Anda di halaman 1dari 19

KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education

p-ISSN: 2621-0339 |e-ISSN: 2621-0770, hal. XX-XX


Vol. XX, No. XX, Desember 2020
DOI: ………

PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM MEMBIMBING


PERMAINAN ANAK USIA DINI
Ayunda Tiara Fustika Ayu/118109213581, Nurminah Nasution/118109208882,
dan Heldanita, S.Pd.I., M.Pd3
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Tarbiyah Dan Keguruan,
1,2,3

Uin Sultan Syarif Kasim Riau


Email : 11810921358@students.uin-suska.ac.id 1, 11810920888@students.uin-
suska.ac.id 2, heldanita@uin-suska.ac.id 3

LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya anak dilahirkan dengan membawa potensi dasar (fitrah),
untuk itu kewajiban orang tua adalah membimbing dan membina fitrah tersebut
ke arah yang menguntungkan bagi perkembangan kecakapan dan keterampilan
anak, sehingga anak benar-benar menjadi generasi kreatif yang mandiri. Maka
dari itu anak adalah penerus perjuangan bangsa. Mereka kelak yang akan
membangun bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara yang maju dan bisa
berkompetisi dikancah internasional. Oleh sebab itu pendidikan anak usia dini
merupakan investasi bangsa yang sangat penting dan berharga bagi pendidikan di
Indonesia selanjutnya.
Maka dari itu Peran orang tua sangatlah penting dalam pendidikan, karena
orang tua merupakan guru pertama dirumah dan orang yang paling bertanggung
jawab atas seorang anak, dari sejak lahir hingga anak tumbuh menjadi pribadi
yang dewasa (Sunar, 2008). Orang tua mempunyai kewajiban dalam memelihara
atau menjaga keberlangsungan kehidupan anaknya dan juga memberikan
pendidikan yang pertama dan utama. Dimulai dari lingkungan keluarga sehingga
orang tua menjadi kunci utama terjadinya sebuah pendidikan dalam keluarga itu
sendiri. Sedangkan guru adalah orang tua kedua setelah orang tua di rumah.

1
Kerena guru sepenuhnya bertanggung jawab atas pendidikan mereka disekolah
dan guru harus membina, membimbing, mengayomi dan mengevaluasi
kemampuan setiap siswanya. Selain itu, guru memang memiliki peran yang sangat
serius dalam membantu siswa mencapai tujuan.
PENDAHULUAN
Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar
banyak hal, bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh
kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya (Sunar, 2008 : 5). Bermain bagi
anak- anak bukan sekedar bermain, tetapi bermain merupakan salah satu bagian
dari proses pembelajaran. Dalam bermain itu anak dapat menerima banyak
rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga dapat menambah
pengetahuan anak. Dalam proses belajar, anak-anak mengenalnya melalui
permainan karena tidak ada cara yang lebih baik yang dapat merangsang
perkembangan kecerdasan otaknya melalui kegiatan melihat, mendengar, meraba,
dan merasakan, yang semuanya itu dapat dilakukan melalui kegiatan bermain
dalam permainan. Kegiatan ini terus dirangsang agar simpul-simpul syaraf pada
otak tidak menjadi vakum. Dalam permainan itu, kita dapat memasukan unsur-
unsur pengetahuan yang memang harus diketahui anak sejak dini. Permainan
adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak
sendiri, bebas tanpa paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan
pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Permainan cukup penting bagi
perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu perlu kiranya bagi anak-anak untuk
diberi kesempatan dan sarana di dalam kegiatan permainannya (Ahmadi, 1991:
69-70). Di dunia anak-anak permainan adalah suatu hal yang sangat penting
dikarenakan melalui permaianan anak dapat menangkap/ belajar lebih dengan
cepat dan diterima oleh anak langsung. Untuk menentukan permaian itu sendiri
peran orang tua dan guru sangatlah penting bagi pendidikan anak tersebut, karena
tidak semua permainan itu berdampak baik baik saja. Ada permaian yang
berdampak positif maupun negative. Oleh karena itu sebagai orang tua dan guru
sangat perlu membimbing permainan bagi si anak.

2
PEMBAHASAN

A. Peran Orang Tua


Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang seorang anak, bukan
hanya jasmani, tetapi juga jiwa dan kehidupa sosialnya. Sala asah, salah asih,
dan salah asuh bisa buruk akibatnya. Pola asuh yang tepat bagi sikecil akan
mempengaruhi kehidupan kelak. Pemberian asah, asih, dan asuh yang tepat
dapat mempengaruhi karakter anak (Hasan, M, 2009 : 18). Peranan orang tua
bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan
keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,
estetika, kasih sayayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan
dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Selain itu, peranan keluarga adalah
mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan
disekolah.
Peranan orang tua dalam mengarahkan anak sangat penting sehingga
diperoleh kesenangan dan kepuasaan terutama dalam menemukan jenis
mainan yang tepat untuk perkembangan totalitas keperibadian anak sangat
penting. Orang tua penting untuk memilih dan menyediakan mainana yang
mendidik untuk anak sehingga mainan tersebut bukan hanya sekedar
memberikan kesenangan atau memuaskan hati anak saja, tetapi juga dapat
memberikan banyak pengalaman dan melatih alat indra serta perasaanya.
Bagi anak, peran orang tua adalah sebagai teman bermain sekaligus alat
permainannya. Itu sebabnya, orang tua harus peka dan tanggap. Peka artinya
tahu kapan anak masih mau bermain atau tidak. Misal, jika anak sudah bosan
atau mengantuk, sebaiknya jangan dipaksa. Bila anak masih ingin bermain,
orang tua memberikan respons dan orang tua harus mengetahui karakteristik
anak karena ada anak yang aktif dan diam. Untuk menumbuhkan anak cerdas,
mereka tidak hanya butuh benda dan permainan, tetapi juga membutuhkan
orang lain. Ini berarti bahwa mereka harus memiliki teman yang banyak.
Teman mereka tidak harus anak-anak yang cerdas. Dari sana kelak mereka

3
bisa kenal dengan watak dan kualitas tema. Cara mendidik anak lebih baik
adalah dengan membiarkan anak untuk berbuat dan mencoba langsung.
Sebagaimana dikatakan bahwa orang tua adalah guru pertama anak,
harus menjadi guru yang terhebat bagi mereka. Orang tua yang memiliki
prinsip masa bodoh akan berpotensi menghancurkan masa depan anaknya
sendiri. Orang tua adalah juga psikolog terbaik bagi anak karena dialah orang
yang selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka akan
melihat bakat dan minat anak sejak usia dini. Orang tua biasanya menemukan
karakter khusus anak melalui observasi seharian. Beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan oleh orang tua ketika bermain bersama anak adalah
sebagai berikut :
1. Pastikan jadwal kesibukan orang tua sehari-hari masih terdapat waktu
luang yang cukup untuk bermain bersama anak. Sesekali orang tua ikut
bermain bersama anak, pahami dirinya, kegembiraan, ketakutan dan
kebutuhannya.
2. Mendukung kreativitas permainan anak. Sejauh apa yang diperbuat anak
dalam permainan, seperti perbuatan yang kurang sopan, tidak merugikan,
tidak menyakiti, dan tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
3. Membimbing dan mengawasi anak dalam bermain, tetapi tidak
berlebihan. Anak mungkin tidak tahu apa yang dilakukan dalam bermain
adalah perbuatan yang salah karena itu mereka perlu dibimbing.
4. Lakukan kegiatan bermain sepanjang anak merasa senang dan tertarik.
Seiring pemahaman tentang pentingnya mengenal dunia bermain bagi
anak, ada beberapa hal yang tidak boleh terlepas yaitu pemahaman dan
pengertian orang tua dalam memilih area bermain yang cocok. Tidak
hanya unsur permainan itu sendiri.
5. Fasilitasi sikecil dengan bola yang ukuran fan bobotnya sesuai.
Tujuannya adalah agar aktivitas bermain bola berjalan dengan baik.
Berhunung tenaga anak belum terlalu besar, jangan langsung
menyediakan bola berat seperti bola basket.

4
6. Kalau anak terlihat kerajinan denga bola, berilah kebebasan selama hal
itu tidak menggangu fisik maupun kepribadiannya (Hasan, M, 2009 :
106).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih arena bermain yang
tepat untuk anak adalah sebagai berikut :
a. Faktor Kebersihan
Pilihlah empat bermain dan mainan yang bersih untuk kegiatan bermain
bagi anak agar mereka merasa nyaman dan bertujuan untuk
meminimalkan timbulnya penyakit pada anak.
b. Faktor Keamanan
Pastikan keamanan setiap lekuk dan sudut tempat bermain yang mungkin
dapat menimbulkan kecelakaan pada anak Begitu juga dengan
mainannya amati aspek lunak kerasnya licin atau tidak Dan tajam atau
tidak semua benda yang ada.
c. Faktor Kesesuaian
Pilihlah mainan yang sesuai dengan usia anak kemampuan dan
kebutuhan serta tujuan yang akan dicapai permainan yang merangsang
pergerakan otot anak misalnya balok keseimbangan Pilihlah yang
baloknya relatif lebar dan goyangan goyangannya tidak menghentak-
hentak.
d. Faktor Kualitas
Faktor kualitas bermain berhubungan erat dengan unsur keselamatan
jalannya permainan maupun menghindari terjadinya kecelakaan saat
bermain sedangkan kualitas orang tua adalah sebagai pendamping anak
ketika bermain orang tua bertugas membimbing dan mengarahkan anak
mengenai cara bermain yang baik dan benar.
e. Faktor kapasitas
Faktor kapasitas yang dimaksud adalah luas ruang bermain dengan sesuai
jumlah anak yang bermain sehingga anak tidak berdosa dasarkan selain
itu juga perlu diperhatikan kapasitas jumlah mainan sesuai dengan

5
jumlah anak (Murtaningsih, D, Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, No. 2
Vol 9, 2013: 6).
Peran (role) merupakan dinamisasi status ataupun penggunaan dari hak
atas kewajiban ataupun bisa juga disebut status objektif. Kedua unsur itu yang
saling terkait karena antara pesan dan status tidak akan ada artinya kalau tidak
dipergunakan (Astrid, 1979: 94). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka tersebut maka orang tersebut telah
menjalankan suatu peranan. Dalam buku pokok-pokok pikiran dalam
sosiologi menjelaskan bahwa peran adalah sebagai seperangkat harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu (Berry,
D, 1983: 99).
Peran ataupun peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, orang tersebut telah menjalankan suatu
peranan. Peran merupakan unsur dinamis dari suatu kedudukan atau posisi
sebagaimana dijelaskan. Pentingnya peranan adalah bahwa hal tersebut
mengatur perilaku seseorang dan peranan apakah seseorang pada batas-batas
tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain sehingga orang
yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku
orang-orang sekelompoknya (Soekanto, 1983: 220).
Menurut KBBI orang tua dapat diartikan sebagai ayah ibu kandung orang
yang dianggap tua, orang yang dihormati di kampong, tetua (Poerdarminta,
2011: 688). Orang tua di sini adalah ayah ibu yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam membesarkan anak dan bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau tugas rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, orang
tua merupakan komponen dari keluarga yang terdiri ayah dan ibu yang secara
sadar mendidik anak-anaknya untuk mencapai kedewasaan.
Berdasarkan pengertian kedua, dapat di ambil pengertian bahwa peran
orang tua adalah hak dan kewajiban ayah dan ibu yang harus dilakukan sesuai
dengan fungsi dan kedudukannya sebagai mana keluarga di dalam mendidik
anak-anaknya untuk mencapai kedewasaan. Peran orang tua dalam

6
mendampingi dan mendidik anak tidak terbatas sebagai orang tua saja. Akan
tetapi, orang tua bisa berperan sebagai berikut :
1. Orang tua sebagai guru
Orang tua berperan sebagai guru dapat mendidik dengan baik
sebagai seorang guru, orang tua dituntut memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas karena anak-anak yang banyak bertanya kepada
guru tentu apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
2. Orang tua sebagai polisi
Orang tua berperan sebagai polisi yang selalu siap menegakkan
keadilan dan kebenaran. Sebagai polisi dalam keluarga, orang tua harus
berani menegakkan kebenaran dan keadilan, siapa pun yang bersalah
harus harus di hokum, tanpa pandang bulu.
3. Orang tua sebagai teman
Sebagai seorang teman, orang tua perlu menciptakan dialog yang
sehat, tempat untuk mencurahkan isi hati. Apabila dialog yang sehat Ini
dikembangkan, anak-anak akan terbukti anak-anak akan terbuka terhadap
orang tua dan tidak akan segan-segan mengutarakan segala isi
pikirannya, tidak peduli apa pikiran itu baik atau buruk. Melalui dialog
yang sehat Ini orang tua dapat memastikan nilai-nilai yang positif
terhadap anak. Orang tua dapat meluruskan jalan pikiran anak yang
keliru dengan leluasa (Samsul, 2007: 171-172).
Pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak telah disadari banyak
pihak, tidak terkecuali dalam membimbing permainan anak. Partisipasi orang
tua di sekolah pada umumnya mampu meningkatkan prestasi anak disekolah
keterlibatan orang tua adalah suatu proses dimana orangtua menggunakan
segala kemampuan mereka, guna keuntungan mereka sendiri, anak-anaknya
dan program yang dijalankan anak itu sendiri (Soemiarti, 2004: 124).
marrison mengemukakan tiga kemungkinan keterlibatan orang tua yaitu :
1. Orientasi pada tugas
Orientasi ini paling sering dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu
harapan keterlibatan orang tua dalam membentuk program sekolah.

7
Bentuk partisipasi lain yang masih termasuk orientasi pada tugas adalah
orang tua membantu dalam tugas-tugas sekolah.
2. Orientasi pada proses
Partisipasi orang tua didorong untuk mau berpartisipasi dalam
kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan, antara lain
perencanaan kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi
guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan.
3. Orientasi pada perkembangan
Orientasi ini membantu orang tua untuk mengembangkan
keterampilan yang berguna bagi mereka sendiri, anak-anaknya, sekolah,
guru, keluarga, dan pada waktu yang bersamaan meningkatkan
keterlibatan orang tua.
Berdasarkan tiga bentuk keterlibatan orang tua ada sekolah di atas, dapat
dikatakan bahwa dapat dikatakan bentuk keterlibatan yang paling ideal adalah
mencakup keterlibatan yang berorientasi tugas, proses dan pada
perkembangan (Soemiarti, 2000:125).
Anak adalah makhluk sosial dan memiliki potensi sosial yang di
bawahnya yang dibawanya sejak lahir. Dengan potensi, itu anak sudah mulai
menunjukkan keinginannya untuk berhubungan dengan orang lain. Memasuki
usia prasekolah, anak mulai mengenal lingkungan baru yang keberadaannya
jauh lebih kompleks dibandingkan dengan lingkungan keluarga faktor yang
mendasar dalam perkembangan pendidikan anak yang terpenting adalah
lingkungan keluarga.
Keluarga terutama orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak agar anak memiliki kepribadian. Keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, baik ditinjau dari sudut urutan
waktu maupun dari sudut intensitas dan tanggung jawab pendidikan yang
berlangsung dalam keluarga. Oleh karena itu, pendidikan keluarga akan
sangat menentukan proses pendidikan dalam diri seorang seseorang untuk
menjalani pendidikan selanjutnya. Peran orang tua sangat penting dalam
menentukan aktivitas kegiatan bermain anak, hendaknya otang tua mampu

8
membimbing anak saat bermain agar dalam dunianya itu secara aman. Orang
tua memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk memiliki permaianannya
sendiri serta teman-teman sepermainannya, tetapi orang tua tetap bertanggung
jawab. Dalam hal ini, orang tua tetap menjamin agar pilihan anak tersebut
tetap sehingga teman-teman dan sahabatnya memberikan angina segar dan
pengaruh yang sehat bagi pertumbuhan kea rah kedewasaan.
Orang tua memiliki peran paling besar untuk memengaruhi anak pada
saat anak peka terhadap pengaruh luar serta mengajar selaras dengan
temponya sendiri. Orang tua adalah sosok yang seharusnya paling mengenal
kapan dan bagaimana anak belajar sebaik-baiknya (Prasetyo, D, S, 2008: 32).
Dalam proses perkembangan anak, peran orang tua adalah sebagai berikut :
1) Mendampingi
Sebagai orang tua bekerja dan pulang kerumah dalam keadaan lelah.
Bahkan, ada juga orang tua yang menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk berkerja sehingga hanya memiliki sedikit waktu bertemu dan
berkumpul dengan keluarga. Meskipun dengan waktu yang sedikit, orang
tua bisa memberikan perhatian yang berkualitas dengan focus menemani
anak, seperti mendengarkan cerita, bercanda, atau bersenda gurau.
Menyediakan fasilitas dan media bermain lengkap tidak menjamin anak
merasa senang, anak merupakan makhluk social yang memiliki
kebutuhan social, yaitu berinteraksi dengan orang, mendapatkan
perhatian, serta kehangatan dari orang-orang yang ada disekitar.
2) Menjalin Komunikasi
Menjadi hal penting dalam hubungan orang tua dan anak karena
komunikasi merupakan jembatan yang menghubungkan keinginan,
harapan, dan respons masing-masing pihak. Melalui komunikasi, orang
tua dapat menyampaikan harapan, masukan, dan dukungan pada anak.
Begitu pula sebaliknya, anak dapat bercerita dan menyampaikan
pendapatnya. Komunikasi yang diwarnai dengan keterbukaan dan tujuan
yang baik dapat membuat suasana yang hangat dan nyaman dalam

9
kehidupan keluarga. Saat bermain, orang tua dan anak menjalin
komunikasi dengan saling mendengarkan lewat cerita dan obrolan.
3) Memberikan Kesempatan
Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak. Kesempatan
dapat dimaknai sebagai suatu kepercayaan dari orang tua. Tentunya,
kesempatan ini tidak hanya sekedar diberikan tanpa adanya pengarahan
dan pengawasan. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri
apabila diberikan kesempatan untuk mencoba, mengekspresikan,
mengeksplorasi, dan mengambil keputusan. Kepercayaan merupakan
unsur esensi sehingga arahan bimbingan dan bantuan yang diberikan
orang tua kepada anak akan menyatu dan memudahkan anak menangkap
maknanya.
4) Mengawasi
Pengawasan mutlak diberikan pada anak agar anak tetap dapat
control dan diarahkan. Tentunya pengawsan yang dimaksud bukan
berarti dengan mematai-matai dan main curiga, tetapi pengawasan yang
dibangun dengan dasar komunikasi dan keterbukaan. Orang tua perlu
secara langsung dan tidak langsung untuk mengerti dengan siapa dan apa
yang dilakukan anak sehingga anak dapat meminimalisasikan dampak
pengaruh negative pada anak. Dalam kegiatan bermain, tentunya jenis
permainan perlu diperhatikan agar anak laki-laki tidak terlalu menonjol
sisi feminimitasnya.
5) Mendorong atau Memberikan Motivasi
Mendorong atau memberikan motivasi merupakan keadaan dalam
individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Motivasi bisa muncul dari diri individu maupun dari luar individu. Setiap
individu merasa senang apabila diberikan penghargaan dan dukungan
atau motivasi.
6) Mengarahkan
Orang tua memiliki posisi strategis dalam membantu agar anak anak
memiliki dan mengembangkan dasar yang disiplin diri dasar-dasar

10
disiplin diri. Potensi seorang anak akan berkembang melalui pengalaman
atau rangsangan yang diterimanya. Akan tetapi, tidak semua potensi itu
dapat berkembang optimal tanpa pengayaan dan pengalaman dan akan
mencari pengalaman tersebut bila menurutnya itu menyenangkan. Kita
tidak bisa memberi pelajaran pada anak-anak kita seperti di bangku
sekolah terus-menerus mengingat usianya yang masih sangat muda
(balita) karena dalam usia ini, masih banyak dibutuhkan banyak
rangsangan yang diperoleh melalui bermain (Murtaningsih, D, Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, No. 2 Vol 9, 2013).
Memahami betapa pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak
pada masa perkembangan merupakan tanggung jawab besar bagi orangtua
baik di rumah maupun di lingkungan social. Orang tua yang harus terus
belajar akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Peran
orang tua bagi perkembangan anak secara lebih rinci memiliki tugas yaitu :
Memelihara kesehatan fisik dan mental
Fisik yang sehat akan memberikan peluang lebih besar bagi kesehatan
mental walaupun kesehatan fisik bukan jaminan bagi kesehatan mental.
a. Meletakkan dasar kepribadian yang baik struktur kepribadian anak
dibangun dan dibentuk sejak usia dini. Orang tualah yang paling
berperan dalam peletakan dasar kepribadian anak.
b. Membimbing anak dan memotivasi anak untuk mengembangkan diri
anak akan berkembang melalui proses dalam lingkungannya.
Lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga. Proses belajar yang
paling baik bagi anak adalah pelatihan, yakni adanya figur yang layak
untuk ditiru disertai dengan bimbingan dan motivasi.
c. Memberikan fasilitas yang memadai bagi perkembangan diri anak.
Fasilitas adalah sarana pendukung bagi proses belajar anak. Semakin
lengkap fasilitas yang diterima anak, kemungkinan keberhasilan anak
semakin tinggi.
d. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan, konduksi kondusif
bagi perkembangan diri anak.

11
e. Suasana memungkinkan anak untuk menunjukkan keamanan yang
sesungguhnya. Hambatan psikis yang dirasakan anak akan
menjadikan anak tidak mampu aktualisasi diri (Hibana, 2002: 100-
101).
Sebagai orang tua, seharusnya mereka sangat mengerti bila anak bukan
hanya membutuhkan fasilitas yang berbentuk barang saja, tetapi juga tidak
berbentuk seperti dalam bentuk perhatian, arahan, bimbingan, motivasi.
Seperti yang diungkap oleh stanback dan Susan tentang peranan orang tua
antara lain sebagai berikut :
1. Peran sebagai fasilitator.
Orang tua bertanggung jawab menyesuaikan diri untuk terlibat
dalam membantu belajar anak dirumah, mengembangkan keterampilan
belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan
menyediakan sarana atau alat belajar seperti tempat belajar, penerangan
yang cukup, buku-buku pelajaran, dan alat-alat tulis.
2. Peran sebagai motivator
Orang tua akan memberikan motivasi kepada anak dengan cara
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan
anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres yang berkaitan
dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
sekolah dan memberikan penghargaan terhadap prestasi belajar anak
dengan memberikan hadiah maupun kata-kata pujian.
3. Peran sebagai pembimbing atau pengajar
Orang tua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap
membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit
dimengerti oleh. Membantu anak mengatur waktu belajar dan mengatasi
masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik.
Ada beberapa cara oleh orang tua untuk merangsang minat atau memberi
motivasi anak dalam belajar. Rangsangan tersebut merupakan dorongan
ekstrinsik :
a) Pemberian perhatian

12
Perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak dapat berpengaruh
terhadap motivasi belajarnya.
b) Pemberian Hadiah
Pemberian hadiah sering digunakan oleh orang tua kepada anak jika
anak berhasil melaksanakan suatu kegiatan. Hadiah tersebut pada
umumnya berbentuk benda hadiah tersebut dapat memotivasi anak agar
mereka giat belajar.
c) Pemberian Penghargaan
Pemberian penghargaan diberikan kepada orang tua dalam rangka
memberikan penguatan diri penguatan dari dalam diri anak yang berupa
pujian sehingga anak dapat merasa lebih percaya diri.
d) Pemberian Hukuman
Pemberian hukuman juga merupakan salah satu bentuk motivasi.
Pemberian hukuman adalah salah satu bentuk kasih sayang orang tua
pada anak.
Salah satu bentuk perhatian itu adalah mendampingi mereka ketika
belajar di rumah. Banyak sekali yang dapat dilakukan orang tua terhadap
belajar anak di rumah. Minat belajar tidak selalu stabil, melainkan selalu
berubah. Oleh karena itu, perlu diarahkan dan dikembangkan kepada suatu
pilihan yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat
itu adalah faktor intern (Faktor yang ada dalam diri anak berupa kepribadian,
sikap, pengalaman, dan pendidikan atau berbagai bentuk harapan, cita-cita
yang menjangkau ke masa depan) dan faktor ekstern (Semua faktor yang ada
di luar dari diri anak, seperti keluarga, masyarakat, dan sekolah).
B. Peran Guru Dalam Permainan Anak
Guru adalah orang tua kedua setelah dirumah. Peran guru dalam kegiatan
bermain dalam tatanan sekolah atau kelas sangat penting. Di situ, guru
memosisikan dirinya sebagai fasilitator penyelenggaraan proses pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. Ekspektasinya adalah dalam proses
pembelajaran tersebut anak didik dapat berperan secara aktif melalui berbagai

13
kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dirancang serta
diterapkan oleh guru. Peran tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Guru berperan sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai modal,
dan melakukan perencanaan (Soemiarti, 2000:108). Dalam tugasnya
sebagai pengaman pengamat, guru harus melakukan observasi bagaimana
interaksi antar anak maupun interaksi anak dengan benda-benda di
sekitarnya. Para guru harus mengamati lama anak dalam melakukan
suatu kegiatan, mengamati anak-anak yang mengalami kesulitan dalam
bermain, dan bergaul dengan teman sebayanya.
2. Guru harus melakukan elaborasi. Saat anak bermain sebagai dokter, guru
perlu menyediakan alat-alat yang biasanya dipergunakan oleh dokter
dalam bentuk miniature. Guru dapat pula mencarikan gambar seorang
dokter yang sedang menghadapi penderita kurang gizi. Bahkan, guru
dapat berpura-pura menjadi salah satu pasiennya. Dalam melakukan
tugas elaborasi guru, dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang akan
merangsang anak mengembangkan daya pikirnya melalui peran yang
sedang dilakukan. Apabila anak telah meningkat usianya dan mulai
belajar tentang serangga, Guru sebagai elaborator dapat membantu dan
menanyakan gambar serangga melalui film dan dalam kegiatan bermain
anak dapat menirukan Bagaimana serangga bergerak atau bersuara.
3. Guru yang menghargai bermain selalu akan berusaha menjadi dalam
kegiatan bermain anak. Guru selalu mencari kesempatan ikut duduk
bersama anak yang sedang bermain balok dan ikut menempatkan 1/2
balok dalam susunan bangunan yang dibuat anak. Misalnya, guru harus
menunjukkan pura-pura sulit meletakkan balok pada susunan yang lebih
tinggi, tetapi tidak putus asa.
4. Sebagai evaluator kegiatan bermain. Guru bertugas sebagai pengamat
dan melakukan penilaian terhadap sejauhmana kegiatan bermain yang
dilakukan anak-anak akan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Dalam melakukan evaluasi, kegiatan belajar melalui bermain harus

14
dikaitkan dengan materi, lingkungan, dan kegiatan yang telah dirancang
dalam tujuan kurikulum. Apabila diperlukan, dapat diubah tatanannya.
5. Peran guru dalam kegiatan bermain adalah sebagai perencana. Guru
harus merencanakan suatu pengalaman yang baru agar murid-murid
terdorong untuk mengembangkan minat mereka. Pada suatu kegiatan
melalui bermain, guru menata kelas seakan-akan toko sepatu, ada arak
sepatu, sejumlah sepatu, ukuran sepatu, kursi-kursi dan tempat
pembayaran. Anak-anak diajak menyebutkan macam bentuk sepatu dan
mungkin menggambarkan sepatu mereka masing-masing. Dapat pula,
anak-anak diajak bagaimana mereka melayani pembeli sepatu, yaitu
memilih sepatu yang sesuai model dan ukurannya dan kemudian
membayar. Apabila anak-anak mulai bosan, ajaklah mereka merapikan
alat-alat penjualan sepatu (Soemiarti, 2000:110).
Peran Guru Dalam Memilih dan Menetukan Alat Permainan
Memilih alat permainan untuk anak-anak dapat dikatakan “gampang-
gampang susuah. Hal yang harus diperhatikan guru dalam memilih dan
menentukan alat permainan sebagai berikut:
 Mainan yang siap pakai begitu banyak pilihan yang ditawarkan. Guru
harus pandai memilih dan selektif serta mempertimbangkan tahapan
perkembangan anak secara keseluruhan.
 Guru harus jeli memilih alat dan bahan yang tepat untuk suatu
kegiatan bermain sehingga penggunannya dapat efektif dan efesien.
 Guru perlu memikirkan alat permainan yang bervariasi.
 Guru juga harus mempertimbangkan alat permainan yang dapat
digunakan didalam atau diluar ruangan dan menggunakannya secara
bervariasi sehingga kemampuan anak berkembang secara optimal.
 Memilihkan alat permainan yang bersifat mendidik sehingga
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan anak.
 Memilih alat permainan yang tepat yang dapat mendorong anak
menyalurkan ide-idenya, fantasinya serta dapat berekspresi.

15
 Alat permainan tidak harus dibeli tetapi bisa diperoleh dari lingkungan
sekitar atau bisa membuatnya sendiri. Anak akan lebih baik dilibatkan
(berpartisipasi) dalam membuat alat permainan yang akan digunakan.
 Guru perlu memperkenalkan permainan tradisional sehingga anak
mengenal seni dan budaya bangsa yang beraneka ragam. Seperti
congklak, bola bekel, dan lain-lain.

Hughes (1995), seorang pengajar dari University Of Wisconsin green


Bay, menyatakan 5 pandangan utama tentang peran kita, baik guru maupun
orang tua ketika anak sedang bermain.

1) Partisipasi aktif dari orang tua, guru, dan pendamping akan sangat
bermanfaat bagi anak dalam bermain sebagai contoh dalam dalam acara
bermain minum, teh tamu-tamuan, atau main toko-tokoan. Kita dapat
menjadikan salah satu tamunya atau pembeli/penjual.
2) Kita berperan sebagai fasilitator, contohnya ketika bermain jual-jualan,
si anak bertindak sebagai penjual, kita sebagai pembeli kita dapat
melontarkan beberapa pertanyaan seperti berapa berapakah harga per
satuannya? Apakah disini jual susu? Atau apakah bisa harganya
dikurang? Dalam suasana santai, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
memacu anak untuk memberi jawaban secara spontan. Pendapat Hughes
ini juga pernah dikemukakan pleh Clare Cherry pada tahun 1976.
3) Intonasi yang tidak meninggi dan berbicara dengan lembut dapat
digunakan untuk menghadapi anak yang berperilaku kurang baik.
Dengan kelembutan itu kita akan lebih mudah menyentuh perasaan anak.
Kelembutan dan kesabaran sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi
dengan mereka. Diharapkan dengan sikap-sikap yang lembut sabar
mampu membantu mereka untuk berpartisipasi aktif dalam membuat
segala bentuk peraturan yang berlaku dalam setiap bentuk permainan.
4) Ketika berkomunikasi dengan baik kita perlu memperhatikan bahasa
tubuh mereka. Bahasa tubuh mereka ungkapan dari ungkapan diri anak
itu ketika si anak sulit untuk memper memformulasikan nya dalam suatu

16
kalimat. Tuntunan kepada anak untuk memformulasikan pikiran harus
diperhatikan. Misalnya, pembentuk pembentukan kalimat-kalimat
mereka tidak boleh dipaksakan. Perbaikan dapat dilakukan dengan
melakukan pengulangan pengulangan ujar anak yang bukan mereka
penggalan penggalan kata atau kalimat.
5) Setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Dalam bermain, kita dapat
melihat berbagai keunikan secara nyata. Misalnya, anak yang serius
berkonsentrasi menyelesaikan satu proses kegiatan, tetapi ada juga yang
cepat sekali berpindah kegiatan atau perhatian. Oleh karena itu, kita perlu
selalu mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini untuk mengatasi
Segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti sulitnya berkonsentrasi
terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat memacu pertumbuhan
harga diri anak dengan memberikan penghargaan pada setiap hasil
kegiatan atau penemuan-penemuan anak dalam proses bermain (Sudono,
A, 2000: 5-6).
Peran merupakan suatu bentuk perilaku nyata (Soekanto, S, 2000). Peran
orang tua adalah sesuatu yang diharapkan anak dan dari ayah ibu dalam
situasi tertentu sesuai dengan fungsi, potensi, kemampuan, serta tanggung
jawab agar dapat memenuhi harapan-harapan (Setiadi, 2008). Adapun hal-
hal penting harus diperhatikan sebagai peran orang tua maupun peran guru
pada Saat Memilih permainan Anak yaitu :
1. Mendorong pengembangan kapasitas perkembangan saraf
Orang tua harus memikirkan kapasitas perkembangan saraf yang
harus diandalkan anak saat bermain game. Misalnya, permainan puzzle
atau maze mengharuskan anak untuk menggunakan pembicaraan pribadi
untuk membantu memecahkan teka-teki.
2. Mendorong pengembangan kapasitas pengaturan diri.
Pikirkan semua pelajaran hidup yang berharga yang dipelajari anak-
anak saat bermain bahkan permainan pemula yang sederhana. Misalnya,
permainan seperti Candy Land mengajarkan anak-anak cara bermain

17
papan permainan, memungkinkan mereka berlatih bergiliran, dan
membantu anak-anak mengatasi kekecewaan.
3. Awet dan aman
Permaianan yang dimainkan anak bukan hanya saja asyik bagi
seorang anak tersebut. Tetapi sebagai orang tua maupun guru haruslah
memperhatikan mainan yang bisa digunakan tahan lama (awet) dan juga
aman bagi si pengguna pemainnya, karena itu adalah hal utama agar
tidak adanya dampak dari pengunaan mainan tersebut.
Davida (2004) mengatakan bahwa bermain sebagai alat stimulasi anak
usia usia prasekolah. Bermain secara tidak langsung akan membuat anak
mengembangkan kemampuan fisik motoric, sosial emosional, dan kognitif.
Sulastri (2008) dalam penelitiannya mengatakan bahwa jika anak mendapat
kesempatan bermain, kemampuan kognitifnya akan lebih berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat kesempatan bermain.
Bermain merupakan aktivitas individu dalam mempraktekkan dan
menyempurnakan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, dapat berbahasa, terindoktrinasi kedalam budaya tempat
tinggalnya, dan dapat mempersiapkan diri dalam berperan dan berperilaku
dewasa.
Pada kegiatan bermain orang tua berperan untuk memotivasi mengawasi
dan menjadi Mitra bermain bagi anak. Dengan memberikan motivasi anak
akan semakin percaya diri dan yakin akan kemampuan yang ia miliki.
Pengawasan dalam bermain juga mutlak diperlakukan apapun jenis
permainannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti jatuh saat bermain. Peran orang tua, termasuk guru,
sebagai mitra bermain akan memunculkan rasa kekompakan dan latihan
untuk bisa bekerja saat bermain.

SIMPULAN
Orang tua dan guru sangatlah penting dalam pendidikan, karena akan
menentukan ada dalam masa depannya. Salah satunya sebagai peran orang tua

18
dan guru adalah dalam membimbing anak dan memilih permainan yang baik bagi
anaknya agar tidak ada yang berdampak negative. Permainan sangatlah baik bagi
perkembangan anak, karena dengan bermain menggunankan permainan anak
dapat menangkap/dengan cepat dalam pemebelajaran masing-masing bagi
mereka. Peran orang tua dan guru sangat penting dalam menentukan aktifitas
kegiatan bermain anak, hendaknya orang tua dan guru mampu membimbing anak
saat bermain agar berada dalam dunianya itu secara aman dan nyaman. Orang tua
dan guru harus memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih
permainnanya sendiri serta teman-teman sepermainanya, tetapi orang tua dan guru
tetap harus bertanggung jawab. Dalam hal ini orang tua dan guru tetap menjamin
agar pilihan anak tersebut tepat, sehingga teman-teman dan sahabatnya
memberikan angin segar dan pengaruh yang sehat bagi pertumbuhan ke arah
kedewasaan.

REFRENSI
Purnama, Sigit., Yuli Salis Hijriyani., dan Heldanita. 2019. Pengembangan Alat
Permainan Edukatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
La Ode Anhusadar. 2016. Kreativitas Pendidik Di Lembaga Paud, dalam Jurnal
Al-Ta’dib Vol. 9 No. 1, Januari-Juni.
Khobir, Abdul. 2009. Upaya Mendidik Anak Melalui Permainan Edukatif, dalam
Jurnal Forum Tarbiyah, 7 (2). pp. 197-208. ISSN 1829-5525

19

Anda mungkin juga menyukai