Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurul Annisa

Nim :23022182
Mata kuliah :Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : Dra. Yulsyofriend, M.Pd
“Kolaborasi Guru dan Orang Tua dalam kegiatan bermain anak”

1. Peranan Guru Dalam Kegiatan Bermain Anak Usia Dini


Bermain merupakan hak bagi setiap anak (Rohmah, 2016). Dengan bermain, anak
dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya (Sujiono dalam (Sari, 2017)).
Kegiatan bermain ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan kelas (Mulyasa,
2012). Oleh karena itu, peran guru sangat penting. Secara luas, peran guru dalam
pendidikan anak usia dini adalah sebagai pengajar, membelajarkan anak/ fasilitator,
evaluator, komunikator, dan administrator (Jateng, 2015). Akan tetapi, dalam kegiatan
bermain setidaknya guru mampu memerankan dirinya sebagai perencana, pengamat,
model, fasilitas, elaborator, dan evaluator (Mulyasa, 2012).
Sebagai tenaga profesional, Dewi dan Suryana (2020) menegaskan, guru anak usia
dini memiliki tugas utama untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan, dan menilai
hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan, pelatihan, pengasuhan, dan perlindungan
(Hewi & Asnawati, 2021). Dalam pengembangan rencana program pembelajaran (RPP),
perencanaan pembelajaran PAUD meliputi perencanaan tahunan (PROTA), perencanaan
semester (PROSEM), rencana kegiatan mingguan (RKM/ RPPM), dan rencana kegiatan
harian (RKH/ RPPH) (Mulyasa dalam Nurhasanah, 2019; Jateng, 2015; Hewi &
Asnawati, 2021).
Dalam rangka mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri
anak, guru memberikan berbagai macam permainan seperti permainan balok, puzzle,
masakmasakan, lego, ayunan, perosotan, jungkit-jungkit, bola dunia, dan pasir, karena
kegiatan dengan permainan-permainan tersebut dapat dirancang (Khaironi, 2018) . Saat
ingin bermain ayunan, anak diminta untuk menghitung 1-20. Hal ini dilakukan agar anak
dapat bermain bergantian tanpa harus berkelahi. Selain memperhatikan anak yang
melakukan aktifitas bermain ayunan, guru juga memperhatikan anak yang sedang
melakukan permainan prosotan.
Perhatian yang dilakukan oleh guru adalah dengan mengingatkan anak didik untuk
menaiki perosotan melalui tangga secara bergantian, karena jika anak tidak menaiki

1
perosotan melalui tangga akan membahayakan anak didik lainnya yang akan melakukan
aktifitas dengan permainan yang sama. Hal ini dilakukan oleh guru agar tidak
membahayakan antar anak didik. Akan tetapi, anak seringkali mengalami kesulitan dalam
bermain dan bergaul dengan temannya, terutama anak didik yang baru. Hal ini terkadang
disebabkan oleh kurang jelasnya instruksi permainan yang diberikan oleh guru, atau dapat
juga disebabkan oleh anak yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
Dalam kaitannya kesulitan dalam bermain dan bergaul, guru berperan sebagai
fasilitator sekaligus motivator bagi anak agak mereka dapat bergaul dan berinteraksi
dengan teman lainnya. Fasilitas yang diberikan oleh guru dapat dengan merangkul anak,
membujuk, memberikan arahan, pengertian, memberikan support, dan mendampingi
anak. Bagi mereka yang tidak paham akan instruksi atau perintah permainan yang
diberikan oleh guru, guru menjelaskan kembali aturan permainan yang harus dilakukan
oleh anak didik beserta bahaya dari permainan tersebut jika ada. Tidak jarang pula, guru
juga perlu menjadi model atau contoh dalam permainan tersebut.
Keterlibatan guru dalam aktivitas bermain anak dapat memudahkan anak dalam
bermain seperti sekolah yang menyediakan permainan yang sesuai dengan umur anak
seperti bermain masak-masakan. Akan tetapi permainan yang anak mainkan tidak
sertamerta dibiarkan atau bermain bebas tanpa memperhatikan bahaya dari permainan
tersebut. Permainan masak-masakan dapat digunakan sebagai bermain peran. Anak akan
bermain peran sebagai chef atau koki, dan anak lainnya akan berperan sebagai pembeli
atau pelayan. Masakan yang telah dimasak oleh anak dalam kegiatan bermain ini
kemudian akan dibagikan kepada guru dan teman lainnya sebagai bentuk berbagi kepada
sesama.
Dalam kegiatan ini, guru biasanya bertanya tentang apapun yang anak lakukan,
dan jika anak tidak tahu maka guru akan memberitahu anak tersebut. Kegiatan bermain
ini tidak serta merta dibiarkan berjalan begitu saja, tetapi guru melihat dan
memperhatikan semua yang dilakukan oleh anak didik. Evaluasi atau penilaian dapat
dilakukan dengan teknikteknik penilaian untuk mengukur perkembangan anak guna
melihat perkembangan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri anak (Syafi'i &
Solichah, 2021).
Bermain sangat penting bagi anak. Penting bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Herbert Spencer (Catron & Allen, 1999) menyatakan bahwa anak
bermain karena mereka punya energi berlebih. Anak bermain karena mereka berinteraksi

2
guna belajar mengkreasikan pengetahuan. Jadi bermain sangat besar sumbangannya
terhadap daya kreativitas anak usia dini. Berikut definisi bermain menurut para ahli :
a. Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara
menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan
positif.
b. Bermain juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi
kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan
secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar (Hurlock, 1997).
Jadi bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi anak-anak khususnya
anak usia dini. Bermain juga merupakan upaya bagi anak untuk mengungkapkan hasil
pemikiran dan perasaaan serta cara anak menjelajah lingkungannya. Bermain itu
menyenangkan karena ketika bermain anak-anak bisa bebas mengekpresikan ide-idenya,
imajinasinya dan perasaannya yang terkadang tidak selaras dengan kenyataan yang
sebenarnya. Peranan guru adalah sebagai berikut :
1. Guru sebagai Perencana
Guru harus merencanakan suatu pengalaman baru agar anak didik terdorong
untuk mengembangkan minat dan kemampuannya. Perencanaan yang harus
disusun oleh seorang guru adalah sebagai berikut : a. Tujuan / sasaran yang
dicapai,
b. Bentuk kegiatan bermain yang akan dilakukan,
c. Alat dan bahan yang diperlukan (jenis dan jumlah),
d. Tempat kegiatan tersebut akan dilakukan (indoor atau outdoor),
e. Alokasi waktu, berapa lama waktu yang untuk kegiatan bermain,
f. Penilaian dan evaluasi untuk mengetahui pencapaian tujuan / sasaran dan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
Guru harus merencanakan hal-hal tersebut minimal satu hari sebelum kegiatan
dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan bermain ini terpadu atau terintegrasi dengan
kegiatan belajar rutin.
2. Guru sebagai Fasilitator
Artinya guru harus mampu menfasilitasi seluruh kebutuhan anak pada saat
kegiatan bermain dan belajar berlangsung. Guru berperan dengan aktif, kreatif, dan
dinamis.
3. Guru sebagai pengamat

3
Guru harus mengobservasi / mengamati hal-hal sebagai berikut :
a. Bagaimana anak berinteraksi dengan anak lain dengan benda / mainan
disekitar ?
b. Berapa lama seorang anak melakukan suatu permainan ?
c. Adakah anak-anak yang mengalami kesulitan dalam bermain atau bergaul
dengan teman sebayanya sehingga dapat memberi bantuan jika
diperlukan?
d. Apakah ada anak yang mengganggu / ternganggu ketika bermain sedang
berlangsung.
4. Guru sebagai model
Anak usia dini adalah masa meniru. Oleh karena itu, Sebagian besar
permainan di PAUD/TK dilaksanakan melalui peniruan/imitasi. Pada masa ini
anak akan menirukan segala tindak tanduk guru disekolah. Guru yang
menghargai bermain akan selalu berusaha menjadi model atau panutan dalam
kegiatan bermain bagi anak didiknya. Guru akan selalu berusaha mencari
kesempatan untuk bergabung dalam kegiatan bermain anak, lalu mencoba
melakukan hal yang dilakukan oleh anak.
5. Guru sebagai motivator
Guru sebagai motivator yang artinya guru harus dapat menjadi pendorong bagi
anak untuk melaksanakan kegiatan bermain. Guru mendorong anak lebih aktif
ketika bermain, mendorong anak untuk melakukan ekplorasi, dan melakukan
kegiatan untuk mendapatkan penemuan atau wawasan baru dan mendorong
anak untuk menyalurkan rasa ingin tahu dan mencari atas jawaban tersebut.
6. Guru sebagai teman
Selain menjadi pendidik guru juga harus dapat berperan sebagai teman atau
sahabat bagi anak dalam bermain. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
coplayer artinya guru mempunyai peran yang setara bagi anak. Guru
menempatkan diri sebagai teman yang baik sehingga situasi bermain dan
belajar menjadi akrab serta penuh kesenangan dan kegembiraan. Guru sebagai
teman atau sahabat berarti guru harus bersedia terjun berpartisipasi bermain
bersama anak-anak, berbaur dalam kegiatan yang dilakukan anak-anak. Disini
guru jangan selalu memberi intruksi, akan tetapi mengikuti aturan yang dibuat
anak.

4
2. Peranan Orang Tua Dalam Kegiatan Bermain Anak Usia Dini
Bentuk Keterlibatan Orang tua Dalam Kegiatan Bermain
Dilihat dari latar belakang pendidikan orang tua, adanya perbedaan
keterlibatan orang tua dalam kegiatan bermain anak. Orang tua yang memiliki
latar belakang jenjang pendidikan lulusan SMA ke atas, orang tua memiliki pola
asuh yang baik dalam kegiatan sehari-hari bersama anak. Kegiatan tersebut seperti
selalu makan bersama dengan anak, menjadi pendengar yang baik, membangun
kedekatan dengan cara sering berinterkasi dengan anak, meluangkan waktu untuk
bercerita atau mendongeng ketika sebelum tidur, dan sebagainya.
Sedangkan dari orang tua yang memiliki latar belakang jenjang pendidikan
SMA ke bawah, orang tua cenderung memiliki sikap yang kurang dalam
menciptakan suasana yang nyaman dirumah. Contohnya seperti orang tua yang
sering menggunakan perintah kepada anak, tidak jarang orang tua sering
menyalahkan dan membentak anak-anak, kurangnya rasa empati kepada anak,
orang tua tidak menjadi pendengar yang baik bagi anak, serta orang tua jarang
melakukan interaksi dengan anak sehingga kedekatan orang tua dengan anak tidak
terlalu baik.
Kemudian ada perbedaan antara keterlibatan orang tua dalam kegiatan
bermain anak dilihat dari orang tua yang bekerja maupun orang tua yang tidak
bekerja. Perbedaan tersebut diantaranya adalah, orang tua yang sudah bekerja
cenderung kurang bisa meluangkan waktu Bersama anak khususnya ketika dalam
kegiatan bermain, hal ini berdampak kepada kurangnya bimbingan dan
pengawasan ketika anak sedang bermain. Sedangkan orang tua yang tidak bekerja
memiliki peran yang cukup baik pada saat anak melakukan kegiatan bermain.
Contohnya seperti orang tua membantu anak dalam memilih permainan yang
akan dilakukan, orang tua mengawasi anak ketika sedang melakukan kegiatan
bermain baik itu dilakukan sendiri maupun dengan teman sebaya, dan sebelum
anak melakukan kegiatan bermain, orang tua mengecek apakah alat permainan
atau jenis permainan yang dilakukan tersebut aman digunakan oleh anak.

Anda mungkin juga menyukai