OLEH
KELOMPOK 7
A. Latar belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Hurlock, 2010).
Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta
senang bermain dengan warna. Oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar
menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media
bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan
sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan
membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang
motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh
kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Anak dapat lebih mengenali warna
b. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
c. Mengembangkan imajinasi pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan
bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan
bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Markum, 2009).
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Erlita, 2006).
Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak
dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
B. Kategori Bermain
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan
aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support.
C. Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
D. Klasifikasi Bermain Menurut Isi
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan
anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
F. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya melalui:
1. Perkembangan sensorik motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya
meraih pensil.
2. Perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar
dalam kelompok.
5. Kesadaran diri (self awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. Perkembangan moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan
dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya : marah, takut, benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.
I. Tahap Tumbuh Kembang Dan Karakteristik Bermain Anak Usia Toodler (1-3 Tahun)
menurut Soetjiningsih (2011).
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud:
Fase anal (1 – 3 tahun): daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta
terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak: latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa
meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat
terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson:
Tahap ke 2: Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,
menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
1) Anak umur 12 – 18 bulan:
a) Perkembangan anak: berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda
kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana,
minum sendiri dari gelas tidak tumpah.
b) Stimulasi dini: melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi
kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
2) Anak umur 18-24 bulan:
a) Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret
dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya,
meniru melakukan pekerjaan rumah tangga.
b) Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak
menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak
mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya
sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak,
tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri.
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya.
Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di
bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “sollitary play dan
parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan
permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun
sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah
dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena
kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan
adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-
macam.
K. Bermain Mewarnai Gambar
1. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar
diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar.
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi
stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
2. Manfaat
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu
cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat
dan negatif.
f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan
benci.
g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah
sakit.
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
SASARAN
1. Anak usia Pra Sekolah ( 4 – 6 tahun).
2. Anak yang dirawat di ruang Anyelir
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5. Anak yang dapat memegang crayon.
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar.
MEDIA
1. Crayon
2. Kertas bergambar
3. Lembar penilaian
PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Pendidikan : .......
2. Pembimbing Ruangan : .......
3. Leader : Lilih Herlia Sanusi
4. Co Leader : Ayi Sumiati
5. Observer : Hendri satrian, Nina Erlina, Yudho Setiawan
6. Fasilitator : Kasidi, Kurnaesih
7. Anak : Anak berusia 4 – 6 tahun dirawat di ruang Anyelir
TUGAS MASING-MASING
1. Leader: Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis, menjelaskan tujuan terapi
bermain dan menjelaskan aturan terapi permainan
2. Co Leader: Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan, menyampaikan jalannya
kegiatan dan menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya.
3. Fasilitator : Memfasilitator kegiatan yang diharapkan, memotivasi peserta agar mengikuti
kegiatan dan sebagai Role Model selama kegiatan.
4. Observer: Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
5. Anak: Mengikuti jalannya terapi bermain
PERKIRAAN HAMBATAN:
1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.
PERMAINAN
1. Tujuan
Menumbuhkan kreatifitas, sportifitas dan meningkatkan semangat anak-anak dalam
mewarnai.
2. Cara Bermain:
a. Leader membagikan gambar dan crayon
b. Minta anak untuk mewarnai sesuai dengan seleranya
SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Observer
: Leader
: Anak-anak
: Fasilitator
: Co leader
STRATEGI PELAKSANAAN
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi bermain 3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu anak dan orang tua 4. Memperhatikan
2. 20 menit Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan terapi 1. Memperhatikan
bermain mewarnai kepada anak.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk 2. Bertanya
bertanya jika belum jelas.
3. Membagikan kertas bergambar dan crayon 3. Antusias saat menerima
4. Fasilitator mendampingi anak dan memberikan peralatan
motivasi kepada anak 4. Memulai untuk
5. Menanyakan kepada anak apakah telah selesai mewarnai gambar
mewarnai gambar 5. Menjawab pertanyaan
6. Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan 6. Mendengarkan
telah selesai 7. Memperhatikan
7. Memberikan pujian terhadap anak yang
mampu mewarnai gambar sampai selesai
3. 10 menit Evaluasi:
1. Memotivasi anak untuk menyebutkan apa yang 1. Menceritakan
diwarnai
2. Mengumumkan nama anak yang dapat 2. Gembira
mewarnai dengan contoh
3. Membagikan reward kepada seluruh peserta 3. Gembira
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian kepada seluruh 1. Memperhatikan
anak yang telah mengikuti program terapi bermain 2. Gembira
2. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang 3. Mendengarkan
tua
3. Mengucapkan salam penutup 4. Menjawab salam
KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 4-6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Anyelir
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai
DAFTAR PUSTAKA