Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan ke- 9

a. Capaian Pembelajaran b. Uraian singkat materi PERMAINAN UNTUK


ANAK-ANAK
Mahasiswa mampu memahami permainan untuk anak-anak

A. Pengertian Bermain Dalam Pendidikan Anak


Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung atau
spontan, dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya,
dilakukan dengan senang (gembira), atas inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal
(imajinatif), menggunakan pancaindera dan seluruh anggota tubuhnya.
Menurut Brooks, J.B. dan D.M. Elliot, “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang lebih tepat ialah
setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan
atau tekanan dari luar atau kewajiban.1
Hetherington & Parke (1979) mendefinisikan permainan sebagai “A nonserious
and self-contained activity engaged in for the sheer satisfaction it brings. Jadi, permainan
bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan
sematamata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang
dihasilkan dari aktivitas tersebut. Ahl ini karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu
lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya.2
Beberapa ahli peneliti memberi batasa arti bermain dengan memisahkan
aspekaspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dworetzky memberikan batasan
bermain, setidaknya ada lima kriteria yaitu:3
a) Motivasi intrinsik, yakni memotivasi anak dengan cara belajar sambil bermain,
dengan cara ini muncul keinginan belajar dari dalam diri anak, serta anak
melakukannya dengan senang,
b) Pengaruh positif, Bermain adalah hal yang menyenangkan atau menggembirakan
untuk dilakukan.
c) Model bermain yang dilakukan tidak dikerjakan dengan sambil lalu karena tingkah
laku itu tidak mengikuti pola/aturan sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura.
d) Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya sebab anak lebih
tertarik pada tingkah-laku itu sendiri daripada hasil yang akan diperoleh.
e) Kelenturan, yakni ditunjukan dalam bentuk maupun dalam hubungan dan berlaku
dalam setiap situasi.
Apapun batasun yang diberikan tentang pengertian bermain, bermain membawa
harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan, dan memungkinkan
anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk
berpetualang, dan mengadakan telaah suatu dunia anak-anak (Gordon & Browne, 1985).
Anak bermain untuk memperoleh sesuatu dengan cara bereksplorasi dan
bereksperimen tentang dunia di sekitarnya dalam rangka membangun pengetahuan diri
sendiri (self knowledge). Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak.

1 Mukhtar Latif, Mukhtar Latif, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Hal. 76. Lihat juga dalam Elizabeth B. Hurlock,
Perkembangan Anak, Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1995), Hal. 320.
2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), Hal. 141.
3 Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal. 10.
B. Fungsi Permainan Untuk Anak-Anak
Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak, dan keputusan anak
sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang sehingga semua kegiatan bermain
yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.
Hetherington & Parke (1979) dalam Desmita menyebutkan tiga fungsi utama dari
permainan, yaitu:
1) Fungsi kognif permaian membantu perkembangan kognitif anak. Melalui permainan,
anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek di sekitarnya, dan
belajar memcahkan masalah yang dihadapinya. Piaget (1962) percaya bahwa struktur-
struktur kognitif anak perlu dilatih, dan permainan merupakan setting yang sempurna
bagi latihan ini. Melalui permainan memungkinkan anak-anak mengembangkan
kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dengan cara
yang menyenangkan.
2) Fungsi sosial permaian dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. khususnya
dalam bermain fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang
lain, dan peran yang akan ia mainkan di kemudian hari setelah tumbuh menjadi orang
dewasa.
3) Fungsi emosi permaian memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari
masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainan
memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan
perasaan-perasaan yang terpendam . karena tekanan-tekanan batin terlepaskan di dalam
permainan, anak dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan.4
Sementara Hartley, Frank dan Goldenson dalam Moeslichatoen menyebutkan
delapan fungsi bermain bagi anak yaitu :5 1) Menirukan orang dewasa.
2) Dapat memerankan kehidupan nyata dengan cara yang sungguh dan bersemangat.
3) Untuk mengekspresikan hubungan dan pengalaman.
4) Untuk mengekspresikan kebutuhan dan pengalaman.
5) Membebaskan implus-implus yang tidak diterima.
6) Dapat membalikan peran yang diterima.
7) Sebagai cermin pertumbuhan.
8) Untuk memecahkan problem dan bereksperimen.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat dikemukakan bahwa bermain
mempunyai fungsi untuk mengembangkan aspek kognitif, sosial, emosi, fisik dan motorik,
moral, bahasa, indera dan persepsi, serta kreativitas.

C. Prinsip-Prinsip Pemilihan Permainan Untuk Anak-Anak


Anak-anak pada umumnya memiliki permainan pavorit yang sering mereka
lakukan. Karena pada dasarnya dunia anak adalah dunia bermain. Guru dapat
memanfaatkan permainan mereka itu dalam pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak.
Ada beberapa permainan dapat dilakukan didalam kelas, ada juga yang lebih baik
dilakukan diluar kelas. Permainan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Arab untuk
anak-anak bukanlah tujuan utama, akan tetapi sebagai salah satu cara untuk mencapai
tujuan pembelajaran yaitu pemerolehan bahasa Arab. Ada beberapa hal yang yang

4 Desmita, Psikologi........., Hal. 141-142.


5 Moeslichatoen, Metode .................... , Hal. 33.
sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan oleh guru dalam memilih dan mengembangkan
permainan untuk anak-anak yaitu:
1) Hendaknya memilih permainan yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan
bahasa Arab.
2) Hendaknya memilih permainan yang melibatkan seluruh kelas.
3) Permainan dapat digunakan sebagai selingan atau pancingan
4) Sebaiknya tidak menggunakan permainan untuk jam pelajaran penuh.
Menurut McCallum dalam Asrori,6 untuk memilih dan melaksanakan suatu
permainan, guru perlu mempertimbangkan bebarapa hal, yaitu: 1) Jumlah siswa dalam
kelas.
2) Usia siswa.
3) Tingkat kemampuan.
4) Topik pembelajaran.
5) Kondisi kejiwaan siswa.
6) Kegaduhan yang mungkin ditimbulkan oleh pelaksanaan permaianan.
7) Perhatian siswa.
8) Ketersediaan peralatan.
9) Ketersediaan waktu.
10) Pertimbangan budaya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memulai permainan, yaitu :
1) Menginformasikan kepada siswa bahwa kelas akan melakukan permainan . Hal ini
perlu agar mereka siap secara fisik dan mental untuk bermain.
2) Mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permainan.
3) Menjelaskan aturan permainan sejelas mungkin, dan yakin bahwa anak sudah
mematuhi aturan tersebut.
4) Melatih siswa mengenai aspek-aspek kebahasaan yang disajikan dalam permainan.
5) Memberikan contoh permainan sehingga siswa mengetahui dengan baik bagaimana
permainan itu harus dilakukan.

D. Prinsip-Prinsip Penggunaan Permainan Untuk Anak


Permainan tidak selalu bersifat rekreasi semata, tetapi juga bersifat edukasi.
Bukti paling mudah mengenai hal itu adalah digunakannya teknik bermain dalam
pendidikan pra sekolah, misalnya di TK ataupun kelompok bermain (play group), dalam
pendidikan pra-sekolah, anak-anak selain memperoleh kegembiraan dari permainan, juga
memperoleh sejumlah pengalaman belajar tentang sikap, kemahiran motorik, bentuk,
warna, bahasa, dan lainnya.
Kenyataan di lapangan banyak menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Arab
cenderung monoton dan membosankan. Hal tersebut akan berdampak pada siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Mereka dapat merasa bosan, jenuh, dan tidak bersemangat,yang
akhirnya berakibat pada tidak disenanginya bahasa Arab oleh siswa atau bahasa Arab
dianggap sebagai bahasa yang sulit dipelajari. Kenyataan seperti itu sebenarnya tidak perlu
terjadi apabila para guru memiliki kesadaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya dengan melakukan berbagai variasi pembelajaran. Variasi tersebut dapat
dilakukan pada berbagai aspek pembelajaran seperti aspek materi, metode, media
pembelajaran, dan tempat. Untukmenggairahkan minat belajar siswa, guru juga dapat
menggunakan berbagai teknikpembelajaran. Di antara teknik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa Arab, utamanya untuk anak-anak, adalah teknik bermain.

6 Imam Asrori, Aneka Permainan Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab, (Surabaya: Hilal Pustaka) 2009), Hal. 7.
Teknik Bermain dalam Pembelajaran juga penting karena bermain adalah sebuah
aktifitas yang disukai oleh manusia. Apapun bentuk permainannya. Bahkan bermain
bukanlah monopoli anak-anak. Dengan bermain seseorang tidak saja dapat menghilangkan
kejenuhan, kebosanan, rasa malas, dan keruwetan pikiran, tetapi dengan bermain
seseorang juga bisa memperoleh hiburan, kesenangan, pengalaman, pengetahuan, variasi
dari rutinitas, bahkan teman. Oleh karena itu permainan dapat dimanfaatkan sebagai media
dan sekaligus teknik pembelajaran. Hal ini telah lama disadari oleh para ahli pendidikan
sehingga lahirlah prinsip bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dengan
bermain, pembelajaran akan berlangsung dalam suasaana yang menyenangkan, wajar,dan
alami. Dalam suasana yang demikian, transfer informasi, pengalaman, atau keterampilan
dapat berlangsung “tanpa terasa”, sehingga siswa tidak merasa digurui atau dipaksa untuk
belajar.
Dari uraian di atas berikut ini dikemukakan beberapa pikiran yang mendasari
perlunya penggunaan permainan dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1. Permainan mampu menghilangkan kebosanan.
2. Permainan memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dalam suasana
gembira.
3. Permainan menimbulkan semangat kerja sama, sekaligus persaingan yang sehat.
4. Permainan membantu siswa yang lamban dan kurang motivasi.
5. Permainan mendorong guru untuk selalu kreatif.

Menurut McCallum (1980) dalam Asrori7, ada sejumlah alasan perlunya


penggunaan permainan dalam pembelajaran bahasa.
a. Permainan dapat memusatkan perhatian siswa pada suatu aspek kebahasaan, pola
kalimat, atau kelompok kata tertentu.
b. Permainan dapat difungsikan sebagai penguatan atau ganjaran (reinforcement), reviu,
dan pemantapan.
c. Permaian menuntut partisipasi yang sama dari semua siswa.
d. Permainan dapat disesuaikan dengan individu siswa.
e. Permainan memberikan kontribusi bagi terciptanya iklim persaingan yang sehat.
f. Permainan dapat digunakan dalam berbagai situasi pembelajaran.
g. Permainan memberikan umpan balik sesegera mungkin kepada guru.
h. Permainan dapat meningkatkan partisipasi siswa secara lebih maksimal.
Beberapa Prinsip Penggunaan Teknik Bermain dalam Pembelajaran Agar
pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien, guru perlu memperhatikan
prinsipprinsip penggunaan teknik permainan tersebut dalam pembelajaran. Berikut ini
beberapa prinsip tersebut (Hidayat dan Tatang, 1980 dalam Asrori).8
1. Permainan apapun yang akan dilaksanakan harus menjadi cara pendekatan mencapai
tujuan belajar mengajar
2. Setiap permainan harus diberi peraturan yang jelas dan tegas untuk ditaati semua
pihak
3. Dalam permainan beregu harus dusahakan pembagian regu secara seimbang
4. Permainan sebaiknya melibatkan sebanyak mungkin siswa (siswa yang menjadi
penonton pun harus diberi tugas tertentu, misalnya mengatur waktu,menjumlah nilai
dan sebagainya)
5. Permainan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa

7 Imam Asrori,Ibid, Hal. 3.


8 Imam Asrori,Ibid, Hal. 6.
6. Permainan sebaiknya tidak dilaksanakan pada awal pelajaran di kala siswa masih
dalam keadaan segar. Sebaliknya, permainan sebaiknya dilaksanakan menjelang akhir
pelajaran, yakni pada waktu gairah belajar siswa mulai menurun.
7. Guru harus betul-betul bertindak sebagai pengelola suatu permainan. Oleh karena itu
ia harus menampilkan peran yang menimbulkan motivasi bermain bagi
muridmuridnya (riang, lincah, tetapi tegas dan tidak memihak).
8. Sebaiknya permainan dihentikan ketika murid masih tenggelam dalam keasyikan.
E. Jenis-Jenis Permainan Untuk Anak-anak
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain
yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain dan dukungan orang dewasa
membantu anak-anak berkembang secara optimal.
Diana Mutiah dalam buku “Psikologi Bermain Anak Usia Dini”9 menyebutkan
beberapa jenis permainan diantaranya yaitu:
1) Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan bayi untuk memperoleh
kenikmatandari melatih perkembangan (skema) sensori motor mereka.
2) Permainan praktis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika
keterampilanketerampilan baru sedang dipelajari.
3) Permainan pura-pura (simbolis), yaitu ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik
ke dalam simbol.
4) Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial anak dengan teman
sebaya.
5) Permainan fungsional, yaitu permaian pertama yang dilakukan anak pada awal masa
anak-anak, dimana anak mengulang-ulang kegiatan sederhana dan menemukan
kesenangan dalam bermain dengan lingkungannya. Permainan ini berguna untuk
meningkatkan motorik anak.
6) Permainan konstruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi
atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah ciptaan sendiri.
7) Game, yaitu kegitan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan yang
melibatkan aturan dan seringkali bersifat kompetisi.
Sedangkan macam-macam permainan menurut Zulkifli L dalam bukunya
“Psikologi Perkembangan” sebagai berikut :
1) Permainan fungsi, yang diutamakan adalah geraknya.
2) Bermain konstruktif, permainan ini yang diutamakan adalah hasilnya,seperti membuat
mobil-mobilan, rumah-rumahan dsb. Dalam kontek pengajaran bahasa arab, yang
dikonstruk adalah huruf-huruf hijaiyah.
3) Permainan reseptif, sambil mendengarkan cerita-cerita/melihat-lihat buku bergambar,
anak berfantasi dan menerima pesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif.
Kaitanya dengan metode ini dalam dalam cerita harus disisipkan penggalan bahasa
Arab.
4) Permainan peranan, yakni anak memerankan tokoh, dan tokoh yang diperankan
sedikitsedikit menggunakan bahasa Arab.
5) Permainan sukses, dalam permainan ini yang diutamakan adalah prestasi, seperti
mengadakan kuis untuk menyebutkan benda dalam bahasa Arab.10

9 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Hal. 139.
10 Muhammad Mukti, Jurnal Ibda P3M STAIN Purwekerto/ Vol. 3/No. 2/ Jul-Des
2005/ 297-306. 11 Moeslichatoen, Metode........., Hal.37.
Gordon & Browne (1985) dalam Moeslichatoen 11 mengadakan penggolongan
kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak dalam empat bentuk,
yaitu:
1. Bermain secara soliter, yaitu anak bermain sendiri atau dapat juga dibantu oleh guru.
Para peneliti menganggap bermain secara soliter mempunyai fungsi yang penting,
karena setiap kegiatan bermain jenis ini 50% akan menyangkut kegiatan edukatif dan
25% menyangkut kegiatan otot kasar, seperti kegiatan menari, meloncat-loncat atau
berlari.
2. Bermain secara pararel, yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara berdampingan, jadi
tidak ada interaksi anak satu dengan anak yang lain. Selama bermain secara pararel
anak sering menirukan apa yang dilakukan oleh anak lain yang berdekatan. Dengan
cara meniru anak akan belajar berbagi tema bermain yang dimiliki anak lain.
3. Bermain asosiatif, terjadi bila anak bermain berasama dalam kelompoknya. Misalnya,
bermain bola bersama, ketika bermain kita bisa memberikan kosakata, misalnya bola
dengan istilah “kurotun”.
4. Bermain secara kooperatif, terjadi bila anak secara aktif menggalang hubungan dengan
anak-anak lain untuk membicarakan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan
bermain. Pemahaman non verbal sering merupakan awal kegiatan untuk mengadakan
interaksi secara verbal dan koordinasi sosial yang akan terjadi pada bermain asosiatif
dan kooperatif.
Menurut Jill Hadfield (1998) dalam Hasan Saefuloh, 11 ada dua macam permainan,
yaitu:
1. Permainan Kompetitip, yaitu permaian yang menuntut para pemain atau team untuk
berlomba mencapai tujuan.
2. Permainan kooperatif, yaitu permainan yang menuntut para pemain atau team untuk
bekerja sama saling membantu untuk mencapai tujuan umum.

11 Hasan Saefuloh, Al’ab Lughawiyyah Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Yang Menyenangkan, (Yogyakarta:
Basan Publishing, 2010), Hal. 19.

Anda mungkin juga menyukai