Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ُ ْ‫ْت َو ْال َم ْنعُو‬


(‫ت‬ ُ ‫) النَّع‬
Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Bahasa Arab

DOSEN : MUHAMMAD SOLIHIN PRANOTO, SS, M.Si

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

Nama : PUTRI NUR HAFIFI


NIM. : 900.16.221
Prodi. : PAI/X Sore
Sp. ; Bahasa Arab
Semester : III
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ke hadirat Allah
SWT. Karena dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini sehinga dapat hadir di hadapan pembaca sekalian.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad SAW Beserta keluarga
dan para Sahabatnya sekalian, yang dengan penuh kesetiaan dan telah mengorbankan jiwa
raga maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan manfaatnya masih
dapat kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah yang berada di hadapan kita pembaca ini membahas tentang “
ُ ْ‫و‬33ُ‫ْت َو ْال َم ْنع‬
‫ت‬ ُ ‫”النَّع‬. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan bagi kita semua.
Kepada para pembaca yang membahasa makalah ini kami sampaikan terima kasih.
Saran dan keritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan demi bertambahnya wawasan kami sebagai Mahasiswa.
Akhinya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin ya Rabbal
aalamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….…………………………………………………………….I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….II

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………….….................………..…………….1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN
A.  PENGERTIAN NA’AT DAN MAN’UT………………………………………….2
B. KETENTUAN-KETENTUAN NA’AT MAN’UT………………………………...3
C. CONTOH NA’AT DAN MAN’UT DALAM KALIMAT………………………...3
D. PENERAPAN NA’AT MAN’UT DALAM SUSUNAN KALIMAT……………...4
E. PEMBUATAN NA’AT…………………………………………………………….6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita sebagai umat islam perlu memahami bahwa bahasa arab adalah bahasa Al
Qur’an, yang harus kita kuasai selaku sebagai seorang muslim atau muslimat. Maka dari
itu, kita sebagai  umat Islam perlu sekali mengenali tata bahasa (grammar) Arab, untuk
dapat berbahasa arab dengan baik terlebih dahulu kita mempelajari tata cara bahasa arab,
diantaranya mengenai isim dhamir, na’at dan man’ut dan idhafah serta masih banyak lagi
tata cara bahasa arab yang lain.Dalam makalah ini akan dibahas tentang isim dhamir dan
pembagiannya, na’at dan man’ut

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Na’at Dan Man’ut?
2. Apa Ketentuan-Ketentuan Na’at Man’ut?
3. Apa Contoh Na’at Dan Man’ut Dalam Kalimat?
4. Apa Penerapan Na’at Man’ut Dalam Susunan Kalimat?
5. Apa Pembuatan Na’at?

1
BAB II
PEMBAHASAN
Na'at Dan Man'ut
A.  PENGERTIAN NA’AT DAN MAN’UT
Na’at (sifat) adalah lafazh yang mengikuti pada lafazh yang di ikutinya, baik dalam
hal rofa’, nashob, khofdh (jer), ma’rifat, maupun nakirohnya. Sedangkan isim yang disifati
disebut man’ut. Na'at dalam bahasa indonesia biasa disebut kata sifat, sedangkan man'ut
adalah kata yang disifati.
Na’at dibagi menjadi dua, yaitu:
a.  Na’at Haqiqiy.
Yaitu na’at yang menjelaskan salah sifat dari beberapa sifatnya matbu’ atau maushuf.

Contoh:  ُ‫َ ِديْب‬ ‫ َجا َء َخالِ ٌد اَأْل‬ (telah datang kholid yang bertatakrama). “Yakni lafazh
ُ‫اَأْل َ ِديْب‬  menjelaskan salah satu sifatnya kholid, yang mungkin ganteng, dermawan, kaya,
pandai dll.”   
Na’at haqiqiy wajib mengikuti man’utnya (maushufnya) dalam hal i’rob (yakni rofa’,
nashob, jer), ifrod (arti satu), tatsniyah, jamak, ta’rif dan nakiroh, tadzkir dan ta’nits.
Maksudnya, apabila man’ut nakiroh maka na’at harus nakiroh, apabila man’ut ifrod maka
na’at harus ifrod, apabila man’ut terbaca rofa’ maka na’atnya harus terbaca rofa’, apabila
man’ut terbaca nashob maka na’at harus terbaca nashob dll.

Contoh Rofa’:   ‫ل‬
ٌ ‫َر ُج‬ ‫ َجا َء‬  ‫قَائِ ٌم‬  (laki-laki yang berdiri telah dating)
‫ َجا َء َز ْي ُد اَ ْلقَائِ ُم‬  (zaid yang berdiri telah dating)
Contoh Nashob:

‫ْت َر ُجاًل قَائِ ًما‬


ُ ‫ َراَي‬ (aku telah melihat satu laki-laki yang berdiri)
ُ ‫( َرأَي‬aku telah melihat satu zaid yang berdiri)
              ‫ْت َز ْيدًا القَئِ َم‬
Contoh jer:‫قَائِ ٍم‬ ُ ْ‫ َم َرر‬    (aku telah berjumpa laki-laki yang berdiri)
‫ت بِ َرج ٍُل‬
‫ت بِ َز ْي ٍد اَ ْلقَائِ ِم‬
ُ ْ‫ َم َرر‬ (Aku telah berjumpa zaid yang berdiri)
b.    Na’at Sababiy.
Yaitu na’at yang menjelaskan salah sifat dari sifat-sifatnya lafal yang berada setelahnya
yang masih ada kaitan atau hubungan dengan matbu’nya atau maushufnya.

2
Contoh : ‫جا‬
َ  ُ‫ َء الر ُج ُل ال َح َس ُن َخطُه‬ (telah datang laki-laki yang tulisannya bagus).
ُ ‫اَ ْل َح َس‬  tidak menjelaskan sifatnya ‫اَلر ُج ُل‬  akan tetapi menyifati    ُ‫َحطُه‬
Lafald ‫ن‬

Na’at sababy wajib mengikut man’utnya hanya dalam hal I’rob (yakni rofa’, nashob, jar),
ta’rif dan nakiroh.
Sedangkan keberadaan na’at wajib ifrod. Untuk ta’nitsnya dan tadzkirnya mengikuti
keadaan fa’ilnya, apabila fa’ilnya muannats maka na’at/sifat di ta’nitskan, apabila fa’ilnya
mudzakar maka na’at/sifat di tadzkirkan sebagaimana fi’il tergantung keadaan fa’ilnya. 

Contoh : ُ ‫أَب ُْوه‬ ‫جا َء ال َر ُج ُل ال َك ِر ْي ُم‬ 


َ (telah datang laki-laki yang ayahnya mulia).[2]

B. KETENTUAN-KETENTUAN NA’AT MAN’UT

Adapun ketentuan-ketentuan na’at man’ut yaitu:

1. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya. Contoh: ‫ج َع طَالِبٌ َما ِه ٌر‬
َ ‫َر‬
ِ ‫( َر َج َع الطَّالِبُ ْال َما‬Seorang mahasiswa
(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ‫ه ُر‬
yang pandai itu telah kembali)

ِ ‫َر َج َع طَالِبٌ َما‬


2. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya. Contoh: ‫ه ٌر‬

ِ َ‫( َر َج َع طَالِب‬Dua orang


(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ‫ان َما ِه َرا ِن‬

mahasiswa yang pandai telah kembali) َ‫ج َع طُالَّبٌ َما ِهرُوْ ن‬


َ ‫( َر‬Para mahasiswa yang pandai
telah kembali)

ِ ‫َر َج َع طَالِبٌ َما‬


3. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis) nya. Contoh: ‫ه ٌر‬

(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ٌ‫ج َع طَالِبَةٌ َما ِه َرة‬
َ ‫( َر‬Seorang mahasiswi
yang pandai telah kembali)

C. CONTOH NA’AT DAN MAN’UT DALAM KALIMAT

Contoh dalam ‫ نعت‬+ ‫منعوت‬


Arti Arti
jumlah ‫ صفة‬+ ‫موصوف‬
Dia seorang gadis Seorang gadis
ٌ‫ص ِغ ْي َرة‬ ٌ ‫ِه َي بِ ْن‬
َ ‫ت‬ ٌ‫ص ِغ ْي َرة‬ ٌ ‫بِ ْن‬
َ  ‫ت‬
yang kecil yang kecil
Dua orang gadis ‫ائت البِ ْنتَا ِن‬
ْ ‫َج‬ Dua orang gadis ‫َان‬ َّ ‫البِ ْنتَا ِن ال‬
ِ ‫ص ِغي َْرت‬

3
yang kecil datang ‫ص ِغ ْي َرتَا ِن‬
َّ ‫ال‬ yang kecil
Mereka gadis- Gadis- gadis yang
ٌ ‫ص ِغي َْر‬
‫ات‬ َ ‫َات‬ ٌ ‫هُ َّن بَن‬ ٌ ‫ص ِغي َْر‬
‫ات‬ ٌ ‫بَن‬
َ  ‫َات‬
gadis yang kecil kecil
Zaid adalah
Seorang laki-laki
seorang laki- laki ‫َكانَ زَ ي ٌْذ َر ُجالً َكبِ ْيرًا‬ ‫ َكبِ ْي ٌر‬ ‫َر ُج ٌل‬
yang dewasa
yang dewasa
Saya berjalan
dengan dua orang ‫ت بِال َّر ُجلَ ْي ِن‬ ُ ْ‫َم َرر‬ Dua orang laki-
laki-laki yang laki yang dewasa ِ ‫ال َّر ُجالَ ِن ال َكبِ ْي َر‬
‫ان‬
‫ال َكبِي َْري ِْن‬
dewasa

Contoh Kata Sifat     ‫الصفـــــــــــات‬


Bagus ‫َج ِم ْي ٌل‬ Buta ‫ع َمى‬ ْ ‫ أ‬Haus ‫ان‬ ٌ ‫َط َش‬ ْ ‫ ع‬Lapar ‫َان‬ٌ ‫َجوْ ع‬ Sakit ٌ‫ريْض‬ ِ ‫َم‬
Bahagia ‫َس ِع ْي ٌد‬ Cantik ٌ‫ج ِم ْيلَة‬ َ Jauh ‫بَ ِع ْي ٌد‬ Letih ٌ َ‫ تَ ْعب‬Sesuai ٌ‫َاسب‬
‫ان‬ ِ ‫ُمن‬
Baik ٌ‫طَيَّب‬,‫س ٌن‬ َ ‫َح‬ Cerdas ‫ َذ ِك ٌّي‬Jernih ‫ نَقِ ٌّي‬Manis ‫ ح ُْل ٌو‬Sibuk ‫َم ْش ُغوْ ٌل‬
Banyak ‫َكثِ ْي ٌر‬ Dingin ‫ار ٌد‬ ِ َ‫ ب‬Kaya ‫َغنِ ٌّي‬ Marah ٌ َ‫ غَضْ ب‬Sulit ٌ‫صعْب‬
‫ان‬ َ
Baru ‫َج ِد ْي ٌد‬ Enak ‫ لَ ِذي ٌْذ‬Kecil ‫ص ِغ ْي ٌر‬ َ Masam ٌ‫َحا ِمض‬
Benar ‫ح‬ ٌ ‫ص ِح ْي‬ َ Gemuk ‫س ِمي ٌْن‬ َ Kotor ‫ َو ِس ٌخ‬Matang ‫ض ٌج‬ ِ ‫نَــا‬
Bersih ‫ْف‬ ٌ ‫ن َِظي‬ Gila ‫ َمجْ نُوْ ٌن‬Kurus ٌ ‫ نَ ِحي‬Mentah
‫ْف‬ ٌ ِّ‫نَي‬
‫ئ‬
Besar ‫َكبِ ْي ٌر‬ Hangat ‫ئ‬ٌ ِ‫ دَاف‬Lama ‫ قَ ِد ْي ٌم‬Ngantuk ُ‫نَ ْع َسان‬

D. PENERAPAN NA’AT MAN’UT DALAM SUSUNAN KALIMAT


Na’at ada 2 yaitu :
1. Na’at haqiqi : na’at yang merafa’kan isim dlomir yang kembali pada man’ut
Contoh : ‫جاء زي ٌد عاق ٌل‬
= Zaid yang berakal telah datang. Berakal itu merupakan sifat zaid.
2. Na’at sababi : na’at yang merafa’kan isim dlohir yang mudlof terhadap isim
dlomir yang kembali pada man’ut.
Contoh ; ‫جاءالرجل الحسن خطّه‬
=telah datang seorang laki-laki yang bagus tulisannya.
* ‫النعت تابع للمنعوت فى واحد من عشرة وال تجتمع كلها فى وقت واحد األربعة األول من‬
‫أوجه اإلعراب الثالثة وهو الرفع والنصب والخفض والثانى فى اإلفراد أو التثنية أوالجمع‬
‫والثالث فى التذكير اوالمؤنث والرابع فى التنكير آو المعرفة‬
Shifat/na’at harus ikut/sama dengan maushuf/ man’utnya di dalam :

4
1.      I’robnya (yaitu rafa’, nashab, dan jer)
2.      Ma’rifat / nakirohnya
3.      Mudzakkar/muannatsnya
4.      Mufrod/mutsanna/jamaknya
Berikut ini adalah contoh na’at man’ut:
I’rob (berubahnya akhir kalimah karena berbeda-bedanya amil yang masuk)
Rofa’ : ‫ﺠﺍﺀ ﺰﯾ ٌد ﻜﺭﯾ ٌﻢ‬
Nashab : ‫ﺭأﯾﺖ ﺯﯾداً كريما‬
Jer :  ‫مررت بزيد كريم‬
Ma’rifat :  ‫حسن الرجل الصابر‬
Nakiroh :  ‫جاء رجل عاقل‬
Mudzakkar : ‫ي ولد صالح‬
ّ ‫عل‬
Muannats :  ‫جاءت عائشة صالحة‬
Mufrod :  ‫جاء زيد العالم‬
Mutsanna : ‫جاء الزيدان العالمان‬
Jamak :  ‫جاء الزيدون العالمون‬
a. Na’at atau sifat bisa dari isim musytaq (dapat diqiyas) atau yang syibih musytaq
(menyerupai isim yang diqiyas) yaitu isim yang ditemui ya’ nashab, bilangan,
‫ذو‬ , dan isim isyaroh.
Contoh:
‫عاقل‬ ‫جاء زيد‬                isim musytaq
‫ذى مال‬ ‫مررت بزيد‬  ,   ‫عرب ّى‬ ‫جاء زيد‬  ,  dll                syibih musytaq
‫عرب ّي‬: adalah menjadi sifat yang terbuat dari isim yang ditemui ya’ nashab (isim
yang ditemui ya’ nashab, bilangan, dan ‫ذو‬ termasuk yang menyerupai musytaq)
dan bisa dijadikan sifat atau na’at.
Dasar bait :      ‫وشبهه كذا وذى والمنتسب‬  #  ‫ق كصعب وذرب‬
ّ ‫وانعت بمشت‬  
b.  Na’at atau sifat bisa dari masdar, syaratnya harus mufrod mudzakkar walaupun
man’utnya berupa muannats/tatsniah/jamak.

5
Contoh: ‫عدل‬ ‫بالنساء‬ ‫مررت‬
‫عدل‬: adalah menjadi sifat, karena sifat terbuat dari masdar maka harus mufrod
mudzakkar, walaupun man’utnya selain mufrod mudzakkar.
Dasar bait :   ‫فالتزمواإلفراد والتذكيرا‬  #  ‫ونعتوا بمصدر كثيرا‬
c. Apabila man’ut berupa isim jamak yang tak berakal (jamak ghoiru ‘aqil) maka
na’atnya boleh berbentuk mufrod muannats/jamak mu’annats.
Contoh;  ‫العالية‬ ‫الجبال‬ ‫إنفجرت‬
‫العاليات‬ ‫الجبال‬ ‫إنفجرت‬            = Gunung2 yang tinggi itu meletus
d.  Ketika ada na’at tidak mufrod (na’atnya tidak hanya satu) dan beda-beda
ma’nanya maka na’at harus dipisah dengan menggunakan huruf ‘athaf.
Contoh :  ‫والشاعر‬ ‫جاء علي الكاتب‬  ,  ‫والبخيل‬ ‫ي‬
ّ ‫جاء علي الغن‬
Dasar bait:   ‫فعاطفا ف ّرقه ال إذاانتلف‬   #  ‫و نعت غير واحد إذااختلف‬
e. Setiap jumlah /kalimat yang terletak setelah isim nakiroh maka dia
dianggap   sebagai naat (sifat)
Contoh:     ‫هذا عمل يفيد‬Ini adalah amalan yang berfaidah
 ‫مضى يوم برده قارص‬    Hari yang dinginnya menusuk telah berlalu.  

E. PEMBUATAN NA’AT
Lafazh-lafazh yang biasa ditarkib na’at terbuat dari:
1)   Isim Musytaq
Adalah isim yang menunjukkan makna pekerjaan atau sifat serta pelakunya, dan
menyimpan maknanya fi’il serta hurufnya.
Seperti:
a.  Isim fa’il

Contoh:  ‫ع ْبدًا‬
َ ٌ‫ارب‬
ِ ‫ض‬َ ‫هَ َذا َر ُج ٌل‬ (ini laki-laki yang memukul hamba
sahaya)
b. Isim maf’ul

ْ ‫َمضْ ر‬
Contoh:  ٌ‫ُوب‬ ‫هَ َذا َع ْب ٌد‬ (ini hamba sahaya yang dipukul)
c. Isim tafdhil

6
َ ‫ِم ْن‬
Contoh: ‫ك‬ ‫ت بِ َرج ٍُل اَ ْعلَ ُم‬
ُ ْ‫ َم َرر‬ (saya telah bertemu laki-laki yang lebih
alim dari kamu)
d. Sifat musyabbihat

ِ ْ‫ْال َوج‬
Contoh: ‫ه‬ ُ ‫رأَي‬ 
‫ْت َر ُجالً َح َس َن‬ َ (saya melihat laki-laki yang tampan
wajahnya)
e. Amtsilah mubalaghoh

Contoh:  ٌ‫راب‬
َ‫ض‬َ ‫هَ َذا َر ُج ٌل‬ (ini laki-laki yang sering memukul)
2)   Lafazh Muawwal
Adalah lafalzh yang tidak bisa ditasrif yang memiliki makna yang dimiliki lafazh
musytaq, dan mengandung makna fi’il, tidak hurufnya.
Seperti:
a. Isim isyaroh.

Contoh:‫هَ َذا‬ ‫ز ْي ٍد‬


َ ِ‫ب‬ ِ ‫أَى ْال َح‬  (saya telah berjumpa zaid yang ini)
ُ ْ‫ َم َرر‬  ‫ض ِر‬
‫ت‬
b.  Isim maushul.

Contoh:   ‫المعلوم‬ ‫قام أى‬ ‫الذى‬ ‫(مررت بزيد‬aku telah berjumpa zaid yang


berdiri)
c. Isim nisbat (isim yang kemasukan ya’ nisbat).

Contoh: ‫بدمشق‬ ‫اى المنسوب‬ ‫ ِد َم ْشقِ ٍي‬ ‫مررت برجل‬  (aku telah berjumpa


laki-laki bangsa Damaskus)
d.  Isim jamid yang dimaksud arti majaz.

َ ‫ُش‬
Contoh:  ‫جاعًارايت‬ ‫اى‬ ً‫اَ َسدا‬ ً‫ َر ُجال‬  (aku telah melihat laki-laki
pemberani)

e. Mashdar.

Contoh: ‫ل‬
ٌ ‫َعا ِد‬ ‫ َع ْدلٌ اى‬ ‫ َجائَنِى َر ُج ٌل‬  (telah datang padaku seorang laki-laki
yang adil)
f.  Jumlah (baik fi’liyah maupun ismiyyah).

َ ‫اج ِع ْينَ َو‬


Contoh: ‫ات‬ ِ ‫َر‬ ْ ُ‫ق‬  (takutlah pada hari
‫فِ ْي ِه اِلَى هللا اى‬ ‫تُرْ َجع ُْو َن‬ ‫وا يَ ْو ًما‬
kiamat yang mana kamu akan kembali kepada Allah pada hari itu)

7
ُ‫اى ْال َمضْ ر ُْوب‬  ٌ‫ َمضْ ر ُْوب‬ ‫ْت َر ُجاًل هُ َو‬
ُ ‫ َراَي‬  (saya melihat zaid yang
dipukul).

BAB III
PENUTUP
A. LATAR BELAKANG
Na’at (sifat) adalah lafazh yang mengikuti pada lafazh yang di ikutinya, baik dalam
hal rofa’, nashob, khofdh (jer), ma’rifat, maupun nakirohnya. Sedangkan isim yang disifati
disebut man’ut. Na'at dalam bahasa indonesia biasa disebut kata sifat, sedangkan man'ut
adalah kata yang disifati.
Na’at dibagi menjadi dua, yaitu:

8
a.  Na’at Haqiqiy.
Yaitu na’at yang menjelaskan salah sifat dari beberapa sifatnya matbu’ atau maushuf.
b.   Na’at Sababiy.
Yaitu na’at yang menjelaskan salah sifat dari sifat-sifatnya lafal yang berada setelahnya
yang masih ada kaitan atau hubungan dengan matbu’nya atau maushufnya.
Adapun ketentuan-ketentuan na’at man’ut yaitu:

1. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ta’yin (kejelasan) nya. Contoh: ‫ج َع طَالِبٌ َما ِه ٌر‬
َ ‫َر‬
ِ ‫( َر َج َع الطَّالِبُ ْال َما‬Seorang mahasiswa
(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ‫ه ُر‬
yang pandai itu telah kembali)

ِ ‫َر َج َع طَالِبٌ َما‬


2. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi ‘adad (jumlah) nya. Contoh: ‫ه ٌر‬

ِ َ‫( َر َج َع طَالِب‬Dua orang


(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ‫ان َما ِه َرا ِن‬

mahasiswa yang pandai telah kembali) َ‫ج َع طُالَّبٌ َما ِهرُوْ ن‬


َ ‫( َر‬Para mahasiswa yang pandai
telah kembali)

ِ ‫َر َج َع طَالِبٌ َما‬


3. Na’at harus mengikuti man’ut dari sisi nau’ (jenis) nya. Contoh: ‫ه ٌر‬

(Seorang mahasiswa yang pandai telah kembali) ٌ‫ج َع طَالِبَةٌ َما ِه َرة‬
َ ‫( َر‬Seorang mahasiswi
yang pandai telah kembali)

B. SARAN
            Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu Saya
membutuhkan saran yang membangun agar senantiasa menjadi lebih baik dan lebih
berkembang dalam menyusun sebuah makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, dkk. 2009. Fasih Berbahasa Arab 3. Tiga Serangkai : Solo


Thib Raya, Ahmad, Mulia, Musdah. Pangkal Penguasaan Bahasa Arab.  Cet. III;
Jaakarta: Paradotama Wiragemilang, 1999.
Nurul Huda.2011. Mudah Belajar bahasa Arab, (Purwokerto: Amzah)

Anda mungkin juga menyukai