Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TERAPI BERMAIN BERCERITA GEMBIRA

DI RUANG BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT


ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Disusun Oleh:

Desi Ardila Sari Ridho Rahmat Illahi


Ilham Efendi Rozi Fitriani
Muhamad Iqbal Saniatul Rohani
Mutya Dwi Saputri Sukma Taqwin
Novira Anggraini Tessa Theresia
Resma Mulia Putri Vera Sri Noviyanti

AKADEMI KEPERAWATAN NABILA


PADANG PANJANG

T.A 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan
anak secara optimal.Selain itu Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sukarela untuk memperoleh kesenangan, merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial.

Bermain merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh kesenangan


tanpa memikirkan hasil akhir, yang dilakukan secara spontan dan tanpa
paksaan dari orang lain untuk memenuhi kepuasan fisik, emosi, sosial dan
perkembangan mental sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya
(takut, kesepian, fantasi dan kreativitasnya).

Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang


efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan
kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Dengan
memperhatikan hal tersebut, maka perlu adanya program terapi bermain di
rumah sakit khususnya diruang perawatan anak sehingga diharapkan anak
yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap
tumbuh kembangnya.

Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit pun aktivitas
bermain ini tetap perlu dilakukan, namun harus sesuai dengan kondisi anak.
Dari hal tersebutlah, pada kesempatan ini akan kami sajikan suatu metode
permainan pada anak sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.

Tujuan dari terapi yang dilakukan di Rumah Sakit adalah memberi


kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal yang dinamis
antara anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan
materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu
hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan
eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya melalui
media bermain.

Ruang Anak RSAM Bukittinggi merupakan bangsal perawatan anak,


dimana pasien yang dirawat merupakan pasien pada usia anak yang masih
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Sebagian besar anak yang
dirawat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi akibat tindakan medis yang
dilakukan dan lingkungan baru yang belum dikenal, sehingga anak menangis
atau menolak terhadap tindakan medis. Dalam kondisi seperti ini anak
membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk permainan yang bermanfaat bagi
anak selama hospitalisasi di Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengurangi dampak hospitalisasi pada anak .
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas berfikir anak dengan media bermain.
e. Meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
f. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP TERAPI BERMAIN


1. Pengertian
Terapi bermain adalah bagian perawatan apada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan dan
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa dalam perawatan pasien anak, terapi
bermain merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan yang penting
untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. (Nursallam,2005)
Menurut Thomson dan Handerson tahun 2007 terapi bermain adalah
penggunaan model teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah
terapeutik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam
mencegah atau mengatasi masalah psikososial dan mencapai taraf
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

2. Kategori Bermain

a. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
b. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas
(hanya melihat)
Contoh : memberikan support.

3. Ciri-Ciri Bermain

a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda


b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu

4. Klasifikasi Bermain Menurut Isi

a. Social affective play


Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada
disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan
alat,misalnya bermain air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu

5. Menurut Karakteristik Sosial


a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas
yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian
tugas,anak bermain sesukanya.

d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah.

6. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangan sensorik , kognitif
,perkembangan social , kesadaran diri , perkembangan moral , terapi
serta komunikasi pada anak.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
b. Status kesehatan,anak sakit perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan lokasi,negara,kultur.
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status social ekonomi

8. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
c. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

9. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan


a. Usia Sekolah
1) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
2) Dapat belajar dengan aturan kelompok
3) Belajar Independent,cooperative,bersaing,menerima orang lain.
4) Karakteristik Cooperative Play
5) Laki-laki : Mechanical
6) Perrempuan : Mother Role
b. Mainan untuk Usia Sekolah
1) 6-8 TAHUN
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis
,mencatat, sepeda, dan cerita bergembira .
2) 8-12 TAHUN
Buku,mengumpulkan perangko,uang logam,pekerjaan tangan,
kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

B. BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. Tujuan :
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat

2. Prinsip :
a. Tidak banyak energi,singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga/orang tua.
3. Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain
a. Lakukan saat tindakan keperawatan
b. Sengaja mencari kesempatan khusus

4. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan


a. Alat dan media yang diperlukan untuk bermain
b. Tempat bermain

5. Pelaksanaan Bermain Di Rs Dipengaruhi Oleh :


a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat,fasilitas kebijakan RS,kerjasama Tim dan
keluarga
b. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain.
PERENCANAAN PROGRAM TERAPI BERMAIN DENGAN
BERCERITA GEMBIRA PADA ANAK UNSIA TODLER DAN USIA
SEKOLAH DI RUANG ANAK RS. AHMAD MUCHTAR
BUKITTINGGI

A. PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN


Waktu/tempat :Rabu , 19 juli 2017. Jam 09:00 WIB di ruang Terapi
Bermain Anak RSAM Bukittinggi
Sasaran : Anak todler dan usia sekolah
Metode : Kelompok
Jumlah pasien : 8 orang anak
Permainan : Bercerita bergembira
Lama waktu : 30 menit

B. MEDIA DAN ALAT


1. Buku cerita
2. Laptop
3. Infocus

C. METODE
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang
dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Langkah langkah :
1. Mengumpulkan peserta di ruangan yang telah ditentukan
2. Membentuk beberapa kelompok kecil
3. Membacakan aturan bermain
4. Menentukan batas waktu dalam bercerita
5. Membacakan cerita kepada anak.

D. PESERTA
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak prescholl dan usia 5-10 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Terpasang alat-alat invasif
c. Bedrest
d. Infeksi

E. SETTING TEMPAT

Keterangan :

Moderator Leader Orang tua

Peserta Co-Leader Dosen

Observer Fasilitator
Presentator

F. PENGORGANISASIAN
1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua
2. Mengunpulkan anak pada ruangan terapi bermain
3. Menyiapkan alat yang diperlukan
4. Kegiatan dipimpin oleh Leader dibantu dengan fasilitator dan observer
5. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung

G. URAIAN TUGAS
1. Leader :
a. Membuka Acara
b. Membaca peraturan bermain
c. Memimpin Jalannya permainan
d. Memberi semangat kepada peserta
e. Menciptakan suasana menjadi meriah
f. Mengambil Keputusan
g. Memberikan Reward
2. Presentator :
a. Menyampaikan cerita terapi bermain
3. Fasilitator:
a. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
b. Mendampingi anak selama bermainan
c. Memberikan semangat dan motivasi
4. Observer:
a. Mengamati dan mengevaluasi permainan
b. Mengamati tingkah laku anak
c. Memberikan kritik dan saran
H. RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Respon
1. Fasilitator : ( 5 menit )
- Menyiapkan ruangan
- Menyiapkan Alat
- Menyiapkan anak dengan
keluarga
2. Moderator
Proses: ( 5 menit )
- Membuka proses terapi Menjawab salam
bermain dengan mengucap Memperkenalkan diri
salam, doa, memperkenalkan
diri, Kontrak waktu Medengarkan
- Menjelaskan kepada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain
- Menjelaskan cara bermain Memperhatikan

3. Presentator : ( 20 menit )
- Menyampaikan cerita yang
akan dibacakan.

4. Fasilitator Anak mau bermain dengan


- Mengajak anak anak untuk antusias bersama teman-temannya.
ikut dalam terapu bermain
- Mempertahan kan supaya Anak anak ikut dalam terapi
anak ikut dalam terapi Bermain bersama orang tuanya.
bermain

5. Penutup : ( 10 menit ) Memperhatikan


Moderator Menjawab salam
- Menutup acara terapi
bermain
- Menyimpulkan semua acara
terapi bermain Mendengarkan
- Mengevaluasi respon anak Memperhatikan
dan keluarga (perasaan)
- Menyimpulkan
(reward/reinforcement
positif)
- Mengucapkan salam Menjawab salam
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan


a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
e. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
f. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
g. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktifitas bermain
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK BERCERITA
GEMBIRA ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Proposal terapi bemain
ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk
dapat menyelesaikan Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori
sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu,
kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.

Padang panjang , 19 juli 2017

Kelompok 2
MATERI

A. PENGERTIAN METODE BERCERITA


Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan
kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus
disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng
yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang
yang menyajikkan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik
(Dhieni, 2008 : 6.
Menurut Bachir (2005:10) Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan
secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan
kepada orang lain.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 210) cerita
adalah: Tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau
peristiwa atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman
kebahagiaan atau penderitaan orang, kejadian tersebut sungguh-sungguh
atau rekaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka cerita anak dapat didefinisikan
"tuturan lisan, karya bentuk tulis atau pementasan tentang suatu kejadian,
peristiwa, dan sebagainya yang terjadi di seputar dunia anak (Musfiroh et al,
2005: 59). Berdasarkan keberagaman pengertian metode bercerita diatas
dapat disimpulkan sebagai berikut : "metode bercerita adalah cara bertutur
kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak
secara lisan", dalam upaya memperkenalkan ataupun memberikan
keterangan hal baru pada anak.

B. TUJUAN BERCERITA
Metode ini bertujuan untuk memberi pengalaman pelajaran agar anak
memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui
bercerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan
bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati
anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak
mampu mendengarkan dengan seksama terrhadap apa yang disampaikan
orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat
menjawab pertanyaan, selanjutnya dapat melatih daya konsentrasi
,mendengarkan,membangun pemahaman, mengungkapkan apa yang
dipahaminya dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat
laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang
lain. Karena menurut Frunner (Tampubolon, 1991 : 10 dalam Dhieni 2008 :
6.5) Bahasa berpengaruh besar pada perkembangan pikiran anak.

C. MANFAAT METODE BERCERITA


Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak usia dini mempunyai
beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan anak usia
dini.Bagi anak usia dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat
dengan llingkungannya merupakam kegiatan yang mengasyikkan. Guru
anak usia dini yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat
menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita
untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan,
dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga.
Selain manfaat yang telah dikemukakan di atas. Ada beberapa manfaat
lain yang dikemukakan mengenai metode bercerita bagi anak usia dini di
antaranya, menurut Dhieni (2008 : 6.6) sebagai berikut :
Melatih daya serap atau daya tangkap anak usia dini, artinya anak usia
dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok
dalam cerita secara keseluruhan.
Melatih daya pikir anak usia dini. Untuk terlatih memahami proses
cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk
hubungan sebab-akibatnya,
Melatih daya konsentrasi anak usia dini, untuk memusatkan
perhatiannya kepada keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian
tersebut anak dapat, melatih hubungan bagian-bagian cerita sekaligus
menangkap ide pokok dalam cerita.
Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak
dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu
situasi yang berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh
dari lingkungan sekitarnya ini berarti membantu mengembangkan wawasan
anak.
Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan
suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, anak
usia dini senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat
menyajikannya dengan menarik.
Membantu perkembangan bahasa anak berkomunikasi secar aktif dan
efesien sehinng proses percakapan menjadi komunikatif. Menurut Musfiroh
(2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita sebagai berikut :
1. Membantu membentuk pribadi dan moral anak.
2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
3. Memacu kemampuan verbal anak.
4. Merangsang minat menulis anak.
5. Merangsang minat baca anak.
6. Membuka cakrawala pengetahuan anak.
Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah dapat
memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak
mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya.
Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan
imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir
anak. Dari manfaat-manfaat yang dijelaskan diatas peneliti memilih manfaat
metode bercerita untuk melatih daya serap/tangkap anak usia dini karena
dengan melatih daya serap anak, maka untuk mengembangkan daya pikir
dan imajinasi akan lebih mudah.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BERCERITA
Bentuk penyajian proses pembelajaran Anak Usia Dini adalah terpadu
antara Bidang pengembangan satu dengan yang lain, termasuk Bidang
pengembangan Bahasa. Dan setiap metode pembelajaran pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan, untuk itu dengan adanya pembelajaran terpadu
maka pengembangan metode yang bervariasi dapat membantu pencapaian
tujuan tiap materi pembelajaran. Demikan pula untuk metode bercerita cerita
memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Kelebihannya antara lain :
a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relative lebih banyak.
b. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan
efesian.
2. Kekurangannya, antara lain :
a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendegarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
b. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan
anak untuk mengutarakan mendapatnya.
c. Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah
sehinnga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
d. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apa bila penyajiannya
tidak menarik . (Dhieni, 2008 : 6.6).
Menurut (Dhieni, 2008 : 6.6). Kekurangannya, antara lain :
a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendegarkan atau
menerima penjelasan dari guru.
b. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan
anak untuk mengutarakan mendapatnya.
c. Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah
sehinnga sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
d. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apa bila penyajiannya
tidak menarik .
E. BENTUK-BENTUK METODE BERCERITA
Tentunya setiap pendidik menginginkan kegiatan pembelajaran atau
bercerita dikelas menyenangkan bagi anak, salah satu yang sangat
diperlukan untuk menunjang kegiatan tersebut adalah media pendidikan.
Menurut Surtiati dan Rejeki, 1999 : 1 (dalam Dhieni 2008 : 6.9) Media
pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau
keadaan yang denagn sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan anak usia dini dalam rangka mencapai tujuan.
Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai
tujuan yang dimaksud. Oleh karena itu, metode bercerita dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Bercerita Dengan Alat Peraga
Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat
pendukung isi cerita yang disampaikan artinya menyajikan sebuah
cerita pada anak usia dini dengan menggunakan berbagai media yang
menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya.
Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dapat
dimainkan oleh guru maupun anak dan sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan dapat asli atau
alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula benda tiruan atau fantasi.

2. Bercerita Tanpa Alat Peraga


Tehnik ini banyak digunakan guru anak usia dini untuk
mengembangkan daya konsentrasi anak untuk memperhatikan isi
cerita dari cara guru membawakan cerita tersebut. Bercerita tanpa alat
ini sangat mengandalkan kualitas suara, ekspresi wajah, serta gerak
tubuh. Penceritaan dapat mengambil posisi duduk atau berdiri dalam
suasana santai.
Setelah dijelaskan mengenai metode bercerita, maka diketahui
metode bercerita mengembangkan beberapa kemampuan yang
dimiliki anak usia dini di antaranya kemampuan mendengarkan,
melatih daya tangkap atau serap, perkembangan bahasa, daya
konsentrasi, menyimak dan lain-lain. Selanjutnya dalam pengkajian
penelitian ini akan dibahas mengenai perkembangan menyimak anak
usia dini.
Dari kedua jenis bercerita yang dijelaskan diatas peneliti
memilih bercerita dengan alat peraga karena peneliti ingin
memanfaatkan apa yang ada disekolah. Sehingga apa yang dimiliki
sekolah bisa dimanfaatkan dengan baik juga bisa membantu
mengembangkan perkembangan menyimak anak dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah,Siti dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak


Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan
Usia Dini. 2004. Grafindo: Jakarta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bachir, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik, dan
Prosedurnya. Jakarta : Depdikbud.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Anak. 2004. EGC: Jakarta
Hana, Jasmin . 2011. Terapi Kecerdasan Anak Dengan Dongeng. Yogyakarta:
Berlian Media
Http:// www. Terapibermain.wordpress.com
Http://www. Pengaruh bermain terhadap pemasangan infus pada anak.
Wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai