Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MELEMPAR BOLA”

DI RUANGAN POLI TUMBANG RSUD PROF. ALOEI SABOE


KOTA GORONTALO

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3B

PRESEPTOR KLINIK Ns. Lenny N Ali, MM TTD:

PRESEPTOR
Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep TTD:
AKADEMIK

TANGGAL 1. TGL :
2. TEPAT WAKTU :
PENGUMPULAN
3. TERLAMBAT :
SARAN PRESEPTOR
KLNIK/AKADEMIK

PRODI STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau informasi, memberikan
kesenangan atau mengembangkan imajinasi pada anak (Anggraini: 2004).
Bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, melalui bermain anak akan
belajar tentang dunia dan kehidupannya serta berhubungan dengan orang lain.
Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri,
minat dan cara menyelesaikan masalah dalam permainan. Bermain merupakan
unsur yang penting bagi anak untuk perkembangan fisik, mental, sosial dan
emosional.
Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh
dengan stres dan akan menimbulkan reaksi pada anak sesuai dengan
perkembangannya (merasa cemas dan timbul rasa takut). Bermain pada anak yang
dihospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan membantu
dalam mengembangkan imajinasinya. Ketika masa anak sudah memasuki masa
todler anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan
suatu permainan. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi
perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat permainan, jika
orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat permainan
yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan hendaknya
disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat merangsang
perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun aktivitas bermaian
tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan kondisi anak
Maka dengan ini, kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi
bermain lempar bola karena dengan terapi ini akan membuat anak lebih rileks dan
meningkatkan ketrampilannya. Alasan kelompok kami melakukan terapi ini
karena anak lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak bermain. Adapun
alasan lainnya permainan melempar bola pada usia toodler untuk
mengembangkan motorik kasar, untuk intelektual, untuk ketrampilan, untuk
melatih kemampuan kognitif, untuk melatih kemampuan berbahasa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk merangsang perkembangan anak-anak dan menurunkan stress
hospitalisasi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif
b. Anak bebas mengekpresikan perasaannya
c. Supaya orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak
d. Memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang
lain
e. Merupakan alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal.

BAB II
DESKRIPSI
A. Konsep Bermain
Bermain adalah cerminan kemmpuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial. Dan bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar,
karena dengan bermain anak akan berkata kata, belajar, menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat di lakukan dan mengenal
waktu jarak, serta suara.
B. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensori – Motorik
2. Perkembangan Intelektual
3. Perkembangan sosial
4. Perkembangan Kreatifitas
5. Perkembangan kesadaran diri
6. Perkembangan Moral
C. Karakteristik Bermain
1. Bermain Aktif
a. Bermain/mengamati/menyelidiki
b. Bermain konstruksi
c. Menyusun balok-balok
d. Bermain drama
e. Bermain puzzle
f. Bermain Bola
g. Bermain drama
2. Bermain Pasif
a. Melihat gambar dibuku
b. Mendengarkan cerita ata musik
c. Menonton Tv

D. Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk
4. Jangan memaksa anak bermain bila anak sedang tidak ingin bermain
E. Bentuk Permianan menurut usia
Usia 2-3 tahun
Tujuannya adalah
a. Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif
b. Anak bebas mengekpresikan perasaannya
c. Melatih motorik halus dan kasar
d. Menggembangkan kecerdasa
e. Mellatih kerjasama mata dan tangan
f. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda
Alat Permainan yang dianjurkan
a. Alat-alat untuk menggambar
b. Lilin yang dapat di bentuk
c. Pasel ( Puzzel) sederhana
d. Manik manik ukuran besar
e. Berbagai benda yang mempunyai warna yang berbeda
f. Bola

F. Tujuan
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi
d. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara)
e. Membedakan benda dengan permukaan
f. Menumbuhkan sportivitas
g. Mengembangkan kepercayaan diri
h. Mengembangkan kreativitas
i. Mengembangkan kordinasi motoric (melompat, memanjat, lari, dll)
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motoric halus dan kasar
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya
l. Memperkenalkan pengerian yang bersifat ilmu pengetahuan, missal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan
a. Berbagi benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orangtua, orang lain diluar rumah
G. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak
yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Status Kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan
energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit
3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-
laki atau anak atau anak perempuan untuk mengembangkan daya piker,
imajianasi, kreativitas dan kemampuan social anak. Akan tetapi, permainan
adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri.
4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain
5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak
H. Tahap perkembangan bermain
1.Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2.Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3.Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4.Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya
I.Prinsip bermain di rumah sakit
A. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
B. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
C. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
D. Permainan sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
E. Jenis permain disesuaikan dengan kesenangan anak
F. Permainan melibatkan orangtua untuk melancarkan proses kegiatan
J. Hambatan yang mungkin muncul
1. Usia antara pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidsk kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan
K. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orangtua dalam proses tarapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara prlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaboarasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga Kesehatan
lainnya
L. Permainan
Dalam kegiatan terapi bermain ini, saya memilih untuk meggunakan
permainan melempar bola yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan anak
mengenai motorik kasar dan halus, kegiatan ini juga bisa meningkatkan ketangkasan
anak serta agar anak memiliki hubungan yang kuat dengan teman temannya
Cara bermain :
1. Leader membagikan bola kepada masing-masing anak
2. Minta anak untuk mengambil bola.
3. Lalu minta anak untuk melempar bola
M. Kriteria Hasil
a. Evaluasi Struktur
1) Peralatan bermain seperti persediaan bola yang cukup sudah tersedia
2) Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
3) Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
4) Jumlah terapis 10 orang
b. Evaluasi Proses
1) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan
tertib dan teratur
2) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
3) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
4) 90 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal
sampai akhir
c. Evaluasi Hasil
1) 100 % anak merasa senang dan puas.
2) 75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
3) 25 % anak dapat menyatakan perasaan senang
BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia 2-5 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari / Tanggal : Senin, 26 Mei 2023
Jam / Durasi : Pukul. 09.00 WIB sd selesai
Tempat Bermain : Ruang bermain anak RSAS
A. Peserta
1. Anak usia 2 – 4 tahun
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
5. Peserta Anak usia pra sekolah dan sekolah minimal 3 orang didampingi
keluarga
B. Sarana dan Media
Sarana :
1. Ruangan tempat bermain
2. Tikar untuk duduk
Media : Bola
C. Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang
observer dengan susunan sebagai berikut :
1. Leader : Kurniawan Latjompoh
2. Co leader : Reivan Anggraeni Mantu
3. Fasilitator 1: Merianti lahay
4. Fasilitator 2: Fatmawati Djafar
5. Observer : Viranti Desilia Pikoli
D. Pembagian Tugas
1. Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Peran Observer
A. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
B. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
C. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
D. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
E. Setting Tempat

Keterangan :

= Leader
= Co-leader

= Fasilitator

= Observer

= Pasien
F. Susunan Kegiatan
No Waktu Therapy Anak Ket
1. 5 Menit Pembukaan :
1. Co-leader membuka dan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri dan 2. Mendengaran
anggota yang lain
3. Memperkenalan
pembimbing 3. Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak
satu persatu dan anak 4. Mendengarkan dan
saling berkenalan dengan saling berkenalan
temannya
5. Kontra waktu dengan anak 5. Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader

6. Medengarkan
2. 20 Kegiatan bermain :
Menit 1. Leader menjelasan cara 1. Mendengarkan
permainan
2. Menanyakan pada anak, 2. Menjawab pertanyaan
anak mau bermain atau
tidak 3. Menerima permainan
3. Membagikan permainan
4. Leader, co-leader, dan 4. Bermain
fasilitator memotivasi anak
5. Fasilitator mengobservasi 5. Bermain
anak
6. Menanyakan perasaan 6. Mengungkapkan
anak perasaan
3. 5 menit Penutup :
1. Leader menghentikan 1. Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan 2. Mengungkapkan
anak perasaan
3. Menyampaikan hasil 3. Mendengarkan
permainan
4. Memberikan hadiah 4. Senang
kepada anak yang cepat
bisa menebak gambar
5. Membagikan
souvenir/kenang- 5. Senang
kenangan pada semua
anak yang bermain
6. Menanyakan perasaan
anak 6. Mengungapkan
7. Co-leader menutup acara perasaan
8. Mengucapkan salam 7. Mendengarkan
8. Menjawab salam

a. Evaluasi Struktur
5) Peralatan bermain seperti persediaan bola yang cukup sudah tersedia
6) Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
7) Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
8) Jumlah terapis 10 orang
b. Evaluasi Proses
5) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan
tertib dan teratur
6) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
7) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
8) 90 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal
sampai akhir
c. Evaluasi Hasil
4) 100 % anak merasa senang dan puas.
5) 75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
6) 25 % anak dapat menyatakan perasaan senang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama saja bekerja bagi
orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk
perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit. Tujuan bermain sebenarnya
adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan
membantu anak untuk dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress
karena sakit dan dirawat di Rumah Sakit.

B. Saran
1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit.
Jadi sebaiknya di RS juga disediakan fasilitas bermain yang
menunjang dan memberikan efek terapi bagi anak-anak yang di
rawat di rumah sakit.
2. Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua
dapat menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit.
3. Adanya perlengkapan dan peralatan yang cukup untuk proses
perawatan anak seperti peralatan bermain, menggambar, dan lainnya

Anda mungkin juga menyukai