Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : ZULFIANA

NomorIndukMahasiswa/NIM : 824347201

Kode/Nama Mata Kuliah : PAUD4107

Kode/Nama UPBJJ : 82 / PALU

KEMENTERIAN PENDIDIKANDAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jelaskan tinjaun historis persepsi terhadap anak usia dini
JAWABAN
Berdasarkan catatan sejarah, telah berlangsung beberapa abad lamanya anak-anak
dipandang sebagai miniatur orang dewasa. Anak-anak dianggap telah terbentuk sepenuhnya
sebagaimana orang dewasa pada umumnya. Diperkirakan paham ini telah merata dan
mendominasi abad pertengahan. Pandangan tersebut tercermin pada lukisan-lukisan yang
dibuat pada abad pertengahan, di mana secara umum anak-anak, bahkan anak baru lahir
diilustrasikan dengan proporsi tubuh dan karakteristik wajah sebagaimana orang dewasa.
Anak-anak dan orang dewasa dibedakan hanya pada ukuran tubuhnya saja. Fakta ini
merupakan bukti bahwa anak-anak dianggap telah mencapai bentuk sempurna. Mereka sejak
awal sudah dalam cetakan orang dewasa. Pandangan demikian juga berlaku dalam aspek
sosial, di mana anak- anak diperlakukan sebagai orang dewasa. Pada usia enam atau tujuh
tahun, biasanya mereka telah memasuki masyarakat orang dewasa, bekerja, berbaur, dan
bermain dengan orang-orang dewasa.
Sebagian ahli sejarah tidak setuju terhadap pandangan tersebut yang dinilai berlebihan
karena memandang anak sebagai orang dewasa kecil.
Namun demikian, paham performansi yang memandang anak sebagai miniatur orang
dewasa ini juga banyak didukung oleh banyak kalangan.
Mengapa orang mempertahankan pandangan kaum performansi? Ada dugaan bahwa dalam
waktu yang panjang orang-orang tidak memberikan perhatian serius terhadap kekhususan
yang dimiliki anak. Oleh karena angka kematian anak amat tinggi, mereka menyadari bahwa
kematian dapat menimpa anak-anak setiap saat. Mereka mengalami kesulitan untuk mengerti
faktor penyebab yang sebenarnya. Akibatnya, peristiwa misterius ini membuat mereka ragu-
ragu untuk mengasuh dan merawat anak-anak mereka yang unik ini. Menurut Ausabel, hal ini
terjadi juga disebabkan pembawaan orang dewasa yang bertindak terlalu egosentris. Orang
dewasa cenderung berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama sesuai dengan sifat diri mereka masing-masing. Sifat kekhususan setiap
orang membuka peluang adanya pemikiran untuk memandang sifat-sifat keunikan hidup pada
waktu yang berbeda, dan sesuatu yang ada pada seorang individu jarang ditemukan pada
individu lainnya

2. Jelaskan pengaruh Pendidikan TK terhadap Pendidikan Dasar


JAWABAN
1. Pengertian PAUD
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah Usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang”.

Anak usia dini menurut Santoso Soegeng yaitu anak- anak yang berada pada masa usia lahir
sampai 8 tahun. Masa- masa usia dini memiliki peran sangat penting bagi peningkatan
kualitas perkembangan masa depan manusia. Hal ini terjadi karena pada masa usia dinilah
semua aspek perkembangan yang penting terjadi secara pesat melebihi perkembangan pada
masa- masa lainnya.[3] Sedangkan Aisyah mendefinisikan anak usia dini sebagai anak yang
mempunyai berbagai macam karakteristik yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar,
merupakan pribadi yang unit, suka berfantasi dan berimajinasi, merupakan masa paling
potensial untuk belajar, suka menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya
konsentrasi yang pendek, sebagai mahluk sosial dan lain sebagainya.[4]

Pendidikan Anak Usia Dini dapat diartikan seperti yang terdapat dalam UU Sisdiknas No.
20/2003 Bab I pasal 1 ayat 14, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4)[5].

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini.[6]

2. Pengertian Pendidikan Dasar (PD)


Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar.
Sekolah dasar (disingkat SD; bahasa Inggris: Elementary School) adalah jenjang paling dasar
pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai
dari kelas 1 sampai kelas 6.[7] Dan, secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan
sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari
proses pendidikan selanjutnya.[8] Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan
dan pembelajaran.
Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia tujuh tahun dengan
asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan
yang sesuai dengan dirinya. Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan
dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang
selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik. Kita seharusnya
memahami pengertian sekolah dasar sehingga dapat mengikuti setiap kegiatan yang
diselenggarakan di tingkat ini.

3. Batasan Usia PAUD dan PD


Ada beragam pendapat tentang batasan anak usia dini, sebagaimana yang disampaikan oleh
NAEYC (Nasional Association for The Education of Young Children), yang menyatakan
bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup
dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan
prasekolah baik swasta maupun negeri, TK dan SD (NAEYC, 1992). Sedangkan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani (Depdiknas, 2003).
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
· Infant (0-1 tahun)
· Toddler (2-3 tahun)
· Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
· Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Sedangkan batasan usia bagi pendidikan dasar berdasarkan Undang-undang Pendidikan
Nasional No. 2/1989. Pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan
mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7- 12 tahun dan 12-15 tahun untuk
menamatkan pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP secara
merata.[9] Tidak relevan bila di jaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia yang tidak
bersekolah dan ada pula yang masih buta huruf. Oleh karena itu pemerintah berusaha
meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang pendidikan dasar dengan program Wajib
Belajar 9 Tahun.

4. Bentuk PAUD dan PD


Lembaga Pendidikan Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan pengasuhan,
pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun dan atau enam sampai
delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun non pemerintah.
Lembaga PAUD tersebar di berbagai lingkungan pendidikan, mulai dari pendidikan informal,
formal, maupun non formal.
Keberadaan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini diatur oleh UU RI Nomor 20 Tahun 2003
Bab VI Pasal 28 ayat 3 – 5 menyatakan bahwa :
(3) PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.
(4) PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau bentuk lain yang
sederajat.
(5) PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh pendidikan.

-Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Atfhal (RA)


TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan
formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam
tahun.
Kelompok belajar dibagi dua, berdasarkan usia 4 – 5 tahun Kelompok A dan usia 5 – 6 tahun
pada kelompok B.
- Kelompok Bermain (KB)
Adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur non formal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 – 4 tahun.
-Taman Penitipan Anak (TPA)
Adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur non formal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.
Atau TPA adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi
sebagai keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak
memliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain.
Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003) Pasal
17, pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Madrasah ibtidaiyah (disingkat MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian
Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Lulusan madrasah ibtidaiyah dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah
tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.
Kurikulum madrasah ibtidaiyah sama dengan kurikulum sekolah dasar, hanya saja pada MI
terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata
pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti:
· Alquran dan Hadits
· Aqidah dan Akhlaq
· Fiqih
· Sejarah Kebudayaan Islam
· Bahasa Arab
5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD dan PD
Istilah pendidik berkaitan erat dengan istilah guru secara umum. Pada Pendidikan Anak Usia
Dini terdapat berbagai sebutan atau istilah pendidik dengan sebutan berbeda namun memiliki
makna yang sama. Antara lain: guru, tutor, fasilitator, bunda, ustad-ustadjah, om, tante,
Berdasarkan UU No. 20/2003 Pasal 1 Ayat 6 dituliskan bahwa pendidik adalah tenaga yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan da pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. (UU No. 20/2003 Pasal 39 Ayat 2).
Kewajiban pendidik berdasarkan UU No. 20/2003 Pasal 40 Ayat 2 adalah: (1) menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (2)
mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (3)
member teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Agar dapat melaksanakan kewajibannya tersebut, maka pendidik harus memiliki kompetensi
Pedagogis, kompetensi kepribadian, kompeensi professional, dan kompetensi social
(Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab VI).
Kompetensi Pedagogis, mencakup kemampuan untuk dapat:
1. memahami karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan peserta didik;
2. menguasai konsep dan prinsip pendidikan;
3. menguasai konsep, prinsip dan prosedur pengembangan
kurikulum;
4. menguasai teori, prinsip, dan strategi pembelajaran;
5. menciptakan situasi pembelajaran yang intraktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian;
6. menguasai konsep, prinsip, prosedur, dan strategi bimbingan belajar peserta didik; serta
7. menguasai media pembelajaran termasuk teknologi komunikasi dan informasi;
8. menguasai konsep, prinsip dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar.
Kompetensi Kepribadian, mencakup kemampuan untuk dapat:
1. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa, berwibawa serta arif
dan bijaksana;
2. berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat sekitar;
3. memiliki jiwa, sikap, dan perilaku demokratis; serta
4. memiliki sikap dan komitmen terhadap profesi serta menunjang kode etik pendidik
Kompetensi Sosial, mencakup kemampuan untuk dapat:
1. bersikap terbuka, objektif, dan tidak diskriminatif;
2. berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik;
3. berkomunikasi dan bergaul secara kolegial dan santun dengan sesame tutor dan tenaga
kependidikan;
4. berkomunikasi secara empatik dan santun dengan orangtua / wali peserta didik serta
masyarakat sekitar;
5. beradaptasi dengan kondisi social budaya setempat;
6. bekerja sama secara efektif dengan peserta didik,sesama tutor dan tenaga kependidikan,
dan masyarakat sekitar.
Kompetensi Profesional, mencakup kemampuan untuk:
1. menguasai substansi aspek-aspek perkembangan anak;
2. menguasai konsep dan teori perkembangan anak yang menaungi bidang-bidang
pengembangan;
3. mengintegrasikan berbagai bidang pengembangan;
4. mengaitkan bidang pengembangan dengan kehidupan sehari-hari; serta
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri dan profesi.

B. Tujuan PAUD dan Pendidikan Dasar (PD)


a. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
[10]

Mengemukakan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) memberikan pengasuhan dan
pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan
usia dan potensinya, (2) mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi sehingga jika
terjadi penyimpangan dapat dilakukan intervensi dini, dan (3) menyediakan pengalaman yang
beranekaragam dan mengasyikan bagi anak usia dini yang memungkinkan mereka
mengembangkan potensi dalam berbagai bidang sehingga siap mengikuti pendidikan pada
jenjang sekolah dasar.

Terdapat beberapa definisi tujuan pendidikan anak usia dini seperti yang disampaikan oleh
beberapa ahli berikut ini.
Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan barbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan untuk hidup agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Hal ini senada dengan Soemiarti (1995 : 58), yang mengemukakan bahwa
tujuan umum pendidikan anak usia dini, yaitu: membentuk manusia Pancasila sejati, yang
bertaqwa kepada Tuhan YME, yang cakap, sehat dan terampil, serta bertanggung jawab
terhadap Tuhan, masyarakat dan negara. Selain tujuan umum tersebut, Soemiarti juga
mengemukakan tujuan pendidikan anak usia dini secara khusus. Soedjarno (1988 : 41) yang
mengatakan bahwa tujuan pokok pendidikan anak usia dini dapat dilihat melalui tiga aspek,
yaitu tujuan sosial, tujuan pendidikan, dan tujuan perkembangan.

Dipandang dari tujuan sosialnya, pendidikan anak usia dini harus disiapkan untuk semua anak
dari latar belakang sosial yang berbeda agar mereka dapat berkumpul, belajar dengan penuh
kebagaian, dan persahabatan yang erat. Selain itu pendidikan anak usia dini harus dapat
menunjang terciptanya masyarakat yang demokratis sejati. Artinya semua anak mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berkembang dan berhasil

3. Jelaskan pemikiran para tokoh tentang pembelajaran anak usia TK (Maria Montessori)
JAWABAN
MENURUT MONTESSORI
Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori, mengatakan bahwa ketika mendidik anak-
anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan
berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan
pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka
telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-
masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang
paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Di
dalam keluarga dan pendidikan demokratis orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan yang dibutuhkan oleh anak. Oleh karena itu, baik dan tepat
bagi setiap orang tua dan pendidik yang terlibat pada proses pembentukan ini, mengetahui,
memahami perkembangan anak usia dini. Tapi sekolah kita belum memiliki based line data
yang holistik yang dapat memberikan berbagai informasi tentang perkembangan behavior dan
kesulitan belajar anak terhadap berbagai subkompetensi materi sulit. Informasi ini sangat
diperlukan untuk melakukan treatmen secara berjenjang tentang perkembangan anak sejak
usia dini sampai mereka dewasa (SLTA).
1. Perkembangan Anak Usia Dini
Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori yakin
bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di
sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka
berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan
tahun-tahun kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah
dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap
terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat,
inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki
periode-periode sensitive atau kepekaan untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian
besar anak-anak berkembang pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang
dapat membuka jalan pikiran mereka.
Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut:
1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang
sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan
sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik,
untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat
pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore,
malam).
4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris,
semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki
kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk
membaca.
Pendapat Mantessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidkan Taman Siswa, Ki
hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah
dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh
(membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih
sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki
Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk
mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan
hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan.
Tokoh pendidikan ini sangat menekankan bahwa untuk usia dini bahkan juga untuk mereka
yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang
disengaja namun sekaligus alamiah seperti bermain di “taman”. Bagaikan keluarga yang
sedang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di
sebuah taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai,
baik di rumah maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang,
pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat.
2. Pembelajaran Pada Taman kanak-Kanak
Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4
tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan,
bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan
pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh
sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan
secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat
dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin
mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.
Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas perkembangan yang diemban anak-anak
adalah:
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
2. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya
4. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari
6. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun
7. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan
berhitung
8. Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri.
Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus”
dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan
pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk
membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan
anak-anak.
Pada usia lima tahun pada umumnya anak-anak baik secara fisik maupun kejiwaan sudah
siap untuk belajar hal-hal yang semakin tidak sederhana dan berada pada waktu yang cukup
lama di sekolah. Setelah apada usia 2-3 tahun mengalami perkembangan yang cepat. Pada
usia enam tahun, pada umumnya anak-anak telah mengalami perkembangan dan kecakapan
bermacam-macam keterampilan fisik. Mereka sudah dapat melakukan gerakan-gerakan
seperti meloncat, melompat, menangkap, melempar, dan menghindar. Pada umumnya mereka
juga sudah dapat naik sepeda mini atau sepeda roda tiga. Kadang-kadang untuk anak-anak
tertentu keterampilan-keterampilan ini telah dikuasainya pada usia 4-5 tahun.
Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan kecerdasan, sebagai berikut:
a. 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru
b. melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan
dengan orang lain
c. menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui interaksi yang bebas
d. dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru
e. atauran pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan
Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis,
membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar
mengeja, menulis dan membaca. Ada suatu penelitian di Amerika yang menyimpulkan bahwa
kenyataannya anak-anak dapat belajar membaca sebelum usia 6 tahun. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada sekitar 2 % anak yang sudah belajar dan mampu membaca pada usia
3 tahun, 6 % pada usia empat tahun, dan sekitar 20 % pada usia 5 tahun. Bahkan terbukti
bahwa pengalaman belajar di taman kanak-kanak dengan kemampuan membaca memadai
akan sangat menunjang kemampuan belajar pada tahun-tahun berikutnya.
Pendapat Montessori ini didukung oleh Moore, seorang sosiolog dan pendidik, meyakini
bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang paling kreaktif dan
produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu, sejauh memungkinkan, sesuai dengan kemampuan,
tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga mengajarkan menulis,
membaca dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah strategi pengalaman belajar dan
ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik, mempesona, penuh dengan permainan dan
keceriaan, enteng tanpa membebani dan merampas dunia kanak-kanak mereka.
Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak
adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus
menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal
ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab. .
Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk
menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan
perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut
pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya
dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan
jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang
dilakukan orang tuanya.
Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu
guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan
disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang
kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang,
dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan.
Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya,
yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar.
Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu
dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat
keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat perkembangan fisik anak
berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas
dan alat-alat untuk bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan
psikis anak terutama untuk kecerdasan.
Banyak penelitian menyatakan bahwa orang-orang yang cerdas dan berhasil pada
umumnya berasal dari keluarga yang demokratis, suka melakukan uji coba, suka menyelidiki
sesuatu, suka berpergian (menjelajah alam dan tempat), dan aktif, tak pernh diam dan
berpangku tangan. Ingat keterampilan tangan adalah jendela menuju pengetahuan. Dalam
proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba
(trial and error), mangadakan penyelidikan bersama-sama, menyaksikan dan menyentuh
sesuatu objek, mengalami dan melakukan sesuatu , anak-anak akan jauh lebih mudah
mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa
yang telah dipelajari.
Dalam mengimplementasikan konsep Montessori terhadap program pendidikan bagi anak
usia dini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kukrikulum pada pendidikan anak usia dini didesain berdasarkan tingkat perkembangan
anak.
2. Materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia
dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan
tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka,
karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu.
3. Kompetensi akademis merupakan alat untuk mencapai tujuan,dan manipulasi dilihat
sebagai materi yang berguna untuk poengembangan diri anak, Montessori menganjurkan
perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu:
a. Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi
melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling
menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik,
b. The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan
menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur,
masa, warna, titik, dan lain-lain
c. Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk
menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta
dasar
d. Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan,
membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak.
Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf
dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan
anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan
pemikiran mereka melalui menulis.
e. Cultural activies membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah
dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum
terintegrasi.
4. Lingkungan pendidikan anak usia dini menggabungkan fungsi psiko-sosial, fisik dan
akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang
awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap
sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil
keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan
komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan
dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka.

4. Jelaskan karakteristik permainan


JAWABAN

Ciri Ciri Bermain Anak


Menyenangkan Bermain itu menyenangkan dan anak menikmati kegiatan ini.
Anak ingin bermain karena dorongan dari dalam bukan karena
Motivasi instrinsik
disuruh orang lain.
Spontan/sukarela Anak bermain karena dorongan spontan
Semua pemain berperan secara aktif saat bermain, sehingga kegiatan
Ada peran aktif bermain
pemain berjalan lancar dan menyenangkan.

Saat bermain anak berpura-pura menjadi sesuatu, atau bertindak


Nonliteral
sesuatu.
Kaidah
Bermain memiliki aturan tersendiri yang disepakati pemainnya.
nonekstrinsik
Aktif Anak terlibat aktif tidak diam saja baik secara fisik maupun emosi.
Anak dapat beralih kegiatan, anak bebas memilih apakah akan ikut
Fleksibel bermain atau
memilih permainan lain.

Fakta-fakta yang berpengaruh terhadap kegiatan bermain anak adalah:

1. Motivasi
            Kegiatan bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi motivasi yang kuat
yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun.

1. Lingkungan yang menunjang


            Lingkunagn yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak menyenangkan,
akan menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas. Oleh sebab itu agar anak dapat
bermain dengan leluasa maka perlu disediakan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung keinginan dan aktivitas bermain anak.

1. Perilaku anak dalam bermain


            Melalui bermain anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan
dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan nyata. Bila anak dapat
menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul
dari dalam dirinya, setidaknya membuat anak lega dan relaks akan mengubah perilaku
yang negatif menjadi positif.

3. Peran Guru Dalam Kegiatan Bermain


      Peran Guru Dalam Kegiatan Bermain di Taman Kanak-Kanak

* Peran guru adalah sebagai berikut :

1. Guru sebagai Perencana


Guru harus merencanakan suatu pengalaman baru agar anak didik terdorong untuk
mengembangkan minat dan kemampuannya.

Perencanaan yang harus disusun guru adalah sebagai berikut :

 Tujuan / sasaran yang ingin dicapai


 Bentuk kegiatan bermain yang akan dilakukan.
 Alat dan bahan yang diperlukan (jenis dan jumlah)
 Tempat kegiatan tersebut akan dilakukan(indoor atau outdoor)
 Alokasi waktu, berapa lama waktu yang untuk kegiatan bermain
 Penilaian dan evaluasi untuk mengetahui pencapaian tujuan / sasaran dan keberhasilan
pelaksanaan kegiatan.
Guru harus merencanakan hal-hal tersebut minimal satu hari sebelum kegiatan dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan bermain ini terpadu atau terintegrasi dengan kegiatan belajar rutin.

2. Guru sebagai Fasilitator


REPORT THIS AD
Artinya guru harus mampu memfasilitasi seluruh kebutuhan anak pada saat kegiatan bermain
dan belajar berlangsung. Guru berperan dengan aktif,kreatif, dan dinamis.

3. Guru sebagai Pengamat


 Cara memainkan alat bermain atau permainan.
 Sikap anak waktu bermain, aktif atau diam saja.
 Bermain ikut-ikutan teman atau mengatur/memerintah teman.
 Berapa waktu yang digunakan menekuni 1 jenis kegiatan bermain.
 Jenis bermain yang sering dipilih atau lebih diminati anak.
 Anak bermain sendiri atau bersama teman.
 Anak mandiri melakukan kegiatan bermain atau tidak.
 Mengalah selalu atau mau menang sendiri.
4. Guru sebagai Model
Anak usia taman kanak-kanak adalah masa meniru. Oleh karena itu sebagian besar permainan
di TK dilaksanakan melaui peniruan/imitasi. Pada masa ini anak akan menirukan segala
tindak tanduk guru disekolah. Guru yang menghargai bermain akan selalu berusaha
menjadi model atau panutan dalam kegiatan bermain bagi anak didiknya. Guru akan selalu
berusaha mencari kesempatan untuk bergabung dalam kegiatan bermain anaklalu mencoba
melakukan hal yang di lakukan oleh anak.

5. Guru sebagai motivator


Guru sebagai motivator artinya guru harus dapat menjadi pendorong bagi anak untuk
melakukan kegiatan bermain. Guru mendorong anak lebih akktif ketika bermain
mendorong anak untuk melakukan eksplorasi, dan melakukan kegiatan untuk mendapatkan
penemuan-penemuan dan mendorong anak untuk menyalurkan rasa ingin tahu dan mencari
atas`jawaban tersebut

6. Guru sebagai teman


Selain sebagai pendidik guru juga harus dapat berperan sebagai teman atau sahabat bagi anak
dalam bermain. Dalam hal ini guru bertindak sebagai coplayer artinya guru mempunyai
peran yang setara bagi anak. Guru menempatkan diri sebagai teman yang baik sehingga
situasi bermain dan belajar menjadi akrab serta penuh kesenangan dan kegembiraan. Guru
sebagai teman/sahabat berarti guru harus bersedia terjun berpartisipasi bermain bersama
anak-anak berbaur dalam kegiatan yang dilakukan anak-anak. Di sini guru jangan selalu
memberikan instruksi tetapi mengikuti aturan yang di buat anak.

*Ciri-ciri permainan anak yang baik

 Anak-anak diberikan kesempatan yang melimpah dan berkesinambungan. Mereka juga


hendaknya mendapat banyak kesempatan yang menurut perasaannya nyaman.
 Berbagai perbedaan dapat diakomodasikan tantangan yang bersifat positif dapat
disertakan guna memungkinkan setiap anak untuk berpartisipasi.
 Berbagai hal yang menyangkut kemungkinan timbulnya masalah emosi, sosial dan fisik
sudah diperhitungkan.
 Tujuan jelas, konsisten dan memungkinkan untuk dicapai.
 Evaluasi dilakukan baik secara formal maupun informal dengan pemahaman bahwa akan
ada trial and error atau mencoba-coba dan membuat kesalahan.
 Kemungkinan adanya kesalahan diakui dan dapat dimaafkan serta ada kesempatan untuk
mencoba lagi.
 Pengalaman diberikan dalam hal pengendalian diri akan rasa frustasi sementara.
 Semua komponen permainan menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial secara
positif

Anda mungkin juga menyukai