Disusun Oleh :
Siti Ramadhani
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga saya mampu menyusun dan menyelesaikan
makaalah ini. Makalah ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Kemampuan AUD dengan materi Teori Bermain Dan Fungsi Bermain
Bagi Anak . saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswi
khususnya prodi pendidikan guru pendidikan anak usia dini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca terutama kepada selaku dosen pada mata kuliah ini. Atas partisipasinya
saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
B. Manfaat Penulisan.......................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
A. Teori Bermain.............................................................................
B. Pengertian Bermain.....................................................................
C. Tahapan Bermain........................................................................
D. Manfaat Bermain Bagi Anak......................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Teori Bermain
Teori Bermain pada Anak Usia Dini Menurut Para Ahli yaitu:
a. Herbert Spencer
Menurut Herbert Spencer (catron & Allen, 1999) anak bermain karena mereka
punya energi berlebih. Energi ini mendorong mereka untuk melakukan aktivitas
sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan. Hal ini, berarti tanpa bermain, anak
akan mengalami masalah serius karena energi mereka tidak tersalurkan.
b. Moritz Lazarus
Menurut Moritz Lazarus anak bermain karena mereka memerlukan penyegaran
kembali atau mengembalikan energi yang habis digunakan untuk kegiatan rutin sehari-
hari. Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila anak akan menderita kelesuan
akibat ketiadaan penyegaran.
c. Erikson
Menurut Erikson (1963), bermain membantu anak mengembangkan rasa harga
diri. Alasannya adalah karena dengan bermain anak memperoleh kemampuan untuk
meenguasai tubuh mereka, memahami benda-benda, serta belajar keterampilan sosial.
Anak bermain karena mereka berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan.
Bermain merupakan cara dan jalan anak berpikir dan menyelesaikan masalah. Anak
bermain karena mereka membutuhkan pengalaman langsung dalam interaksi sosial agar
mereka memperoleh dasar kehidupn sosial.
d. Sigmund Freud
Sigmund Freud (1920) melihat bermain dari kaca mata psikoanalitis. Dengan
demikian, teorinya tersebut disebut teori bermain psikoanalisis. Menurutnya, bermain
bagi anak merupakan suatu mekanisme untuk mengulang kembali peristiwa traumatik
yang dialami sebelumnya. Sebagai upaya untuk memperbaiki atau menguasai
pengalaman tersebut demi kepuasan anak.1
1
Brewer,jo Ann. Early childhood Education. US: Pearson Education.
2. Pengertian Bermain
Bermain adalah hak setiap anak. Bermain merupakan lahan anak-anak dalam
mengekspresikan segala bentuk tingkah laku yang menyenangkan dan tanpa paksaan.
Pada mulanya, bermain dianggap sebagai kegiatan yang dipandang sebelah mata.
Awalnya kegiatan bermain belum mendapat perhatian khusus dari para ahli ilmu jiwa,
mengingat masih kurangnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan
kurangnya perhatian terhadap perkembangan anak pada masa lalu (sugianto 1995:4).
Namun, dengan kemajuan teknologi dan dukungan hasil penelitian mutakhir
menjadikan kegiatan bermain menempati urutan pertama pada kegiatan pembelajaran
pada anak.
Di samping itu ada juga teori yang menyatakan bermain sebagai komunikasi,
bermain sebagai peluang menjelajah perilaku baru bahkan Heron (1971) menegaskan
bermain sebagai suatu pekerjaan bagi anak-anak.. Lebih jauh Moyles (1991)
menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses yang diperlukan baik oleh anak-anak
maupun orang dewasa. Bermain merupakan proses pembelajaran yang melibatkan
pikiran, persepsi, konsep, kemahiran sosial dan fisik. Selain itu bermain juga dikaitkan
dengan kegembiraan. Dengan demikian bermain merupakan aktivitas yang natural bagi
anak-anak yang memberi peluang kepada mereka untuk mencipta, menjelajah dan
mengenal dunia mereka sendiri.
3. Tahapan Bermaian
2
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
dua anak yang bertugas sebagai pemimpin atau pengarah jalannya permainan
(Desmita, 2013:142-143).
3
Sugianto, Mayke T. Bermain,Mainan,Permainan. Jakarta: DEPDIK.
bermain anak akan lebih mudah menerima konsep-konsep tersebut dari pada diajarkan
seperti orang dewasa yang sedang belajar.4 Contoh sederhana semisal ia sedang bermain
bola, ia dapat mengenal bentuk bola yang ia mainkan bagaimana, warna bolanya apa,
lebih besar atau lebih kecil. Konsep tersebut akan lebih mengena di anak, dari pada guru
serius mengenalkan di kelas “anak-anak ini warna merah, bentuknya bulat seperti bola”.
Selain itu, ketika anak-anak sedang menonton tv juga bisa digunakan sebagai
sarana mengenalkan konsep-konsep bagi anak. Bermain berguna dalam perkembangan
kognitif juga didukung oleh Montessori yang menyatakan bahwa terdapat empat fakta
mendasar bahwa bermain dapat menstimulasi otak anak:
1) pikiran yang mencercap
2) periode kritis
3) anak adalah makhluk pembelajar
4) anak belajar dengan bermain (Suyadi, 2014:184-187).
d) Bermain dan perkembangan bahasa
Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang peranan penting dalam
kehidupan. Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah terjadi interaksi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok. Bahasa juga menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan
Tuhan lainnya. Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi dengan
lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.
Awalnya dalam bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh, namun seiring
berjalannya waktu, semakin bertambahnya perbendaharaan kata maka anak akan
menggunakan bahasa verbal dalam rangka berkomunikasi dengan teman mainnya.
Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika anak mengutarakan keinginannya,
mengeluarkan pendapat, serta memberi komentar kepada lawan mainnya. Apabila ada
anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain dengan anak seusianya lambat laun ia
akan mulai berani berkomunikasi nonverbal walaupun diawali dengan malu-malu.
Lebih dari itu, bahasa tidak hanya dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) namun dapat
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Differences in speech skills, on the other hand,
appear to be mostly due to genetic effects, though environmental factors also play a
significant role (Hayiou&Thomas 2008). Dikemukakan oleh Hayiou & Thomas bahwa
4
Suyadi. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
perbedaan kemampuan bahasa anak usia dini, seperti kosa kata dan tata bahasa,
tampaknya sebagian besar karena pengaruh lingkungan, meskipun efek genetik juga
memainkan peran penting.
a) Bermain dan perkembangan sosial
Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Sekumpulan anak-anak akan saling
bersosialisasi dalam kegiatan bermain. Dari kegiatan bermain bersama teman teman,
anak akan belajar memahami diri dan orang lain. Anak yang mulanya egosentris, setelah
bermain dengan anak-anak lain bisa di mungkinkan ia akan mulai sosialis. Egosentris
adalah keadaan dimana semua benda atau sudut pandang diarahkan menurut perspektif
dirinya. Selain itu, bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak, kedisiplinan,
serta kejujuran. Dengan bermain bersama teman lainnya, ia akan bersikap untuk dapat
bekerja sama dalam tim. Dapat disimpulkan manfaat dari bermain bagi anak adalah:
a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik
(melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus), perkembangan psiko
sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif
(melatih kecerdasan). Dan perkembangan bahasanya.
b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi.
c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan.
d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya.
e. Melalui bermain anak –anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya
kedalam aktivitas yang menyenangkan.
f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin.
g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan
menemukan hal-hal baru dalam kehidupan.
h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling
berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.
i. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak.
j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah semestinya
sebagai guru atau orang tua kita memfasilitasi kebutuhan Bermain dan Pemanfaatannya
dalam Perkembangan Anak Usia Dini anak dengan baik. Berdasarkan uraian mengenai
bermain dan manfaat bermain bagi perkembangan anak usia dini, disimpulkan bahwa
dengan bermain anak akan mendapatkan manfaat besar dalam pengembangan aspek
moral, motorik, kognitif, bahasa, serta sosial. Tentu dengan diketahuinya manfaat
bermain akan menambah referensi bagi stakeholder dikalangan PAUD untuk
menyisipkan unsur edukasi dalam setiap kegiatan bermain anak. Tanpa disadari anak,
kegiatan bermain yang anak-anak lakukan dapat memberikan suatu penilaian kepada
pendidik atau orangtua. Penilaian tersebut merupakan bagian dari evaluasi, sampai
tahap manakah anak? Pertanyaan tersebut, tanpa membuat anak merasa dinilai dapat
dilihat melalui kegiatan bermian. Penilaian suatu komponen pembelajaran yang
menggunakan metode bermain dapat saja dilakukan di awal, tengah, maupun akhir
kegiatan (Yus 2011:137).
DAFTAR PUSTAKA
Brewer,jo Ann. Early childhood Education. US: Pearson Education,2007.
https://sabyan.org/teori-bermain-pada-anak-usia-dini-menurut-para-ahli/.