Anda di halaman 1dari 9

 Email: 

info@pdfcoffee.com

  Login

  Register

  English

1. Home
2. SAP Bermain Usia Sekolah

SAP Bermain Usia Sekolah


 Author / Uploaded

 Melinda Alifianti

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN ANAK USIA SEKOLAH Topik Sub Topik
Sasaran Hari, tanggal Waktu Tempat I. :

  Views 243  Downloads 14 File size 380KB

  Report DMCA / Copyright

 DOWNLOAD FILE

Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN ANAK USIA SEKOLAH


Topik Sub Topik Sasaran Hari, tanggal Waktu Tempat I.

: Terapi Bermain pada anak usia sekolah : Terapi Bermain puzzle : Anak 6-10
tahun : selasa, 15 Oktober 2019 : 08.00 WIB : Bangsal Anak

Latar Belakang Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang
berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat menjadi
malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli
psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat permainan, jika
orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat permainan yang
dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan hendaknya disesuaikan
dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat merangsang perkembangan
anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu
dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Ruangan yang
digunakan adalah di ruangan Bangsal Anak.

II. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui
pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan
dirawat. 2. Tujuan Khusus Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak
diharapkan: a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah b. Berkembang kognitifnya c.
Dapat menyusun puzzle dengan benar d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan teman sebaya yang dirawat di ruang yang sama e. Kejenuhan selama
dirawat di RS berkurang
III.

Metode Metode yang digunakan yaitu demonstrasi.

IV.

Media (materi terlampir) 1. puzzle

V.

Isi Materi Pembagian No

Waktu

1.

5 menit

2.

15 menit

Kegiatan penyuluhan

Kegiatan peserta

Persiapan : • Menyiapkan ruangan • Menyiapkan alat-alat permainan • Menyiapkan


anak dan keluarga Pelaksanaan : • Membuka proses terapi bermain dengan•
Menjawab salam mengucapkan salam, memperkenalkan diri • Memperkenalkan •
Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang diri tujuan dan manfaat bermain,
menjelaskan cara• Memperhatikan permainan • Bermain bersama • Mengajak anak
bermain dengan antusias dan • Mengevaluasi respon anak dan keluarga.
mengungkapkan perasaannya

i. 1. 2. a. b. ii. 1. 2. 3.

3.

10 menit

4.

2 menit

Evaluasi : • Memperhatikan • Anak dapat menyusun puzzle dengan benar Penutup :


Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan Menjawab salam salam.

Evaluasi Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses


penyuluhan Hasil kegiatan dengan memberikan pertanyaan pada anak yaitu sebagai
berikut : Apakah anak senang bermain puzzle? Apakah anak dapat menyususn
puzzle dengan benar? Pengorganisasian Penanggung Jawab : Bu Jathu Leader :
Suci allawiyati Co-leader : Nur Indah Fitriana Dewi

4. 5.

Fasilitator : Ismi Yuniarti, Syfa Herawati Peserta anak dengan usia 6 tahun : VIII.
Referensi Andika, Alya. 2010. Ibu, Dari Mana Aku Lahir. Yogyakarta : Pustaka
Grahatama Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Lampiran
Materi A. Pengertian Terapi Bermain Bermain adalah cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain, anak akan berkatakata, belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui
dengan keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Bermain
adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983). Bermain sama dengan bekerja pada
orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta
merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan
penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser,
2005).

B. Fungsi Bermain

1. Perkembangan Sensori a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus


serta koordinasi b. Meningkatkan perkembangan semua indra c. Mendorong
eksplorasi pada sifat fisik dunia d. Memberikan pelampiasan kelebihan energy 2.
Perkembangan yang intelektual a. Memberikan sumber – sumber yang beraneka
ragam untuk pembelajaran b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur,
warna c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak d.
Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa e.
Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi dan hubungan baru f. Membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita. 3. Perkembangan
sosialisasi dan moral

a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks. b. Memberikan


kesempatan untuk menguji hubungan. c. Mengembangkan keterampilan sosial d.
Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain e.
Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral. 4. Kreativitas a.
Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif b. Memungkinkan fantasi
dan imajinasi c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus 5. Kesadaran
diri a. Memudahkan perkembangan identitas diri b. Mendorong pengaturan perilaku
sendiri c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri) d.
Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain 6. Nilai Teraupetik a. Memberikan pelepasan stress dan
ketegangan b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak
dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima c. Mendorong
percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman. d.
Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan,
rasa takut, dan keinginan. I.

Tujuan Bermain 1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. 2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-
idenya. Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan
berbagai perasaan yang tidak menyenangkan. 3. Mengembangkan kreativitas dan
kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan menstimulasi daya pikir,
imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya. 4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di
RS.

J. Prinsip – prinsip Bermain Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perlu ekstra energi Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak
memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat
menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang
bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan
untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk
mengatasi penyakitnya. Waktu yang cukup Anak harus mempunyai cukup waktu
untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan
mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. Alat
permainan Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga
alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak. Ruang untuk bermain Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana
saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan
atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut
sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya. Pengetahuan
cara bermain Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang
terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam
menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui
cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya
dengan anak cenderung menjadi kurang hangat. Teman bermain Dalam bermain,
anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada saat-
saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya
sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk
mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk
mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami
perbedaan.

K. Faktor yang Mempengaruhi Bermain 1. Tahap perkembangan anak Aktivitas


bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan
yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.

3.

4.

5.

Status kesehatan anak Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus
mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di
RS. Jenis kelamin Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak
membedakan jenis kelamin lakilaki atau perempuan namun ada pendapat yang
diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki
dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan. Lingkungan yang
mendukung Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang untuk bermain. Alat dan jenis permainan yg cocok Pilih alat
bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus aman
bagi anak.

L. Alat Permainan Edukatif Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang
dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangannya. Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang
distimuli : 1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar Contoh : Sepeda roda tiga/dua,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. 2. Motorik halus Contoh : Gunting,
pensil, bola, balok, lilin, dll. 3. Kecerdasan/ kognitif Contoh : Buku gambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll. 4. Bahasa Contoh : Buku bergambar, Buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll. 5. Menolong diri sendiri Contoh : Gelas/ piring
plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll. 6. Tingkah laku sosial Contoh : Alat
permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
M. Klasifikasi Bermain Menurut isi permainan a. Sosial affective play

b. c.

d.

e.
f.

Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak
dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
Sense of pleasure play Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak
(contoh: main air dan pasir). Skiil play Permainan yang sifatnya meningkatkan
keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda,
memindahkan benda). Dramatik Role play Pada permainan ini, anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal: dokter dan perawat). Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor
(Contoh : ular tangga, congklak). Un occupied behaviour Anak tidak memainkan alat
permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya, yang digunakan
sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkukbungkuk, memainkan kursi, meja
dsb).

Menurut karakter sosial a. Onlooker play Anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan
(Contoh: Congklak/Dakon). b. Solitary play Anak tampak berada dalam kelompok
permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan
alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada
kerja sama. c. Parallel play Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi
antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia
toddler. d. Associative play Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan
permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak). e. Cooperative
play Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini,
dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).

Karakteristik mainan untuk anak sekolah, diantaranya : 1. Cross motor and fine
motors 2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda 3. Sangat energik dan
imaginative 4. Mulai terbentuk perkembangan moral 5. Mulai bermain dengan jenis
kelamin dan bermain dengan kelompok 6. Karakteristik bermain 7. Assosiative play
8. Dramatic play 9. Skill play 10. Laki-laki aktif bermain di luar 11. Perempuan di
dalam rumah Mainan untuk sekolah, yaitu : 1. Peralatan rumah tangga 2. Sepeda
roda dua 3. Papan tulis/kapur 4. Lilin, boneka, kertas, puzzle 5. Drum, buku dengan
kata simple, kapal terbang, mobil, truk
Contact information
Ronald F. Clayton
 info@pdfcoffee.com

 Address:

Suite #AHA340, Rastenfeld 151, 3532 Krems-Land, Austria

 About Us
 Contact Us
 Copyright
 Privacy Policy
 Terms and Conditions
 FAQ
 Cookie Policy

SUBSCRIBE OUR WEEKLY


NEWSLETTER
Subscribe
Copyright © 2021 PDFCOFFEE.COM. All rights reserved.

Our partners will collect data and use cookies for ad personalization and
measurement. Learn how we and our ad partner Google, collect and use data. 

Anda mungkin juga menyukai