Anda di halaman 1dari 6

Opini

BERMAIN SEBAGAI KEBUTUHAN DAN


STRATEGI PENGEMBANGAN DIRI ANAK
Anita Yus
e-mail: anitayus@ymail.com
PG PAUD Universitas Negeri Medan
Abstrak: Bermain bagian dari kehidupan anak. Dalam bermain anak mengeksplor dan menyadari dunianya.
Bermain dapat terjadi di mana dan kapan saja. Konteks, tempat dan waktu akan memunculkan bentuk,
aktivitas dan isi permainan. Ketika bermain, anak belajar membuat rencana, fokus berlatih pada tugas ter-
tentu, memecahkan masalah, dan mengekspresikan ide-ide yang dimilikinya. Bermain dapat dirancang dan
digunakan sebagai strategi pengembangan diri anak. Aktivitas-aktivitas belajar yang diharapkan dilakukan
anak dirangkai dalam satu kegiatan bermain. Situasi ini akan memudahkan anak memperoleh pengetahuan
dan pengalaman baru.

Kata-kata kunci: bermain, kebutuhan, strategi, pengembangan diri, dan kegiatan belajar.

PLAYING GAMES AS A NEED AND STRATEGY


OF CHILDREN SELF DEVELOPMENT
Abstract: Playing games is a part of the children’s life. In playing games the children are exploring and un-
derstanding their world. This article discusses how playing games can be used in children’s education. The
children can play anywhere and anytime they want. The context, place, and time will determine the forms,
activities, and game content. In playing games, the children plan, concentrate on doing certain tasks, solve
problems, and express their ideas. This article concludes that playing games can be designed and used as
a strategy of the children self development. Learning activities to be done by the children are integrated in
playing activities. These activities facilitate the children to gain new knowledge and experience.

Keywords: playing games, need, strategy, children selfdevelopment.

PENDAHULUAN
Banyak ahli sepakat bahwa dunia anak sangat membantu percepatan aspek perkembangan tertentu.
lekat dengan bermain. Bahkan bermain dinyatakan Misalnya, bila menginginkan anak berlatih fisik,
sebagai bagian dan apa yang dilakukan anak melompat, memanjat, dan lainnya; lingkungan dapat
dalam kehidupannya. Bermain merupakan situasi menyediakan alat yang berkenaan dengan memanjat,
yang menyenangkan dan sangat bermanfaat bagi melompat, dan lsebagainya.
perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat dari daya Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
tahun dan ketekunan anak bermain yang seakan-akan yaitu Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal
tiada lelahnya serta dari ekspresi wajah yang senang. (RA), Kelompok Bermain (Kober), Taman Pengasuhan
Berbagai alat dan situasi di lingkungan anak Anak (TPA) memberi layanan pendidikan melalui
dapat digunakan sebagai media dan alat bermain. berbagai kegiatan belajar. Pernyataan ‘belajar sambil
Meja, kursi, perhiasan rumah, alat masak, dan yang bermain, bermain seraya belajar’ sebagai slogan
lainnya dapat digunakan sebagai media bermain. yang lancar diucapkan para guru di lembaga PAUD
Dengan kata lain, anak bermain tidak hanya dengan perlu dipertanyakan dalam praktiknya. Pertanyaan
menggunakan alat bermain yang telah disediakan. yang muncul adalah apakah layanan pendidikan yang
Apa saja yang ada di dekat anak dapat digunakan diberikan sudah dilakukan seperti slogan yang lancar
untuk bermain. diucapkan itu.
Bermain juga dapat dikondisikan. Lingkungan Isu krusial di PAUD dewasa ini adalah adanya
dapat dirancang untuk berbagai permainan dalam kecenderungan salah kaprah dalam penyelenggaraan
Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 153
Bermain Sebagai Kebutuhan ...

pendidikan (Dedi, 2004). Salah satu kritik terhadap yang akan terjadi pada perkembangan anak?
pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah sebagai Bermain sebagai suatu kebutuhan sekaligus
miniatur Sekolah Dasar. Hasil angket yang diberikan sebagai pendekatan, strategi, kegiatan, dan metode
pada Guru TK saat PLPG menunjukkan bahwa belajar anak (Wolfgang, 1981). Bagaimana menerapkan
kegiatan akademik (baca tulis menggunakan lembar bermain sebagai pendekatan, strategi, kegiatan dan
kerja) mendominasi kegiatan belajar rata-rata sebesar metode belajar di PAUD? Artikel ini mengkaji bermain
70%. Berarti kegiatan bermain hanya sekitar 30% sebagai kebutuhan dan strategi pengembangan diri
diperoleh anak. Bila kondisi tersebut dialami anak anak dalam pembelajaran di PAUD.
selama menjalani kegiatan belajar di PAUD, apakah

PEMBAHASAN
Pengertian dan Karakteristik Bermain bahwa bermain bagi anak sangat besar manfaatnya.
Bermain memberi peluang bagi anak untuk Bermain berguna untuk mengembangkan diri anak.
melakukan berbagai hal (eksplorasi). Situasi itulah Berdasarkan batasan dan pandangan bermain
yang membuat anak menemukan sesuatu yang yang telah dikemukakan dapat dinyatakan bahwa
bermanfaat bagi perkembangan dirinya. Situasi bermain memiliki karakteristik sebagai berikut: (a)
tersebut dapat dinyatakan sebagai situasi anak belajar. bermain sebagai simbolis, (b) memiliki penuh makna,
Artinya, bermain merupakan cara anak belajar tentang (c) bermain sebagai aktivitas, (d) bermain sebagai
apa saja, seperti belajar tentang objek, kejadian, sesuatu yang menyenangkan, (e) bermain dilakukan
situasi, dan konsep (misalnya halus, kasar, dan lain- atas kemauan sendiri (sukarela), (f) bermain sebagai
lain). Anak berlatih kordinasi berbagai otot gerak, rule-governed, dan (g) bermain sebagai aktivitas satu
misalnya otot jari. Anak juga berlatih mencari sebab episode. Dengan mengetahui ketujuh karakteristik
akibat dan memecahkan masalah. Selain itu, melalui tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak semua aktivitas
bermain, anak berlatih mengekspresikan perasaan, adalah permainan, dan tidak semua pengalaman
dan berusaha mendapatkan sesuatu. yang penuh arti melibatkan permainan. Bagaimana
Beberapa ahli psikologi memberi pandangan pun, masing-masing dari unsur-unsur itu menentukan
mereka tentang bermain. Bermain merupakan proses karakter permainan.
penyiapan diri untuk menyandang peran sebagai orang Pentingnya Bermain Bagi Perkembangan Anak
dewasa (Groos dalam Hyun, 1998). Bermain akan Bermain memberi kontribusi yang signifikan
membangun kembali energi yang hilang sehingga diri terhadap perkembangan anak. Ketika bermain, anak
mereka segar kembali (Lazarus dalam Hyun, 1998). akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang
Bermain merupakan wahana untuk menggunakan terjadi di lingkungan sekitarnya (Montessori dalam
energi yang berlebih sehingga anak terlepas dari Sudono, 2000). Pendapat tersebut mengisyaratkan
tekanan (Schiller & Spencer). bahwa terjadi proses perkembangan pada diri anak
Bermain dapat terjadi di mana saja. Tempat dan ketika anak bermain, yaitu melalui proses mempelajari
konteks bermain dapat memunculkan bentuk, aktivitas, dan menyerap. Selain itu, setiap benda yang dimainkan
dan isi permainan. Ada yang berbeda di antara berfungsi sesuai dengan imajinasi anak (Frobel dalam
ketiganya. Namun, ada juga yang sama walau nama Sudono, 2000). Melalui imajinasinya, anak akan
yang digunakan dalam permainan tersebut berbeda. memperoleh konsep-konsep bahasa, seperti ’sama’
Bermain dilakukan anak sesuai dengan tingkat atau ’lain’. Kalau itu terjadi pada diri anak, berarti
perkembangan anak. Dengan kemampuan yang telah anak belajar. Dua pendapat yang telah dikemukakan
dimilikinya, bermain akan terjadi begitu saja tanpa menunjukkan bahwa bermain membuka jalan untuk
skenario yang mengikat. Anak bebas melakukan mencapai perubahan dalam bentuk pengetahuan dan
berbagai hal dalam permainan yang dilakukannya. kemampuan.
Tidak ada paksaan bagi anak harus melakukan Teori Piaget (1962) menjelaskan bahwa bermain
sesuatu dalam bermain. bukan saja mencerminkan tahap perkembangan
Dari beberapa pandangan yang telah anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap
dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa bermain perkembangan kognisi itu sendiri. Lebih lanjut Piaget
merupakan proses belajar, baik disadari anak atau menjelaskan bahwa Perkembangan bermain berkaitan
tidak anak telah belajar sesuatu yang berguna bagi dengan perkembangan kecerdasan seseorang.
kehidupannya. Dengan demikian, dapat dinyatakan Sejalan dengan Piaget, Vygotsky menekankan

154 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013
Bermain Sebagai Kebutuhan ...

bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap Dalam perkembangan anak berikut permainan ini
perkembangan kognisi seorang anak. Menurut akan berkembang lebih bervariatif sesuai dengan
Vygotsky seorang anak belum dapat berpikir abstrak perkembangan kemampuan anak yang berada pada
karena bagi mereka makna dan objek menjadi satu. praoperasional. Tindakan dan objek permainan
Melalui bermain ia akan dapat memisahkan makna semakin komplek baik dari sisi jumlah, jenis, dan
dengan objek sebenarnya. Dengan demikian, bermain penggunaannya.
merupakan proses self help tool. Keterlibatan anak Pada tahap praoperasional konkrit, anak mulai
dalam kegiatan bermain memberi peluang untuk menggunakan symbol-simbol dalam bermain. Dalam
memperoleh kemajuan dalam perkembangannya bermain, anak mulai menirukan peran tertentu. Anak
bahkan memajukan zone of proximal development akan menirukan peran orang-orang disekitar atau yang
(ZPD) sehingga mencapai tingkatan yang lebih tinggi diketahui walaupun kadang terjadi modifikasi atau
dalam mengfungsikan kemampuannya. perubahan dalam memainkan peran tersebut.
Selain dua tokoh yang dikemukakan di atas, Pada tahap operasi-operasi konkrit anak,
masih banyak tokoh yang lain yang membahas bermain dengan menunjukan adanya kombinasi dalam
bermain dalam kehidupan anak. Secara ringkas, dapat berbagai aktivitas, baik fisik maupun bahasa. Mulai
dikemukakan kaitan bermain dengan perkembangan kelihatan bentuk-bentuk abstrak dalam permainan
anak menurut beberapa tokoh, yaitu Piaget dengan yang dilakukannya.
teori kognitifnya menekankan bahwa peran bermain Vygotsky menyatakan bahwa bermain adalah
lebih ditujukan untuk mempraktekkan dan melakukan cara untuk membantu diri anak sendiri. Dengan
konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang bermain, zona of proximal development (ZPD)
telah dipelajari sebelumnya. Vygotsky dengan teori dilengkapi dengan scaffolding akan memperoleh
kognitifnya lebih menekan peran bermain pada stimulus sehingga akan meningkatkan mencapai
mengembangkan berpikir abstrak, belajar dalam potential development. Dalam bermain anak akan
kaitan ZPD, dan pengaturan diri. Bruner masih dengan berlatih mengendalikan dirinya karena bermain
teori kognitifnya memusatkan peran bermain pada dikontrol oleh imajiner anak sendiri. Anak dapat
perkembangan imajinasi dan narasi. berpura-pura menangis dan tiba-tiba menghentikan
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dapat tangisannya. Vygotsky juga mejelaskan bahwa
ditegaskan bahwa tidak ada alasan untuk membantah bermain semua potensi anak akan berkembang,
pernyataan ’bermain sangat berarti bagi perkembangan karena bermain umumnya berkaitan dengan kehidupan
anak’. Anak akan mencoba, merasakan, mencari, nyata/sehari-hari.
menemukan sehingga diperoleh sesuatu yang baru Terdapat lima tahapan perkembangan bermain
dari akvitas dalam bermain. Temuan-temuan itu yang sekaligus sebagai kebutuhan (Mildred, 1935).
memberi nilai tambah bagi perkembangan anak. Tahapan perkembangan yang dimaksud terdiri dari
Lebih lanjut tentang teori bermain dijelaskan bermain (1) solitaire, (2) parallel, (3) onlooker, (4)
oleh Piaget dan Vygotsky berdasarkan tahapan associative, dan (5) cooperative. Pada tahap bermain
perkembangan. Piaget dan Vygotsky melihat tahapan solitaire, anak akan bermain sendiri. Anak bermain
perkembangan anak terdiri dari tahapan sensori dengan menggunakan bagian tubuhnya, seperti
motor, praoperasional, dan konkrit operasional. tangan dan kaki. Tahapan bermain ini, umumnya
Tahapan tersebut memiliki satu karakteristik bermain terjadi pada saat usia kelender lahir sampai 1 tahun.
sendiri. Dalam permainan terdapat kaitan antara Tahap kedua, adalah bermain onlooker. Pada tahap
aktivitas, fisik, alat permainan, orang-orang lain, yang ini anak hanya melihat atau sebagai pengamat
terlibat baik secara fisik maupun psikhis. Pandangan anak lain yang bermain. Anak tekun memperhatikan
Piaget tentang proses akomodasi dan asimilasi juga tanpa terlibat dalam permainan. Tahap ketiga adalah
mendasari teori bermain yang dikemukakannya. bermain paralel. Pada tahap ini anak bermain bersama
Piaget mengidentifikasi tahap perkembangan dengan anak yang lain dengan berdampingan tanpa
dengan permainan. Permainan fungsional dihubungkan berkomunikasi atau keterikatan permainan. Pada tahap
dengan sensorimotor, simbolik berkaitan dengan keempat adalah bermain assosciatif, yaitu beberapa
praoperasional, dan aturan bermain berkaitan dengan anak bermain bersama-sama namun belum bekerja
konkrit operasional. sama. Pada tahap kelima anak berada pada tahap
Permainan fungsional dinyatakan juga sebagai bermain cooperative. Pada masa ini anak bermain
mempraktekkan permainan yang di dalamnya bersama dan bekerja sama saling membantu untuk
terdapat dua hal, yaitu tindakan dan objek tindakan. menyelesaikan kegiatan bermain bersama.

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 155
Bermain Sebagai Kebutuhan ...

Bermain dan Kegiatan Pengembangan yang dapat digunakan dalam bermain keterampilan.
Ada beberapa kegiatan pengembangan yang Ada permainan yang harus digerakkan terus baru
perlu dilakukan di lembaga PAUD untuk membantu bergerak, ada yang disentuh sedikit saja sudah
perkembangan anak. Dengan mengacu kepada bergerak.
standar penyelenggaraan PAUD yang tertera dalam Bermain teka-teki dapat dilakukan anak
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 terdapat lima dengan berbagai cara. Bermain teka-teki bermanfaat
lingkup pengembangan, yaitu (1) nilai agama dan bagi perkembangan anak, khususnya untuk (1)
moral, (2) kognitif, (3) fisik motorik, (4) bahasa, dan mengembangkan keterampilan berpikir anak, (2)
(5) sosial emosional. Kegiatan bermain ditujukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu anak, dan (3) membangun
mengembangkan semua lingkup pengembangan yang kemandirian anak (Jeffree, McConkey & Hewson,
diidentifikasi tersebut. 1988)
Di antara kegiatan bermain yang berkaitan Bermain teka-teki dapat dilakukan secara verbal
dengan kegiatan pengembangan, yaitu bermain dan atau menggunakan alat. Misalnya, kepada anak
sosial bagi anak usia prasekolah dapat menekan diberikan pernyataan seperti, “ia di pakai di kaki” atau
rasa ego anak (Tedjasaputra, 2001). Situasi tersebut kepada anak diberikan beberapa potongan dari suatu
memberi peluang kepada anak untuk mngembangkan bentuk yang dapat disusun kembali menjadi suatu
kemampuan menyesuaikan diri dengan orang lain dan bentuk. Anak diminta untuk menyusun potongan-
situasi yang ada. potongan benda tersebut.
Bermain sosial dimaksudkan untuk melatih anak Pada anak di daerah (Indonesia) bermain
berhubungan dengan orang lain. Anak akan dapat teka-teki dapat dilakukan dengan menggunakan guli,
mengenal orang lain dan berbagai kegiatan dengan batu, atau apa saja. Anak diminta menebak berapa
orang lain sebagai pasangan bermainnya. Bermain banyak benda yang disimpan, atau anak diminta
sosial dilakukan oleh paling sedikit dua orang anak. untuk menebak ada pada siap benda yang tadi dilihat
Bermain sosial penting bagi perkembangan anak, setelah ia menutup mata (dalam permainan daerah,
terutama karena (a) memberi peluang kepada anak seperti cublek-cublek sueng). Permainan ini dilakukan
untuk mengenal orang lain, (b) mengembangkan dalam situasi gemibira dan bahkan dapat diiringi
kemampuan anak berkomunikasi, (c) melatih anak nyanyian. Anak bersama-sama bernyanyi sambil
bersosialisasi, dan (d) membantu anak menjalin melakukan aktivitas sesuai dengan bentuk teka-teki
persahabatan. Secara khusus, bermain sosial memberi yang diberikan.
kontribuasi terhadap perkembangan kemampuan, bermain teka-teki pada dasarnya dapat
yaitu: (a) bekerja sama, (b) suka menolong, (c) dilakukan pada anak usia sekitar satu sampai dengan
mau berbagi, (d) bermain bersama teman, guru dan delapan tahun. Hal yang perlu diperhatikan adalah
orangtua, (e) menghargai orang lain, (f) menghargai tingkat kesulitan teka-tekinya. Anak-anak yang masih
hasil karya dirinya dan orang lain, serta (g) memberi sangat kecil diminta atau diberi tebakan yang sangat
kontribusi pada kelompok. sederhana, misalnya ada pada siapa benda yang tadi
Kegiatan bermain lainnya adalah bermain ditunjukkan. Kalau membuat bangunan tentu alat yang
keterampilan. Bermain keterampilan dapat digunakan harus sesuai ukurannya dengan kondisi
dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal, fisik anak.
yaitu: (a) tidak terburu-buru walaupun harus siap Permainan teka-teki melalui menyusun bangunan
untuk melakukan sesuatu, (b) adanya perubahan di dalamnya terdapat umsur kebebasan dan berkreasi.
suasana/tempat, (c) berikan sesuatu pada anak, Anak bebas menyusun dalam berbagai bentuk. Bila
(d) beri kesempatan anak sendiri, dan (e) dukung ini dilakukan berulang kali akan memunculkan kreasi
anak untuk mengatasi keterbatasannya. Dengan bentuk yang baru. Dengan demikian, permainan ini
memperhatikan kondisi tersebut, anak dapat siap dapat mengembangkan kreativitas anak.
melakukan kegiatan bermain keterampilan. Anak dapat Permainan maze dan puzzle juga termasuk
bermain menggunakan kipas-kipasan yang dibuat dalam kelompok permainan teka-teki (Jeffree,
dari kertas dan berputar jika anak yang memegang McConkey, & Hewson, 1988). Permainan sudah
bergerak dan atau kipas ditiup angin. Ketepatan lebih terikat menggunakannya dibanding dengan
memegang kipas-kipasan ke arah angin merupakan alat untuk menyusun. Anak sudah harus mengikuti
suatu keterampilan yang harus dilatih untuk dimiliki aturan dari maze atau puzzle yang digunakan. Pada
anak. bentuk permainan ini lebih mengasah ketepatan dan
Terdapat berbagai bentuk dan jenis permainan keterampilan berpikir anak.

156 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013
Bermain Sebagai Kebutuhan ...

Praktek Bermain Dalam Pembelajaran AUD belajar dan mengembangkan konsep terkait biji-
Hasil penelitian Anita (2008) menunjukkan bijian, khususnya:
bahwa praktek bermain di TK, RA, KB masih belum • Semua yang tumbuh berasal dari sejenis benih
terintegrasi dengan kegiatan belajar. Kegiatan bermain (biji)
masih dilakukan secara terpisah. Contohnya, anak • Biji beragam dalam warna, ukuran, bentuk,
yang dapat menyelesaikan ‘tugasnya’, misalnya tekstur
menggambar, mewarnai, menulis huruf/angka atau • Biji membutuhkan beberapa hal untuk bertum-
membentuk ka’bah dari kotak bekas teh baru diberi buh
kesempatan bermain puzzle, plastisin, meronce, atau • Kita memakan biji-bijian
yang lainnya.
Kognitif: Estetika:
Sebenarnya kegiatan bermain harus menjadi Berburu biji Berburu biji
Menghitung biji Kolase biji
satu kesatuan dan sebagai strategi pembelajaran. Menyortir biji Berpura-pura menjadi biji
Menumbuhkan biji Membuat instrumen
Semua aktivitas belajar dirangkai dalam kegiatan Merubah biji Menyanyi lagu tentang biji
bermain. Salah satu contoh praktek bermain dalam Biji-bijian
pembelajaran dikemukakan berikut ini. Fisik-motorik: Bahasa:
Berburu biji Membaca buku tentang biji
Tema : Biji-Bijian Kolase biji Menyortir biji Membandingkan biji
Nama kegiatan : Membuat Hiasan Berpura-pura menjadi biji Pengalaman berburu biji

Kelompok :B
Estetika:
Alasan menggunakan “Biji-bijian” Menyanyikan lagu tentang biji
Membuat puzzel rangkaian pertumbuhan biji
– Kaya informasi Berpura-pura menjadi biji
Membuat instrumen
– Menarik untuk digunakan dengan berbagai kegiatan
– Untuk memotivasi, merangsang minat anak untuk Gambar 1. Bagan kegiatan dalam Webing

Tabel 1. Rancangan Kegiatan Mingguan

Pert Konsep Kognitif Bahasa Fisik-motorik Seni Sosial-emosional


1 Ragam Biji Memahami konsep Pra membaca, Menggerakkan Mencipta dengan Kerjasama
sains sederhana: memiliki jari tangan: media : kertas
pertumbuhan perbendaharaan lentur, kekuatan gambar, alat tulis/
tanaman dari biji. kata yang diperlukan otot, koordinasi gambar.
untuk berkomunikasi
sehari-hari.
2 Ragam Biji Memahami ukuran: Memiliki Menggerakkan a) Mencipta dengan Rasa percaya
membedakan perbendaharaan lengan untuk media: membuat diri: membuat
berat, mengisi, dan kata yang diperlukan kelenturan, bunyi/perkusi keputusan
menyebutkan isi untuk berkomunikasi kekuatan, dan b) Mengekspresikan sederhana,
wadah. sehari-hari. koordinasi diri dalam gerak menyampaikan
c) Menyanyi dan pengetahuan,
memainkan alat mandiri membuat
musik perkusi. perkusi.
3 Kegunaan biji a) Memahami benda Memiliki Menggerakkan Mencipta dengan Rasa percaya diri:
sesuai bentuk, jenis, perbendaharaan jari tangan: media: kolase biji- menyampaikan
ukuran. kata yang diperlukan lentur, kekuatan bijian. pengetahuan,
b) Memahami konsep untuk berkomunikasi otot, koordinasi. mandiri membuat
sains sederhana: sehari-hari. kolase.
perubahan wujud
karena proses
pemanasan.
4 Pertumbuhan a) Memahami konsep Memiliki Menggerakkan Mengekspresikan Kerjasama:
biji sequencing (urutan perbendaharaan jari tangan: dalam gerak: membuat
peristiwa). kata yang diperlukan lentur, kekuatan gerakan “popcorn” puzzle urutan
b) Memahami konsep untuk berkomunikasi otot, dan mengikuti irama pertumbuhan biji.
sains sederhana: sehari-hari. koordinasi. musik
pertumbuhan
tanaman dari biji.
5 Menumbuhkan Memahami konsep Memiliki Menggerakkan Menyanyi “Tanam Disiplin &
biji sains sederhana: perbendaharaan tubuh : jagung” bertanggungjawab:
pertumbuhan kata yang diperlukan kelenturan Ekspresi gerak memeriksa
tanaman dari biji. untuk berkomunikasi tubuh. pertumbuhan. pertumbuhan
sehari-hari. kacang hijau
setiap hari.

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013 157
Bermain Sebagai Kebutuhan ...

PENUTUP
Kesimpulan dirinya. Oleh karena itu, kegiatan bermain menjadi
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan penting bagi perkembangan dan belajar anak. Praktek
yang dapat mendorong anak bereksplorasi dan bermain dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan
bereksperimen, sehingga anak memperoleh perkembangan dan belajar anak.
pengalaman yang dapat membantu perkembangan

DAFTAR PUSTAKA
Dedi, S. (2004). Membangun bangsa melalui pendidi- Piaget, J. (1962). Play, dreams, and imitation in child-
kan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hood. New York: W. W. Norton.
Dockett, S. & Marilyn. Fleer. (1999). Play and peda- Sudono, Anggani. (2000). Sumber belajar dan alat
gogy in early childhood: Bending the rules. permainan dalam pendidikan anak usia dini.
Harcourt. Jakarta: Grasindo.
Hyun, E. (1998). Culture and development in children’s Tedjasaputra, Mayke.S. (2001). Bermain, mainan dan
play. New York: Peter Lang. permainan. Jakarta: Grasindo.
Mildred, B. Patren. (1935). Social play among pre- Yus, A. (2008). Profil dan permasalahan pembelajaran
school children. New York: Herron & B Sutton- di lembaga PAUD Kota Medan. Laporan Peneli-
Smith (eds) tian, Medan: Universitas Negeri Medan

158 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUDNI - Vol. 8, No.2, Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai