1 Mukhtar Latif, Mukhtar Latif, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Hal. 76. Lihat juga dalam Elizabeth B. Hurlock,
Perkembangan Anak, Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1995), Hal. 320.
2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), Hal. 141.
3 Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal. 10.
B. Fungsi Permainan Untuk Anak-Anak
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak, dan keputusan anak
sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang sehingga semua kegiatan bermain
yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.
Hetherington & Parke (1979) dalam Desmita menyebutkan tiga fungsi utama dari
permainan, yaitu:
1) Fungsi kognif permaian membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan,
anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan
belajar memcahkan masalah yang dihadapinya. Piaget (1962) percaya bahwa struktur-
struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan merupakan setting yang sempurna
bagi latihan ini. Melalui permainan memungkinkan anak-anak mengembangkan
kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dengan cara
yang menyenangkan.
2) Fungsi sosial permaian dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. khususnya
dalam bermain fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang
lain, dan peran yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi orang
dewasa.
3) Fungsi emosi permaian memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari
masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainan
memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan
perasaan-perasaan yang terpendam . karena tekanan-tekanan batin terlepaskan di dalam
permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.4
Sementara Hartley, Frank dan Goldenson dalam Moeslichatoen menyebutkan
delapan fungsi bermain bagi anak yaitu :5 1) Menirukan orang dewasa.
2) Dapat memerankan kehidupan nyata dengan cara yang sungguh dan bersemangat.
3) Untuk mengekspresikan hubungan dan pengalaman.
4) Untuk mengekspresikan kebutuhan dan pengalaman.
5) Membebaskan implus-implus yang tidak diterima.
6) Dapat membalikan peran yang diterima.
7) Sebagai cermin pertumbuhan.
8) Untuk memecahkan problem dan bereksperimen.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat dikemukakan bahwa bermain
mempunyai fungsi untuk mengembangkan aspek kognitif, sosial, emosi, fisik dan motorik,
moral, bahasa, indera dan persepsi, serta kreativitas.
6 Imam Asrori, Aneka Permainan Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab, (Surabaya: Hilal Pustaka) 2009), Hal. 7.
Teknik Bermain dalam Pembelajaran juga penting karena bermain adalah sebuah
aktifitas yang disukai oleh manusia. Apapun bentuk permainannya. Bahkan bermain
bukanlah monopoli anak-anak. Dengan bermain seseorang tidak saja dapat menghilangkan
kejenuhan, kebosanan, rasa malas, dan keruwetan pikiran, tetapi dengan bermain
seseorang juga bisa memperoleh hiburan, kesenangan, pengalaman, pengetahuan, variasi
dari rutinitas, bahkan teman. Oleh karena itu permainan dapat dimanfaatkan sebagai media
dan sekaligus teknik pembelajaran. Hal ini telah lama disadari oleh para ahli pendidikan
sehingga lahirlah prinsip bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dengan
bermain, pembelajaran akan berlangsung dalam suasaana yang menyenangkan, wajar,dan
alami. Dalam suasana yang demikian, transfer informasi, pengalaman, atau keterampilan
dapat berlangsung “tanpa terasa”, sehingga siswa tidak merasa digurui atau dipaksa untuk
belajar.
Dari uraian di atas berikut ini dikemukakan beberapa pikiran yang mendasari
perlunya penggunaan permainan dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1. Permainan mampu menghilangkan kebosanan.
2. Permainan memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dalam suasana
gembira.
3. Permainan menimbulkan semangat kerja sama, sekaligus persaingan yang sehat.
4. Permainan membantu siswa yang lamban dan kurang motivasi.
5. Permainan mendorong guru untuk selalu kreatif.
9 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Hal. 139.
10 Muhammad Mukti, Jurnal Ibda P3M STAIN Purwekerto/ Vol. 3/No. 2/ Jul-Des
2005/ 297-306. 11 Moeslichatoen, Metode........., Hal.37.
Gordon & Browne (1985) dalam Moeslichatoen 11 mengadakan penggolongan
kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak dalam empat bentuk,
yaitu:
1. Bermain secara soliter, yaitu anak bermain sendiri atau dapat juga dibantu oleh guru.
Para peneliti menganggap bermain secara soliter mempunyai fungsi yang penting,
karena setiap kegiatan bermain jenis ini 50% akan menyangkut kegiatan edukatif dan
25% menyangkut kegiatan otot kasar, seperti kegiatan menari, meloncat-loncat atau
berlari.
2. Bermain secara pararel, yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara berdampingan, jadi
tidak ada interaksi anak satu dengan anak yang lain. Selama bermain secara pararel
anak sering menirukan apa yang dilakukan oleh anak lain yang berdekatan. Dengan
cara meniru anak akan belajar berbagi tema bermain yang dimiliki anak lain.
3. Bermain asosiatif, terjadi bila anak bermain berasama dalam kelompoknya. Misalnya,
bermain bola bersama, ketika bermain kita bisa memberikan kosakata, misalnya bola
dengan istilah “kurotun”.
4. Bermain secara kooperatif, terjadi bila anak secara aktif menggalang hubungan dengan
anak-anak lain untuk membicarakan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan
bermain. Pemahaman non verbal sering merupakan awal kegiatan untuk mengadakan
interaksi secara verbal dan koordinasi sosial yang akan terjadi pada bermain asosiatif
dan kooperatif.
Menurut Jill Hadfield (1998) dalam Hasan Saefuloh, 11 ada dua macam permainan,
yaitu:
1. Permainan Kompetitip, yaitu permaian yang menuntut para pemain atau team untuk
berlomba mencapai tujuan.
2. Permainan kooperatif, yaitu permainan yang menuntut para pemain atau team untuk
bekerja sama saling membantu untuk mencapai tujuan umum.
11 Hasan Saefuloh, Al’ab Lughawiyyah Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Yang Menyenangkan, (Yogyakarta:
Basan Publishing, 2010), Hal. 19.