Anda di halaman 1dari 8

BERMAIN DAN PERKEMBANGAN ANAK

Oleh: Mimah, Nur Aliyah dan Olga Putri


Prodi PIAUD Jurusan Tarbiyyah STAI Dr. Kh.Ez Muttaqien

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui peran bermain bagi perkembangan
anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain adalah hak anak yang harus
dipenuhi oleh orangtua, guru, masyarakat maupun pemerintah. Melalui bermain
anak memaknai proses pembelajaran learning to live together secara praktis, sebab
anak belajar untuk memberi dan berbagi dengan anak yang lain, sehingga sifat egois
anak berkurang dari waktu ke waktu. Selanjutnya, konsep learning to do juga
dijalankan oleh anak dalam proses bermain, karena anak mengimajinasikan mainan
yang dipegang atau dimainkan dengan konsepnya sendiri.
Kata Kunci: Bermain, Perkembangan, Anak

Abstrac
This paper aims to determine the role of play for child development. The
results showed that playing is a child's right that must be fulfilled by parents,
teachers, the community and the government. Through playing, children interpret
the learning process of learning to live together in a practical way, because children
learn to give and share with other children, so that the selfish nature of children is
reduced from time to time. Furthermore, the concept of learning to do is also carried
out by children in the playing process, because children imagine toys that are held
or played with their own concepts.
Keywords: Playing, Development, Child

Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang paling banyak bermain. Barulah setelah
itu, primata dan hewan (Bruner, 1976). Banyak alasan yang membuat manusia suka
bermain, beberapa di antaranya adalah kesenangan, relaksasi, kesehatan, dan
belajar. Bagi anak-anak, bermain lebih merupakan suatu kebutuhan yang mutlak
ada. Jika tidak, menurut Conny R. Semiawan (2002: 21), ada satu tahapan
perkembangan yang berfungsi kurang baik yang akan terlihat kelak jika si anak
sudah menjadi remaja.

Maka tidak berlebihan, jika Catron dan Allen dalam bukunya Early
Childhood Curriculum A Creative-Play Model (1999:21) mengatakan bahwa
bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal.
Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan
anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri,
orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk
berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu.

Pembahasan

A. Pendidikan Anak Usia Dini Dan Konsep Bermain


Masa usia dini merupakan masa yang pesat bagi optimalisasi perkembangan
anak, maka di perlukan program pendidikan bagi usia dini merupakan pendidikan
yang menentukan terbentuknya kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini
dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-
prinsip pendidikan anak usia yaitu:
1. Dunia anak adalah dunia bermain
2. Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun
sistematika kerja
3. Pendidikan berorientasi pada kebutuhan anak
4. Pendidikan dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu
pada prinsip perkembangan anak
5. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup
anak.

Menurut Susanto bahwa bermain dapat membentuk sikap mental dan nilai-
nilai kepribadian anak diantaranya:

1. Anak belajar menyelesaikan masalah dalam kesulitan terendah sampai yang


tertinggi
2. Anak berlatih bersaing dan membentuk motivasi dan harapan hari esok akan
ada peluang memenangkan permainan
3. Anak-anak sejak dini belajar menghadapi resiko kekalahan yang dihadapi
dari permainan.
4. Anak berlatih sabar menunggu giliran setelah temannya menyelesaikan
masalahnya.
5. Dengan bermain itu anak belajar menyadari keteraturan, peraturan dan
berlatih menjalankan komitmen yang dibangun dalam permainan tersebut.

Bermain merupakan kebutuhan anak ynag sangat penting, dengan bermain


anak akan membangun pengetahuannya tenatng apa yang ada disekitarnya, dan
membangun kreatifitasnya baik dengan menggunakan suatu benda atau alat
permainan maupun tidak.

B. Aspek Perkembangan Anak Dan Bermain Dalam Kurikulum


Anak berkembang dalam berbagai aspek. Aspek-aspek itu dapat dipilah
menurut sudut pandang yang berbeda, tetapi berisi hakikat yang sama. Bagi guru-
guru TK di Indonesia, karena faktor “aturan” dari atas, aspek itu dibagi menjadi
aspek bahasa, daya cipta (kreativitas), daya pikir (kognisi), jasmani (motorik kasar),
keterampilan (motorik halus), dan Perilaku (mencakup moral, agama, disiplin,
emosi, dan keterampilan bermasyarakat)(Depdikbud, 1994). Pada kurikulum yang
sekarang, aspek tersebut telah mengalami perkembangan sehingga meliputi emosi,
sosial, bahasa dan komunikasi, seni, dan daya pikir (Puskur Balitbang, 2002:21).
Apabila dicermati, tugas perkembangan anak sangatlah kompleks dan
beragam. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika pemerintah berupaya
mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak, antara lain :
mengenalkan dunia sekitar; mengembangkan sosialisasi; mengenalkan pada
peraturan; menanamkan disiplin. Pengembangan hal-hal tersebut dimasukkam ke
dalam semua aspek. Hal-hal tersebut perlu dikembangkan karena anak mempunyai
rasa ingin tahu (curiosity) dan antusiasme yang sangat kuat terhadap sesuatu; karena
anak memiliki sikap berpetualang; karena anak senang memperhatikan dan banyak
bertanya; karena anak senang bergerak dan mengembangkan otot-otot besar dan
halus; karena anak perlu mempersiapkan diri terhadap tugas penguasaan
keterampilan dasar akademik yaitu untuk belajar mnggambar dan menulis karena
anak senang berinteraksi dengan teman sebaya karena anak perlu meningkatkan
kemampuan berkomunikasdan halus; karena anak perlu mempersiapkan diri
terhadap tugas penguasaan keterampilan dasar akademik yaitu untuk belajar
mnggambar dan menulis karena anak senang berinteraksi dengan teman sebaya
karena anak perlu meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Oleh karena anak mengembangkan dirinya dan membangun pengetahuannya
dalam keaktifannya saat ia menjelajahi lingkungan sekitarnya, maka proses
pembelajaran dibuat secara natural, hangat, dan menyenangkan melalui kegiatan
bermain. Anak lebih banyak belajar dengan cara berbuat dan mencoba langsung
daripada dengan cara mendengarkan penjelasan orang dewasa. Para ahli meyakini
dan membuktikan bahwa bermain dapat mengembangkan semua aspek
perkembangan anak. Artinya, melalui bermain anak belajar sekaligus
mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang ada di dalam dirinya. Berikut
ini dijelaskan manfaat bermain bagi pengembangan bahasa dan motorik (kasar dan
halus).

C. Bermain Dan Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan
berpikir (thingking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil
keputusan (decision making), kecerdasaran (intellegence) dan bakat (aptittude).
Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognisi seseorang mulai dari saat
dilahirkan hingga usia dewasa. Masing-masing tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia ini
dengan cara yang makin rumit.
Lebih lanjut, Piaget berpendapat bahwa anak menjalani tahapan
perkembangan kognisi sampai akhirnya anak mencapai proses berpikir orang
dewasa. Kegiatan bermain akan sejalan dengan perkembangan kognisi anak mulai
dari tahap sensori motor, bermain khayal sampai kepada bermain sosial yang
disertai adanya aturan sebuah permainan. Dalam teori Piaget, bermain bukan saja
mencerminkan sikap perkembangan kognisi, melainkan anak sendiri sementara
memberikan sumbangsih bagi perkembangan kognisi anak tersebut.
Sedangkan menurut Santrock, dalam perkembangannya, anak memulai
bermain dengan sebelas cara yakni (1) sensorimotor, bermain dengan penginderaan
dan anggota badan; (2) bermain fungsional dimana anggota tubuh menjadi ojek
bermain; (3) bermain pengamatan, anak tidak bermain hanya mengamati, karena
dengan mengamati anak lain bermain, kepuasan dalam diri anak terpenuhi; (4)
bermain pasif, gerakan aktif tidak diperlihatkan dalam aktivitas. Misalnya
menonton acara TV atau mendengarkan musik; (5) bermain aktif: anak bermain
dengan keaktifan anggota tubuhnya; (6) bermain soliter: tidak membutuhkan teman
bermain; (7) bermain pararel: tidak ada interaksi antara anak yang satu dengan anak
yang lain dalam aktivitas bermain walaupun anak-anak duduk berdampingan; (8)
bermain sosial: bermain bersama teman dengan interaksi dan sosialisasi (anak
bermain berhadapan); (9) bermain kooperatif: bermain secara berkelompok
bersama teman dengan peran dan tugas masing-masing. 10) bermain peran: untuk
topik tertentu, anak bermain dengan memerankan berbagai profesi, atau benda.
Pada poin ini terjadi metakomunikasi, dimana anak mampu berbicara melebihi
kemampuannya dalam menggambarkan situasi yang sebenarnya; dan (11) Bermain
simbolik: simbol sebagai pesan dalam bermain. 1
Kemampuan menggunakan simbol terlihat pada usia 4-7 tahun, di mana
anak mensimbolisasikan sesuatu dalam permaianan. Misalnya, kursi “dijadikan”
kereta api, pensil dianggap pistol dan sebagainya. Penggunaan kata-kata juga
merupakan rangkaian simbol-simbol yang tersusun untuk mengungkapkan sesuatu
yang terlihat dan yang tidak terlihat, maupun mengenai hal abstrak seperti kemarin,
nanti atau besok. Pada masa pra operasional, anak tidak dapat memusakan perhatian
pada dua dimensi benda yang berbeda secara bersamaan. Pemusatan perhatian
hanya pada tiga hal yakni: (1) menyusun benda-benda dalam urutan-urutan sesuai
ukuran; (2) pengelompokan benda; dan 3) konservasi.

D. Bermain Dan Perkembangan Bahasa


Meskipun bahasa dan komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kognisi, tetapi
dalam hal ini dibicarakan tersendiri karena bahasa dan komunikasi merupakan
aspek perkembangan yang utama pada anak. Kecepatan anak dalam berbicara
(bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam dan menjadi bukti kuat dari
dasar biologis untuk pemerolehan bahasa (Chomsky, 1968). Pada saat yang sama,
perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan untuk menggunakan
seluruh arturan berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara) maupun interpretasi
(memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan anak.
Selama tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di Taman Kanak-kanak,
interaksi dengan orang dewasa dan penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan
yang penting dalam mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi anak
(Bredekamp & Copple, 1999:100). Pada usia TK, anak-anak biasanya telah

1
Santrock, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan, Indeks dan Praktek. Jakarta: PT Indeks.
menguasai sekitar 4000 hingga 6000 kata. Pada usia ini, bahasa berkembang sangat
cepat. Rata-rata anak menambahkan 50 kata baru setiap bulan. Pada usia itu pula,
anak-anak mulai mengenal tulisan, variasi bahasa yang berbeda dalam berbagai
konteks, seperti bahasa untuk bertelepon, memesan makanan di restoran, atau
mengucapkan selamat pada pesta ulang tahun.
Bahasa lisan memegang peranan yang penting bagi perkembangan sosial
anak. Di samping itu, perkembangan bahasa lisan juga menjadi alat untuk
merepresentasikan mental yang oleh Vygotsky (1978) disebut “mediasi verbal”,
yakni kemampuan untuk memberi label pada objek dan proses yang sangat penting
untuk perkembangan konsep, generalisasi, dan kemampuan berpikir. Peningkatan
kapasitas penggunaan bahasa anak usia dini merupakan kunci perkembangan
mereka dan memungkinkan anak menyelesaikan problem baru tanpa semata-mata
mempercayakan pada metode coba-ralat. Bemain menyediakan ruang dan waktu
bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka saling berbicara,
mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap
persoalan yang muncul. Terlebih-lebih kegiatan bermain peran. Kegiatan bermain
peran memiliki manfaat yang sangat besar terutama untuk menunjang
perkembangan bahasa dan berbahasa anak. Bahkan, bermain peran memiliki peran
yang besar bagi perkembangan kognitif, emosi, dan sosial anak.2
Beberapa permainan yang dapat digunakan untuk meningkatkan aspek
perkembangan bahasa adalah :
a) Bermain peran Anak memainkan peran tertentu, seperti pohon yang ditebangi,
daun yang sedih karena rontok, anak yang patuh, atau anak yang tersesat. Kata-
kata yang digunakan tidak terlalu panjang, berwujud pengulangan-
pengulangan, dan memungkinkan anak berimprovisasi dengan gerak-gerak
yang termaknai anak.
b) Kuis kata, tebak kata, tebak huruf Anak mencari kata-kata yang sesuai,
mengidentifikasi kata-kata yang tidak hadir, atau mengidentifikasi huruf-huruf
yang disembunyikan.
c) Cocok kata, cocok huruf Anak-anak mencocokkan kata dengan gambar, huruf
awal dengan gambar, menata huruf hingga membentuk kata, mencocokan hiruf
artifisial (dari daun misalnya) dengan lambang huruf yang sebenarnya.
d) Tirukan-laksanakan Anak-anak menyimak cerita pendek yang berisi perintah
yang harus dilaksanakan anak. Misal, sang raja tertawa..ha..ha.. “Ambilkan tiga
buah balok warna apa saja”. (permainan ini merangsang keterampilan
menyimak anak)

E. Bermain Dan Kreativitas


Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga
hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam

2
Bredekamp, Sue & Copple, Carol. 1999. Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood
Programs. Washington, D.C. : National Association for the Education of Young Children.
suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas
mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan
sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan
pearasaan bebas secara psikologis.Rasa aman dan bebas secara psikologis
merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima
apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa
aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk
mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat
dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kreativitasannya. Ia dapat bereksperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik
yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu
menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi
yang lain. Kreativitas memberikan anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang
sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan
pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena
menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan
menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas. Bermain
memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan
kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk
menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu
hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu
yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara.
Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir
dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan
perkembangan kreativitas anak. Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu
mengembangkan kreativitas, antara lain: 1) Mendongeng 2) Menggambar 3)
Bermain alat musik sederhana 4) Bermain dengan lilin atau malam 5) Permainan
tulisan tempel 6) Permainan dengan balok 7) Berolahraga
F. Bermain Dan Perkembangan Sosial
Kegiatan sosialisasi anak ketika bermain, anak akan berinteraksi dengan
orang lain, baik teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan. Pada saat itulah anak
berkesempatan mengenal aturan sosial dan memperaktekannya dalam interaksinya.
Hal ini anak akan mendorong anak akan belajar berunding, menyelesaikan konflik,
dan bahkan berkompetisi, intinya, pada saat mereka bermain mereka akan belajar
hidup berdampingan dengan orang lain, dan mendorong munculnya persahabatan
dengan teman sebaya.
Aspek sosial dalam diri anak mengalami perkembangan dari masa pra sosial
atau sosial menuju masa sosial membutuhkan waktu yang relative lama. Proses
sosial ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dalam diri anak maupun diluar
diri anak. Faktor dalam diri anak seperti kecerdasan, pengetahuan, kesehatan,
wawasan. Sedangkan faktor dari luar anak seperti kebiasaan dalam keluarga,
lingkungan disekitar, kondisi keluarga.
G. Bermain Dan Perkembangan Emosional
Bermain merupakan media ekpresi perasaan dan ide-ide anak. Anak akan
belajar menghadapi kehidupan nyata, dan mengatur emosi perasaanya pada saat
bermain. Hal ini akan mendorong anak untuk memahami diri sendiri. Seperti
belajar menahan diri, mampu mengatur emosi dan belajar berbagi dengan sesama3.
Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode
perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik, sosial dan komunikasi. Adapun salah
satu aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan dalam kegiatan bermain
menurut Diana Mutiah, yaitu: bermain untuk pengembangan social-emosional.
Maksudnya adalah sebagai berikut :
a. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan
menyelesaikan masalah. Contoh seperti saat anak-anak yang bermain
“dokter-dokteran”. Misalnya, harus berpikir dimana ruang dokter, apa yang
digunakan sebagai stetoskop anak juga akan memikirkan tugas dokter dan
mempertimbangkan materi-materi tertentu, seperti warna, ukuran dan
bentuk agar sesuai dengan karakteristik dokter yang diperankan.
b. Bermain meningkatkan kompetensi social anak. bermain mendukung
perkembangan sosialisasi dalam hal-hal berikut :Interaksi sosial, yakni
interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan memecahkan konflik
c. Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut.
d. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial.

3
Syamsu Yusuf, 2004 psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT remaja rosdakarya
e. Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri.

Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bermain merupakan suatu kegiatan yang
menyenangkan yang muncul dari dalam diri individu, baik bagi anak-anak, remaja
hingga dewasa. Bermain bagi anak usia dini tidak hanya suatu kegiatan yang
menyenangkan akan tetapi merupakan kegiatan yang memiliki tujuan yaitu untuk
mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak. Seperti perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembnagn sosial dan perkembangan emosional. Melalui kegiatan bermain anak
akan belajar banyak hal dan akan mudah menyerap pengalaman yang
didapatkannya pada saat bermain.
Dengan demikian bermain merupakan sarana bagi anak untuk dapat
pngetahuan tentang lingkungan dan sekitarnya yang kemudian hal tersebut akan
sangat bermamfaat bagi anak untuk dapat mengembangkan kemampuan yang ada
dalam dirinya.

Daftar Pustaka

Bredekamp, Sue & Copple, Carol. 1999. Developmentally Appropriate Practice in


Early Childhood Programs. Washington, D.C. : National Association for the
Education of Young Children.
Pratiwi wiwik, 2017 konsep bermain pada anak usia dini Jurnal: pendidikan islam
vol 5 no 2
Santrock, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan, Indeks dan Praktek. Jakarta: PT
Indeks.
Sujiono 2013 konsep dasar anak usia dini Jakarta: PT Indeks
Syamsu Yusuf, 2004 psikologi perkembangan anak dan remaja Bandung : PT
Remaja rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai