kondisi dan konsep. Bermain
mampu melatih koordinasi motorik halus dan motorik kasar (Yus, 2013).
Wahyuni & Azizah (2020) mengemukakan bahwa pada umumnya anak-anak
banyak menghabiskan waktunya dan menyalurkan energinya dengan bermain. Maka
diperlukan permainan yang fungsional untuk tetap mengedepankan edukasi pada
anak. Modul dalam pengembangan permainan diatur dalam kurikulum Merdeka oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan anak usia dini dikenal juga sebagai merdeka bermain. Kurikulum merdeka
ini sangat disenangin oleh anak itu sendiri dikarenakan sesuai dengan pembelajaran
yang didapatkan yaitu bermain. Pada hakikatnya, kurikulum merdeka ini tidak
memaksa maupun mengekang sang anak (Retnaningsih & Khairiyah, 2022). Dengan
demikian, perlu kiranya menerapkan proses pembelajaran dan asesmen yang fleksibel
untuk merancang aktivitas bermain yang mengedukasi anak.
Bermain secara tidak langsung akan mengembangkan potensi dan kemampuan
sang anak secara optimal. Groos mengemukakan bahwa bermain bagian dari proses
menyiapkan diri dalam menjalankan peran orang dewasa kedepannya (Hyun, 1996).
Manfaat utama dalam permainan yaitu mampu memecahkan permasalahan dengan
memberikan anak keterampilan untuk menalar dan memilah suatu sebab akibat
(Gross dalam Barnett, 1990). Strategi pembelajaran dengan menggunakan media
permainan pada anak masa dini memberikan peluang dalam membangun pengetahuan
anak melalui eksplorasi mengeai objek yang diamati dan interaksi yang dilakukan
(Mulyasa, 2017). Pengetahuan yang terbentuk akan disalurkan melalui kreativitas
dalam bentuk seni, karya atau hal lainnya.
Piaget (Nainggolan & Daeli, 2021) mengungkapkan pengetahuan merupakan
aktivitas sosial dikarenakan adanya interaksi antara lingkungan agar mengalami
proses pertumbuhan. Lewat pembelajaran melalui pemahaman atau pengalaman yang
diterima akan membentuk perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif biasa juga
disebut dengan perkembangan intelektual. Perkembangan intelektual didapatkan
melalui permainan, alat peraga dan sejenisnya (Nainggolan & Daeli, 2021).
Sulton (Ginting, 2018) menyatakan pengetehauan yang didapatkan melalui
pengalaman akan mampu mengembangkan dan meningkatkan sikap seseorang. Maka
dapat disimpulkan bahwa sikap atau perilaku seseorang terbentuk melalui
pengetahuan yang didapatkan. Pengetahuan yang diterima oleh anak secara langsung
akan berbeda ketika anak diberikan stimulasi dari orang disekitarnya. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Kamii (Gredler, 2011) bahwa anak belajar melalui pengetahuan
yang diintegrasikannya sendiri. Pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran
dari orang lain akan mengurangi rasa percaya dirinya dan akan bertindak kurang
mandiri dikarenakan anak akan berfokus meminta petunjuk dari orang lain. Anak
yang dibiasakan membangun pengetahuan dalam masa golden age akan menciptakan
generasi-generasi unggul, kreatif, memiliki inovasi terhadap problem solving, dan
inisiatif yang tinggi (Ginting, 2018).
Pada hakikatnya dunia anak merupakan dunia bermain, maka learning by playing
langkah yang tepat untuk membuat strategi pengembangan kreativitas anak. Jenis
permain konskruktif diyakini oleh beberapa penelitian dan telah diterapkan
dibeberapa sekolah-sekolah taman kanak-kanan untuk meningkatkan kecerdasan
anak. Bermain konskrutif ialah pemainan yang memiliki alat peraga maka anak
dengan mudah membentuk dan membangun sesuatu lewat penalaran dan imajinasi
mereka (Tadzkirah, 2020). Keterlibatan anak dalam bermain konstruktif seperti turut
menuangkan ide-idenya ketika melukis, menggambar, membentuk atau membangun
akan menjadikan anak mandiri dan produktif (Hurlock, 1997).
METODE
Pada penelitian ini menggunakan studi literatur yang dimana melakukan kegiatan
dengan mencari berbagai kajian kepustakaan melalui sumber-sumber yang terpercaya
atau penelitian terdahulu untuk mempertajam analisa terkait teori yang dijadikan
variabel. Anshori & Iswati (2019) mendefinisikan studi literatur sebagai jenis
penelitian yang sejalan dengan apa yang hendak diteliti berkenaan dengan metode
pengumpulan data teori-teori atau data pustaka, membaca serta mencatat serta
mengolah data penelitian.
Sugiyono (2012) menggambarkan studi literatur sebagai argumentasi atau
pemaknaan terhadap apa yang dipelajari terkait variabel yang hendak diteliti sesuai
dengan kajian teoritis dan referensi yang ilmiah. Penelitian ini mewajibkan peneliti
dalam mengumpulkan sebanyak-banyak teori serta penelitian-penelitian terdahulu
terkait variabel yang hendak diteliti kemudian menganalisa referensi terkait bermain
konskruktif dapat membangun pengetahuan berdasarkan perspektif Piaget. Dalam
mengolah data penelitian ini menggunakan content analysis yaitu menganalisis setiap
teori-teori yang didapatkan kemudian menginterpretasikannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konsep Anak Usia Dini
Pada masa anak usia dini biasa juga disebut dengan masa golden age, hal ini
dikarenakan menjadi penentu masa depan si anak. Pada masa ini juga dimana sel-sel
otak akan berkembang sangat pesat, oleh karena itu anak membutuhan stimulasi yang
baik dan tepat agar semua aspek terkait aspek kognitif, aspek social dan aspek
emosional dapat berkembang secara optimal (Izzati & Yulsyofriend, 2020).
Mulyasa (2012) mendefinisikan anak usia dini sebagai masa kehidupan yang
paling utama dibanding masa perkembangan lain. Pada masa ini, perkembangan
kecerdasannnya sangat cepat berkembang. Maka dari itu periode di awal kehidupan
sang anak perlu sedemikian rupa diperhatikan karena menjadi penentu kehidupan
dimasa selanjutnya. Bredecam & Couple (Ariyanti, 2016) menjelaskan karakterisnik
anak usia dini yaitu, setiap anak memiliki keunikan tersendiri, menunjukkan perilaku
yang aktif serta energik, memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap dunianya
sehingga seringkali mengeksplor segala sesuatu yang dilihat oleh sang anak, memiliki
kreatifitas dan imajanisi yang tinggi namun tingkat konsentrasi yang rendah atau
sangat singkat. Maka dari itu diperlukan pendidikan yang mampu mendukung proses
perkembangannya dengan pembelajaran yang unik dan memiliki pola perkembangan
yang sistematis dan terkoordinasi (Hasyim, 2015).

Konsep Bermain Konstruktif


Piaget (Lestari, 2020) mengemukakan bermain merupakan membiarkan anak
menginterpretasi dan mengamati lingkungannya. Konsep bermain pada anak usia dini
memiliki tujuan untuk menciptakan situasi belajar menyenangkan dan kondusif agar
pencapaian anak terhadap kemampuannya dapat berkembang secara maksimal.Piaget
(Vries, 2002; Bobik, Boschini, Gervasi, Grandi, Kudela & Rancoita, 2006)
Keutamaan dalam bermain pada anak usia dini merupakan model pembelajaran yang
efektif, mampu mengembangkan pola berpikir, memunculkan kreatifitas melalui
imajinasi-imajinasi yang disalurkan lewat karya maupun ide-ide yang konkret.sejalan
dengan penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Curtis bahwa
dengan bermain dapat mengembangkan semua potensi-potensi anak dikarenakan
aktivitas yang dilakukan berdasarkan rasa keingintahuannya sendiri melalui proses
interaksi kemudian memahami arti bahasa dan gestur (Bobik, Boschini, Gervasi,
Grandi, Kudela & Rancoita, 2006).
Pembelajaran yang dilakukan dengan bermain akan meningkatkan keterlibatan
anak karena tidak ada rasa tertekan maupun paksaan. Bagi anak, bermain adalah
dunia yang menyenangkan maka dengan bermain akan membangun karakter anak
dan merupakan strategi yang ideal dalam memasukkan program edukasi berkaitan
kreatif, kemandirian dan penyelesaian masalah.jenis bermain yang dapat dilakukan
pada anak usia dini yaitu bermain konskruktif. Salah satu tujuan dalam bermain
dengan mengaktifkan kemampuan psikomotorik dan mengembangkan kecerdasan
kognitif (Mifroh, 2020). Piaget mengatakan bahwa pola kognitif anak saling
berkorelasi, memilah dan mempertimbangkan suatu pengalaman anak (Kusuma,
Sukmono & Tanto, 2022). Rangsangan pada anak dapat terbentuk berdasarkan tugas
perkembangannya ketika melakukan penjelajahan lingkungan pada kegiatan bermain
(Hayati & Putro, 2021).
Hurlock (1993) menyatakan bahwa bermain konskruktif mampu menciptakan
kesenangan kepada anak dengan menggunakan alat. Alat-alat yang dibutuhkan dalam
bermain membantu anak untuk mengekspresikan dirinya, memberi kebebasan dalam
bermain melalui penginderaan dan imajinasi. Jenis bermain konskruktif dapat
dilakukan dengan bermain balok, bermain lego, menggambar, menyusun puzzle,
membentuk sesuatu dari lilin/play dough, mazes, monopoli, dan permainan lainnya
yang menggunakan alat peraga.
Rahmatia, Pajarianto, Kadir, Ulpi & Yusuf (2022) menemukan dalam
penelitiannya bahwa dengan bermain konskruktif melalui media balok mampu
mengembangkan kemampuan visual-spasial pada anak serta mendukung kemampuan
anak dalam mengeksplorasi kemampuan maupun bakat yang dimiliki anak. Didukung
oleh Cahyati & Kusumah (2020) dengan bermain konskruktif menggunakan
permainan balok merupakan pembelajaran tidak langsung mengenai bentuk, ukuran
dan warna yang dapat meningkatkan kecerdasan visual-pasial anak. Kecerdasan
merupakan kemampuan untuk mempelajari sesuatu hal baru melalui pengalaman-
pengalaman yang dilalui. Adapun kemampuan terkait kecerdasan visual-pasial yaitu
memiliki bakat dalam menggambar, memiliki kemampuan dalam memadukan warna
lebih baik, mampu mengeksplor dunianya dengan sendiri, memiliki kemampuan
dalam memahami jarak antara dirinya dengan benda lain, mengkonstruksikan sesuatu
yang dilihatnya melalui karya-karya, mampu berkonsentrasi terkait buku-buku
bergambar atau berilustrasi, dan lainnya (Tadzkirah, 2022). Piaget (Anditiasari &
Dewi, 2021) mengatamakan bahwa anak telah mengalami perkembangan kognitif
dalam mengurutkan, klasifikasi, menalar, memahami, konservasi dan toleransi.
Hurlock (1993) menjelaskan terkait ciri-ciri dalam bermain konskrukti,
diantaranya;
1. Reproduktif
Anak akan menuangkan idenya atau memproyek suatu objek yang ia temukan
dalam kehidupannya dengan bentuk menyamakan fungsi dari konstruksi aslinya.
Misalnya anak membuat kucing dari lilin/play dough untuk menvisualisasikan
hewan peliharaannya dirumah.
2. Produktif
Salah satu tujuan bermin konstruktif dimana anak mampu menciptakan sesuatu
baik bersifat abstrak atau memiliki makna artiannya. Dengan bermain konstruktif
anak menggunakan imajinasi untuk menunjukkan orisinalitas dan konstruksi
yang mereka buat, dengan maksud anak memproduksi atau membuat sesuatu dari
bahan mainan yang digunakan.
3. Perasaan Bahagia
Tentunya bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela, tanpa
tuntutan dan tidak ada unsur paksaan. Anak yang diberikan luang untuk bermain
konstruktif mampu menimbulkan perasaan gembira tersendiri pada anak dan
segala sesuatu hasil dari karya anak tentunya dibuat dengan senang hati.

Konsep Pengetahuan Berdasarkan Perspektif Teori Piaget


Anak secara alamiah dapat membangun pengetahuan yang dimilikinya dengan
sendiri. Membangun pengetahuan didapatkan melalui pemrosesan informasi melalui
penginderaan kemudian memproses dalam pikiran. Ginting (2018) mengemukakan
bahwa dengan memberikan kesempatan anak untuk mengeksplor dunianya dengan
memahami dinamika kehidupan. Piaget (Suparno, 1997) menekankan kegiatan
melalui proses skema, asimilasi dan akomadasi untuk membeangun, mengembangkan
dan mengubah pengetahuan.
Piaget (Whildan, 2021) mengatakan bahwa individu yang mampu menyesuaikan
dengan lingkungannya (adaptasi) akan menuju pada tahap menjaga keseimbangan
(ekuilibrium), yaitu kegiatan interaksi individu terhadap lingkungannya (asimilasi)
dan kegiatan interaksi lingkungan terhadap individu (akomodasi). Sejalan dengan
pemaparan yang dilakukan oleh (Dariyo; 2017 dalam Hanafi & Sumitro, 2019) dalam
konsep perkembangan kognitif anak, diantaranya skema, adaptasi, asimilasi
akomdasi, ekuilibrium dan pengorganisasian.
a. Skema
Nasution, Hazmi, Khairunnisa & Mardiah (2023) Menurut Skema Piaget,
anak akan menvisualisasikan dunia berdasarkan informasi yang diterimanya.
Informasi-informasi yang diolah otak anak akan diatur melalui representasi atau
mengorganisasikan. Skema terbentuk secara alami dimulai pada tahap sensori
motorik (0-2) tahun, kemudian informasi yang diterima dimasukkan kedalam
ingatan kemudian disimpan dan melibatkan proses kerja system saraf pusat.
Proses kerja system saraf pusat biasa juga disebut sebagai aktifitas neouron,
ketika anak melakukan berbagai kegiatan maka akan meningkatkan pula
perkembangan otak pada anak.
Skema adalah pola pikir, konsep atau kerangka pikir yang didapatkan
melalui penginderaan kemudian diorgaisasikan dan diinterpretasikan informasi
tersebut. Melalui informasi-informasi demikian akan terus berkembang dalam
mengembangkan pikiran dan pengetahuan anak (Ginting, 2018).
b. Adaptasi
Adaptasi merupakan interaksi sosial yang melibatkan pengalaman
seseorang, dalam hal ini otak secara tidak langsung menyesuaikan dengan cepat
terhadap stimulus yang didapatkan (Handirka, Zubaikdah & Witarsa, 2022).
Ketika anak melakukan interaksi dengan orang disekitarnya maka dapat
dinamakan sebagai adaptasi. Interaksi yang dilakukan akan menambah
pengalaman bagi anak, maka otak akan bekerja untuk melakukan penyesuaian
terkait apa yang didapatkannya. Seluruh kegiatan ini akan mempengaruhi anak
bagaimana dia bertindak atau bersikap (Hanafi & Sumitro, 2019).
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses penginputan informasi baru ke dalam
informasi yang telah ada sebelumnya (Suyadi; Hanafi & Sumitro, 2019). Ketika
anak telah memiliki gambaran terkait sebuah objek dan diberikan pengetahuan
baru yang sesuai dengan skema yang dimilikinya, maka terbentuklah
pengetahuan baru melalui proses adaptasi. Asimilasi akan terbentuk dengan
sendirinya secara sadar pada anak. Dengan proses demikian, anak akan berpikir
bahwa dalam kehidupannya ia harus bertindak untuk mengupgrade
pengetahuannya serta perilakunya.
d. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu kegiatan menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya dengan mengubah atau menambahkan informasi yang dimiliki.
Penyesuaian diri yang dilakukan melibatkan daya imajinasi, keinginan sendiri,
dan pemikirannya (Suyadi; Hanafi & Sumitro, 2019). Akomodasi terjadi ketika
anak mengamati benda-benda disekitarnya kemudian memasukkan ke dalam
mulut lalu membenturkan benda tersebut. Dengan kata lain, anak menggunakan
skema sebelumnya ketika melihat sesuatu, objek maupun benda yang ditemui
dengan memberikan perlakuan yang sama (Wirdani, 2022).
e. Ekuilibrium
Ekuilibrium (keseimbangan) merupakan proses yang dimana dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ekulibrium ini dilakukan
ketika ada kesenjangan atau perasaan tidak nyaman terkait terjadinya
akomodasi dan asimilasi. Ekuilbrium terjadi ketika anak mengalami kesulitan
dalam proses akomodasi pengetahuan serta menyesuaikan pengalaman. Dalam
hal ini melibatkan proses dalam mengembangkan kerangka pikir melalui
pengetahuan sebelumnya. Kegiatan ekuilibrium bentuk dari implementasi dari
satu tahap ke tahap sensori motor lainnya. Perpindahan sensori motor pada anak
terjadi ketika mengalami konflik kognitif, ketidakseimbangan pengetahuan dan
perilaku dan proses saat mengeksplor dunia (Wardani, 2022).
f. Organisasi
Organisasi merupakan pengumpulan beberapa ide-ide terkait suatu objek
berkenan proses asimilasi dan akomodasi kemudian diinterpretasikan. Piaget
mengemukakan bahwa organisasi merupakan kegiatan mengelompokkan
perilaku dan pikiran yang terus terjadi untuk mencapai proses penyempurnaan
(Wardani, 2022).

DAFTAR PUSTAKA
Anditiasari, N & Dewi, R, N. (2021). Analisis Teori Perkemabngan Kognitif Piaget
pada Anak Usia 11 tahun di Brebes. Jurnal Matematikan dan Pendidikan
Matematika. 6 (1); 97-108. P-ISSN: 2502-5872. E-ISSN: 2622-3627.

Anshori & Iswati. (2019). Metodologi penelitian kuantitatif. Surabaya: Unair.


Ariyanti. (2016). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang
Anak. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Voulme 8 No 1.
Barnett, L, A,. (1990). Developmental Benefits of Play for Children Journal of
Leisure Research. 22 (2).: 138 – 53
Bobik, P., Boschini, M. J., Gervasi, M., Grandi, D., Kudela, K., & Rancoita, P. G.
(2006). Primary helium cr inside the magnetosphere: A transmission function
study. Astroparticle, particle and space physics, detectors and medical physics
applications - proceedings of the 9th Conference, 909–916

Cahyati, N., & Kusumah, R. (2020). Peran Orang Tua Dalam Menerapkan
Pembelajaran Di Rumah Saat Pandemi Covid 19. Jurnal Golden Age, 4 (1).
Ginting, M. (2018). Membangun Pengetahuan Anak Usia Dini Melalui Permainan
Konstruktif Berdasarkan Perspektif Teori Piaget. Jurnal Caksana-Pendidikan
Anak Usia Dini. 1 (2); 159-171.
Gredler.M.E. (2011). Learning and Instruction edisi keenam. Jakarta:Kencana

Hanafi, I & Sumitro, A, E. (2019) Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget dan
Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar. 3 (3); 87-93. P-
ISSN : 2580-6890. E-ISSN: 2580-9075.
Handika., Zubaidah & Witarsa. (2022). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget dan Implikasinya dalam Pembelajaran Matematikan di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. 22 (2); 124-140. P-ISSN: 2614-0578.
E-ISSN: 1412-5889.
Hasyim. (2015). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Islam.
JurnalLentera, Volume 1 Nomor 2, ISSN : 1693-6922
Hayati, N, S & Putro, Z, K. (2021). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Islam Anak Usia Dini. 4 (1); 52-64. P-ISSN: 2615-4560. E-ISSN:
2620-5270.
Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak.Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E, B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Izzati, L & Yulsyofriend. (2020)). Pengaruh Metode Bercerita dengan Boneka
Tangan Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Tambusai. 4 (1); 472-481. P-ISSN : 2614-6754. E-ISSN : 2614-3097.
Kusuma, S, W., Sukmono, D, N & Tanto, D, O. (2022). Stimulasi Perkembangan
Kognitif Anak Melalui Permainan Tradisional Dakon, Vygostsky VS Piaget
Perspektif. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. 6 (2); 67-81. P-ISSN: 2581-
2793. E-ISSN: 2654-9476.

Lestari, D, L. (2020). Penitngnya mendidik Problem Solving pada Anak Melalui


Bermain. Jurnal Pendidikan Anak. 9 (2), 100-108.
Mifroh, N. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan Implementasinya
dalam Pembelajaran di SD/MI. Jurnal Pendidikan Tematik. 1 (3). 253-263.
Mulyasa. (2017). Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nainggolan, M, A & Daeli, A. (2021). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget dan Implikasinya bagi Pembelajaran. Journal of Psychology : Humanlight.
2 (1); 31-46.
Nasution, F., Hazmi, D., Khairunnisa & Mardiah. (2023). Perkembangan Kognitif
Anak Menurut Teori Piaget. Jurnal Pendidikan dan Agama Islam. 22 (2); 412-
419.
Rahmatia, Pajarianto, H., Kadir, A., Ulpi, W & Yusuf, M. (2022). Pengembangan
Model Bermain Konskruktif dengan Media Balok untuk Meningkakan Visual-
Pasial Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.6 (1); 45-55.
Retnaningsih, E, L & Khairiyah, U. (2020). Kurikulum Merdeka pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurnal Program Studi PGRA. 8 (2)L 143-158. P-ISSN : 2540-
8801. E-ISSN : 2528-083X.

Tadzkirah. (2020). Pengaruh Bermain Konskruktif Terhadap Kecerdasan Visual


Spasial Anak di TKIT Nurul Fikri Makassar. Jurnal Pemikiran dan Penelitian
PAUD. 6 (1); 1-7.
Wahyuni, F & Azizah, M, S. (2020). Bermain dan Belajar Pada Anak Usia Dini.
Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. 15 (1); 159-176.
Wardani, K, H. (2022). Pemikiran Teori Kognitif Piaget di Sekolah Dasar. Jurnal
Ilmiah Kependidikan. 16 (1); 7-19. P-ISSN: 1979-6668. E-ISSN: 2807-1379.
Whildan, L. (2021). Analisis Teori Perkembangan Kognisi Manusia Menurut Jean
Piaget. Jurnal Pendidikan Agama Inslam. 2 (1). 11-22.
Yus, A. (2013). Bermain Sebagai Kebutuhan dan Strategi Pengembangan Diri Anak.
Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI. 8 (2); 156-158

Anda mungkin juga menyukai