Oleh Kelompok 5 :
1. Nila Safira
2. Lisa Wenti
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami aturkan kehadiran Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Bermain dan Permainan Anak Usia Dini ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Jasmani dan Olahraga AUD”
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................
Kata pengantar..................................................................................................
BAB 1
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan pembuatan makalah...............................................................
BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Bab II
PEMBAHASAN
Bermain adalah hak dasar anak usia dini yang merupakan kegiatan
mengekspresikan diri tanpa paksaan dengan perasaan senang. Sedangkan
menurut para tokoh diantara-Nya Jean Piaget (dalam Catron dan Allen,
1999:7) mengatakan bahwa bermain dapat mengalami perubahan dari tahap
sensori motor, bermain khayal, sampai kepada bermain sosial yang disertai
aturan pada permainan. Menurut Bruner (dalam Johnson, 1999:14)
memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana untuk
mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas, dalam bermain yang lebih
penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. Dan
menurut Singer (dalam Johnson, 1999:16) bahwa bermain memberikan suatu
cara bagi anak untuk memajukan kecepatan untuk masuknya perangsangan
(stimulasi) baik dari dunia luar maupun Dari dalam, yaitu aktivitas otak yang
secara konstan memainkan kembali Dan merekam pengalaman-pengalaman
anak. Dari pengertian tersebut bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak yang dapat mengembangkan berbagai potensi pada
anak dalam aspek perkembangan sosial, emosi, kepribadian melalui bermain. 2
2
memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan Sebelumnya, merupakan esensi dari
bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata (Suyanto
2003:145-146).
B. Karakteristik Bermain
Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan tersendiri bagi anak, karena saat bermain, anak memiliki kebebasan
bereksplorasi untuk mengenali dirinya yang berhubungan dengan lingkungan
sekitarnya. Karakteristik bermain anak usia dini sebagai berikut:
a) Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak
membuat aturan mereka sendiri;
b) Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan
nyata (bermain drama);
c) Bermain lebih memfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari
pada hasil akhir atau produknya;
d) Bermain melibatkan interaksi dan keterlibatan anak-anak.3
3
karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang
lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat
dari sisi orang lain/ empati;
3) Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui
bermain anak sering kali melakukan eksplorasi terhadap segala
sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa
keingintahuannya;
4) Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya
sendiri, karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti
lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial
sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.4
5
Pada anak usia dini atau TK, tingkah laku yang sering muncul
adalah tingkah laku kontra sosial, misalnya, egois, agresif, hiperaktif,
bersaing, marah, meniru, bertengkar, dan mau menang sendiri. Tetapi
harus dapat dimengerti tingkah tersebut tidak dapat dihindarkan, tingkah
yang kontra sosial justru malah dibutuhkan kemunculannya untuk dapat
mengarahkan anak pada sikap pro sosial. TK memberikan peluang besar
bagi anak untuk pengarahan-pengarahan ke dalam hal positif melalui
bermain dalam konflik yang terjadi. Bermain sandiwara, drama bebas, dan
cerita melalui berbagai metode adalah kegiatan yang dimaksudkan.
4. Bermain bermanfaat untuk melatih empati
Empati adalah suatu perasaan seseorang yang ikut merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Dengan mempunyai sifat empati anak akan pandai
menempatkan dirinya pada keadaan orang lain, dan akan muncul sifat
tenggang rasa pada anak. Sifat empati ini adalah sifat yang menunjukkan
jiwa sosial anak, sehingga bisa dikatakan bahwa sifat empati bisa
mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini yaitu sosial
emosional. Contoh pengembangan sifat empati pada anak di taman kanak-
kanak yaitu dengan metode bermain peran. Anak memerankan suatu peran
tertentu dan cerita tertentu, maka anak tersebut bisa terbangun sifat-sifat
yang ada dalam cerita tersebut.
5. Bermain bermanfaat mengasah pancaindra
Pancaindra seorang anak yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba dan pengucapan harus di asah dan di stimulus dengan
baik dari sejak bayi. Kenapa panca indera tersebut harus di stimulus
dengan baik, karena ketika anak mempunya panca indera yang bagus maka
anak tersebut akan cepat menyerap pembelajaran yang ada di sekolah.
Contohnya, indera penglihatan dan pendengaran, apabila kedua indera
tersebut berkembang dengan baik maka akan mudah manangkap apa yang
diperintahkan guru, akan mudah menyerap apa yang diajarkan guru di
taman kanak-kanak. Selain itu anak juga gampang peka terhadap apa yang
terjadi lingkungan sekitarnya. Banyak metode pembelajaran di taman
kanak-kanak yang bisa mengasah panca indera secara optimal, sehingga
perkembangan kepekaan panca indera akan berkembang secara baik.
Seperti permainan “kotak aroma” untuk latihan indra pencium, permaian
“tebak suara” untuk latihan indra pendengar, gambar-gambar di buku
untuk latihan indra penglihatan, nyanyian “apa rasanya” dan permaninan
merasakan berbagai rasa makanan dengan mata tertutup untuk melatih
indra pengecapan, dan banyak lagi.
6. Bermain sebagai media terapi (pengobatan)
Permainan merupakan salah satu cara untuk pemecahan konflik
dan mengatasi kecemasan yang terjadi pada anak. Ini dikemukakan oleh
bapak psikoanalisis, Sigmun Freud, yaitu permainan bisa dijadikan sebuah
terapi, disebut sebagai terapi bermain. Terapi bermain dijadikan alat
diagnosis bagi anak-anak yang mempunyai masalah yang harus
dipecahkan. Akan tetapi terapi ini tidak semua orang bisa melakukannya
karena harus melalui pelatihan dan pendidikan khusus. Bermain itu
melakukan penemuan dengan bermain anak akan menemukan hal-hal baru
yang mungkin sebelumnya belum pernah dia temui. Anak selalu ingin tahu
dan selalu bertanya ketika ada sesuatu hal yang belum mereka pahami saat
bermain. Sehingga seorang guru harus membebaskan anak untuk bermain
dan bereksplorasi sepuasnya dengan tetap mengontrolnya.
7. Bermain itu melakukan penemuan
Dengan bermain anak akan menemukan hal-hal baru yang
mungkin sebelumnya belum pernah dia temui. Anak selalu ingin tahu dan
selalu bertanya ketika ada sesuatu hal yang belum mereka pahami saat
bermain. Sehingga seorang guru harus membebaskan anak untuk bermain
dan bereksplorasi sepuasnya dengan tetap mengontrolnya dalam bentuk
kegiatan bermain. 6
Kegiatan atau aktivitas bermain merupakan salah satu cara yang tepat untuk
diterapkan dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan. Menurut Hurlock
(1978:334), kegiatan bermain di bagi ke dalam dua kategori yaitu:
6
1) Kegiatan aktif, yaitu bermain yang kegembiraannya timbul dari apa yang
dilakukan anak itu sendiri.
2) Kegiatan Pasif, merupakan bentuk bermain pasif tempat anak memperoleh
kegembiraan dengan usaha minimum dari kegiatan orang lain.
Menurut Parten (1932) dalam Turner & Helms, 1993) yang dikutip Hartati (2007:
58-60), bentuk kegiatan bermain yaitu:
Permainan bagi anak usia Permainan bagi anak usia dini sayangnya harus
memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnnya, berikut disajikan
beberapa permainan yang dapat menstimulasi seluruh aspek perkembangan
anak mulai dari perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial emosi,
moral agama dan Seni.
Bermain drama bisa melatih anak berbicara dan mendramakan sesuatu cerita.
Diiringi dengan nyanyian dan tarian kemampuan berbahasa anak bisa semakin
meningkat dan bermain drama dapat melatih ingatan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, S. N., & Putro, K. Z. (2021). Bermain dan permainan anak usia dini.
Generasi Emas: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 4(1), 52-64.
Rohmah, N. (2016). Bermain dan pemanfaatannya dalam perkembangan anak usia
dini. Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 13(2).
Wahyuni, F., & Azizah, S. M. (2020). Bermain dan belajar pada anak usia dini. Al-
Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 15(01), 159-176.