Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa anak usia dini salah satunya dikenal sebagai masa bermain.
Hampir sebagian waktunya digunakan untuk bermain. Dengan bermain anak
usia dini tumbuh mengembangkan seleruh aspek perkembangan dirinya. Oleh
karena itu, seorang guru anak usia dini harus mengetahui hakikat dan arti
bermain dan permainan pada anak serta berbagai keterampilan yang berkaitan
dengan permainan dan bermain anak
Keterampilan tersebut akan berguna dalam merencanakan dan
mengembangkan seleuruh aspek perkembangan anak melalui kegiatan
bermain sambil belajar, belajar seraya bermain.
Dunia anak adalah dunia bermain, jadi sudah selayaknya pendidik
memberikan fasilitas bermain bagi anak. Bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan secara spontan, menyenangkan dan kepuasan. Bermain bagi anak
merupakan kebutuhan pekerjaan bagi orang dewasa. Kegiatan bermain
menjadi pengalaman dan pengetahuan anak. Berkaitan dengan pemberian
kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakekatnya bermain itu
sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang hidupnya. Melalui bermain
anak dapat berlatih, meningkatkan cara berpikir dan mengembangkan
kreatifitas. Berbagai potensi perkembangan dapat diperoleh melalui kegiatan
bermain dan permainan

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori Bermain

A. Konsep Bermain

Kata “main” ini pada awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para
ahli ilmu jiwa. Pada dasarnya arti dari permainan dan mainan adalah sama yaitu
objek dari bermain, sedangkan pengertian dari bermain itu sendiri memiliki
beragam arti, jika ditelusuri lebih jauh, orang yang paling berjasa dalam
meletakkan dasar dalam bermain adalah seorang filsuf dari Yunani yang bernama
Plato.

Menurut Plato, anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika


dengan cara membagikan sejumlah apel pada anak-anak. Juga melalui pembagian
alat-alat permainan miniatur balok-balok kepada anak berusia tiga tahun yang
pada akhirnya akan mengantar pada anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan.
Sehingga Plato berpendapat bahwa bermain sebagai kegiatan yang mempunyai
nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak (Tedjasaputra, 2001:59).

Ciri terakhir menjadi identifikasi yang kuat bahwa seorang anak usia pra
sekolah sedang melakukan kegiatan bermain. Batasan bermain sangat penting
untuk dipahami karena berfungsi sebagai parameter bagi seorang pendidik dalam
menentukan sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak. Ada dua ciri lagi dari
kegiatan bermain yaitu bebas dari aturan-aturan yang ditetapkan dari luar dan
keterlibatan secara aktif dari bermain.

Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:145) pada dasarnya


bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau
pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari
bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak

2
usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat
individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.

Kreativitas anak adalah sebuah proses atau kemampuan yang


mencerminkan kelancaran, keluwesan dan keaslian dalam berpikir serta
kemampuan untuk merinci (mengembangkan atau memperkaya) suatu gagasan
(Tjandrasa, 2012:53). Sedangkan menurut Jamaris (2006:67) ciriciri kreativitas
adalah kelancaran, kelenturan, keaslian, kerincian dan kesabaran serta
kemandirian

B. Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya


perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan (Jamaris dalam
Sujiono, 2009:54).

Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan
bahwa masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secara
khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini
anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai
lingkungannya.

Awal masa kanak-kanak merupakan periode yang bahagia dalam


kehidupan. Kalau tidak, kebiasaan tidak bahagia dengan mudah akan berkembang,
dan sekali ini terjadi akan sulit dirubah. Berikut merupakan tugas-tugas
perkembangan untuk anak usia dini (Hurlock, 1991: 140).

1. Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam


tahun, oleh orang tua disebut sebagai usia yang problematis,
menyulitkan atau mainan; oleh para pendidik dinamakan sebagai usia

3
prasekolah; dan oleh ahli psikologi sebagai usia prakelompok,
penjelajah atau usia bertanya.
2. Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang
dasarnya diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup baik.
3. Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk
mencapai berbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal
mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan
senang mencoba hal-hal baru; dan karena hanya memiliki beberapa
keterampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan
keterampilan baru.
4. Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam
perkembanganya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini
mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi
pembicaraan.

2.2 Tentang Permainan Konstruktif ( Objek )

A. Pengertian Permainan Konstruktif ( Objek )

Hurlock (1980: 122) menyebutkan bahwa permainan konstruktif yaitu anak


anak membuat bentuk-bentuk dengan balok-balok, pasir, lumpur, tanah liat,
manikmanik, cat, pasta, gunting, dan krayon. Sebagian besar konstruktif yang
dibuat merupakan tiruan dari apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
atau dari layar bioskop dan televisi. Pada masa ini anak-anak sering
menambahkan kreativitasnya ke dalam konstruksi-konstruksi yang dibuat
berdasarkan pengamatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Permainan konstruktif merupakan suatu bentuk permainan umum pada


tahun-tahun sekolah dasar, baik di dalam maupun di luar kelas. Permainan
konstruktif adalah salah satu dari sedikit kegiatan yang mirip permainan yang
diizinkan di dalam kelas dan berpusat pada pekerjaan. Permainan kostruktif dapat
digunakan pada tahuntahun sekolah dasar untuk meningkatkan pembelajaran
keterampilan akademik, keterampilan berfikir, dan pemecahan masalah. Banyak

4
pakar pendidikan merencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang mencakup humor,
dan meningkatkan kreativitas (Santrock, 2007: 275)

Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain di mana anak membentuk


sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia,
seperti: membuat rumah-rumahan menggunakan balok, menggambar, menyusun
kepingankepingan kayu bergambar, atau membuat bentuk menggunakan
playdough (Mayke S. Tedjasputra, 2001: 28)

Suratno (2005: 83-84) mengemukakan permainan konstruktif adalah


kegiatan anak bermain dengan menggunakan berbagai alat dan benda untuk
menciptakan atau menghasilkan suatu karya tertentu. Melalui kegiatan bermain
konstruktif anak akan berkesempatan untuk berfikir secara imajinatif sehingga
pikirannya menjadi lebih berdaya. Dengan demikian, kegiatan bermain konstruktif
juga berperan terhadap pengembangan kreativitas anak pra sekolah. Sedangkan
menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001: 50), permainan konstruktif adalah
kegiatan yang menggunakan berbagai benda untuk menciptakan suatu hasil karya
tertentu, dan gunanya untuk meningkatkan kreativitas, melatih motorik halus,
melatih konsentrasi, ketekunan, dan daya tahan.

Dalam penelitian ini permainan konstruktif yang dimaksud adalah suatu


aktivitas dimana anak dapat membentuk atau menciptakan sebuah hasil karya
tertentu.

B. Jenis-jenis Permainan Konstruktif ( Objek )

Hurlock (1978: 330) mengatakan permaian konstuktif adalah jenis


permainan dimana anak dapat membentuk, membangun menggunakan suatu
benda menjadi bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan keinginan anak. Menurut
Mayke S. Tedjasaputra (2001: 57) yang termasuk dalam jenis permainan
konstruktif adalah:

1) Balok

Yaitu jenis mainan yang dapat disusun menjadi bentuk utuh yang
terbuat dari kayu. Misal: membentuk rumah, istana, benteng, dan robot.

5
2) Menggambar

Yaitu jenis permainan yang menuangkan sebuah imajinasi dengan cara


menggambarkan objek dengan nyata, yang diperkuat dengan warna yang
natural agar gambar terlihat lebih indah dan menarik.

3) Puzzle

Yaitu suatu jenis permainan yang mengasah otak anak melalui motorik
halus dan menggunakan daya ingat

4) Play dough atau plastisin

Yaitu suatu jenis permainan yang membutuhkan keahlian motorik


halus, dan membutuhkan suatu kreativitas yang tinggi. Sebab dalam
permainan ini anak dapat membentuk dan membuat anak jenis benda.

Diantara jenis permainan konstruktif yang telah disebutkan diatas,


maka peneliti mengambil jenis permainan konstruktif menggunakan play
dough dan lego. Bermain play dough dan lego dapat meningkatkan
kreativitas anak karena dalam bermain play dough dan lego anak dapat
imajinasinya untuk membentuk suatu benda.

C. Ciri-ciri Permainan Konstruktif( Balok )

Menurut Hurlock (1978: 330) mengemukakan ciri-ciri permainan


konstruktif yaitu:

1) Reproduktif

Anak memproduksi objek yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari


atau media masa ke dalam bentuk konstruksinya, misalnya membuat kucing
dari play dough yang dilihatnya di televisi.

2) Produktif

Melalui bermain konstruktif anak akan menghasilkan suatu karya


dengan menggunakan bahan mainan yang dipergunakannya. Anak menunjuk

6
orisinilitas dalam konstruksi yang mereka hasilkan, dengan kata lain anak
memproduksi atau membentuk melalui bahan mainan yang mereka
pergunakan.

3) Memperoleh Kegembiraan

Melalui bermain konstruktif anak membuat suatau bentuk tertentu,


anak akan memperoleh kegembiraan umumnya terutama pada saat sendirian.
Anak belajar menghibur diri apabila tidak ada teman bermain. Anak juga
belajar bersikap sosial jika anak membangun sesuatu dengan teman
bermainnya dengan bekerja sama dan menghargai prestasinya.

D. Manfaat Permainan Konstruktif ( Objek )

Seto Mulyadi (2004: 61-63) mengatakan ada beberapa manfaat yang


diperoleh dari permainan konstruktif, yaitu:

1) Manfaat fisik

Bermain konstruktif membantu anak mematangkan otot-otot dan


melatih keterampilan anggota tubuhnya. Bermain konstruktif juga
bermanfaat sebagai penyalur energi yang berlebihan. Anak TK
mempunyai kecenderungan bermain aktif misalnya bermain bebas,
bermain konstruktif, bermain peran yang semuanya masih tetap
memiliki kegembiraan.

2) Manfaat terapi

Dalam kehidupan sehari-hari anak butuh penyaluran bagi


ketegangan sebagai akibat dari batasan lingkungan. Bermain
konstruktif juga memberikan peluang bagi anak untuk
mengekspresikan keinginan dan hasratnya yang tidak dapat diperoleh
melalui cara lain

3) Manfaat edukatif

7
Melalui permainan dengan alat-alat anak dapat mempelajari hal-
hal baru yang berhubungan dengan bentuk-bentuk, warna, ukuran, dan
tekstur suatu benda. Semakin besar anak, anak mengembangkan
banyak keterampilan baru didalam bermain, hal ini dapat membantu
pengembangan diri anak.

4) Manfaat kreatif

Bermain konstruktif memberikan kesempatan pada anak untuk


mengembangkan kreativitasnya. Anak dapat bereksperimen dengan
gagasan-gagasan barunya baik dengan menggunakan alat bermain
ataupun tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan seseuatu yang
baru dan unik, ia akan melakukannya kembali dalam situasi yang lain.

5) Pembentukan konsep diri

Melalui bermain konstruktif anak belajar mengenali dirinya dan


hubungannya dengan orang lain. Anak menjadi tahu apa saja
kemampuannya dan bagaimana perbandingannya dengan kemampuan
anak-anak lain. Hal ini memungkinkan anak membentuk konsep diri
yang jelas dan realistik.

6) Manfaat sosial

Bermain dengan teman-teman sebaya membuat anak belajar


membangun suatu hubungan sosial dengan anak-anak lain yang belum
dikenalnya dan mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh
hubungan tersebut.

7) Manfaat moral

Bermain memberikan sumbangan yang penting bagi upaya


memperkenalkan moral kepada anak. Di rumah maupun di sekolah
anak belajar mengenal norma-norma kelompok, mana yang benar dan
mana yang salah, bagaimana bersikap adil dan jujur.

8
Manfaat permainan konstruktif ini adalah manfaat edukatif untuk
mengetahui sesuaatu yang baru, untuk mengembangkan kreativitas anak dan
anak dapat menjalin kerjasama dengan teman yang lainnya.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bermain merupakan salah satu hak asasi manusia, begitu juga pada anak
usia dini. Ada banyak manfaat yang didaptkan dari kegiatan bermain, salah
satunya adalah pengemangan kreativitas. Bermain dalam bentuk apapun, baik
aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun tanpa alat dapat menunjang
ktreativitas anak dalam berbagai taraf. Disini peran orang tua dan guru
pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anak,
dengan memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat
sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Rosda

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Permainan PAUD. Jakarta:


Grasindo

Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakata: Pustaka Pelajar.

Sugianto, Mayke. 1995. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: DEPDIKBUD


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Seto Mulyadi, 2004. Bermain dan kreativitas. Upaya Mengembangkan


Kreativitas Anak Melalui kegiatan Bermain. Jakarta : papas Sinar Sinanti

Suratno. 2006. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional

11

Anda mungkin juga menyukai