Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Stimulasi sangat penting bagi anak usia dini. Karena dengan stimulasi,
perkembangan anak akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Selain itu, stimulasi juga berfungsi
sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak pada masa depannya
nanti. Stimulasi adalah suatu upaya orang tua untuk merangsang perkembangan anak
yang dilakukan sejak lahir dengan mengajak anak bermain dalam suasana penuh
gembira dan kasih sayang. Bagi mereka permainan membuat potensi mereka
terangsang dengan seimbang karena anak merasa senang belajar seraya bermain.
Sehingga anak tidak merasa kesulitan dalam belajar dan mereka tidak akan cepat
bosan.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang demi
kesenangan tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Anak dibawah 6
tahun mempunyai masa bermain yang cukup panjang. Apapun yang dilakukan anak
dapat menimbulkan kesenangan.
Bermain ialah dunia main bagi anak usia pra sekolah dan menjadi hak pada anak
untuk dapat selalu bermain. Sebab masa mereka memang hanya untuk bermain.
Melalui bermain anak dapat memetik beberapa manfaat antara lain adalah terpenuhinya
segala aspek perkembangan. Aspek tersebut dapat meliputi aspek fisik motoric,
kecerdasan, social, emosional dan kedisiplinan. Dalam bermain anak dapat mengasah
kekuatan dan ketrampilan fisik, imajinasi, berpikir dan bersosialisasi. Sebab dengan
bermain maka anak spontan dan langsung akan menggunakan benda-benda sekitar dan
lingkungan sekitar untuk diajak bermain. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan
yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot.( CRI ;1997). Oleh karena
itu, jika stimulasi ini dilakukan dengan optimal dan tepat akan sangat membantu
perkembangan ketrampilan motorik anak dengan optimal.
Namun perlu diketahui juga, bahwa dalam bermain ada tahap-tahap
perkembangan bermain yang perlu diperhatikan berdasarkan usia anak usia dini dan
berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan
pada anak dapat tumbuh optimal sesuai dengan tahap perkembangan anak tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang timbul dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja tahapan aktivitas bermain pada anak usia dini ?
2. Apa saja tahap perkembangan bermain pada anak usia dini?

1.3 TUJUAN MASALAH


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui tahapan aktivitas bermain pada anak usia dini
2. Untuk mengetahui tahap perkembangan bermain pada anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TAKAPAN AKTIVITAS BERMAIN


Tahapan-tahapan aktivitas dan perkembangan bermain menurut para ahli bagi
anak usia dini yaitu :

1. Mildred Parten (1932)

Midrer Parten dalam (Santrock, 2009: 217) mengklasifikasikan tahapan-tahapan


bermain anak.

a. Unoccupied Play

Pada tahapan ini, anak terlihat tidak bermain seperti yang umumnya dipahami sebagai
kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik
perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik, maka anak akan menyibukkan
dirinya sendiri. Ia mungkin hanya berdiri di suatu sudut, melihat ke sekeliling ruangan,
atau melakukan beberapa gerakan tanpa tujuan tertentu. Jenis bermain semacam ini
hanya dilakukan oleh bayi. Jenis bermain ini belum menunjukkan minat anak pada
aktivitas atau objek lainnya. Tahapan bermain ini biasanya hanya dilakukan oleh bayi.

b. Solitary Play

Pada tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak berhubungan dengan permainan
teman-temannya. Anak asyik sendiri dan menikmati aktivitasnya. Ia tidak
memperhatikan hal lain yang terjadi. Untuk anak-anak, bermain tidak selalu seperti
aktivitas bermain yang dipahami oleh orang dewasa. Ketika ia merasa antusias dan
tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut bermain, walaupun mungkin anak hanya
sekedar menggoyangkan badan, menggerakkan jari-jarinya, dll. Pada tahapan ini, anak
belum menunjukkan antusiasmenya kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain.
Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak usia bayi sampai umur 2 tahun dan
menurun di masa-masa selanjutnya.

c. Onlooker Play

Pada tahapan ini, anak melihat atau memperhatikan anak lain yang sedang bermain.
Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di sinilah anak mulai
mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari
lingkungan. Walaupun anak sudah mulai tertarik dengan aktivitas lain yang
diamatinya, anak belum memutuskan untuk bergabung. Dalam tahapan ini anak
biasanya cenderung mempertimbangkan apakah ia akan bergabung atau tidak.

d. Parallel Play

Pada tahapan ini, anak bermain terpisah dengan teman-temannya namun menggunakan
jenis mainan yang sama ataupun melakukan perilaku yang sama dengan temannya.
Anak bahkan sudah berada dalam suatu kelompok walaupun memang tidak ada
interaksi di antara mereka. Biasanya mereka mulai tertarik satu sama lain, namun
belum merasa nyaman untuk bermain bersama sehingga belum ada satu tujuan yang
ingin dicapai bersama. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak di
masa awal sekolah.

e. Associative Play

Pada tahapan ini, anak terlibat dalam interaksi sosial dengan sedikit atau bahkan tanpa
peraturan. Anak sudah mulai melakukan interaksi yang intens dan bekerja sama. Sudah
ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama namun biasanya belum ada peraturan.
Misalnya melakukan anak melakukan permainan kejar-kejaran, namun seringkali tidak
tampak jelas siapa yang mengejar siapa. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh
sebagian besar masa anak-anak prasekolah.

f. Cooperative Play
Pada tahapan ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau
pembagian tugas/peran dalam permainan sudah mulai diterapkan untuk mencapai satu
tujuan tertentu. Misalnya, bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan,
dll. Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya kompetisi dan kerja sama anak.
Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak pada masa sekolah dasar,
namun dalam sudah dapat dimainkan oleh anak-anak taman kanak-kanak bentuk
sederhana.

2. Jean Piaget (1962)

Sejalan dengan perkembangan kognisi atau daya pikir anak, Jean Piaget (Mursalin,
2011) mengemukakan tahapan bermain sebagai berikut:

a. Sensory Motor Play (± ¾ bulan 1/2 tahun)

Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-
4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikategorikan sebagai bermain.
Kegiatan bayi hanya merupakan pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya,
dan Piaget menamakannya reproductive assimilation. Pada usia 7-11 bulan kegiatan
yang dilakukan anak bukan semata-mata berupa pengulangan, namun sudah disertai
dengan variasi. Misalnya anak melihat wajah di balik bantal yang disingkapkan, anak
melakukan terus dengan berbagai variasinya. Pada usia 18 bulan tampak adanya
percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak. Contohnya anak yang bermain
dengan kaleng bekas dan sepotong kayu, secara tidak sengaja memukul kaleng dari sisi
yang berbeda. Ternyata menimbulkan suara berbeda, sehingga dari pengalaman ini ia
mendapat pengetahuan baru.

b. Symbolic atau Make Belive Play (±2-7 tahun)

Symbolic atau Make Belive Play merupakan ciri periode pra operasional yang terjadi
antara usia 2-7 tahun yang ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura.
Misalnya menggunakan sapu sebagai kuda-kudaan, menganggap sobekan kertas
sebagai uang. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan dan
mengkonsilidasikan (menggabungkan) pengalaman emosional anak.

c. Social Play Games with Rules (±8 tahun-11 tahun)

Dalam bermain tahap yang tertinggi, penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh
nalar, logika yang bersifat obyektif, sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat
dalam kegiatan games with rulers. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh
aturan permainan.

d. Games With Rules & Sports (11 tahun keatas)

Olah raga adalah kegiatan bermain yang menyenangkan dan dinikmati anak-anak,
walaupun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan
dengan permainan yang tergolong games seperti kartu. Karena bukan hanya rasa
senang saja yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin
menang, memperoleh hasil kerja yang baik.

3. Elizabeth Hurlock (1981)

Menurut Hurlock dalam (Mursalin, 2011) menyatakan bahwa tahapan bermain terdiri
dari empat tahapan yaitu :

a. Tahap Penjelajahan (Exploartory stage)

Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain, mencoba
menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya.

b. Tahap Mainan (Toy Stage)

Tahap ini mancapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara usia 2-3 tahun anak
biasanya hanya mengamati alat permainannya. Mereka pikir benda mainannya dapat
makan, berbicara, merasa sakit dan sebagainya. Contohnya yaitu bermain dengan
boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
c. Tahap Bermain (Play Stage)

Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuknya anak ke sekolah Dasar. Pada masa
ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak, karena itu tahap ini dinamakan
tahap bermain. Anak bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang
menjadi games, olah raga, dan bentuk permainan lain yang dilakukan juga oleh orang
dewasa.

d. Tahap Melamun (Daydream Stage)

Tahap ini diawali saat anak mendekati masa puber. Saat ini anak sudah mulai kurang
berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai banyak
menghabiskan waktunya untuk melamun atau berkhayal. Biasanya lamunan atau
khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain.

4. Ruben, Fein, Vandenberg (1983) dan Smilansky (1968)

Pendapat Rubin, Fein, Vandenberg dalam (Mursalin, 2011) dan Smilansky dalam
(Bergen & Fromberg, 2006: 42) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan
bermain kognitif anak adalah sebagai berikut:

a. Bermain Fungsional (Functional Play)

Bermain seperti ini biasanya tampak pada anak berusia 1-2 tahunan berupa gerakan
yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan
dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya: berlari-lari sekeliling ruang tamu,
mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengolah lilin atau tanah liat tanpa maksud
untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya.

b. Bermain Bangun Membangun (Constructive Play)

Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan
bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat
permainan yang tersedia. Misalnya: membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau
potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang
semacamnya.

c. Bermain Pura-pura (Make-believe Play)

Kegiatan bermain pura-pura mulai banyak dilakukan anak berusia 3-7 tahun. Dalam
bermain pura-pura anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam
kehidupan sehari-hari. Dapat juga anak melakukan peran imajinatif memainkan tokoh
yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng. Misalnya: main rumah-rumahan,
polisi dan penjahat, jadi batman atau ksatria baja hitam.

d. Permainan dengan peraturan (Games with Rules)

Kegiatan jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan anak usia 6-11 tahun. Dalam
kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan.
Aturan permainan pada awalhya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain.
Lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai
kesepakatan orang yang terlibat dalam permaina, asalkan tidak terlalu menyimpang
jauh dari aturan umumnya. Misalnya: main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular
tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya.

2.2 TAHAPAN PERKEMBANGAN BERMAIN

Tahapan Perkembangan Bermain pada Anak Usia Dini (PAUD) Menurut Para
Ahli. Masa kanak-kanak sering disebut sebagai “Masa Bermain”. Pada masa ini anak
sangat menyukai permainan yang menggunakan alat permainan.

Sejalan dengan pertambahan usianya, anak secara perlahan-lahan akan


meninggalkan permainan yang menggunakan alat permainan. Anak akan beranjak
menuju permainan yang tidak menggunakan mainan, namun ia tetap berada pada masa
bermain dan menyukai kegiatan yang bersifat bermain. Dengan demikian kegiatan
bermain anak akan melalui tahap-tahap perkembangan yang berbeda sejalan dengan
usianya.

A. Tahap-tahap perkembangan bermain anak usia dini

menurut Mildred Parten melalui 6 tahap yaitu :

1. Unoccupied Behavior / Gerakan Kosong

Anak sepertinya belum melakukan kegiatan bermain, hanya mengamati sesuatu


sejenak saja. Misalnya bayi mengamati jari tangan atau kakinya sendiri dan
menggerakannya tanpa tujuan.

2. Onlocker Behaviour/Tingkah laku pengamat

Anak memperhatikan anak yang lain yang sedang melakukan suatu kegiatan atau
sedang bermain. Misalnya seorang anak yang memperhatikan temannya sedang
bermain petak umpat, tanap ia ikut bermain tetapi ia turut merasa senang seolah ia ikut
bermain.

3. Solitary Play / Bermain Soliter

Anak bermain sendiri mencari kesibukan sendiri, tanpa perduli dengan orang lain/
teman lain yang ada disekitarnya.

4. Parraley Play /Bermain Paralel

Anak melakukan kegiatan bermain di antara anak yang lain tanpa ada unsur saling
mempengaruhi. Misalnya anak bermain puzzle dan anak lain juga bermain puzzle,
mereka ada bersama tetapi tidak saling mempengaruhi.
5. Associative Play / Bermain Asosiatif

Anak melakukan kegiatan bermain bersama anak lain tetapi belum ada pemusatan
tujuan bermain. Misalnya beberapa anak bermain menepuk-nepuk air di kolam
bersama- sama.

6. Cooperative Play / Bermain Koperatif

Anak melakukan kegiatan bermain bersama-sama dengan teman secara terorganisasi


dan saling bekerja sama, ada tujuan yang ingin dicapai bersama dan ada pembagian
tugas yang disepakati bersama. Misalnya bermain rumah-rumahan ada yang jadi bapak,
ibu dan anak, masing-masing memiliki tugas. Anak membuat rumah-rumahan tersebut
dengan kain atau balok-balok dan bermain peran dengan boneka.

Tahap perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten ini lebih
menekankan pada aspek sosialisasi anak dalam bermain. Artinya, bahwa kegiatan
bermain merupakan gambaran proses sosialisasi yang dilalui anak sejak lahir, masa
bayi, masa kanak-kanak dan masa anak pra sekolah hingga masa anak sekolah kelas
awal.

Selanjutnya Jean Piaget mengemukakan tahap perkembangan bermain anak yang


lebih menekankan pada aspek perkembangan intelektual anak sebagaimana terlihat
pada bagan atau gambar diatas.
B. Tahapan Perkembangan Ditinjau dari Alat Permainan

Menurut Hillary Hettinger Steiner dalam artikel Parents Magazine (2013) terdapat
tahapan-tahapan bermain ditinjau dari alat permainannya, yaitu :

ALAT USIA KETERANGAN


PERMAINAN

Bola 6 Bulan Bayi akan terkagum-kagum memandangi bola. Bayi juga


suka memegang dan merasakan permukaan bola, jadi pilih
saja bola dengan tekstur menarik seperti bordir atau label.

12 Bulan Anak bisa duduk di lantai dan mendorong bola ke depan-


ke belakang bersama Anda. Anak mungkin juga sudah
bisa melempar bola, meski tanpa target dan tujuan.

18 Bulan Anak sudah semakin mahir dan bertenaga melempar


dengan dua tangan dan menikmati saat mengoper bola ke
arah kita.

2 Tahun Anak sudah semakin “menguasai lapangan”, bisa


menendang dan menggiring bola dengan kedua kakinya.
Berkat tubuh kecilnya, anak mudah menguasai teknik
dasar permainan sepak bola.

3 Tahun Akhirnya, anak dapat menangkap bola besar.


Beberapa anak bahkan bisa menendang bola dan mencetak
gol.

Balok Kayu 6 Bulan Bayi suka mengigit balok, tapi mereka juga
membenturkannya dan senang memegangnya.
12 Bulan Anak sadar bahwa dia bisa membuat bunyi dengan
membenturkan dua balok bersamaan. Anak juga bisa
menghancurkan ‘mahakarya’ yang orang dewasabangun
dari balok-balok kayu.

18 Bulan Anak sudah bisa menumpukkan dua atau tiga balok dengan
seimbang.

2 Tahun Tubuhnya sudah lebih tinggi dan koordinasinya


meningkat. Anak bisa menyusun empat sampai tujuh
balok. Dia juga bisa memisahkan bentuk berdasarkan
warna dan mengkhayalkan balok sebagai benda lain,
seperti mobil atau kapal.

3 Tahun Lebih banyak bentuk yang bisa disusun.


Anak dapatmembangun struktur yang menyerupai benda-
benda nyata, seperti benteng, jembatan, dan terowongan.

Krayon 6 Bulan Bayi masih terlalu kecil untuk bermain dengan krayon.

12 Bulan Anak bisa memegang krayon besar dalam genggamannya


dan menggambar acak.

18 Bulan Ketika anak melihat orang dewasa menggambar, dia akan


mengikutinya.

2 Tahun Anak menikmati duduk bersama satu set krayon dan kertas
lalu mulai menggambar.

3 Tahun Anak sudah dapa membuat bentuk lingkaran, silang, bujur


sangkar, dan menggambar “orang” dengan satu atau lebih
anggota badan. Mulai usia 3 tahun, anak mengenal tiga atau
empat warna, dan mungkin sudah bisa membuat huruf-
huruf kapital.

Boneka 6 Bulan Semua tentang mengenali tekstur menyentuh dan


Binatang mengunyah boneka.

12 Bulan Anak membawa boneka kesayangan kemanapun dia pergi


dan begitu menyatu dengan mainan yang satu ini. Pada usia
tersebut, sebagian anak sangat akrab dengan boneka dan
tidak bisa tidur tanpa sahabatnya itu.

18 Bulan Anak melenguh, menguik, mengeong, dan membuat


variasi suara binatang sesuai bentuk boneka.

2 Tahun Anak mulai mempraktikkan permainan pura-pura, seperti


mengajak Doggy jalan-jalan atau menyuapi Teddy Bear.

3 Tahun Anak mulai menciptakan dunia yang unik dan


imajinatif. Teddy Bear menjelma menjadi dinosaurus
dan Owl mengumpulkan bahan-bahan pembuat sup.

Puzzle 6 Bulan Bayi suka memindahkan kepingan puzzle dari satu tangan
Sederhana ke tangan lain, dan memasukkannya ke dalam mulut seperti
biskuit.

12 Bulan Pada usia ini, anak suka membalikkan papan puzzle hingga
jatuh berserakan di lantai. Mereka juga bisa menjepit
dengan jari untuk mencopot kepingan puzzle.

18 Bulan Dengan bantuan orang dewasa, anak dapatmenempatkan


kepingan puzzle ukuran besar dengan benar.
2 Tahun Anak dapat melengkapi puzzle sederhana meletakkan
gambar sayuran atau binatang ke tempatnya. Dia juga bisa
menyelesaikan puzzle tiga keping sederhana.

3 Tahun Kemampuan memecahkan masalah sudah meningkat


sehingga dia lebih tertarik dengan puzzle, dan sudah bisa
merangkai puzzle sederhana yang terdiri lebih dari
delapan keping.

Instrument 6 Bulan Jika kita memiliki drum mainan, bayi akan sangat senang
Musik memukulnya tanpa tujuan.

12 Bulan Dia menganggukkan kepala setiap kali mendengar bunyi


perkusi drum, xylophone, atau panci dan wajan.

18 Bulan Anak suka bertepuk tangan mengikuti musik, tapi jangan


harap dia bisa mengikuti irama. Dia juga mulai tertarik
memukul-mukul tongkat atau menggoyangkan tamborin.

2 Tahun Tekan tuts piano, petik gitar, atau tabuh drum, anak akan
menirukan orang dewasa memainkan berbagai jenis alat
musik.

3 Tahun Jika anak menyukai musik, dia akan menikmati meniup


alat musik tiup, seperti seruling atau harmonika.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa bermain menurut Rubin,
Fein, Vandenberg dan Smilansky merupakan suatu kegiatan yang sederhana
dan semakin lama semakin kompleks (rumit) yang ditandai dengan
penggunaan peraturan dalam permainan yang bertujuan untuk memperoleh
kesenangan. Kegiatan bermain ini untuk mengembangkan kemampuan
kognitif anak.

2. Saran

Anda mungkin juga menyukai