Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Bermain dan Permainan Anak Usia Dini

Dosen Pengampu : M. Muhajirin, M.Pd.

Oleh Kelompok 5 :
1. Nila Safira
2. Lisa Wenti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
HAMZAR LOMBOK UTARA 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami aturkan kehadiran Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Bermain dan Permainan Anak Usia Dini ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan Jasmani dan Olahraga AUD”

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................
Kata pengantar..................................................................................................
BAB 1
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan pembuatan makalah...............................................................
BAB II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Proses perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak merupakan


perkembangan secara holistik, baik Itu perkembangan sosial, fisik, emosional,
intelektual serta bahasa. Perkembangan anak dapat berkembang secara optimal
jika didukung dengan kesehatan fisik, gizi yang tercukupi dan mendapatkan
pendidikan yang tepat. Pada UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14
yang Berbunyi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan usaha yang
diperuntukkan bagi anak mulai dari nol Tahun sampai usia enam tahun dengan
memberikan stimulus pendidikan guna menunjang tumbuh kembang anak baik
Itu rohani maupun jasmani sehingga anak siap dalam memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya. Dengan bermain dapat memberikan rangsangan pada
anak untuk tahap perkembangannya, selain itu dapat menjadi fondasi yang
kuat dalam mencari jalan keluar suatu masalah kelak.

MJ Langeveld (Khobir, 2009) mengemukakan bahwa hal tersibuk yang


dilakukan anak adalah kegiatan bermain. Setiap anak belajar dapat melalui
bermain. Oleh karena itu orang tua dan guru perlu melayani kegiatan anak
dengan menyiapkan permainan yang mendukung tumbuh kembang anak.
Permainan anak dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan barang sekitar
seperti daun kering untuk mengasah kognitif anak untuk anak diminta agar
mengelompokkan warna daun atau menghitung daun. Setiap permainan anak
mempunyai manfaat yang berbeda-beda. Oleh karena itu betapa pentingnya
permainan bagi anak usia dini.1

1
Bab II
PEMBAHASAN

A. Bermain pada anak usia dini

Bermain adalah hak dasar anak usia dini yang merupakan kegiatan
mengekspresikan diri tanpa paksaan dengan perasaan senang. Sedangkan
menurut para tokoh diantara-Nya Jean Piaget (dalam Catron dan Allen,
1999:7) mengatakan bahwa bermain dapat mengalami perubahan dari tahap
sensori motor, bermain khayal, sampai kepada bermain sosial yang disertai
aturan pada permainan. Menurut Bruner (dalam Johnson, 1999:14)
memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana untuk
mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas, dalam bermain yang lebih
penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya. Dan
menurut Singer (dalam Johnson, 1999:16) bahwa bermain memberikan suatu
cara bagi anak untuk memajukan kecepatan untuk masuknya perangsangan
(stimulasi) baik dari dunia luar maupun Dari dalam, yaitu aktivitas otak yang
secara konstan memainkan kembali Dan merekam pengalaman-pengalaman
anak. Dari pengertian tersebut bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak yang dapat mengembangkan berbagai potensi pada
anak dalam aspek perkembangan sosial, emosi, kepribadian melalui bermain. 2

Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi yaitu: 1)


motivasi Internal, dimana anak-anak melakukan kegiatan bermain atas
kemauan diri sendiri dan tanpa paksaan; 2) aktif, yakni ketika anak-anak
melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan fungsi fisik dan mental; 3)
nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan,
terlepas dari realitas seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan 4) tidak

2
memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan Sebelumnya, merupakan esensi dari
bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata (Suyanto
2003:145-146).

B. Karakteristik Bermain
Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan tersendiri bagi anak, karena saat bermain, anak memiliki kebebasan
bereksplorasi untuk mengenali dirinya yang berhubungan dengan lingkungan
sekitarnya. Karakteristik bermain anak usia dini sebagai berikut:
a) Bermain relatif bebas dari aturan-aturan, kecuali anak-anak
membuat aturan mereka sendiri;
b) Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan
nyata (bermain drama);
c) Bermain lebih memfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari
pada hasil akhir atau produknya;
d) Bermain melibatkan interaksi dan keterlibatan anak-anak.3

C. Fungsi dan Manfaat Bermain Anak Usia Dini


 Fungsi bermain anak usia dini
Pembelajaran yang cocok untuk anak usia dini adalah melalui bermain,
karena tanpa sadar dan tanpa paksaan anak sedang mempelajari suatu
informasi dari masing-masing permainan yang sedang dimainkannya.
Menurut Sujiono (2009:145) fungsi bermain, antara lain:
1) Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya
melalui gerak, melatih motorik halus, dan keseimbangan, karena
ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja
tubuhnya;
2) Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri
pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif,

3
karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang
lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat
dari sisi orang lain/ empati;
3) Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui
bermain anak sering kali melakukan eksplorasi terhadap segala
sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa
keingintahuannya;
4) Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya
sendiri, karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti
lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial
sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.4

 Manfaat bermain anak usia dini


1. Bermain memicu kreativitas
Permainan yang aman dan menyenangkan memicu anak untuk
bermain dan menemukan ide-ide serta menggunakan daya khayalnya.
Hasil penelitian mendukung dugaan bahwa bermain dan kreativitas saling
berkaitan karena baik bermain maupun kreativitas mengandalkan
kemampuan anak menggunakan simbol-simbol. Kreativitas dipandang
sebagai sebuah aspek pemecahan masalah dari akar dasar dalam bermain.
Di saat anak menggunakan daya khayalnya, entah itu dengan alat maupun
tidak, kreativitas mereka lebih menonjol.
2. Bermain bermanfaat mencerdaskan otak
Bermain suatu media dalam proses berpikir anak. Perkembangan
kognitif anak tidak bisa terlepas dari proses yang dinamakan dengan
bermain. Rasa senang dalam bermain membantu perkembangan 5
intelektual atau kecerdasan berpikir anak yang nantinya akan mendapat
berbagai pengalaman, sehingga dapat memperkaya cara berpikir mereka.
3. Bermain bermanfaat menanggulangi konflik

5
Pada anak usia dini atau TK, tingkah laku yang sering muncul
adalah tingkah laku kontra sosial, misalnya, egois, agresif, hiperaktif,
bersaing, marah, meniru, bertengkar, dan mau menang sendiri. Tetapi
harus dapat dimengerti tingkah tersebut tidak dapat dihindarkan, tingkah
yang kontra sosial justru malah dibutuhkan kemunculannya untuk dapat
mengarahkan anak pada sikap pro sosial. TK memberikan peluang besar
bagi anak untuk pengarahan-pengarahan ke dalam hal positif melalui
bermain dalam konflik yang terjadi. Bermain sandiwara, drama bebas, dan
cerita melalui berbagai metode adalah kegiatan yang dimaksudkan.
4. Bermain bermanfaat untuk melatih empati
Empati adalah suatu perasaan seseorang yang ikut merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Dengan mempunyai sifat empati anak akan pandai
menempatkan dirinya pada keadaan orang lain, dan akan muncul sifat
tenggang rasa pada anak. Sifat empati ini adalah sifat yang menunjukkan
jiwa sosial anak, sehingga bisa dikatakan bahwa sifat empati bisa
mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini yaitu sosial
emosional. Contoh pengembangan sifat empati pada anak di taman kanak-
kanak yaitu dengan metode bermain peran. Anak memerankan suatu peran
tertentu dan cerita tertentu, maka anak tersebut bisa terbangun sifat-sifat
yang ada dalam cerita tersebut.
5. Bermain bermanfaat mengasah pancaindra
Pancaindra seorang anak yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba dan pengucapan harus di asah dan di stimulus dengan
baik dari sejak bayi. Kenapa panca indera tersebut harus di stimulus
dengan baik, karena ketika anak mempunya panca indera yang bagus maka
anak tersebut akan cepat menyerap pembelajaran yang ada di sekolah.
Contohnya, indera penglihatan dan pendengaran, apabila kedua indera
tersebut berkembang dengan baik maka akan mudah manangkap apa yang
diperintahkan guru, akan mudah menyerap apa yang diajarkan guru di
taman kanak-kanak. Selain itu anak juga gampang peka terhadap apa yang
terjadi lingkungan sekitarnya. Banyak metode pembelajaran di taman
kanak-kanak yang bisa mengasah panca indera secara optimal, sehingga
perkembangan kepekaan panca indera akan berkembang secara baik.
Seperti permainan “kotak aroma” untuk latihan indra pencium, permaian
“tebak suara” untuk latihan indra pendengar, gambar-gambar di buku
untuk latihan indra penglihatan, nyanyian “apa rasanya” dan permaninan
merasakan berbagai rasa makanan dengan mata tertutup untuk melatih
indra pengecapan, dan banyak lagi.
6. Bermain sebagai media terapi (pengobatan)
Permainan merupakan salah satu cara untuk pemecahan konflik
dan mengatasi kecemasan yang terjadi pada anak. Ini dikemukakan oleh
bapak psikoanalisis, Sigmun Freud, yaitu permainan bisa dijadikan sebuah
terapi, disebut sebagai terapi bermain. Terapi bermain dijadikan alat
diagnosis bagi anak-anak yang mempunyai masalah yang harus
dipecahkan. Akan tetapi terapi ini tidak semua orang bisa melakukannya
karena harus melalui pelatihan dan pendidikan khusus. Bermain itu
melakukan penemuan dengan bermain anak akan menemukan hal-hal baru
yang mungkin sebelumnya belum pernah dia temui. Anak selalu ingin tahu
dan selalu bertanya ketika ada sesuatu hal yang belum mereka pahami saat
bermain. Sehingga seorang guru harus membebaskan anak untuk bermain
dan bereksplorasi sepuasnya dengan tetap mengontrolnya.
7. Bermain itu melakukan penemuan
Dengan bermain anak akan menemukan hal-hal baru yang
mungkin sebelumnya belum pernah dia temui. Anak selalu ingin tahu dan
selalu bertanya ketika ada sesuatu hal yang belum mereka pahami saat
bermain. Sehingga seorang guru harus membebaskan anak untuk bermain
dan bereksplorasi sepuasnya dengan tetap mengontrolnya dalam bentuk
kegiatan bermain. 6
Kegiatan atau aktivitas bermain merupakan salah satu cara yang tepat untuk
diterapkan dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan. Menurut Hurlock
(1978:334), kegiatan bermain di bagi ke dalam dua kategori yaitu:

6
1) Kegiatan aktif, yaitu bermain yang kegembiraannya timbul dari apa yang
dilakukan anak itu sendiri.
2) Kegiatan Pasif, merupakan bentuk bermain pasif tempat anak memperoleh
kegembiraan dengan usaha minimum dari kegiatan orang lain.

Menurut Parten (1932) dalam Turner & Helms, 1993) yang dikutip Hartati (2007:
58-60), bentuk kegiatan bermain yaitu:

a) Unoccupied Play (tidak benar-benar terlihat dalam kegiatan bermain),


melainkan hanya mengamati kejadian disekitarnya yang menarik perhatian
anak, bila tidak ada yang menarik, anak akan menyibukkan diri dengan
melakukan berbagai hal seperti memainkan anggota tubuhnya. Mengikuti
orang lain, berkeliling atau naik turun kursi tanpa tujuan jelas;
b) Solitary Play (bermain sendiri), anak sibuk bermain sendiri dan tampaknya
tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain sekitarnya;
c) Onlooker Play (pengamat) yaitu kegiatan bermain dengan dengan
mengamati anak-anak lain melalui kegiatan bermain tampak ada minat
yang semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya.
d) Paralel Play (bermain Parallel), dua ank atau lebih dengan jenis alat
permainan yang sama melakukan gerakan atau kegiatan yang sama bentuk
megiatan ini tampak pada anak-anak sedang bermain mobil-mobilan atau
permainan lego;
e) Assosiative Play (bermain asosiatif) anak yang sedang
menggambar,mereka saling memberi komentar terhadap gambar masing-
masing, berbagai pensil warna, ada interaksi diantara mereka tapi
sebenarnya kegiatan menggambar itu mereka lakukan sendiri-sendiri.
f) Cooperative Play (bermain bersama), misalnya, bermain dokter-dokteran.
Kegiatan bermain bersama teman sebenarnya merupakan sarana untuk
anak bersosialisasi.7
7
D. Permainan dalam aspek-aspek perkembangan anak usia dini

Permainan bagi anak usia Permainan bagi anak usia dini sayangnya harus
memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnnya, berikut disajikan
beberapa permainan yang dapat menstimulasi seluruh aspek perkembangan
anak mulai dari perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa, sosial emosi,
moral agama dan Seni.

1) Permainan yang mengembangkan aspek kognitif anak


 Permainan puzzle

Puzzle merupakan permainan yang dimainkan dengan menyusun gambar.


Dalam permainan ini anak dilatih untuk mengingat sebuah gambar dan
menyusun kembali dengan tepat. Permainan ini meningkatkan kemampuan
penalaran, memecahkan masalah, keterampilan tangan dan melatih daya ingat.

2) Permainan yang dapat mengembangkan fisik motorik


 Permainan mengoper karet gelang

Permainan ini memerlukan keseimbangan tubuh yang ditunjukkan saat


memindahkan karet gelang kepada kawan menggunakan sedotan yang ditaruh
di mulut. Tujuan dari permainan ini adalah melatih keseimbangan tubuh dan
melatih kerja sama dengan tim.

3) Permainan yang mengembangkan aspek bahasa anak


 Permainan Drama

Bermain drama bisa melatih anak berbicara dan mendramakan sesuatu cerita.
Diiringi dengan nyanyian dan tarian kemampuan berbahasa anak bisa semakin
meningkat dan bermain drama dapat melatih ingatan anak.

4) Permainan yang dapat mengembangkan social emosional Anak


 Permainan raba-raba
Permainan tradisional yang bisa meningkatkan kemampuan sosial dan
emosional anak. Salah satunya adalah permainan raba-raba untuk
membantu anak dan teman-temannya untuk lebih saling mengenal satu
sama lain.7
5) Permainan yang dapat mengembangkan aspek perkembangan seni

DAFTAR PUSTAKA

Hayati, S. N., & Putro, K. Z. (2021). Bermain dan permainan anak usia dini.
Generasi Emas: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 4(1), 52-64.
Rohmah, N. (2016). Bermain dan pemanfaatannya dalam perkembangan anak usia
dini. Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 13(2).
Wahyuni, F., & Azizah, S. M. (2020). Bermain dan belajar pada anak usia dini. Al-
Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 15(01), 159-176.

Anda mungkin juga menyukai