OLEH :
ITA SARI (2102608157)
Dosen Pengampu:
ii
5. Anak-anak sangat membutuhkan sarana pendidikan berupa alat bermain yang
lengkap. Alat yang lengkap dapat memberi peluang kepada anak untuk dapat
bereksplorasi sepuasnya. Tetapi tidak harus mahal, sebab alat yang mahal bukan
satu-satunya kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan anak-anak.
Namun, harus disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan tujuan pendidikan itu
sendiri. Tujuan pendidikan anak dalam hal ini yaitu mengembangkan daya cipta,
berpikir,dan kemampuan dalam berbahasa dan motorik kasar anak.
Alat permainan sebagai sumber belajar mengandung makna bahwa alat permainan
tersebut dirancang, dibuat, dan dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada anak
dalam kegiatan bermainnya (belajar). Alat permainan adalah semua alat yang digunakan
anak untuk memenuhi kebutuhan naluri bermainnya.Alat permainan untuk anak dalam
pengadaannya selain dapat dibeli di toko mainan, juga dapat digali dan dikumpulkan dari
sekeliling kita. Dalam perkembangannya, istilah alat permainan ini seringkali dilengkapi.
Menggunakan istilah yang lain yaitu alat permainan edukatif yang disingkat APE.
Menurut Mayke Sugianto mengemukakan permainan edukatif adalah alat
permainan yang sengaja dirancang khusus untuk kepentingan pendidikan. Berkaitan dengan
alat permainan maka yang dirancang untuk aspek perkembangan anak.1 Sehingga
permainan edukatif merupakan salah satu bentuk permainan yang dapat mengembangakan
keterampilan, minat, pemikiran dan perasaan. Melalui kegiatan bermain bersama – sama
yang antara lain akan diperoleh melalui kegiatan bermain dengan orang lain. Dapat digaris
bawahi perbedaan dengan alat permaianan dengan alat edukatif.adalah bahwa pada alat
permainan edukatif terdapat unsur perencanaan pembuatan secara mendalam dengan
mempertimbangkan karakterisitk anak dan mengaitkannya pada pengembangan berbagai
aspek perkembangan anak.Sedangkan alat permainan biasa dibuat dengan tujuan yang
berbeda, mungkin saja dapat dikembangkan melalui alat permainan tersebut.
1
Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini. (Yogyakarta: ANDI OFFSET,
2013), h.10
iii
fungsi yang sangat strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
anak dalam melakukan kegiatan-kegiatannya sehingga rasa percaya diri dan citra
diri berkembang secara wajar. Pada kegiatan anak memainkan suatu alat permainan
dengan tingkat kesulitan tertentu misalnya menyusun balok-balok menjadi suatu
bentuk bangunan tertentu, pada saat tersebut ada suatu proses yang dilalui anak
sehingga anak mengalami suatu kepuasaan setelah melampaui suatu tahap kesulitan
tertentu yang terdapat dalam alat permainan tersebut. Proses-proses seperti itu akan
dapat mengembangkan rasa percaya secara wajar dimana anak merasakan bahwa
tiada suatu kesulitan yang tidak ditemukan penyelesaiannya.
3. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan
dasar. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan
dasar merupakan fokus pengembangan pada anak usia usia dini. Alat permainan
edukatif dirancang dan dikembangkan untuk memfasilitasi kedua aspek
pengembangan tersebut. Sebagai contoh pengembangan alat permainan dalam
bentuk boneka tangan akan dapat mengembangan kemampuan berbahasa anak
karena ada dialog dari tokoh-tokoh yang diperankan boneka tersebut, anak
memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal yang disampaikan melalui tokoh-
tokoh boneka tersebut, dan pada saat yang sama anak-anak memperoleh pelajaran
berharga mengenai karakteristik dan sifat yang dimiliki oleh para tokok yang
disimbolkan oleh boneka-boneka tersebut.
4. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya.
Alat permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan
hubungan yang harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar misalnya
dengan temantemannya. Ada alat-alat permainan yang dapat digunakan bersama-
sama antara satu anak dengan anak yang lain misalnya anak-anak menggunakan
botol suara secara bersama-sama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan
suatu irama yang merdu hasil karya anak-anak. Untuk menghasilkan suatu irama
yang merdu dengan perbedaan botol-botol suara tersebut perlu kerjasama,
komunikasi dan harmonisasi antar anak sehingga dihasilkan suara yang merdu.2
2
Badru Zaman, Media Pembelajaran Anak Usia Dini,(Bandung: UPI Pers,2010), h. 24
iv
3. Alat permainan edukatif bisa membantu anak kita dalam mengenal bentuk dan
warna semenjak masih usia dini. Dengan menggunakan alat ini anak bisa mengenal
bentuk-bentuk dan juga warna yang ada di sekitar sehingga mereka bisa lebih
kreatif dalam membuat sesuatu.
4. Permainan edukatif juga bisa membantu anak untuk belajar membaca dan juga
melatih berbicara. Dengan diselingi cerita bisa membantu anak untuk
mengembangkan imajinasi.
5. Permainan anak yang mendidik bisa membantu anak untuk belajar sebab Akibat
seperti memasukan benda besar apakah bisa masuk ke dalam lubang yang kecil.
2. Prinsip Aktivitas
Alat permainan edukatif juga harus dapat mengembangkan sikap aktif anak.
Anak melakukan berbagai aktivitas edukatif yang kreatif dengan penuh semangat.
Misalnya, anak diberikan APE berupa tali. Dengan tali, anak dapat melakukan
aktivitas bermain lompat tali, berlari mengikuti tali, menarik sesuatu dengan tali,
tali temali, dan lain-lain, yang amat bermanfaat dalam mengembangkan motorik
kasar dan motorik halusnya. Artinya, meskipun APE itu murah dan mudah di
dapat, ternyata dapat mengembangkan beberapa aspek yang terdapat dalam diri
anak, yaitu dapat mengembangkan daya berpikir, cipta, bahasa, motorik, dan
ketrampilannya.
3. Prinsip Kreativitas
Melalui eksperimentasi (percobaan) dalam bermain, anak-anak menemukan
bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Kreativitas ini menyangkut cara berpikir kreatif. Yaitu, kemampuan untuk
melihat bermacam-macam jawaban terhadap satu soal. Saat melihat sesuatu, pada
anak yang berpikir kreatif, akan segera muncul ide-ide. Ide itu timbul dalam
dirinya sendiri tanpa perlu pemberitahuan dari orang lain.
v
4. Prinsip Efektivitas dan Efisiensi
Prinsip ini yang harus menjadi tolak ukur bik buruknya efek dari alat
permainan yang digunakan anak. Bukan bagus atau jeleknya, mahal atau
murahnya dari alat yang dipakai, tetapi dapat menghasilkan makna yang besar
atau tidak terhadap perkembngan potensi anak.
Untuk itu, APE harus dapat mengembangkan potensi anak dengan
melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat dalam mengembangkan diri secara
seutuhnya, meskipun biaya yang dikeluarkan relatif murah.
5. Prinsip Mendidik dengan Menyenangkan
APE yang baik bukanlah yang membuat pusing, menjenuhkan, dan
membuat anak bermain menonton. Utnuk itu, dalam pembuatan APE sebaiknya
pendidik atau orang tua mempertimbangkan sisi kemampuan anak dalam
melakukan aktivitas yang dibuatnya itu. Yang terpenting, anak merasa senang
dengan mainan yang dimainkannya. Tanpa disadari si anak, ternyata alat
permainan yang digunakan bermanfaat dalam mengembangkan (IQ) mengarah
pada kemampuan yang menyangkut kerja otak, seperti: daya pikir, cipta,
mengingat dan lain-lain, (EQ) mengarah kepada kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengenali emosi orang lain, memotivasi diri sendiri,
membina hubungan dengan orang lain. Sedangkan (SQ) mengarah kepada makna
serta nilai, seperti: semangat, visi, harapan, serta kesadaran akan makna dan nilai
kita.
vi
tersebut tepat dan mengena pada sasaran edukatif, sehingga anak tidak merasa
terbebani oleh kerumitannya.
2. Multifungsi (Serba Guna)
Peralatan yang diberikan kepada anak sebaiknya serba guna, sesuai untuk
anak laki-laki maupun anak perempuan. Selain itu, alat kreativitas juga dapat
dibentuk sesuai dengan daya kreativitas dan keinginan anak.
3. Menarik
Sebaiknya pilihlah peralatan yang memungkinkan dan dapat memotivasi
anak untuk melakukan berbagai kegiatan serta tidak memerlukan pengawasan
terus-menerus, atau penjelasan panjang lebar mengenai penggunaannya. Dengan
demikian anak akan bebas dengan penuh kesukaan dan kegembiraan dalam
mengekspresikan kegiatan kreatifnya.
4. Berukuran Besar
Alat kreativitas yang berukuran besar akan memudahkan anak untuk
memegangnya. Anak-anak dalam fase anal biasanya semua yang dapat
dijangkau dan dipegang lalu dimasukkan ke mulutnya. Untuk menghindari
kemungkina yang membahayakan, maka sebaiknya memilih peralatan yang
berukuran besar.
5. Awet
Biasanya, peralatan yang tahan lama harganya lumayan mahal. Namun
demikian, tidak semua peralatan yang tahan lama harganya lebih mahal. Ciri dari
bahan yang tahan lama adalah tidak pegas, lentur, keras dan kuat.
6. Sesuai Kebutuhan
Sedikit banyaknya peralatan yang digunakan tergantung seberapa banyak
kebutuhan anak akan peralatan tersebut.
7. Tidak Membahayakan
Tingkat keamanan suatu peralatan kreativitas anak sangat membantu orang
tua atau pendidik dalam mengawasi anak. Karena banyak alat yang dapat
menimbulkan kekhawatiran jika anak menggunakannya, seperti; pisau, cutter,
jarum, peralatan kecil, dan lain sebagainya.
8. Mendorong Anak untuk Bermain Bersama
Untuk mendorong anak dapat bermain bersama, maka diperlukan alat yang
dapat merangsang kegiatan yang melibatkan orang lain. Oleh karenya, orang tua
sebaiknya memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan teman
sebayanya untuk bermain dengan segenap kreativitas positifnya. Contoh alat
yang cukup membantu anak bersosialisasi adalah rumah-rumahan atau tenda
yang sedikitnya dapat menampung minimal dua anak, pistol-pistolan dan bola.
9. Mengembangkan Daya Fantasi
vii
Alat permainan yang sifatnya mudah dibentuk dan diubah-ubah sangat sesuai
untuk mengembangkan daya fantasi anak, karena memberikan kesempatan pada
anak untuk mencoba dan melatih daya fantasinya.
10. Bukan Karena Kelucuan dan Kebagusannya
Alat-alat yang dipilih sebagai alat pengembangan kreativitas anak bukan
sekedar alat yang bagus atau lucu. Akan tetapi alat permainan yang mampu
mengembangkan intelektualitas, afeksi, dan motorik anak.
11. Bahan Murah dan Mudah Diperoleh
Kebanyakan orang tua lebih menyukai peralatan kreativitas yang harganya
cukup mahal. Karena ada image bahwa peralatan yang mahal adalah peralatan
yang berkualitas dan bagus. Peralatan yang mahal tersebut dianggap benar-benar
dapat meningkatkan perkembangan kreativitas anak.
Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Dengan membeli peralatan yang
sudah jadi, sesungguhnya itu telah mengurangi prosentase nilai kreativitas. Jika
orang tua atau guru yang menciptakannya, anak justru lebih suka dan lebih
tertarik untuk dapat berkarya, membuat sesuatu seperti yang dilakukan orang tua
atau gurunya. Sehingga kreativitas anak memiliki nilai plus dibanding dengan
membeli yang sudah siap pakai.
viii