Abstrak
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa
paksaan atau tekanan dari pihak luar. Artikel ini disusun dalam rangka memperdalam
kesadaran masyarakat akan pentingnya peran bermain dalam proses perkembangan
anak usia dini, dengan suatu harapan dapat mengedukasi masyarakat khususnya para
orang tua dalam memperhatikan jenis dan pola bermain pada anak usia dini. Artikel ini
menggunakan metode kualitatif dengan memberikan penjelasan berupa analisis
terhadap kegiatan bermain pada anak usia prasekolah atau usia dini. Metode ini bersifat
subjektif dengan berdasarkan pada landasan teori.
Pendahuluan
Masa prasekolah atau masa anak usia dini merupakan masa yang bahagia dan
menyenangkan pada rentang kehidupan anak. Pada masa ini, anak akan mengeksplorasi
lingkungan tempat ia biasa bermain. Belajar hal baru, mendapatkan pengalaman baru,
dan dapat bertemu dengan teman-teman sesuianya merupakan kegiatan dalam bermain
anak. Pada saat bermain, anak diharapkan dapat merasa nyaman, senang, tidak merasa
terpaksa, bebas berekspresi, berimajinasi, dan tidak merasa terbebani.
Kegiatan bermain pada anak perlu dijaga, diperhatikan dan didukung dengan
baik khususnya oleh orang tua anak. Namun, sayangnya banyak dijumpai para orang
tua yang menganggap jika permainan pada anak justru akan membuang-buang waktu.
Mereka merasa lebih baik jika waktu bermain pada anak lebih baik digunakan untuk
mempelajari sesuatu yang berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan
dewasa. Tidak jarang orang tua memilih agar rumahnya tetap rapi, tidak tersentuh oleh
anak saat bermain atau membatasi secara ketat anaknya dalam bermain sehingga tanpa
disadari, mereka telah menghambat perkembangan anaknya untuk belajar, mencari
pengalaman, dan menemukan potensinya dalam kegiatan bermain.
Metodologi
Pembahasan
Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa
paksaan atau tekanan dari pihak luar, sebagian orang menyatakan bahwa bermain sama
fungsinya dengan berkerja. Meskipun demikian, anak memiliki persepsi sendiri
mengenai bermain dimana bermain menurut Hurlock dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu bermain aktif dan hiburan.
Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan belajar
banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi,
toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas (Mulyasa 2014: 166). Sebagian
besar interaksi dengan teman-teman sebayaakan salah sat selama masa anak-anak
melihatkan kegiatan bermain, namun bermain sosial merupakan salah satu dari tipe
bermain (Seffert, 2006). Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang
dilakukan demi aktivitas itu sendiri dan memilki berbagai fungsi dan bentuk.
Minat bermain pada anak terkadang tidak dapat dipertahankan hingga anak itu
dewasa. Minat anak untuk bermain dengan mainan mulai berkurang seiring
bertambahnya usia mereka. Dan ketika mereka mencapai usia sekolah, mainan-mainan
itu dianggap seperti “bayi” dan ia ingin memainkan permainan-permainan orang
dewasa (Hurlock, 1980).
Peran Bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak yang sangat penting. Dengan bermain anak
akan membangun pengetahuannya tentang apa yang ada di sekitarnya dan membangun
kreatifitasnya baik dengan menggunakan suatu benda atau alat permainan maupun
tidak. Ada tiga teori bermain modern yang memberikan tekanan pada konsekuensi
bermain pada anak dan sebagai acuan dan menunjang main anak dalam tahapan
perkembangan anak.
Yang pertama adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Dalam teori psikoanalisis tersebut melihat bermain anak sebagai alat yang penting bagi
pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri anak ketika anak dapat
menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah keterampilan sosial.
Yang kedua adalah teori perkembangan kognitif yang menguji kegiatan bermain
dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual, yang berpandangan bahwa setiap
manusia mempunyai pola struktur kognitif baik itu secara fisik maupun mental yang
mendasari perilaku dan aktivitas intelegensi seseorang dan berhubungan erat dengan
tahapan pertumbuhan anak dengan kata lain itelektual dan afektif selalu berjalan
berdampingan. Teori ini percaya bahwa emosi dan afeksi manusia selalu muncul dari
suatu proses yang sama di dalam tahapan tumbuh kembang kognitif sehingga Piaget
membagi tahapan tumbuh kembang kognitif ke dalam empat jenis proses yaitu
asimilasi, akomodasi, konservasi, reversibiliti.
Yang ketiga adalah teori dari Vigotsky yang menekankan pada pemusatan
hubungan sosial sebagai hal yang penting yang mempengaruhi kognitif, karena anak
akan menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya kemudian menjadi bagian dari
perkembangan kognitifnya.
Bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak, khususnya pada anak usia
dini merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan karena bagi anak
belajar adalah bermain dan bermain itupun adalah belajar. Bermain penting bagi
perkembangan kognitif dan sosio-emosi anak-anak (Coplan&Arbeau, 2009). Para ahli
telah memfokuskan berbagai aspek berbeda dari bermain dan menekankan fungsi-
fungsinya. Selain itu, bermain juga memilki beberapa peran penting lainnya, berikut
adalah peran-peran bermain dalam proses perkembangan anak usia dini.
Tahapan Bermaian
Tipe-Tipe Permainan
Keempat adalah tipe permainan sosial (socialplay). Permainan tipe ini terjadi
ketika anak-anak melakukan kegiatan bermain, mereka melibatkan interaksi dengan
teman-teman sebayanya. Permainan sosial pada ssebagian besar anak adalah konteks
utama bagi interkasi sosial anak-anak dengan teman sebayanya (Coplan&Arbeau,
2009). Permainan ini mencakup pergantian, perakapan tentang suatu topik, permainan,
rutinitas sosial, serta permainan fisik (Sumaroka & Bornstein, 2008). Permainan sosial
dirasakan sebagai kesenangan bagi elakunya (Sumaroka & Bornstein, 2008).
Keenam adalah tipe Games. Games adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh kesenangan dan memilki aturan-aturan. Games sering bersifat kompetitif.
Anak-anak prasekolah mulai berpartisipasi di dalam permainan sosial yang mencakup
aturan-aturan sederhana yang bersifat timbal-balik.
Simpulan
Bermain adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh anak pada usia prasekolah
atau usia dini. Bermain merupakan media belajar yang baik untuk anak-anak.Bermain
merupakan kebutuhan anak yang sangat penting karena dengan bermain anak akan
membangun pengetahuannya tentang apa yang ada di sekitarnya dan membangun
kreatifitasnya baik dengan menggunakan suatu benda atau alat permainan maupun
tidak. Para orang tua perlu membimbing anak mereka dalam bermain, dan diharapkan
dapat membantu perkembangan mereka di usia keemasan (golden age) untuk
mengeksplorasi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dalam bermain, anak-anak
akan mengembangkan kemampuan fisik, kemampuan intelektual, dan kemampuan
emosional mereka.
Referensi
Rohmah, Naili. (2016). Bermain dan pemanfaatannya dalam perkembangan anak usia
Pratiwi, Wiwik. (2017). Konsep bermain pada anak usia dini. Jurnal Manajmenen