Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN IBADAH
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah BAHASA ARAB
Dosen Pengampu: Nening Maslahatul Aminah S.T

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

Badriyah Munawaroh

Siti Sopiyah

Iqbal Muhamad Fauzan

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA


TASIKMALAYA-JAWA BARAT
TAHUN 2022
Jl. Nonoeng Tinasaputra No.16, Dusun Kahuripan Kecamatan Tawang Kabupaten
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat 46115

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim,
Alhamdulillah, Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Makalah ini berisikan tentang penjelasan
“ Na`at Dan Idhofat ”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita, Amin.

Ciamis, 11 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................iii
A. Latar Belakang ....................................................................................iii
B. Rumusan Masalah................................................................................iii
C. Tujuan Penulisan..................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................1


A. Na`at Dan Man`ut..................................................................................1
B. Mudaf Dan Mudaffun Ilaih..................................................................4

BAB III PENUTUP...........................................................................................7


A. Kesimpulan ............................................................................................7
B. Saran.......................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesungguhnya bahasa arab dan nahwu adalah suatu sarana untuh mengetahui alqur’an
dan sunnah Rasulullah s.a.w. keduanya bukanlah termasuk dari ilmu-ilmu syar’i akan tetapi
wajib hukumnya mendalami ilmu tersebut karena syari’ah ini datang dengan bahasa arab dan
setiap syari’ah tidak akan nampak kecuali dengan suatu bahasa. (Imam Al-Ghazali)
Nah dengan melihat ulasan perkataan diatas, maka nampaklah bahwa bahasa arab
sangatlaah urgen untuk dipelajari, dipahami dan diamalkan. Dan untuk dapat memahami bahasa
arab, kita perlu mendalami ilmu nahwu, sharaf serta ilmu balagha.
Tetapi yang menjadi tantangan global para pelajar sekarang. Mereka ingin dengan
mudahnya dapat berbahasa tanpa mengetahui seluk-beluk dari ilmu tersebut terutama pada
nahwu dan sharafnya. Sehingga saat mereka menemukan keganjalan-keganjalan dalam al-qur’an,
mereka akan heran. Dan akhirnya timbullah argumen-argumen dan bahkan laris terpasarkan
buku-buku mengenai kejanggalan-kejanggalan bahasa dalam al-qur’an. Dan mereka yang harus
membaca meresapi tanpa menganalisa, akan memahami bahwa terdapat beberapa kaidah-kaidah
bahkan bahasa-bahasa dalam al-qur’an yang salah.
Dengan inilah kami membuat makalah untuk tuntunan para mahasiswa yang bertemakan
“ Na’at-Man’ut dan Mudaf-Mudafun Ilaih”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan na’at dan man’ut ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Mudaf-Mudafun Ilaih?
3. Untuk apakah Na’at-Man’ut dan Mudaf-Mudafun Ilaih dalam Bahasa Arab ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan na’at dan man’ut
2. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan Mudaf-Mudafun Ilaih
3. Untuk mengetahui Untuk apakah Na’at-Man’ut dan Mudaf-Mudafun Ilaih dalam Bahasa Arab

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. NA’AT DAN MAN’UT (Sifat dan yang disifati)


Na’at dan man’ut adalah isim beserta sifatnya. Telah dijelaskan pada pelajaran-pelajaran
sebelumnya bahwa kata-kata sifat dalam bahasa Arab termasuk isim. Secara umum, na’at (sifat)
mengikuti man’ut-nya (isim yang diberi sifat) dalam hal jenis (mudzakkar/muannats), dalam hal
jumlah (mufrad/mutsanna/jamak), dalam hal ma’rifah/nakirah, dan dalam hal i’rab (rafa’/
nashab/jar).
Na’at adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’
nashab dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya. Man’ut artinya kata-kata benda yang disipati.
Yakni na’at itu mengikuti man’ut dalam hal:
1. Rafa’ jika man’ut itu marfu’
2. Nashab jika man’utnya manshub
3. Khafad jika man’utnya makhfud (majrur)
4. Ma’rifah jika man’utnya ma’rifah
5. Nakirah jika man’utnya nakiroh.[1]
I. Ketentuan-Ketentuan Na’at:
1) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya.
Contoh:
‫( = َر َجَع َطاِلٌب َم اِهٌر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫( = َر َج َع الَّطاِلبُ اْلَم اِه ُر‬Seorang mahasiswa yang pandai itu telah kembali)
2) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya.
Contoh:
ٌ ‫( َر َجَع َطاِل‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫ب َم اِهٌر‬
‫( َر َجَع َطاِلَباِن َم اِهَر اِن‬Dua orang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫( َر َج َع ُطَّالٌب َم اِهُرْو َن‬Para mahasiswa yang pandai telah kembali)
3) Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis) nya.
Contoh:
‫( َر َجَع َطاِلٌب َم اِهٌر‬Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali)
‫( َر َجَع َطاِلَبٌة َم اِهَر ٌة‬Seorang mahasiswi yang pandai telah kembali)

1
II. Pembahagian na’at
Na’at terbagi kepada dua yaitu:
a) Na’at hakiki
Yaitu isim yang menunjukkan kata sifat pada diri kalimat sebelumya atau kalimat yang
diikutinya.
Allah itu bersih dan menyukai kebersihan: ‫ ُهللا َنِظ ْيٌف َو ُيِه ُّب الَّنَظاَفَة‬: ‫ِم ْثُل‬
Dalam contoh tersebut, ‫ َنِظ ْيٌف‬merupakan Na’at (sifat), dimana ‫ ُهللا‬adalah man’ut atau yang
disifati (yang mempunyai sifat).
Na’at hakiki harus sesuai dengan kalimat yang diikutinya dalam hal ma’rifah,
nakirohnya, bilangannya dan jenisnya. Jika yang mempunyai sifat itu jamak yang tujuannya
selain manusia maka boleh sifatnya dalam bentuk mufrad muannats atau jamak muannats.
‫ َجِد ْيَداٌة‬/ ‫ ُكُتٌب َجِد ْيَد ٌة‬# ‫ ِكَتاَباِن َجِد ْيَداِن‬# ‫ ِكَتاٌب َجِد ْيد‬: ‫ِم ْثُل‬
:Dari segi tinjauan yang lain na’at hakiki terbagi kepada tiga jenis yaitu
1) Isim dzahir
Makkah adalah kota yang mulia = ‫ َاْلَم َّكُة َم ِد ْيَنٌة َك ِرْيَم ٌة‬: ‫ِم ْثُل‬

2) Sibhul jumlah
= surga dibawah telapak kaki ibu ‫ اْلَج َّنُة َتْح َت َاْقَداِم اُاْلَّمَها ِت‬: ‫ِم ْثُل‬

3) Jumlatul isimiyah wal fi’iliyah


ü jumlah isimiyah:
= telah berlalu hari yang dinginnya menusuk tulang ‫َم َض َيْو ٌم َبْر ُد ُه َفاِر ٌص‬

ü jumlah fi’liyah:
Kesabar membantu segala pekerjaan = ‫َالَّص َبرُ ُيِع ْيُن َع َلى ُك ِّل َع َمِل‬

b) Na’at sababi
Na’at sahabi yaitu kalimat yang menunjukkan sifat pada isim yang mempunyai hubungan
atau ikatan dengan isim yang didikutinya. Atau na’at sababi adalah na’at yang menunjukkan sifat
bagi isim-isim yang ada hubungannya dengan matbu’nya.
Aku masuk kebun yang bagus bentuknya :‫َد َخ ْلُت الَحِد ْيَقَة اْلَح َس َن َش ْكُلَها‬: ‫ِم ْثُل‬
Dalam contoh ini, ‫ اْلَح َس َن‬merupakan Na’at (sifat), sedangkan yang menjadi Man’ut (yang
disifati) adalah ‫َش ْكُلَها‬

2
Dalam na’at sababi meskipun yang mempunyai sifat itu dalam bentuk jamak, maka kata
sifatnya tetap dalam bentuk mufrad.
‫ َر َجَع الَّطاِلُب اْلَم اِه ُر َأُبُه‬:‫ِم ْثُل‬
‫َر َج َع الُّطاَّل ُب اْلَم اِهَر ُة َأَباُتُهْم‬
CONTOH NA’AT DAN MAN’UT DALAM KALIMAT

‫ نعت‬+ ‫منعوت‬
Arti Contoh dalam jumlah Arti
‫ صفة‬+ ‫موصوف‬

Dia seorang gadis Seorang gadis


‫ِهَي ِبْنٌت َصِغ ْيَر ٌة‬ ‫ِبْنٌت َصِغ ْيرٌَة‬
yang kecil yang kecil
Dua orang gadis Dua orang gadis
‫َج ائْت الِبْنَتاِن الَّص ِغ ْيَر َتاِن‬ ِ ‫الِبْنَت‬
ِ ‫ان الَّص ِغ ْيَر ت‬
‫َان‬
yang kecil datang yang kecil
Mereka gadis- gadis Gadis- gadis
‫ُهَّن َبَناٌت َصِغ ْيَر اٌت‬ ‫َبَناٌت َصِغ ْيرَاٌت‬
yang kecil yang kecil
Zaid adalah seorang
Seorang laki-laki
laki- laki yang ‫َك اَن َزْيٌذ َر ُج ًال َك ِبْيًرا‬ ‫َر ُج ٌل َك ِبيٌْر‬
yang dewasa
dewasa
Saya berjalan dengan
Dua orang laki-
dua orang laki-laki ‫َم َر ْر ُت ِبالَّرُج َلْيِن الَك ِبْيَر ْيِن‬ ِ ‫َن الَك ِبْيَر‬
‫ان‬ ِ ‫الَّرُجال‬
laki yang dewasa
yang dewasa

ü CONTOH KATA SIFAT ‫الصفـــــــــــات‬


Bagus ‫َجِم ْيٌل‬ Buta ‫أْع َم ى‬ Haus ‫َع ْطَش اٌن‬ Lapar ‫َج ْو َعاٌن‬ Sakit ‫َم ِرْيٌض‬
Bahagia ‫َسِع ْيٌد‬ Cantik ‫َجِم ْيَلٌة‬ Jauh ‫َبِع ْيٌد‬ Letih ‫ َتْع َباٌن‬Sesuai ‫ُم َناِس ٌب‬
Baik ‫َطَّيٌب‬, ‫َحَس ٌن‬ Cerdas ‫َذ ِكٌّي‬ Jernih ‫َنِقٌّي‬ Manis ‫ ُح ْلٌو‬Sibuk ‫َم ْشُغ ْو ٌل‬
Banyak ‫َك ِثْيٌر‬ Dingin ‫َباِرٌد‬ Kaya ‫َغ ِنٌّي‬ Marah ‫َغْض َباٌن‬ Sulit ‫َص ْعٌب‬
Baru ‫َجِد ْيٌد‬ Enak ‫َلِذ ْيٌذ‬ Kecil ‫َصِغ ْيٌر‬ Masam ‫َح اِم ٌض‬
Benar ‫َص ِح ْيٌح‬ Gemuk ‫َسِم ْيٌن‬ Kotor ‫َو ِس ٌخ‬ Matang ‫َنــاِض ٌج‬
Bersih ‫َنِظ ْيٌف‬ Gila ‫َم ْج ُنْو ٌن‬ Kurus ‫َنِح ْيٌف‬ Mentah ‫َنِّيٌئ‬

3
Besar ‫َك ِبْيٌر‬ Hangat ‫َداِفٌئ‬ Lama ‫َقِد ْيٌم‬ Ngantuk ‫َنْع َس اُن‬

B. MUDAF DAN MUDAFFUN ILLAIH (IDHAFAH)


Idhafah menurut bahasa adalah penyandaran sesuatu pada sesuatu yang lain, sedangkan
menurut istilah adalah nisbat taqyidiyyah antara dua isim yang menyebabkan jernya isim yang
kedua selama-lamanya. Atau menyandarkan isim satu pada yang lain dengan menempatkan isim
yang kedua dari isim yang awal seperti tempatnya tanwin atau yang menggantinya seperti nun
tasniyyah dan nun jamak, bahwa ikrabnya adalah pada lafadz yang pertama, sedangkan isim
yang kedua adalah menetapi tingkah yang satu yaitu di baca jer, kemudian isim yang awal di
namakan mudhaf dan isim yang kedua di namakan mudhaf ilaih.[2]
Idhafah mempunyai makna 3 (tiga) :
1. Menyimpan makna laam (‫ )الالم‬yang memiliki arti al-milk (kepemilikan), seperti : ‫غالم زي‬
‫( د‬pembantu (yang dimiliki oleh zaid), atau al-ikhtishoh(kekhususan), seperti ‫( باب دار‬pintu (yang
di khususkan untuk) rumah).
2. Menyimpan makna min‫ من‬yang mempunyai arti al-bayaniyah(menjelaskan lafadz
sebelumnya) dengan syarat mudhaf ilaih merupakan satu jenisdari mudhaf, seperti : ‫حاتم حدي‬
‫( د‬cincin (yang terbuat dari) besi).
3. Menyimpan makna fii (‫ )فى‬yang mempunyai arti dharfiyah (keterangan waktu) dengan syarat
mudhaf ilaih merupakan dharaf dari mudhaf, seperti ‫( بل مكر الليل‬tapi tipu daya (di waktu) malam
hari).[3]

1. Pengertian Mudhaf dan Mudhaf ilaih


Mudhaf adalah isim yang berada di awal dalam keadaan nakirah (tapi tanpa tanwin), sedang
yang di sebut Mudhaf ilaih adalah isim yang kedua yang terletak setelah mudhaf. Yang lebih
gampang nya kalau mudhaf itu yang di sandarkan atau yang di gabungkan, sedangkan mudhaf
ilaih yaitu yang kena sandaran.
Contoh nya : ‫كتاب زيد‬
Lafadz kitabu(‫ )كتا ب‬: Mudhaf, Lafadz zaidun (‫ ; ) زيد‬Mudhaf ilaih

4
Isim yang awal atau Mudhaf ikrab nya adalah mengikuti amil yang jatuh sebelumnya, dan
isim yang kedua atau mudhaf ilaih adalah irab nya wajib di baca jar.
Para ulama’ nahwu berselisih pendapat tentang yang mengejerkan mudhaf ilaih. Menurut
sebagian di antara mereka ada yang mengatakan bahwa mudhaf ilaih di jar kan oleh huruf yang
di perkirakan keberadaan nya, yaitu lam atau min, atau fii, ada juga yang mengatakan bahwa
mudhaf ilaih di jar kan oleh mudhaf, pendapat ini adal pendapat yang shahih di antara pendapat –
pendapat yang lainnya.
Idhafah adalah hubungan antara dua isim dengan menyembunyikan makna huruf jar
tertentu di antara keduanya, isim yamg pertama disebut dengan Mudhaf dan dibarisi sesuai
dengan posisinya, sedangkan isim yang kedua dinamakan dengan Mudhafun Ilaih dan wajib
dibarisi dengan jar.

2. Pembagian Idhafah
A. Dari segi makna idhafah terbagi kepada empat, yaitu:
1. Idhafah lamiyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan makna huruf jar lam
diantara Mudhaf dan Mudhafun Ilaih yang bermakna memiliki atau khusus.
saya mengendarai mobil milik Zaid= ‫ َرِكْبُت َس َّياَر ُة َزْيُد‬: ‫ِم ْثُل‬
2. Idhafah bayaniyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan huruf jar min diantara mudhaf dan mudhaf ilaih,
dengan ketentuan bahwa mudhafun ilaih merupakan jenis atau sebahagian dari mudhaf-nya.
Islam adalah agama = ‫َاِإْل ْس اَل ُم ِد ْيُن‬

3. Idhafah dzarfiyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan huruf jar fi diantara mudhaf dan mudhaf ilaih, dan
mudhaf ilaih merupakan zorob bagi mudhaf.
= surga dibawah telapak kaki ibu ‫ اْلَج َّنُة َتْح َت َاْقَداِم اُاْلَّمَها ِت‬: ‫ِم ْثُل‬
4. Idhafah tasybihiyah
Yaitu idhafah yang menyembunyikan huruf jar kaf diantara mudhaf dan mudhaf ilaih,
yang bertujuan menyerupakan mudhaf dengan mudhafun ilaih dengan sifat-sifat tertentu dan
sifat-sifat tersebut telah diketahui oleh banyak orang (umum).
memerah wajahnya (perempuan) seperti bunga mawar= ‫ ِاْح َم َر َو ْج ُهَها اْلَو ْر َد ِة‬: ‫ِم ْثُل‬

5
B. Dari sudut pandang yang lain idhafah juga terbagi kepada dua, yaitu:
1. Idhafah ma’nawiyah
Yaitu idhafah yang bertujuan mengkhususkan makna mudhaf-nya.
ini buku milik si Ali = ‫ َهَذ ا ِكَتاُب َع ِلُّى‬: ‫ِم ْثُل‬
2. Idhafah lafdziah
Yaitu idhafah yang bukan bermakna khusus dan tidak terdapat padanya makna-makna
huruf jar tujuannya hanya mempersingkat kalimat saja.
= Kami belajar ekonomi dalam Islam ‫ َنْح ُن َنَتَع َّلُم اِإْل ْقِتَص اُد اِإْل ْس اَل ِمُّى‬: ‫ِم ْثُل‬

3. Macam – macam bentuk Mudhaf Ilaih


a. Mu’rob
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mu’rab harus selalu majrur.
Contoh:‫ َحِد ْيُث َعاِئَشَة‬, ‫ ِكَتاُب اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬,‫ ِكَتاُب اْلُم ْس ِلَم ْين‬, ‫ِكَتاُب اْلُم ْس ِلِم‬
b. Mabni
Mudhof ilaihi yang berbentuk isim mabni tidak mengalami perubahan harokat akhir (sesuai
bentuk aslinya).
Contoh: ‫( ِكَتاُبِك‬Kitabmu – wanita).

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Na’at adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’ nashab dan
jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya.
Ø Idhafah adalah hubungan antara dua isim dengan menyembunyikan makna huruf jar tertentu di
antara keduanya, isim yamg pertama disebut dengan Mudhaf dan dibarisi sesuai dengan
posisinya, sedangkan isim yang kedua dinamakan dengan Mudhafun Ilaih dan wajib dibarisi
dengan jar.
B. Saran
Kami mengharapkan agar apa yang telah dijelaskan diatas dapat dipahami oleh pembaca
sekalian dan pendengar sekalian, sekaligus semoga bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya,
kritik dan saran dari pembaca dan pendengar sangatlah kami harapkan guna memperbaiki dalam
membuat makalah berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai