“”التوابع
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nahwu Lil
Mutaqaddim
Dosen Pengampu : Maman Dzul Iman, S.Ag.,MA
Disusun oleh :
Syifa Qurrota A’yun (2108102084)
Adni Hayatun Nufus (2108102096)
M. Ibnu Setiawan Pratama (2108102067)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………
1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………... 1
C. TUJUAN…………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAWABI’……………………………………………….. 2
B. PEMBAGIAN TAWABI’…………………………………………………
2
1. NA’AT………………………………………………………………..
2
2. TAUKID……………………………………………………………... 5
3. ATAF……………………………………………………………….... 7
4. BADAL……………………………………………………………... 12
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nahwu adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk dan
kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (berdiri sendiri) atau
ketika sudah tersusun. Ilmu nahwu dalam perkembangannya menjadi
kurikulum atau pelajaran di pondok, Madrasah Aliyah, Madrasah
Tsanawiyah dan juga Madrasah Ibtidaiyah.
Mempelajari ilmu nahwu masih menjadi hal yang membingungkan pada
saat ini, karena menurut pandangan banyak orang bahwa ilmu nahwu
adalah salah satu ilmu yang sulit untuk dipelajari, mengingat ilmu nahwu
mempelajari tentang kaidah-kaidah bahasa Arab. Tuntutan untuk mengerti
dan mamahami ilmu nahwu sangat penting jika ingin bisa menggunakan
Bahasa Arab dengan tatanan bahasa yang benar. Selain itu, upaya
peningkatan kualitas bukan hal yang mudah untuk pembelajaran yang
berbasis bahasa Arab.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Tawabi’?
2. Apa saja pembagian dari Tawabi’?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Tawabi’
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam Tawabi’
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAWABI’
مبعىن أهنا تعرب إعراب ما قبلها. هي الكلمات اليت ال مَيَ ُّسها اإلعراب إال على سيبل التبع لغريها:التوابع1
v
Dari sairan hikmah yang mashur.
b. Dihususkan, dimana Man’utnya Isim Nakiroh, seperti contoh
f. Penguatan,seperti contoh
فاذا نفخ يف الصورنفخة` واحد ة
atau isim yang diikuti. Dalam na’at haqiqi, na’atnya boleh berupa mufrad,
sibhul jumlah atau jumlah.3
Terdapat silah di antara na’at Hakiki dan man’utnya maka harus sesuai
antara Na’at dan Man’utnya:
a) I’rob Na’at ada tiga ( Rofa, Nasab, Jeer).
b) Ma’rifat dan Naqirah
c) Mudakar dan Muannas
3
Syekh Mustofa bin Muhammad bin Salim bin Muhyi Addinbin Musthofa Al-Gulami,
Jamiuddurus Al-Arobiyah, Jakarta ,Daar Kutub Al-Islamiyah,hal 557
vi
d) Mufrod dan Tasniyah dan Jama’.
2) Na’at Sababi
ما يُبني صفةً من صفات ما لهُ تعلق مبتبوعه وارتباط به،
Na’at sababi ialah na’at yang menyifati isim yang terdapat kaitannya
dengan matbu’nya. Pada na’at sababi, sifat yang ada tidak membagikan
sifat pada matbu’nya melainkan istilah sehabis na’atnya. Na’at pada na’at
sababi wajib berupa isim mufrad dan mengikuti matbu’nya di hal i’rab
(rafa’, nashab serta khafadh) dan ta’yinnya (nakirah serta ma’rifah) dan
mengikuti kata setelahnya pada hal nau’ (mudzakkar serta muannats).
Adalah kalimat yang menuduhkan pada sifat pada kalimat sesudahnya,
terdapat silah kesesuaian dengan Man’ut4, contoh
مر ضية اخالقة, غز يرة معا زفه,استاذ واسع علمه
Dari contoh diatas yang menjadi Na’at yang pertama adalah واسعtidak
dijadikan sifat kepada lafadz ustadz, akan tetapi yang menjadi sifat
adalah sesuatu yang bersandar yaitu lapad علمه . Dan diceritakan antara
4
Pengertian Na'at dan Man'ut Serta Pembagiannya (Haqiqi Dan Sababi)
https://hahuwa.blogspot.com/2019/09/pengertian-naat-manut-dan-contohnya.html
vii
ما كان غري مجلة وال شبهها:املفرد،
Na’at Mufrod adalah kalimat (Na’at) yang bukan jumlah atau sibeh
jumlah, seperti Pmerkataan Alloh SWT dalam AlQuran menyifati
2) Na’at Jumlah
Na’at Jumlah adalah kalimat naat yang terdiri dari jumlah, baik itu
jumlah fi’liyah maupun jumlah ismiah.
Naat Jumlah ismiah adalah naat yang berada pada kalimat yang
awalnya isim. Yang menjadi mubtada khobar contoh : ه``ذا ط``الب امسه
خالد
Naat jumlah filiyah adalah naat yang kalimat yang berawaln fiil
dan, na’atnya mensifati manutnya berupa fiil جاء مدرس` يركب السيارة
Naat Syibhu Jumlah adalah naat yang terdapat dzorof, jar majrur, pada
na’at. Contoh :
يف الدار رجل أمام الكرسي
2. TAUKID
وَت ْع ِريِْف ِه, ِِ ِ ِ َ ون، التَّوكِي ُد تَابِع لِْلمَؤ َّك ِد يِف رفْعِ ِه5
َ َو َخ ْفضه،صبهْ َ َ ُ ٌ ْ ْ
Taukid merupakan pengulangan yang dimaksudkan agar lawan bicara
yakin dengan apa yang dia dengar. Penggunaan dalam kalimat adalah
sebagai penguat dalam kalimat yang awal, menghilangkan keragu-raguan
5
Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-Shinhâji, Al-Jurumiah , Jombang,2006
viii
dari maknanya, dengan mengulangi lafadz yang awal atau dengan
menggunakan kalimat yang khusus untuk memenuhi tujuan tersebut.
Macam-macam taukid:
a. Taukid lafdzi
يكون بإعادة لفظه أومبرادفه سواء كان امسا ظاهرا أوضمريا أوفعال أوحرفا
Kalimat Contoh
Isim حسن
ٌ حسن
ٌ جاء
Fi’il ٌمدرسة
ّ جاءت جاءت
Haraf ال َُأز ِّو ُجها,ال
b. Taukid Ma’nawi
Taukid ma’nawi ini menggunakan kalimat-kalimat yang khusus,
seperti :
Contoh Makna Lafadz
رايت االستاد نفسه يف املسجد Maknanya mufrad, tasniyah dan jamak, العني,النفس
dan apabila jamak memakai wajan افعل
كتب هذان الصفيان انفسهما هذه
االنباء
ix
Contoh Makna Lafadz
املدرس عينُه
ُ جاء
3. ATAF
Athaf secara linguistik disebut konjungtor dan secara bahasa disebut
mengikuti, sedangkan secara nahwu Athaf yaitu untuk menjelaskan
maupun menggabungkan yang terdiri dari ma’thuf (lafal yang mengikuti)
dan ma’thuf alaih (lafal yang diikuti6). Huruf Atof ada 10 yaitu :
x
o Yang hanya menuntut pada persamaan lafadznya saja.
Penjelasan yang berhubungan dengan huruf ataf :
seperti و.
xi
Huruf Makna/faidah Contoh
ahli nahwu dalam memakai حتى
dengan 3 syarat :
- Ma’tuf adalah isim dohir.
- Ma’tuf merupakan bagian dari
ma’tuf alaih.
- Merupakan puncak dalam
penambahan atau pengurangan.
7
Knowledge & Information https://passinggrade.co.id/macam-athaf/Diakses tanggal 20
Desemmber 2022
xii
Huruf Makna/faidah Contoh
taabi’ dan matbuu’ nya.8
Mengatafkan Dhomir
1) Apabila dhomir yang dirofakan tidak terikat pada munfashil dan
muttasil, apabila munfashil maka boleh diatafkan seperti:
أنا وحممد صديقان
8
ibid
xiii
2) Apabila dhomir yang dinashabkan boleh diatafkan, baik munfasil
dan muttasil, seperti:
اياك والنميمة
Boleh ataf jumlah pada jumlah, baik itu jumlah ismiyah ataupun
jumlah fi’liyah, seperti:
الكذب داء والصدق دواء
4. BADAL
xiv
ُ 9
هو التابع املقصود باحلكم بال واسطة بـ وبني متبوعه:البدل
Yaitu badal yang isim yang kedua dari badal merupakan dzat isim yang
pertama. Yang diganti keseluruhanya adalah suatu yang sama seperti
ِ غض
وب َعلَي ِه ْم َوالَ الضَّالِّني ِ َّ ِ ِ ِ
ُ مت َعلَي ِه ْم َغ ِري امل
َ َأنع
َ ينَ ) صَرا َط الذ6(يم
َ الصَرا َط املُستَق
ِّ اهدنـَ ــا
َ
9
Syekh Mustofa bin Muhammad bin Salim bin Muhyi Addinbin Musthofa Al-Gulami,
Jamiuddurus Al-Arobiyah, Jakarta ,Daar Kutub Al-Islamiyah,hal566
xv
وهو الذي يكون فيه البدل جزءاً حقيقياً من املبدل منه وهو بدل اجلزء من الشيء كل
Yaitu badal yang isim yang kedua dari badal merupakan bagian dari isim
yang pertama. Atau badal ba’dhi min kullin adalah badal yang merupakan
bagian dari mubdal minhunya baik sedikit, banyak atau setelahnya.10 Seperti :
3 ص ِمْنهُ قَلِياًل ِ ِ
ْ ) ن2( ) قُ ِم اللَّْي َل ِإاَّل قَلياًل1( يَا َأيُّ َها الْ ُمَّز ِّم ُل
ْ ص َفهُ َأ ِو ا ْن ُق
c) بدل االشتمالBadal istimal
شريطة أال يكون جزءاً حقيقيا من أجزاء املبدل،وهو بدل الشيء مما يتضمنه ويشتمل عليه11
ُ
Yaitu badal yang menunjukkan terhadap sifat dari sifat-sifat mubdal.
Seperti
d) Badal mubaayan
Terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Badal idrob (salah)
Yaitu badal yang membelokkan hukum dari yang dilihat dari mubdal
minhu setelah menjelaskan penjelasan lain kepada mutakallim. Seperti :
صليت يف املسجد املغرب العشاء
2) Badal gholat
10
Yunar,Pengertian badal , maca -macam ketentuan dan hukum badal
https://www.hayatuntour.com/pengertian-badal/ diakses tanggal 20 Desember2022
11
TMBA, Badal (دل:)الب: Macam dan Ketentuan, Lengkap dengan I’rab, https://bahasa-
xvi
Yaitu tujuan mutakallim menyampaikan sesuatu namun didahului
dengan sesuatu yang lain kemudian mutakallim menjelaskan kesalahnnya
dan menunjukkan pada tujuan yang sesungguhnya. Seperti :
xvii
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
xviii
DAFTAR PUSTAKA
xix