Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era pembangunan saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa

kesejahteraan, kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada

sumbangan kreatif. Sumbangan kreatif yang dimaksud berupa ide-ide

baru, penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dari anggota

masyarakatnya. Untuk mencapai semua itu, perlulah ditingkatkan kualitas

sumber daya manusia yang kreatif. Pentingnya peningkatan kualitas

sumber daya manusia sejak dini sebagai persiapan bagi pembangunan di

masa mendatang yang tentunya memerlukan penanganan yang cukup

serius baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat secara umum.

Dewasa ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) turut memberikan perhatian dalam kaitannya dengan

usaha peningkatan sumber daya manusia. Hadirnya Pendidikan Non

Formal sebagai penjabaran dari system Pendidikan Nasional telah

mengatur adanya usaha-usaha untuk menciptakan generasi yang unggul

melalui pengembangan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Berdasarkan UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 (Depdiknas,

2003:8) dijelaskan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

1
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut. Mengingat pesatnya perkembangan

yang terjadi pada periode awal tersebut, maka para ahli psikologi

perkembangan menyebut masa usia dini sebagai “ the golden age “ (usia

emas). Pada masa usia dini merupakan periode terpenting untuk

merangsang pertumbuhan otak anak dengan belajar melalui berbagai alat

permainan.

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk

memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan

kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial, dan bermain

merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,

anakkanak akan berkata-kata (komunikasi), belajar menyesuaikan diri

dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan

mengenal waktu, jarak, serta suara. Fungsi utama bermain adalah

merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual,

perkembangan sosial, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi. 1.

Sedangkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada peneriman pesan

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik

untuk tercapainya tujuan pendidikan. Proses pembelajaran secara optimal

bila guru mampu menyediakan sarana alat permainan yang mampu

memperkembangkan peserta didik. Media pembelajaran dengan sistem

1
Yupi Supartini, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2002), 125.

2
permainan layak dipergunakan dalam proses pembelajaran karena belajar

sambil bermain dapat membuat suasana belajar lebih menyenangkan bagi

siswa dan tidak membosankan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, sangat diperlukan

pemahaman yang medasar mengenai perkembangan diri anak, terutama

yang terjadi dalam proses pembelajarannya. Hal itu dimaksudkan agar kita

dapat mengetahui ada atau tidaknya kesulitan yang dialami oleh si anak

dalam proses belajarnya. Dengan pemahaman yang cukup mendalam atas

proses tersebut diharapkan sebagai guru meliputi orang tua, pendidik di

lembaga pendidikan mampu mengadakan eksplorasi, merencanakan,

mengimplemtasikan penggunaan sumber belajat dan permainan edukatif.

Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dalam memilih alat

permainan. Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan alat permainan

yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan

perkembangan anak, dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu

dapat mengembangkan kemampuan fisiknya, bahasa, kemampuan

kognitifnya, dan adaptasi sosialnya. Dalam mencapai fungsi

perkembangan secara optimal, maka alat permainan ini harus aman,

ukurannya sesuai dengan usia anak, modelnya jelas, menarik, sederhana,

dan tidak mudah rusak.

Sering kali orang tua tidak mengetahui jenis alat permainan yang

cocok untuk anak usia 3-6 tahun, kurangnya pengetahuan orang tua

3
menyebabkan anak bermain diluar batas usia 3-6 tahun. Banyak faktor

kurangnya pengetahuan orang tua tentang alat permainan edukatif

misalnya orang tua sering tidak memahami karena tidak mengetahui

caranya dan membutuhkan daya kreativitas untuk memanfaatkan benda-

benda yang ada di sekitarnya dengan seefisien mungkin. Berdasarkan hasil

penelitian di beberapa lembaga pendidikan anak prasekolah di beberapa

kota besar di Indonesia memperlihatkan tingkat pengetahuan orang tua

tentang manfaat permainan edukatif didapatkan data sebanyak 42% orang

tua tingkat pengetahuan kurang 33% dengan tingkat pengetahuan cukup,

hanya 25% dengan pengetahuan baik. Sedangkan penyediaan alat

permainan yang bersifat edukatif di sekolah didapatkan data hanya 42,4%

sekolah menyediakan alat permainan edukatif (Rahmadani, 2010).

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan dari 10 orang ibu yang

mempunyai anak usia 3-5 tahun di TK Pandansari Surabaya

memperlihatkan pengetahuan ibu tentang alat permainan eduktif

didapatkan data sebanyak (20%) berpengetahuan baik, (10%)

berpengetahuan cukup, (70%) berpengetahuan kurang (Purwati dan

Abidah, 2013).

Hal ini harus menjadi perhatian serius untuk para guru/pendidik

setiap instansi atau lembaga yang menaungi pembelajaran anak usia dini

agar lebih memperhatikan keefektifan alat permainan edukatif atau alat

peraga edukatif untuk keberlangsungan pembelajaran pada anak agar dapat

bebas berimajinasi dengan alat yang ada. Pembuatan permainan edukatif

4
harus disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum yang ada, dan pada

karakteristik anak. Bahan yang digunakanpun tidak sulit didapat, bahakan

dapat menggunkan barang belas limbah rumah tangga. Yang perlu

diperhatikan adalah, bahan yang digunakan harus aman bagi anak dan

semenarik mungkin.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Alat Peraga Edukasi (APE) dalam perkembangan

pembelajaran anak usia dini

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Permainan/Peraga Edukasi

Alat permainan sebagai sumber belajar mengandung makna

bahwa alat permainan tersebut dirancang, dibuat, dan dimanfaatkan

untuk memberikan kemudahan kepada anak dalam kegiatan

bermainnya (belajar). Alat permainan adalah semua alat yang

digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan naluri bermainnya.Alat

permainan untuk anak dalam pengadaannya selain dapat dibeli di toko

mainan, juga dapat digali dan dikumpulkan dari sekeliling kita. Dalam

perkembangannya, istilah alat permainan ini seringkali dilengkapi.

Menggunakan istilah yang lain yaitu alat permainan edukatif yang

disingkat APE.

Menurut Mayke Sugianto mengemukakan permainan edukatif

adalah alat permainan yang sengaja dirancang khusus untuk

kepentingan pendidikan. Berkaitan dengan alat permainan maka yang

dirancang untuk aspek perkembangan anak.2 Sehingga permainan

edukatif merupakan salah satu bentuk permainan yang dapat

mengembangakan keterampilan, minat, pemikiran dan perasaan.

Melalui kegiatan bermain bersama-sama yang antara lain akan

diperoleh melalui kegiatan bermain dengan orang lain. Dapat digaris

2
Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini. (Yogyakarta: ANDI
OFFSET, 2013), hal 10

6
bawahi perbedaan dengan alat permaianan dengan alat edukatif.adalah

bahwa pada alat permainan edukatif terdapat unsur perencanaan

pembuatan secara mendalam dengan mempertimbangkan karakterisitk

anak dan mengaitkannya pada pengembangan berbagai aspek

perkembangan anak. Sedangkan alat permainan biasa dibuat dengan

tujuan yang berbeda, mungkin saja dapat dikembangkan melalui alat

permainan tersebut.

Permainan edukatif adalah permainan yang memiliki unsur

mendidik yang didapatkan dari sesuatu yang ada dan melekat serta

menjadi bagian dari permainan itu sendiri. Selain itu, permainan juga

juga memberi rangsangan atau respons positif terhadap indra

permainannya. Indra yang dimaksud antara lain pendengaran,

penglihatan, suara (berbicara, komunikasi), menulis, daya pikir,

keseimbangan kognitif, motorik (keseimbangan gerak, daya tahan,

kekuatan, keterampilan, dan ketangkasan), afeksi, serta kekayaan

sosial dan spiritual (budi pekerti luhur, cinta, kasih sayang, etika,

kejujuran, tata krama, dan sopan santun, persaingan sehat, serta

pengorbanan). Keseimbangan indra inilah yang direncanakan agar

mempengaruhi jasmani, nalar, imajinasi, watak dan karakter, sampai

tujuan pendewasaan diri. Sebab, watak seseorang menentukan arah

perjalanan hidupnya.3

3
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar
Bahasa Arab, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hal 29

7
Menurut Tedjasaputra, alat permainan edukatif adalah alat

permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan

pendidikan. Pendapat serupa juga dikatakan oleh Kamtini dan

Tanjung, bahwa alat permainan edukatif adalah alat permainan yang

secara optimal mampu merangsang dan menarik minat anak sekaligus

mempu mengembangkan berbagai potensi anak dan dimanfaatkan

dalam berbagai aktivitas.4

B. Pentingnya Alat Peraga Edukasi

Menurut Adang Ismail beberapa hal yang menjadikan alasan

mengapa alat permainan edukatif penting bagi anak usia dini adalah:5

a. Permainan edukatif dapat meningkatkan pemahaman terhadap


totalitas kediriannya atau mengembangkan kepribadian anak.
b. Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi anak.
c. Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
menciptakan hal-hal baru.
d. Permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.
e. Permainan edukatif dapat mempertajam perasaan anak.
f. Permainan edukatif dapat memperkuat rasa percaya diri anak.
g. Permainan edukatif merangsang imajinasi anak.
h. Permainan edukatif dapat melatih kemampuan berbahasa anak.
i. Permainan edukatif dapat melatih motorik halus dan motorik kasar
anak.
j. Permainan edukatif dapat membentuk moralitas anak.
k. Permainan edukatif dapat melatih keterampilan anak.

4
Novi Mulyani, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2016), hal
128.
5
M. Fadlillah, Buku Ajar Bermain & Permainan, (Jakarta: KENCANA, 2017),hal 61-62.

8
l. Permainan edukatif dapat mengembangkan sosialisasi anak.
m. Permainan edukatif dapat membentuk spiritualitas anak.

C. Manfaat Alat Peraga Edukasi

Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai

fungsi dalam mendukung penyelenggaraan proses belajar anak

sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan bermakna serta

menyenangkan bagi anak. Fungsi-fungsi tersebut adalah: Menciptakan

situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses

pemberian perangsangan indikator kemampuan anak. Sebagaimana

yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kegiatan bermain itu ada

yang menggunakan alat, ada pula yang tidak menggunakan alat.

Khusus dalam permainan yang menggunakan alat, dengan penggunaan

alat-alat permainan tersebut anak-anak tampak sangat menikmati

kegiatan belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui

kegiatan belajar tersebut, diantaranya:6

1. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi

anak dalam proses pemberian perangsangan indikator

kemampuan anak.

2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak

yang positif. Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan

mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dengan

cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka ketahui.

6
Badru Zaman, Media Pembelajaran Anak Usia Dini,(Bandung: UPI Pers,2010), hal 24

9
Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam mengembangkan

rasa percaya diri mereka dalam melakukan kegiatan. Alat

permainan edukatif memiliki fungsi yang sangat strategis sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan anak dalam

melakukan kegiatan-kegiatannya sehingga rasa percaya diri dan

citra diri berkembang secara wajar. Pada kegiatan anak

memainkan suatu alat permainan dengan tingkat kesulitan tertentu

misalnya menyusun balok-balok menjadi suatu bentuk bangunan

tertentu, pada saat tersebut ada suatu proses yang dilalui anak

sehingga anak mengalami suatu kepuasaan setelah melampaui

suatu tahap kesulitan tertentu yang terdapat dalam alat permainan

tersebut. Proses-proses seperti itu akan dapat mengembangkan

rasa percaya secara wajar dimana anak merasakan bahwa tiada

suatu kesulitan yang tidak ditemukan penyelesaiannya.

3. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan

pengembangan kemampuan dasar. Pembentukan perilaku melalui

pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar merupakan

fokus pengembangan pada anak usia usia dini. Alat permainan

edukatif dirancang dan dikembangkan untuk memfasilitasi kedua

aspek pengembangan tersebut. Sebagai contoh pengembangan

alat permainan dalam bentuk boneka tangan akan dapat

mengembangan kemampuan berbahasa anak karena ada dialog

dari tokoh-tokoh yang diperankan boneka tersebut, anak

10
memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal yang disampaikan

melalui tokoh-tokoh boneka tersebut, dan pada saat yang sama

anak-anak memperoleh pelajaran berharga mengenai karakteristik

dan sifat yang dimiliki oleh para tokok yang disimbolkan oleh

boneka-boneka tersebut.

4. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi

dengan teman sebaya. Alat permainan edukatif berfungsi

memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang

harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar misalnya

dengan temantemannya. Ada alat-alat permainan yang dapat

digunakan bersama-sama antara satu anak dengan anak yang lain

misalnya anak-anak menggunakan botol suara secara bersama-

sama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan suatu irama

yang merdu hasil karya anak-anak. Untuk menghasilkan suatu

irama yang merdu dengan perbedaan botol-botol suara tersebut

perlu kerjasama, komunikasi dan harmonisasi antar anak sehingga

dihasilkan suara yang merdu.

D. Bentuk dan Teknik Penggunaan Alat Permainan/Peraga Edukatif

1. APE indoor dan Outdoor

APE indoor adalah sarana fasilitas bermain sambil belajar

yang digunakan di dalam ruangan, baik ruang kelas yang akan

memberi kemudahan kepada anak dalam proses penyampaian tema

11
pelajaran. Sedangkan APE outdoor saran atau fasilitas bermain

sambil belajar di luar ruangan.

Contoh:

 APE indoor

 Menara Geometri yaitu, terdiri dari bentuk segitiga,

lingkaran, persegi, dan persegi panjang. Dengan memasang

bentuk-bentuk geometri pada tiang/stik yang sudah

terpasang tumpuan. Cara memasang alat permainan menara

geometri pada tiang-tiang yang sudah disediakan pada

papan tumpuan sesuai dengan bentuk geometri. Alat

permainan ini dapat meransang pikiran anak, kosentrasi,

pengenalan warna, dan bentuk.

 Jam- jaman yaitu, bentuknya menyerupai jam. Alat ini

terbuat dari kayu di bentuk sesuai dengan sesuai dengan

pola yang telah di haluskan. Cocok digunakan pada usia

2-6 tahun. Alat permainan jam ini dengan cara memutar

arah jarum jam, baik yang pendek dan panjang sesuai

12
dengan yang di khendaki. Biasanya orang tua atau

pendidik akan menyebutkan waktu dalam bentuk angka.

Kemudian anak diminta memutarkannya. Dapat

meningkatkan pikiran, konsentrasi, imajinasi, angka,

warna dan bentuk.

 Balok Istana yaitu, potongan-potongan balok dengan

berbagai bentuk , warna dan ukuran. Cocok digunakan

anak 2- 4 tahun. Cara memainkan alat permainan ini

dengan menyusun balok sesuai dengan imajinasi pada

diri anak. Dapat memnuat istana, rumah-rumahan yang

dikhendaki. Alat permainan dengan berbagai cara.

Dapat meningkatkan imajinasi, kreativitas, daya

konsentrasi, mengenal warna.

13
 Puzzle anggota tubuh yaitu, puzzle yang mencocokkan

gambar dengan yang sudah tersedia. Manfaat nya

membantu anak dalam mengenal anggota tubuh.

 Boneka jari yaitu, alat permainan modern yang dibuat

oleh kain flanel yang di desain berbagai karekater

binatang. Alat permainan ini digunakan dengan jari,

biasanya alat ini digunakan pendidik dan orang tua

sebagai media bercerita dalam menyampaikan

informasi pembelajaran. Dengan demikian boneka jari

ini komunikasi anak akan berkembang cukup baik.

14
 APE Outdoor

 Perosotan yaitu, alat permaian yang idealnya digunakan

umur 3-6 tahun, dengan cara anak meluncur kebawah.

Manfaatnya adalah dapat melatih motorik kasar anak

dan ketangkasan.

 Jungkat Jungkit yaitu, berupa batangan kayu yang

ditengahnya diberi tumpuan. Permainan ini cocok

digunakan 3-6 tahun namun, bissa digunakan 2-3 tahun

tetapi didamping orang tua. Dengan cara menaiki setiap

ujung besi atau kayu kemudian saling mendorong

kebawah dan ke atas. Manfaat yaitu mengembangkan

kosentrasi, keseimbangan, dan kelincahan anak.

 Bak Pasir yaitu, bak yang berisi pasir. Alat permainan

ini adalah kategori bebas karena anak boleh

15
berkreativitas sesuai dengan imajinasinya. Bisa

membuat sesuka hati mereka. Adapun manfaatnya

mengembangkan dan kreatuvutas anak dan melatih

pikiran dan kognitif anak.

2. APE tradisional

APE tradisional adalah segala bentuk alat permainan

edukatif yang diciptakan atau diwariskan orang terdahulu

yang didesain dibuat secara manual menggunkan bahan –

bahan yang sederhana.

Contoh:

 Engrang Batok yaitu, alat permainan yang terbuat dari

batok kelapa. Dengan cara menarik ujuang tali keatas

batok dan jari-jari kaki menjepit tali yang tersedia.

Selanjutnya melangkah kaki kanan dan kiri bergantian,

dan selalu menjaga keseimbangan.

16
• Keris- kerisan yaitu, permaianan yang terbuat dari daun

(janur) kelapa. Daun uang sudah dipisahkan didaunnya

tersebut disusun atau dianyam selang-seling melewati

ujungnya. Alat permainan ini dapat digunakan untuk

bermain peran. Seperti keris-kerisan layaknya raja, dalang

ataupun pendekar dll. Manfaatnya yaitu kreativitas dan

sosial emosional anak.

• Lompat Tali yaitu, permainan tradisional menggunkan tali

ataupun karet, anak yang dapat melompat lebih tinggi

akan menjadi pemenangnya. Permainan ini dilakukan

minimal 3 orang, dimana dua orang memegag dan

merentangkan tali, sedangkan satu yang melompat.

17
Demikian sampai di peroleh pemenangnya. Bermanfaat

sebagai melatih kerja sama, fisik, serta emosional anak.

E. Peran Guru dalam Kegiatan Bermain dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan bermain edukatif guru memiliki beberapa tugas

atau peran, antara lain:

1. Membuat rancangan mengenai APE

2. Menentukan tujuan APE

3. Menentukan pemilihan permainan

4. Menjelaskan teknis (memperagakan) permainan

5. Mendampingi peserta didik

6. Mengawasi peserta didik

7. Melakukan evaluasi terhadap APE yang telah dilaksanakan.

Pemilihan permainan didasarkan pada hal- hal berikut:7

1. Perkembangan emosi dan sosial anak

Perkembangan emosi erat hubungannya dengan

perkembangan sosial. Walaupun demikian, masing-masing

perkembangan memiliki kekhususan. Unsur-unsur yang terkait

dengan emosi adalah perhatian atau pujian. Penguasaan emosi pada

7
Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini. (Yogyakarta: ANDI
OFFSET, 2013), hal 20-25

18
anak banyak tergantung pada faktor-faktor kematangan anak itu

sendiri.

Sedangkan contoh aspek sosial yang terjadi adalah interaksi

yang lancar antara guru dan anak. Agar hubungan erat antara

guru/pendidik dan anak terjalin, beberapa permainan atau alat

bermain dibutuhkan pada awal tahun ajaran.

2. Faktor emosi dan sosial

Merupakan perkembangan kepribadian dan pembiasan

(suatu perilaku yang sering berulang shingga menciptakan suatu

kebiasaan) yang dapat membentuk:

a. Kemandirian, yaitu mampu mengurus diri sendiri (mandi,

berpakaian, bersepatu, menyikat gigi, mengurus barang-barang

milik sendiri).

b. Kebiasaan menghargai orang lain, milik orang lain, pendapat

orang lain.

c. Kemampuan mengambil atau memilih tugas.

d. Rasa tanggung jawab, yaitu mampu menyelesaikan tugas.

e. Kemampuan mengendalikan diri.

f. Kemampuan bekerjasama

g. Kemampuan mendengarkan orang lain

h. Kemampuan mengungkapkan diri.

19
Alat permainan yang diperlukan dalam proses

pengembangan diri dapat dipilih sesuai kebutuhan individual,

kelompok kecil, maupun kelompok besar. Jumlah alat tidak perlu

sebanyak anak didalam kelas, tetapi cukup untuk digunakan secara

bergantian. Alat permainan untuk perkembangan emosi sosial

antara lain:

a. Balok bangunan, berbagai macam balok bangunan seperti balok

besar, kecil, polos, warna, bentuk geometri, kubus-kubus, dan

prisma.

b. Berbagai macam mozaik.

c. Puzel lantai yang dimainkan bersama.

d. Papan permainan.

e. Sudut keluarga, took-tokoan, permainan rumah sakit, polisi,

kantor pos.

3. Motorik halus

Menurut Prof. Janet W Lerner, seorang guru besar di

Universitas Northeastern Illinois dalam bidang ilmu kemampuan

dan ketidak mampuan belajar, motorik halus adalah keterampilan

menggunakan media dengan koordinasian taramata dan tangan.

Oleh karena itu, gerakan tangan perlu dikembangkan. Dengan

memiliki keterampilan gerakan dasar maka anak mulai

bereksplorasi membuat bentuk-bentuk huruf. Alat-alat yang

20
digunakan sebagai media penunjang keterampilan dasar tersebut

sebaiknya bervariasi seperti:

a. Lilin

b. Papantulis, kertas, alat tulis, ranting kayu, pensil gambar dan

spidol

c. Jarijemari

d. Alat pasang – memasang

e. Kertas

f. Gunting

4. Motorik kasar

Terdapat banyak kegiatan dan alat permainan yg digunakan

untuk mengembangkan keterampilan dengan menggunakan otot

besar menggunakan gerakan-gerakan bagian tubuh dengan tangkas

dan tegas. Alatpermainan yang digunakan atara lain :

a. Kantong biji untuk dilempar, tangkap, dam letakkan di kepala

sambil berjalan sampai untuk kegiatan melompat.

b. Titian untuk meniti sambil melihat lurus kearah depan

5. Perkembangan Bahasa

Dasar utama perkembangan Bahasa adalah pengalaman-

pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman-pengalaman

yang kaya itu menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan

21
dan membaca termasuk keterampilan berbahasa yang sifatnya

menerima, sedangkan berbicara dan menulis merupakan

keterampilan yang ekspresif. Perkembangan masing-masing faktor

secara bertahap dan pentingnya memantau persepsi, ingatan,

penglihatan, dan pendengaran anak agar dapat mendeteksi

kelemahan dan pengetahuannya dalam bentuk Bahasa.

22
BAB III

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan

seperangkat instrumen, baik merupakan metode atau cara maupun perkakas yang

digunakan seseorang dalam rangka mendidik anak dengan menekankan konsep

bermain sambil belajar. Dari sudut pandang orang tua atau pendidik APE memilik

arti yang sangat penting. Karena dapat membantu dan memudahkan mereka dalam

mendampingi proses pembelajaran pada anak usia dini. Sedangkan dari sudut

pandang anak-anak APE memiliki arti penting sebagai berikut: dapat

mengembangkan konsentrasi anak, dapat mengatasi keterbatasan bahasa anak,

dapat mendorong anak bersosialisasi, dapat menambah daya ingat dan

pemahaman anak mengenai sesuatu.

Semakin anak diberi stimulasi APE maka perkembangan motorik halus

anak sesuai perkembangan. Alat permainan edukasi untuk perkembangan motorik

halus dapat di lakukan dengan menulis, meronce,menyusun puzzle, mewarnai,

menyusun balok-balok dan menggunting. Dibutuhkan kerjasama orang tua dan

guru dalam menstimulasi perkembangan motorik halus anak. Kemudian dalam

memilih alat permainan untuk anak, orang tua atau pendidik sebaiknya

memperhatikan beberapa prinsip APE (yang mencakup: prinsip produktivitas,

prinsip aktivitas, prinsip kreativitas, prinsip efektifitas dan efisiensi serta prinsip

mendidik yang menyenangkan) dan ciri-ciri alat permainan yang baik untuk anak

(yang meliputi: Desain Mudah dan Sederhana, Multifungsi, menarik, awet,

23
berukuran besar, tidak membahayakan, sesuai kebutuhan, barang murah dan

mudah didapat, bukan karena kelucuan atau kebagusannya, mendorong anak

untuk bermain bersama, serta dapat mengembangkan daya fantasi anak).

24
DAFTAR PUSTAKA

Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: ANDI OFFSET), 2013.

Badru Zaman, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: UPI Pers),
2010.

M.Fadillah, Lilif Muallifatul, Wantini, Eliyyi Akbar, dan Syifa Fauziah,


Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PERDANA), 2014.

M. Fadlillah, Bermain dan Permainan, Cet. 2, Jakarta: Prenada Media


Grup, 2018.

Novi Mulyani, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:


KALIMEDIA), 2016.

Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, Metode Permainan-Permainan


Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab, (Yogyakarta: Diva Press), 2013.

Yupi Supartini, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, (Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC), 2002.

25

Anda mungkin juga menyukai